Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CRURIS DI RUANG IGD RSUD UNGARAN

Disusun oleh
RIAN BOGA MILADO
SN172083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
I.  KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
      Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao
stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

2. Etiologi
a.       Trauma
b.       Gerakan pintir  mendadak
c.       Kontraksi otot ekstem
d.       Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

3. Manifestasi Klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema

2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat 
diatas dan dibawah tempat fraktur

4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

5.   Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

4. KOMPLIKASI
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
5. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya .Faktor-faktor yang
mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.

PATHWAY
5. PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :


1) Untuk menghilangkan rasa nyeri : Nyeri yang timbul pada fraktur bukan
karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang
yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan
obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai
dengan cara pemasangan bidai atau gips. Pembidaian : benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
Ø  Immobilisasi dan penyangga fraktur
Ø  Istirahatkan dan stabilisasi
Ø  Koreksi deformitas
Ø  Mengurangi aktifitas
Ø  Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah
Ø  Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
Ø  Gips patah tidak bisa digunakan
Ø  Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
Ø  Jangan merusak / menekan gips
Ø  Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
Ø  Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

2) Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.


Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal
tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban
dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan
sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain
Ø   Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur,
dan pada keadaan emergency Traksi mekanik, ada 2 macam :
Ø  Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain
misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5
kg.
Ø  Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang
logam pada pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan
ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya
insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan
diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen
tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian
direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal
kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini
dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup,
pelat, dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan
pembedahan antara lain :
Ø  Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
Ø  Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah
Ø  Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Ø  Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Ø  Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin,
3) Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu
dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun
terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga
dibutuhkan graft tulang.
4) Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan
kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat
mungkin.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Pengkajian primer
-  Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
-   Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
-   Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

B. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
Ø    kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
Ø    Keterbatasan mobilitas
b.       Sirkulasi
Ø    Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

b. sirkulasi

c. neurosensori

d, kenyamanan

e. keamanan

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)

b.   Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan


dan disuse

c. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan


menjalankan aktivitas.
d.   Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive

e.     Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang

f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan


terhadap informasi, terbatasnya kognitif

o Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b/dSetelah dilakukanManajemen nyeri :
agen injuri fisik,Asuhan keperawatan ….    Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
fraktur jam tingkatkarakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
kenyamanan klienpresipitasi.
meningkat, tingkat    Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
nyeri terkontrol dgnyamanan.
KH:     Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
   Klien melaporkanmengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
nyeri berkurang dg scala    Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi
2-3 nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
   Ekspresi wajah tenang kebisingan.
   klien dapat istirahat dan    Kurangi faktor presipitasi nyeri.
tidur     Pilih dan lakukan penanganan nyeri
   v/s dbn (farmakologis/non farmakologis).
    Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
    Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
    Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.
    Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
    Cek riwayat alergi.
    Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
    Monitor TV
    Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
    Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.

2 Resiko terhadapSetelah dilakukan askepMemberikan posisi yang nyaman untuk Klien:


cidera b/d… jam terjadi    Berikan posisi yang aman untuk pasien dengan
kerusakan peningkatan Statusmeningkatkan obsevasi pasien, beri pengaman
neuromuskuler, keselamatan Injuritempat tidur
tekanan dan disuse fisik Dg KH :     Periksa sirkulasi periper dan status neurologi
   Bebas dari cidera     Menilai ROM pasien
   Pencegahan Cidera     Menilai integritas kulit pasien.
    Libatkan banyak orang dalam memidahkan pasien,
atur posisi
3 Sindrom defisitSetelah dilakukan akepBantuan perawatan diri
self care b/d… jam kebutuhan ADLs    Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
kelemahan, fraktur terpenuhi dg KH: diri
   Pasien dapat     Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
berpakaian, toileting dan makan
   melakukan aktivitas
sehari-hari.     Beri bantuan sampai pasien mempunyai kemapuan
   Kebersihan diri pasienuntuk merawat diri
terpenuhi     Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
    Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai kemampuannya
    Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

4 Risiko infeksi b/dSetelah dilakukanKonrol infeksi :


imunitas tubuhasuhan keperawatan …    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
primer menurun,jam tidak terdapat
prosedur invasive,faktor risiko infeksi    Batasi pengunjung bila perlu.
fraktur dan infeksi terdeteksi    Intruksikan kepada pengunjung untuk mencuci
dg KH: tangan saat berkunjung dan sesudahnya.
    Tdk ada tanda-tanda    Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
infeksi     Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
    AL normal tindakan keperawatan.
    V/S dbn     Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung.
    Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
    Lakukan perawatan luka, dainage, dresing infus
dan dan kateter setiap hari.
    Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
    berikan antibiotik sesuai program.
    Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan u/
segera lapor petugas
    Monitor V/S
Proteksi terhadap infeksi
    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal.
    Monitor hitung granulosit dan WBC.
    Monitor kerentanan terhadap infeksi..
    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
    Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
    Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
    Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip jika
perlu
    Dorong istirahat yang cukup.
    Dorong peningkatan mobilitas dan latihan sesuai
indikasi
5 Kerusakan Setelah dilakukan askepTerapi ambulasi
mobilitas fisik… jam terjadi    Kaji kemampuan pasien dalam melakukan
berhubungan peningkatan ambulasi
dengan patahAmbulasi :Tingkat    Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan
tulang mobilisasi, Perawtanambulasi
diri Dg KH :     Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai kemampuan
    Peningkatan aktivitas    Ajarkan pasien berpindah tempat secara bertahap
fisik     Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan
    Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya
ambulasi dini
    Edukasi pada pasien dan keluarga tahap ambulasi
    Berikan reinforcement positip atas usaha yang
dilakukan pasien.
6 Kurang Setelah dilakukan askepPendidikan kesehatan : proses penyakit
pengetahuan …. Jam pengetahuan    Kaji pengetahuan klien.
tentang penyakitklien meningkat dg KH:    Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda gejala
dan perawatannya    Klien dapatserta komplikasi yang mungkin terjadi
b/d kurangmengungkapkan     Berikan informasi pada keluarga tentang
paparan terhadapkembali yg dijelaskan. perkembangan klien.
informasi,     Klien kooperatif saat    Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang
keterbatan kognitif dilakukan tindakan tindakan yang akan dilakukan.
    Diskusikan pilihan terapi
    Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi
dini
    jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan
muncul
III. DAFTAR PUSTAKA

Andy Santosa Augustinus, (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia.


Jakarta : Akademi Perawatan Sint Carolus.
Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Donna. D. Ignatavicius, Marylinn V.B. (1991). Medical Surgical Nursing. A
Nursing Proses Approach. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
John Luckman, RN. M.A. Karen C. Sorensen, R.N. M.N (1997). Medical
Surgical Nursing: A Psychophysiological Approach. Philadelphia,
N.B.: Saunders Company.
Marilynn E. Doengoes, Mary F. Moorhouse (1994). Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Price, Sylvia A. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai