PENDAHULUAN
dikonsumsi tidak adekuat sehingga menimbulkan berbagai dampak yaitu berat badan
tidak normal, malnutrisi, letargi, gangguan perkembangan fisik dan mental serta pada
Salah satu gangguan makan pada anak yang sering di jumpai adalah gangguan makan
ruminasi atau rumination disorder. Gangguan makan ini ditunjukkan dengan anak yang
memuntahkan makanannya, lalu menelan dan mengunyahnya lagi atau memuntahkannya
kembali. Umumnya gangguan ini terjadi selama 30 menit pertama setelah makan dan
dilakukan dengan sengaja. Gangguan ruminasi bisa terjadi pada siapa saja. Pada bayi,
biasanya terlihat antara usia 3-12 bulan dan kadang hilang dengan sendirinya, tetapi bila
berlarut-larut dapat mengakibatkan malnutrisi yang mengancam jiwa. Komplikasi tambahan
terkait dengan efek sekunder dari kekurangan gizi termasuk keterlambatan pertumbuhan dan
efek negatif padapengembangan dan potensi pembelajaran.7
Sebuah penelitian yang dilakukan di Sri Langka tahun 2012 , peneliti
mengambil sampel berusia antara 10-16 tahun dengan total 2.163 anak dan didapatkan
1
sebanyak 110 anak mengalami rumination disorder. Prevalensi ruminasi adalah 61
orang pada anak laki-laki dan 49 orang pada anak perempuan.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.3 Etiologi Gangguan Makan
Walaupun etiologi gangguan makan merupakan hal yang kompleks, beberapa
penelitian nasional telah menjelaskan bahawa riwayat penderaan fisik dan trauma
psikososial sebagai faktor risiko predisposisi bagi perkembangan gangguan makan. Terdapat
bukti yang kukuh bahwa predisposisi genetik, kelahiran premature, trauma ketika lahir dan
biokimia individual memainkan peranan yang signifikan yang akhirnya berkembang
menjadi suatu gangguan makan.7
Proses makan pada anak terintegrasi dan melibatkan kemampuan multi sistem
sehingga disfungsi satu atau lebih sistem dapat saling mempengaruhi. 10 Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar keterampilan makan adalah faktor orangtua, faktor anak dan
3
faktor lainya yaitu keadaan status sosioekonomi, budaya, presentasi jenis makanan dan lain-
lain.11
7
2.5.6 Tata Laksana Gangguan Ruminasi
Penanganan gangguan ruminasi adalah penggabungan antara edukasi dan
teknik perilaku. Penanganan meliputi perbaikan lingkungan psikososial anak,
peningkatan perhatian dan kasih sayang ibu atau pengasuh anak serta
psikoterapi bagi ibu atau kedua orangtua. Tindakan operatif dilakukan apabila
9
2.6.1 Komplikasi Muntah
1. Mallory-weiss syndrome
Herniasi fundus melalui hiatus pada fase retching dan ekspulsi kadang-kadang
dapat menimbulkan robekan-robekan longitudinal pada mukosa. Keadaan ini
ditandai dengan bahan muntahan yang mengandung darah setelah beberapa
siklus retching dan ekspulsi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan kelainan ini biasanya sembuh tanpa komplikasi.
2. Aspirasi isi lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan
berulang-ulang dapat menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang.
Hal ini terjadi sebagai konsekuensi RGE, walaupun tanpa adanya gejala muntah
yang jelas.
3. Gagal tumbuh kembang
Muntah yang berulang-ulang dan cukup hebat akan menyebabkan gangguan gizi
oleh karena intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama,
maka akan terjadi kegagalan tumbuh kembang
4. Dehidrasi atau gangguan elektrolit dan asam-basa
Muntah-muntah yang hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya
elektrolit seperti fostas , klorida, natrium yang manifestasi sebagai alkalosis
metabolic, yang dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest.12
10
BAB III
KESIMPULAN
Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari gangguan fungsional
saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan melawan toksin yang tidak
sengaja tertelan.
Terdapat 3 fase proses terjadinya muntah yaitu:
1. Nausea: merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ visceral, labyrinth
dan emosi, tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi.
2. Retching: dapat terjadi tanpa diikuti muntah.Pada fase retching terjadi kekejangan
dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup.
3. Fase ekspulsif (muntah): Apabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh
kontraksi otot abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah jika tekanan
tersebut dapat mengatasi mekanisme anti refluks dari Lower esophagus sphingter
(LES).
Klasifikasi muntah: Lokus anatomi, Umur penderita, Adanya gejala dan tanda asosiasi
yang lain adalah sindroma muntah.
Ada 4 sindroma muntah, yaitu:
1. Muntah siklik (cyclic vomiting): dimana muntah yang hebat terjadi diantara kondisi
yang sehat, penyebabnya tidak diketahui, diagnose dengan cara eklusi, pengobatan
biasanya simptomatik, dan prognosa tidak jelas.
2. Muntah psikogenik: penyebab kelainan organik tak ditemukan, sindroma ini
menekankan pengaruh yang kuat dari kortek, faktor psikologi yang merangsang
mual(nausea) dan muntah.
3. Ruminasi: kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memuntahkan makanan
dari lambung, dikunyah dan ditelan kembali.
4. Abdominal migraine: suatu sindrom dengan gejala abdominal perodik.
Komplikasi muntah: mallory-weiss syndrome, aspirasi isi lambung,gagal tumbuh
kembang,Dehidrasi atau gangguan elektrolit dan asam-basa. Adapun Penatalaksanaan
muntah: antiemetik
Gangguan Ruminasi adalah suatu kondisi di mana seseorang terus mengambil makanan
tapi berulangkali pula memuntahkannya. Gangguan ini biasanya dimulai setelah usia
bayi 3 bulan. Gangguan ini terjadi pada bayi dan jarang terjadi pada anak-anak dan
11
remaja.
Adapun tanda gejalanya adalah :
1. Mengisap jempol atau memasukkan semua jari ke dalam mulut, atau
melengkungkan punggung untuk merangsang regurgitasi.
2. Saat bayi sendiri, sering ditemukan dengan muntahan
3. Kasus tersebut sering terjadi pada bayi yeng mendapat sedikit stimulasi emosional
dan mereka yang telah belajar untuk menstimulasi dan menyenangkan dirinya
melalui rumination.
4. Walaupun pada awalnya bayi regurgitasi muntah, tetapi mereka bisa belajar untuk
menahannya, mengunyah kembali.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Matson, J., Cooper, C., Mayville, S., & Gonzales, M. The relationship
2006. Hal.47-52.
2. Linscheid TR, Budd KS, Rasnake LK. Pediatric Feeding Disorders. In:
Hal.155-59.
symptomatology. 2012.
2012:1376.
8. Sadock VA, Kaplan HI. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry, 10th
13
9. Chatoor I, Ganiban J. Assessment and classification of feeding disorders. In:
2004. Hal.560.
10. Wolf LS, Glass RP. Feeding and Swallowing Disorders in Infancy. Texas:
11. Wahyuni, LK, Sungkar, E. Kesulitan Makan pada Anak. PERDOSRI. 2014.
12.Habib AS, Gan TJ. Evidence based management nausea and vomiting: A
14