Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Etika Keilmuan
yang dibina oleh Dr. Widiyanti, M.Pd
Oleh
Novita Dwi Anggraeni 200551864056
A. PENDAHULUAN
Perdebatan mengenai hubungan antara berbagai bentuk pengetahuan dan
bagaimana hubungan berbagai bentuk pengetahuan yang relevan untuk
Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan (TVET) tidak henti-hentinya
berlangsung. Hal yang mendasar adalah apa itu perspektif konstruktivis tentang
teori pengetahuan dan penciptaan pengetahuan, kemudian bagaimana perspektif
konstruktivis dapat memengaruhi pengetahuan yang berharga untuk pendidikan
dan pengajaran profesional/kejuruan.
Epistemologi konstruktivis memiliki sifat relativistik dan meyakini bahwa
pengetahuan itu diciptakan dan bukan sesuatu, yang hadir di luar yang
mengetahui. Klaim yang dipegang dalam perspektif ini bahwa realitas atau
kebenaran 'dibuat dan tidak ditemukan' bahwa manusia 'membangun' realitas yang
ditinggali, memberi kemungkinan bahwa pertanyaan tentang "Pengetahuan apa
yang penting dalam pendidikan kejuruan" dapat ditangani dengan cara yang lebih
efektif. Pendidikan Vokasi merupakan bidang sosiologi pendidikan yang cukup
fluktuatif, mengharuskan seorang pendidik dan peneliti untuk mengambil sikap
relatif dalam menangani masalah.
B. TVET di Uganda
Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan (TVET) di Uganda
berorientasi pada pencapaian dua tujuan utama, yakni:
a) untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan teknis siswa agar mereka
menjadi anggota masyarakat yang produktif; dan
b) menghasilkan pengrajin, teknisi dan tenaga terampil lainnya untuk memenuhi
kebutuhan industri, pertanian, perdagangan dan jasa teknis lainnya serta
pengajaran mata pelajaran teknik dan vokasi.
Berdasarkan tujuan luas ini, semua program TVET di Uganda dirancang
dengan tujuan berikut:
a) untuk memfasilitasi interpretasi siswa, aplikasi dan terjemahan pengetahuan
dasar dan pemahaman tentang fakta dan prinsip dasar proses dan teknik
ilmiah untuk dapat menghasilkan dan menggunakan alat dan perangkat hemat
tenaga kerja untuk produktif kerja.
b) untuk menanamkan dalam diri peserta didik apresiasi kerja, dan lingkungan
sebagai basis sumber daya; untuk memberikan keterampilan yang diperlukan
untuk perlindungan, pemanfaatan, dan konservasi warisan lingkungan; dan
mampu mengasah dan memantapkan ketrampilan seni dan teknologi asli guna
menghasilkan sesuatu yang bernilai estetika dan budaya;
c) mengkonsolidasikan, mensintesiskan dan menerapkan kemampuan
menggunakan kepala, hati dan tangan menuju inovasi, modernisasi dan
peningkatan kualitas hidup; sebaik
d) untuk memperluas dan meningkatkan kesadaran teknologi dan kapasitas
pelajar untuk terlibat dalam kegiatan produktif untuk menjadi mandiri
(UNEVOC, 1993).
C. Epistemologi Konstruktivis
Epistemologi konstruktivis adalah epistemologi relativis yang memandang
pengetahuan selalu sebagai konstruksi manusia dan sosial. Dasar dalam perspektif
pengetahuan ini adalah bahwa orang membangun pemahaman dan pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia melalui mengalami sesuatu dan merefleksikan
pengalaman tersebut untuk memahaminya. Pengetahuan dalam perspektif ini
dipandang tertanam secara budaya dan sosial dan dengan demikian tidak mudah
ditransfer melintasi konteks tanpa transformasi dan pergeseran makna yang
signifikan, sebuah proses yang oleh Bernstein (2000) disebut rekontekstualisasi.
Ia menolak pengistimewaan pengetahuan sebagai 'kebenaran obyektif' karena
selalu ada keragaman makna dan perspektif berdasarkan situasi pribadi, sosial,
sejarah dan budaya. Ini melihat klaim pengetahuan dan kebenaran sebagai relatif
terhadap budaya, bentuk kehidupan atau sudut pandang dan oleh karena itu pada
akhirnya mewakili perspektif dan kepentingan sosial tertentu daripada kriteria
universalistik independen. Dalam perspektif ini, pengetahuan dikonstruksi dan
tidak ditemukan, itu kontekstual dan tidak mendasar. Perspektif konstruktivis
secara keseluruhan berpendapat bahwa pengetahuan dan realitas diciptakan oleh
individu melalui interaksi dan hubungan yang bertujuan untuk menjelaskan
pengalaman indrawi dunia alami mereka.