Anda di halaman 1dari 24

LAMPIRAN 1

TUGAS KHUSUS MENGENAI FORMULASI dan PEMBUTAAN


ERITROMISIN OBAT JADI STANDAR LAFIAL (OJSL)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik dan infeksi merupakan masalah terbanyak yang dihadapi oleh
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah korban yang
meninggal karena infeksi masih menduduki peringkat teratas di antara penyakit-
penyakit yang menyerang penduduk Indonesia. Antibiotik merupakan kelompok
obat yang paling sering dan terbanyak digunakan untuk memerangi penyakit-
penyakit di Indonesia. Eritromisin merupakan salah satu antibiotika pilihan utama
yang penting, terutama bagi pasien yang sensitif serta resisten terhadap turunan
penisilin. Eritromisin menghambat sintesis protein yang tergantung RNA. Pada
sub unit ribosom 50S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi dan translokasi.
Terdapat bukti yang menggambarkan bahwa eritromisin dapat paling sedikit
sebagian menempati suatu tempat pengikatan bersama-sama dengan klindamisin.
1. Spektrum aktivitas utama eritromisin melawan organisme-organisme gram
positif meskipun beberapa jenis bakteri gram negatif mungkin rentan juga.
Treponema, mycoplasma, chlamydia dan ricketsia dapat rentan.
2. Obat ini terutama bersifat baKteriostatik tetapi pada konsentrasi lebih tinggi
dan terutama terhadap bakteri gram positif dapat bersifat bakteriosid.
3. Ia basa lemah dan secara bermakna lebih aktif pada pH alkali daripada pada
pH netral atau asam.
4. Resistensi terhadap eritromisin dapat terjadi oleh mekanisme berikut ini:
a. Ketidakmampuan antibiotika untuk menembus mikroba.
b. Perubahan tempat reseptor pada ribosom 50S.
Eritromisin bermanfaat bagi kesehatan dan kini dipromosikan
penggunaannya karena lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga
maupun ketersediaannya. Kendala utama mengkonsumsi obat eritromisin adalah
menimbulkan rasa tidak nyaman untuk mengkonsumsi. Untuk tujuan efisiensi,
mudah dan praktis dalam penggunaan perlu dibuat dalam bentuk sediaan seperti

87
tablet dan kapsul sehingga menjadi praktis untuk dikonsumsi. Kapsul adalah
bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak, cangkang
kapsul dibuat dari gelatin dengan atau zat tambahan lain.
Eritromisin digunakan untuk penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan
penyakit yang banyak diderita masyarakat indonesia sejak dulu, dan masih
merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, diantaranya adalah infeksi
usus (diare) yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk dengan konsistensi
feses yang lembek atau cair. Salah satu faktor penyebab terjadinya diare antara
lain karena infeksi kuman penyebab diare yaitu: Escherichia coli, Bacillus aereus,
Vibrio cholerae, Salmonella sp.
Selain itu juga digunakan untuk infeksi saluran pernafasan, di Indonesia
penyakit infeksi saluran nafas atas adalah penyakit terbanyak yang dihadapi
masyarakat didalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam golongan ini adalah
penyakit infeksi di bagian telinga, hidung dan tenggorok (THT). Pada orang
dewasa keluhan yang ditimbulkan lebih banyak memberikan gangguan pada
pelaksanaan aktivitas sehari-hari sehingga mengurangi produktivitas.
Infeksi saluran pernafasan atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis,
laringitis, epiglotitis, tonsilitis, dan otitis. Infeksi saluran pernafasan atas bila
tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menjadi infeksi saluran pernafasan
bawah. Infeksi saluran pernafasan atas yang banyak terjadi dan perlu penanganan
dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan yaitu otitis,
sinusitis,dan faringitis.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
• Mengetahui cara pembuatan kapsul yang baik dari mulai perencanaan
formulasi menjadi sediaan obat yang baik.
• Membandingkan formula Eritromisin OJSL dengan formula
modifikasi.

88
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eritromisin
Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolid. Antibiotika
golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang
besar dalam rumus molekulnya.

2.1.1 Asal dan Kimia


Pemerian Eritromisin: serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak
berbau atau sedikit berbau tanah dan rasa agak pahit.
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini
berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml.
Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. 
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu
kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam
suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan
menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5˚C
biasanya tahan sampai beberapa minggu.

2.1.2 Aktivitas Mikroba


Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat
bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya.
Spektrum antimikroba in vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus
gram positif, seperti Str. pyogenes dan Str. pneumoniae. Str. viridans mempunyai
kepekaan yang bervariasi terhadap eritromisin. S. aureus yang resisten terhadap
eritromisin sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial). Batang gram
positif yang peka terhadap eritromisin ialah Cl. perfringens, C. diphtheriae, dan
L. monocytogenes. 
Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif, namun
ada beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu N. gonorrhoeae,
Campylobacter jejuni, M. pneumoniae, Legionella pneumophila, dan C.

89
trachomatis. H. influenzae mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap obat
ini. 

2.1.3 Resistensi
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang
diperantarai oleh plasmid yaitu:
1. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman, 
2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman, dan
3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu
(Enterobacteriaceae).

2.1.4 Farmakokinetik
1. Pemberian
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat setelah pemberian per oral. 
2. Distribusi
Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang bedifusi ke
dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat
ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan
lebih baik.
3. Metabolisme
Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat
oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450.
4. Ekskresi
Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif
dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik.

90
2.1.5 Efek Samping
1. Gangguan epigastrik
Efek samping ini paling sering dan dapat mengakibatkan ketidakpatuhan
pasien terhadap eritromisin. 
2. Ikterus Kolestatik
Efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin estolat. Reaksi ini
timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri perut
yang menyerupai nyeri pada kolestasis akut, mual, muntah, kemudian timbul
ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia; transaminase serum dan kadar
bilirubin meninggi, kolesitogram tidak menunjukkan kelainan.
3. Ototoksisitas
Ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam dosis
tinggi.
4. Reaksi Alergi
Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan
eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan.

2.1.6 Interaksi Obat


1. Eritromisin dengan obat asma (turunan teofilin)
Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma digunakan untuk membuka
jalan udara paru-paru dan untuk mempermudah pernapasan penderita asma.
Akibatnya: terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak obat asma.
Gejala yang dilaporkan: mual, sakit kepala, pusing, mudah terangsang, tremor,
insomnia, aritmia jantung, takhikardia, dan kemungkinan kejang.
2. Eritromisin dengan Karbamazepin
Efek karbamazepin dapat meningkat. Karbamazepin adalah antikonvulsan
yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada gangguan seperti ayan.
Akibatnya: terjadi efek samping merugikan yang disebabkan karena terlalu
banyak karbamazepin. Gejala yang dilaporkan: pusing, mual, nyeri perut, dan
nanar.

91
3. Eritromisin dengan Digoksin
Efek digoksin meningkat. Digoksin digunakan untuk laju jantung dan
untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya: terjadi
efek samping merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan:
mual, kehilangan nafsu makan, aritmia jantung, takikardia atau bradikardia.
4. Erirtromisin dengan Klindamisin atau Linkomisin
Efek antibiotika klindamisin dan linkomisin dapat berkurang. Akibatnya:
infeksi yang diobati mungkin tidak sembuh seperti yang diharapkan.
5. Erirtromisin dengan Antibiotika penisilin
Efek masing-masing antibiotika dapat meningkat atau berkurang. Karena
akibatnya sulit diramalkan, sebaiknya kombinasi ini dihindari.

2.1.7 Sediaan dan Posologi


 Eritromisin kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg.
Dewasa: 1-2 g/hari, dibagi dalam 4 dosis.
Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis. Dosis dapat
ditingkatkan 2x lipat pada infeksi berat.
Obat diberikan sebelum makan.
 Eritromisin stearat kapsul 250 mg dan tablet 500 mg.
 Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml.
Dewasa: 250-500 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam.
Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis.
 Eritromisin etilsuksinat tablet kunyah 200 mg.
 Suspensi oral mengandung 200 mg/5 ml dalam botol 60 ml.
 Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml.
Dewasa: 400-800 mg tiap 6 jam atau 800 mg tiap 12 jam.
Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis.
Obat tidak perlu diberikan sebelum makan.

92
2.1.8 Penggunaan Klinik
1. Infeksi Mycoplasma pneumoniae
Eritromisin yang diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat
turunnya panas dan mempercepat penyembuhan sakit.
2. Penyakit Legionnaire
Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang
disebabkan oleh Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g sehari
atau secara intravena 1-4 g sehari.
3. Infeksi Klamidia
Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa
komplikasi yang menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis.
Dosisnya ialah 4 kali sehari 500 mg per oral yang diberikan selama 7 hari.
Eritromisin merupakan obat terpilih untuk wanita hamil dan anak-anak dengan
infeksi klamidia.
4. Difteri
Eritromisin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada
infeksi akut maupun pada carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin maupun
antibiotika lain tidak mempengaruhi perjalanan penyakit pada infeksi akut dan
komplikasinya. Dalam hal ini yang penting antitoksin.
5. Infeksi streptokokus
Faringitis, scarlet fever dan erisipelas oleh Str. pyogenes dapat diatasi
dengan pemberian eritromisin per oral dengan dosis 30 mg/kg BB/hari selama 10
hari. Pneumonia oleh pneumokokus juga dapat diobati secara memuaskan dengan
dosis 4 kali sehari 250-500 mg.
6. Infeksi stafilokokus
Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk infeksi ringan oleh S.
Aureus (termasuk strain yang resisten terhadap penisilin). Tetapi munculnya
strain-strain yang resisten telah mengurangi manfaat obat ini. Untuk infeksi berat
oleh stafilokokus yang resisten terhadap penisilin lebih efektif bila digunakan
penisilin yang tahan penisilinase (misalnya dikloksasilin atau flkloksasilin) atau

93
sefalosporin. Dosis eritromisin untuk infeksi stafilokokus pada kulit atau luka
ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10 hari per oral.
7. Infeksi Campylobacter
Campylobacter jejuni dapat diobati dengan eritromisin per oral 4 kali 250
mg sehari. Dewasa ini fluorokuinolon telah menggantikan peran eritromisin untuk
infeksi ini.
8. Tetanus
Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10 hari dapat membasmi
Cl. tetani pada penderita tetanus yan alergi terhadap penisilin. Antitoksin, obat
kejang dan pembersih luka merupakan tindakan lain yang sangat penting.
9. Sifilis
Untuk penderita sifilis stadium dini yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan eritromisin per oral dengan dosis 2 - 4 g sehari selama 10 - 15 hari.
10. Gonore
Eritromisin mungkin bermanfaat untuk gonore diseminata pada wanita
hamil yang alergi tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali 500 mg
sehari yang diberika selama 5 hari per oral. Angka relaps hampir mencapai 25%.
11. Penggunaan profilaksis 
Obat terbaik untuk mencegah kambuhnya demam reumatik ialah penisilin.
Sulfonamid dan eritromisin dapat dipakai bila penderita alergi terhadap penisilin.
Eritromisin juga dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk penderita
endokarditis bakterial yang akan dicabut giginya. Dosis eritromisin untuk
keperluan ini ialah 1 g per oral yang diberikan 1 jam sebelum dilakukan tindakan,
dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg yang diberikan 6 jam kemudian.
12. Pertusis
Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat mempercepat
penyembuhan.

94
2.1 Kapsul
2.2.1 Pengertian dan Macam Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.

Macam-macam kapsul
Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu
kapsul keras (capsulae durae, hard capsul) dan kapsul lunak (capsulae molles,
soft capsul).

Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak.


Kapsul keras Kapsul lunak
- terdiri atas tubuh dan tutup - satu kesatuan
- tersedia dalam bentuk kosong - selalu sudah terisi
- isi biasanya padat, dapat juga cair - isi biasanya cair, dapat juga padat
- cara pakai per oral - bisa oral, vaginal, rectal, topikal
- bentuk hanya satu macam - bentuknya bermacam-macam

Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya


tumpul tetapi beberapa pabrik membikin kapsul dengan bentuk khusus, misal
ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk mengetahui
identitas pabrik.
Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna
dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan
pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan ini
mengandung antara 10-15% air.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut
gel lunak) sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat
diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin.
Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti

95
titanium dioksida, pengawet, pengharum dan pemanis/sukrosa 5%. Cangkang
gelatin lunak umumnya mengandung air 6-13%, umumnya berbentuk bulat atau
silindris atau bulat telur (disebut pearles atau globula).
Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotik, tetapi diproduksi secara
besar-besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak yang
bekerjanya long acting umumnya berisi granula dan disebut Spansule.

Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran


Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8
macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar
dan 5 ukuran terkecil.
Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal
sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan
diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih
ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih
dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam
rangka mempersiapkan resep dokter di apotik.
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari
pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran
hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini.
No. ukuran Asetosal Natrium Bikarbonat NBB (dalam gram)
(dalam gram) (dalam gram)

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

96
0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0,6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12

Dalam mempersiapkan resep untuk kapsul, ukuran kapsul hendaknya


dicatat untuk memudahkan bila diperlukan pembuatan ulang, juga diperhatikan
bila seseorang pasien mendapatkan dua macam resep kapsul sekaligus, jangan
diberikan dalam warna yang sama untuk menghindari kesalahan minum obat
tersebut.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul


Keuntungan bentuk sediaan kapsul:
1. Bentuk menarik dan praktis.
2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut didalam perut, sehingga bahan cepat
segera diabsorbsi (diserap) usus.
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam
bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang
pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti
pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan
obatnya.

97
Kerugian bentuk sediaan kapsul:
1. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan.
2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi ( misal ½ kapsul).

2.2.3 Cara Pengisian Kapsul


Yang dimaksud kapsul disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras
terdiri dari dua bagian yaitu bagian dalam/induk yaitu bagian yang lebih panjang
(biasa disebut badan kapsul) dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian juga disebut
Capsulae Operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi besar-besaran di pabrik
dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk
untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup
cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah
diisi, selama transportasi dan penanganan.
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan
mesin dan dengan alat mesin.
1. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani resep
dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat
tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi
sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan
kedalam badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih

98
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap
dan bagian yang bergerak.
Caranya:
 Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat
yang tidak bergerak.
 Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan/ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
 Kapsul ditutup dengan cara merapatkan/menggerakkan bagian yang bergerak.
Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
3. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara
besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu
dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai
dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah
besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjamin.

2.2.4 Cara Penutupan Kapsul


Penutupan kapsul yang berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara yang
biasa yakni menutupkan bagian tutup kedalam badan kapsul tanpa penambahan
bahan perekat. Penutupan cangkang kapsul dapat juga dilakukan dengan
pemanasan langsung, menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan
menggunakan cairan campuran air-alkohol.
Untuk menutup kapsul yang berisi cairan perlu dilakukan cara khusus
seperti diatas. Cara paling sederhana ialah menambahkan bahan perekat agar
isinya tidak keluar atau bocor. Caranya oleskan sedikit campuran air-alkohol pada
tepi luar bagian badan kapsul, kemudian ditutup sambil diputar.
Untuk melihat adanya kebocoran kapsul tersebut kapsul diletakkan diatas
kertas saring kemudian gerakkan ke depan dan ke belakang hingga
menggelinding beberapa kali. Apabila kapsul tersebut bocor akan meninggalkan
noda pada kertas.

99
Didalam pabrik yang besar penutupan kapsul dilakukan secara otomatis.
Sebagai cairan penutup pada umumnya larutan gelatin yang diberi tambahan zat
warna, sehingga kapsul yang telah ditutup akan kelihatan semacam pita yang
berwarna. Warna ini dapat dipergunakan sebagai tanda pengenal dari suatu pabrik.

2.2.5 Cara Membersihkan Kapsul


Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk
menutup rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan
tersebut maka bagian luar dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang
mungkin menempel pada dinding kapsul. Untuk itu kapsul perlu dibersihkan
dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan pada pasien,
terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan. Caranya letakkan kapsul diatas
sepotong kain (linnen, wol) kemudian digosok-gosokkan sampai bersih.

2.2.6 Pengisian Cairan ke Dalam Kapsul Keras


1. Zat-zat setengah cair/cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai
serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau
jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan
inert, maka dapat dibuat seperti masa pil dan dipotong-potong sebanyak yang
diperlukan, baru dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras dan direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak
melarutkan gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung
dimasukkan dengan pipet yang telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus
ditutup (di seal) supaya cairan yang ada didalamnya tidak bocor atau keluar.

Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, kreosot atau alkohol yang


akan bereaksi dengan gelatinnya hingga rusak/meleleh, harus diencerkan terlebih
dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya dibawah 40%. Sebelum
dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah

100
kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak
lurus, setelah itu ditutup.

2.2.7 Faktor-Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul


Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut:
1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air
dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan
laktosa atau amilum (bahan inert netral) akan menghambat proses ini.
Contohnya kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik lebur
semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang
mengandung Asetosal dengan Hexamin atau Camphor dengan menthol. Hal
ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert
baru keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol.
4. Penyimpanan yang salah
Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka
karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut.
Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh
dan mudah pecah.
Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan:
 dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering.
 dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika (pengering).
 dalam wadah plastik yang diberi pengering.
 dalam blitser/strip alufoil.

2.2.8 Syarat-Syarat Kapsul


1. Keseragaman Bobot
Menurut FI. III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

101
 Kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A dan
tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang ditetapkan oleh
kolom B.
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata kapsul
A B
120 mg atau lebih 10% 20%
lebih dari 120 mg 7,5% 15%

 Kapsul berisi obat cair atau pasta


Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul,
cuci cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak
berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul
dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap
kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

2. Waktu Hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul
lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh
kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak
terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV, untuk melakukan uji waktu hancur
digunakan alat yang dikenal dengan nama Desintegration Tester.

Alat terdiri dari:


 Rangkaian keranjang yang terdiri dari 6 tabung transparan yang panjang
masing-masingnya 77,5 mm + 2,5 mm dengan diameter dalam 21,5 mm dan
tebal dinding lebih kurang 2 mm, kedua ujungnya terbuka. Ujung bawah

102
tabung dilengkapi dengan suatu kasa baja tahan karat dengan diameter lubang
0,025 inchi (ukuran 10 mesh nomor 23).
 Gelas piala berukuran 1000 ml yang berisi media cair. Volume cairan dalam
wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa
berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke
bawah berjarak tidak kurang 2,5 cm dari dasar wadah.
 Thermostat yang berguna untuk memanaskan dan menjaga suhu media cair
antara 35o – 39o C.
 Alat untuk menaik turunkan keranjang dalam media cair dengan frekuensi 29
kali hingga 32 kali per menit.
Caranya:
 Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung di keranjang.
 Masukkan kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian
keranjang, gunakan air bersuhu 37o + 2o sebagai media kecuali dinyatakan lain
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
 Naik turunkan keranjang didalam media cair lebih kurang 29 – 32 kali per
menit.
 Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.
 Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur
sempurna.
Dalam FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namun menurut
FI. III, kecuali dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15
menit.

3. Keseragaman Sediaan
Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman kandungan
untuk kapsul lunak.

4. Uji Disolusi

103
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk
kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing- masing monografi.

BAB III METODE, ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat penelitian:
1. Alat filling kapsul manual
2. Anak timbangan
3. Batang pengaduk
4. Corong
5. Gelas ukur
6. Kantong plastik
7. Mesin pemampat
8. Penggaris
9. Sudip
10. Timbangan analitik
11. Timbangan manual

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat penelitian:
1. Erytromicin
2. Aerosil
3. Amilum
4. Avicel
5. Cangkang kapsul
6. Laktosa
7. Mg Stearat
8. Na Benzoat
9. Talk

104
3.3 Formulasi, Cara Pembuatan dan Evaluasi
Formula Standar (1 batch 71.500 kapsul)
R/ Erytro stearat 25 kg
Aerosil 0,25 kg
Laktosa 2,5 kg
Mg stearat 0,375 kg
Talk 0,5 kg

Formulasi standar (100 kapsul)


R/ Erytro stearat 35 g
Aerosil 0,35 g
Laktosa 3,5 g
Mg Stearat 0,524 g
Talk 0,7 g
mf da in cap no C

Formulasi modifikasi (100 kapsul)


R/ Erytromicin stearat 35 g
Amilum 7,5 g
Avicel 2,5 g
Na Benzoat 2,5 g
Talk 2,5 g
mf da in cap no C

Formula Standar
• Penimbangan bahan:
Erytromicin 35 g
Aerosil 0,35 g
Laktosa 3,50 g

105
Mg stearat 0,525 g
Talk 0,698 g
• Mixing selama 20 menit.
• Uji alir:
Waktu alir : 5 detik
Tinggi: 3,5 cm
Diameter: 9,5
• Dimampatkan:
Volume sebelum dimampatkan: 81 ml
Volume sesudah dimampatkan: 65 ml
• Bobot plastik kosong: 1,9043 g
• Bobot R/ standar + plastik: 33,5758 g
• Bobot R/ standar: 31,6715 g
• Berat jenis mampat: 31,6715 g = 0,487 g/ml
65 ml
• Untuk mencari ukuran cangkang
• 0,4 g = 0,821 ml
0,487 g/ml
• Dari hasil perhitungan cangkang kapsul yang dipakai ukuran 0.
• Uji keseragaman bobot
Bobot teoritis – bobot cangkang kosong
400 mg + 96 mg = 496 mg
Kolom A: 496 mg x 7,5% = ± 37,2 mg (458,8 – 532,2)
Kolom B: 496 mg x 15% = ± 74,4 mg (421,6 – 570,4)

Tabel 4.1 data bobot kapsul formula standar


543,6 mg 482,3 mg
470,1 mg 474,6 mg
488,8 mg 499,1 mg
466,5 mg 478,9 mg
466,0 mg 488,4 mg

106
471,2 mg 482, 1 mg
480,8 mg 474,4 mg
453,4 mg 489,5 mg
474,2 mg 471,1 mg
464,2 mg 476,3 mg

• Uji waktu hancur: 2 menit 55 detik.

Formulasi Modifikasi
• Penimbangan bahan:
Erytromiin 35 g
Amilum 7,5066 g
Avicel 2,5024 g
Na benzoat 2,5157 g
Talk 2,5105 g
• Mixing selama 20 menit.
• Uji alir:
Waktu alir : 50 detik
Tinggi: 4,5 cm
Diameter: 11,5
• Dimampatkan:
Volume sebelum dimampatkan: 101 ml
Volume sesudah dimampatkan: 77 ml
• Bobot plastik kosong: 1,9043 g
• Bobot R/ modifikasi + plastik: 49,5177 g
• Bobot R/ modifikasi: 47,6134 g
• Berat jenis mampat: 47,6134 g = 0,618 g/ml
65 ml
• Untuk mencari ukuran cangkang
0,5 g = 0,81 ml
0,618 g/ml
• Dari hasil perhitungan cangkang kapsul yang dipakai ukuran 0.

107
• Uji keseragaman bobot
Bobot teoritis + bobot cangkang kosong
500 mg + 96 mg = 596 mg
Kolom A: 596 mg x 7,5% = ± 43,5 mg (552,5 – 639,5)
Kolom B: 596 mg x 15% = ± 89,4 mg (506,6 – 685,4)

Tabel 4.2 bobot kapsul formula modifikasi


350,0 mg 474,6 mg
504,5 mg 469,9 mg
503,3 mg 502,5 mg
493,1 mg 512,8 mg
492,9mg 525,8 mg
496,4 mg 478,5 mg
502,3 mg 461,8 mg
479,1 mg 493,7 mg
499,8 mg 508,2 mg
530,8 mg 537,0 mg

• Uji waktu hancur: 1 menit 26 detik.

BAB IV PEMBAHASAN
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Sediaan kapsul dipilih melihat dari beberapa
keuntungannya seperti dapat menutupi rasa pahit dari obat. Dalam formula ini
menggunakan zat aktif Eritromisin stearat yang memiliki rasa agak pahit
sehingga untuk menutupi rasa pahit tersebut dibuat sediaan kapsul. Secara
farmakologis eritromisin digunakan untuk infeksi difteri dan pneumonia sehingga
pembuatan kapsul eritromisin harus baik dan benar agar efek farmakologi dari
sediaan kapsul eritromisin dapat tercapai. Pembuatan kapsul yang baik yaitu
sesuai prosedur pembuatan kapsul dapat terlihat dari hasil evaluasi sediaan kapsul
seperti dari laju alir, waktu hancur kapsul dan keseragaman bobot kapsul.
Dalam makalah ini terdapat dua formulasi sediaan kapsul Eritromisin,
yaitu formula standar LAFIAL dan formulasi modifikasi. Hasil Evaluasi kapsul
untuk formula standar mulai dari uji waktu alir, keseragaman bobot dan waktu

108
hancur kapsul semuanya memenuhi syarat. Waktu alir formula standar yaitu 5
detik, keseragaman bobot tidak lebih dari 2 kapsul yang menyimpang pada kolom
A, yaitu bobot kapsul 453,4 mg dan 543,6 mg dan tidak ada satu kapsul pun yang
menyimpang dari kolom B. Waktu hancur tidak lebih dari 15 menit.
Tetapi untuk hasil evaluasi kapsul formulas modifikasi masih banyak
penyimpangan. Waktu alir kapsul formulas modifikasi melebihi syarat yang
ditentukan hal ini dikarenakan daya alir antar partikel maupun daya alir partikel
dengan wadah buruk. Daya alir antar partikel sangat dipengaruhi oleh glidan
sedangkan daya alir partikel dengan wadah dipengaruhi oleh lubrikan sehingga
dalam formulasi ini harus menggunakan jenis glidan atau lubrikan yang cocok
karena dilihat dari konsentrasi Na-benzoat sebagai lubrikan dalam formula
tersebut sudah menggunakan batas maksimal penggunaannya sebagai lubrikan
begitu pun dengan konsentrasi talk sebagai glidan. Hal lain yang menyebakan
aliran jelek adalah keseragaman ukuran granul.
Keseragaman bobot kapsul formula modifikasi juga tidak memenuhi
syarat, semua bobot kapsul menyimpang pada kolom A dan B. Keragaman bobot
ini disebabkan aliran kurang baik, distribusi ukuran granul yang tidak tepat sebab
dengan demikian dapat memungkinkan timbul porositas tinggi dan sistem
pencampuran yang tidak benar. Hal ini dapat diatasi dengan perbaikan atau
mengulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul serta pengikat
yang cocok.
Waktu hancur kapsul memenuhi syarat.

BAB V KESIMPULAN
Hasil Evaluasi Kapsul Eritromisin
Formula Standar Formula Modifikasi
Waktu Alir 5 detik 50 detik
Keseragaman Bobot 2 kapsul menyimpang Semua kapsul
pada kolom A dan tidak menyimpang pada
ada satu pun yang kolom A dan B

109
menyimpang pada
kolom B
Waktu Hancur 2 menit 55 detik 1 menit 26 detik
Formula standar memenuhi syarat dan Formula modifikasi tidak memenuhi
syarat.

110

Anda mungkin juga menyukai