Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KOTAKU UNTUK SELURUH INDONESIA

Disusun oleh

Nama Anggota Kelompok :

1. Annisa Putri Puspitasari

2. Dela Haryanti

3. Devi Putri Dahlia

4. Diana Tri Ambarwati

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2019

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................4

1.3. Tujuan.................................................................................................5

1.4. Manfaat...............................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengelolaan...........................................................................7

2.2. Permukiman Kumuh Perkotaan..........................................................7

2.3. Karakteristik Permukiman Kumuh.....................................................8

2.4. Pengertian Tentang Sampah...............................................................9

2.5. Sistem Pengelolaan Sampah...............................................................9

a. Aspek Teknis Operasional...........................................................9

b. Aspek Kelembagaan....................................................................9

ii
c. Aspek Peran Serta Masyarakat....................................................9

d. Aspek Hukum, Undang-Undang, Peraturan Serta Kebijakan


Daerah..............................................................................................10

e. Aspek Pembiayaan.......................................................................10

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Perumusan Masalah...............................................................................12

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan............................................................................................14

4.2 Saran......................................................................................................14

4.3 Penutup..................................................................................................14

Daftar Pustaka..............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Kamus Penataan Ruang (Maman Djumantri,et.al., 2009) perumahan


diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian, dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Lebih jauh, kawasan perkotaan dan perdesaan dijelaskan dalam Undang- Undang
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kawasan perdesaan diartikan
sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Sedangkan kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.

Perumahan dan permukiman itu memiliki pengertian berbeda, karena permukiman


mempunyai makna yang lebih menunjuk kepada obyek, yang dalam hal ini
merupakan unit hunian. Sifat dan karakter permukiman lebih kompleks, karena
mencakup suatu batasan wilayah yang lebih luas dari perumahan (Sastra, 2005 dalam
Wahyuni Lasniah, 2010). Permukiman terbentuk dari adanya kesatuan antara manusia
dan lingkungannya. Menurut Sastra (2005) dalam Wahyuni Lasniah (2010) elemen-
elemen pembentuk kesatuan tersebut terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan pem-

1
bangunan dan pengembangan kawasan perkotaan melalui penanganan kualitas ling-
kungan permukiman yaitu peningkatan kualitas permukiman kumuh, pencegahan
tumbuh kembangnya permukiman kumuh baru, dan penghidupan yang berkelanju-
tan. Pada tahun 2016 masih terdapat 35,291 Ha pemukiman kumuh perkotaan yang
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia sesuai hasil perhitungan pengurangan
luasan permukiman kumuh perkotaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus mengalami penambahan apa-
bila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif, menyeluruh, dan tepat sasaran.

Permukiman kumuh masih menjadi tantangan bagi pemerintah kabu- paten/kota,


karena selain merupakan masalah, disisi lain ternyata merupakan salah satu pilar
penyangga perekonomian kota. Mengingat sifat pekerjaan dan skala pen- capaiaan,
diperlukan kolaborasi beberapa pihak antara pemerintah mulai tingkat pusat sampai
dengan tingkat kelurahan/desa, pihak swasta, masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Oleh karena itu, sebagai salah satu langkah mewujudkan sasaran RPJMN 2016-2021
yaitu kota tanpa permukiman kumuh di tahun 2021, Direktorat Jenderal Cipta Karya
menginisiasi pembangunan platform kolaborasi melalui Pro- gram Kota Tanpa
Kumuh (KOTAKU). Program KOTAKU mendukung pemerintah daerah sebagai
nahkoda dalam penanganan permukiman kumuh dan menyiapkan masyarakat sebagai
subjek pembangunan melalui revitalisasi peran Badan Keswadayaan Masyarakat.

Program Kotaku adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas per- mukiman
kumuh nasional yang merupakan upaya strategis direktorat jenderal cipta karya
kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat dalam rangka mem- berdayakan
masyarakat dan memperkuat peran pemerintah daerah (pemkab/pem- kot) dalam
rangka pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman ku- muh
diperkotaan demi mendukung pencapaiaan gerakan 100-0-100 (100% tersedia akses
air minum, 0% kawasan kumuh dan 100% tersedia akses sanitasi layak) sesuai
dengan amanah RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) tahun
2015-2021.

2
Tujuan program ini adalah tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan
menjadi 0 hektare melalui pencegahan dan peningkatan kualitas per- mukiman
kumuh seluas 38,431 hektare skala nasional.serta, meningkatkan akses terhadap
infrastruktur dan pelayanan dasar di kawasan kumuh perkotaan untuk mendukung
terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menge- tahui
seberapa efektif pengaruh pelaksanaan program dan bagaimana aksesibilitas
masyarakat terhadap program yang diberikan pemerintah dibeberapa daerah di
indonesia seperti di Kecamatan Rangkui Kelurahan Parif lalang kota pangkal pinang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan di kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi Selatan terutama disegi aksebilitasnya dan diharapkan dapat
merumuskan perencanaan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan
karakteristik daerah tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah dalam


penelitian diatas sebagai berikut :

1. Program KOTAKU di Indonesia berada di daerah mana saja?

2. Kota mana yang sukses menjalankan program KOTAKU di


Indonesia?

3. Bagaimana pelaksanaan program KOTAKU di Indonesia?

4. Bagaimana penanganan program KOTAKU di Indonesia?

5. Bagaimana aksebilitas yang dirasakan masyarakat yang menjalankan


program kota tanpa kumuh di Indonesia?

4
1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan program kota tanpa kumuh di


seluruh Indonesia.

2. Mengetahui di daerah mana sajakah program kota tanpa kumuh


sudah dilaksanakan.

3. Mengetahui tingkat keberhasilan program kota tanpa kumuh di


Indonesia.

4. Mengetahui bagaimana cara penanganan program kota tanpa


kumuh di Indonesia.

5. Mengukur dan mengetahui aksebilitas apa saja yang didapat oleh


masyarakat dalam program kota tanpa kumuh di Indonesia.

6. Merumuskan perencanaan penanganan pernukiman kumuh di


Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dari aspek peningkatan
kualitas permukiman.

5
1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi


pengembang teori-teori dan konsep-konsep kesejahteraan sosial yang berkaitan
dengan aksesibilitas masyarakat yang menerima program kotaku.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan saran pemikiran


kepada masyarakat tentang pelaksanaan program pengembangan kota tanpa kumuh
terhadap aksesibilitasnya. Juga dapat dijadikan pengetahuan dan penyadaran bagi
masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan penataan kawasan kumuh yang ada di
Indonesia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengelolaan

Pengelolaan berasal dari kata manajemen atau administrasi. Manajemen


diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan
(Usman, 2009). Menurut Balderton dalam Adisasmita (2011), istilah pengelolaan
sama dengan manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan
usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk
mencapai suatu tujuan. Pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, akan
tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien (Adisasmita, 2011).

2.2 Permukiman Kumuh Perkotaan

1. Pengertian Permukiman

Dalam Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 dijelaskan bahwa permukiman adalah
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan
yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

2. Pengertian Permukiman Kumuh

Kenaikan laju pertumbuhan penduduk memiliki dampak pada tingginya akses


terhadap kebutuhan-kebutuhan primer salah satunya adalah kebutuhan akan rumah
tinggal. Hal tersebut merupakan salah satu pemicu munculnya permukiman kumuh

7
(Wimardana & Setiawan, 2016). Pengertian permukiman kumuh dijelaskan dalam
Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, bahwa permukiman kumuh adalah permukiman
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat.

Beberapa faktor penyebab timbulnya permukiman kumuh di perkotaan menurut Basri


dkk. (2010), adalah:

a. Arus urbanisasi penduduk

b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat

c. Kondisi sosial budaya masyarakat

d. Karakteristik fisik alami

3. Asumsi Kebutuhan Rumah (Housing Need)

Kebanyakan penduduknya bekerja di sektor sekunder maupun tersier. Permukiman


harus direncanakan secara baik sehingga dapat mengantisipasi perkembangan ruang
kota jangka panjang, sehingga perlu dilakukan asumsi perhitungan untuk mengetahui
kebutuhan jumlah hunian bagi penduduk.

2.3 Karakteristik Permukiman Kumuh

Karakteristik permukiman kumuh adalah ciri dan fisik permukiman yang berada
dalam satu lingkungan dengan kondisi yang kurang layak bagi kesehatan dan
kesejahteraan permukimannya, menggunakan 7 indikator sesuai dengan Permen
PUPR No.2 Tahun 2016. Menurut Rebecca (Koestoer dkk., 2001) karakteristik
permukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan dan kerapatan

8
yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan dan saluran drainase yang tidak
memadai sehingga secara berkala mengalami banjir.

2.4 Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

2.5 Sistem Pengelolaan Sampah

a. Aspek Teknis Operasional

Pengelolaan sampah merupakan upaya yang sering dilakukan dalam sistem


manajemen persampahan dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan efesiensi
operasional.

b. Aspek Kelembagaan

Kelembagaan pengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota, kecamatan yang


pada prinsipnya adalah pengelolaan persampahan secara bersama antara daerah
sebagaimana konsep manajemen pengelolaan secara terpadu, diperlukan
pengutamaan pembentukan aspek kelembagaannya yang mengacu UU no.32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah yakni Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota.

c. Aspek Peran Serta Masyarakat

Dalam era reformasi saat ini, peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan
maupun perumusan suatu kebijaksanaan merupakan suatu keharusan.Hal ini
dilakukan mengingat bahwa masyarakat bukan hanya sekedar obyek namun

9
merupakan subyek yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program
pembangunan.

Kontribusi masyarakat dipandang perlu sebagai salah satu sumbangan pokok dalam
pembangunan.Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa komunikasi dan
dialog tersebut tidak terjadi dengan sendirinya hanya karena Pemda terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perkotaan.

d. Aspek Hukum, Undang-Undang, Peraturan Serta Kebijakan Daerah

Secara umum beberapa perundang-undangan dan peraturan yang terkait dengan


pelaksanaan pengelolaan sampah nasional maupun regional adalah:

1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara

2) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tantang Pemerintah Daerah

3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

4) Undang-Undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 7 yahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah 2005-2009

e. Aspek Pembiayaan

Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek pembiayaan adalah:

1) Keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan, untuk investasi dan operasional


mengakibatkan pelayanan pengelolaan sampah yang tidak optimal.

10
2) Belum terciptanya iklim yang kondusif untuk kerjasama dengan swasta
(Berdasarkan Perpres No.13 Tahun 2010 tentang kerjasama antara pemerintah dan
Badan Usaha dalam penyediaan Infrastruktur)

3) Tarif retribusi sampah belum didasarkan pada perhitungan dan pendataan


(klasifikasi wajib retribusi) yang memadai dan realisasi penarikan retribusi masih
rendah (rata-rata nasional 20%)

11
BAB III

Pembahasan

3.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut:

1. Program pemerintah kota tanpa kumuh sudah dilaksanakan di 15 provinsi di


Indonesia. Dapat diuraikan sebagai berikut: Sumatera Utara, Jawa Barat, Aceh
, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bengkulu, Sumatera Barat,
Banten, Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Lampung, Jambi, dan Kalimantan Timur.
2. Saat ini Kelurahan Kedungwuni Timur, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa
Tengah. Sudah berhasil menjalankan program kota tanpa kumuh yang di
propagandakan oleh pemerintah.
3. Pelaksanaan program KOTAKU akan berjalan dengan lancar jika
dilaksanakan dalam empat tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan, 2. Tahap
perencanaan, 3. Tahap pelaksanaan, 4. Tahap keberlanjutan.
4. Penanganan program KOTAKU dilakukan berdasarkan kondisi kualitas
pemukiman yang ada dan bisa dibedakan menjadi tiga pola penanganan :
1. Pencegahan
2. Peningkatan Kualitas
3. Pengelolaan

12
5. Banyak kemudahan yang didapatkan masyarakat yang melaksanakan program
KOTAKU seperti kemudahan mandapatkan air bersih, Lingkungan rumah
menjadi lebih bersih dan sehat, serta susunan rumah yang lebih rapi.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jadi makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi


pengembang teori-teori dan konsep-konsep kesejahteraan sosial yang berkaitan
dengan aksebilitas masyarakat yang menerima program kotaku. Selain itu diharapkan
agar masyarakat dapat memperoleh manfaat positif dengan terbebas dari hunian yang
tidak layak huni.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil makalah diatas saran yang dapat kami berikan sebagai berikut:

1. Pemerintah seharusnya mensosialisasikan tentang program KOTAKU ke


masyarakat luas agar masyarakat lebih memahami program ini.
2. Penglibatan masyarakat dan tokoh masyarakat dalam proses pembangunan
harus lebih ditingkatkan dalam setiap proses pembangunan baik mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hingga pemanfaatan hasil serta
pemeliharaan.

4.3 Penutup

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan keridhoan-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis mudah-
mudahan makalah ini memberi kemanfaatan bagi pembaca. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Maka dari itu,kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

14
Daftar Pustaka

Purbosari, http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2014/12/pengertian-perumahan-dan-
permukiman.html, (2012)

Ato Basahona, https://www.atobasahona.com/2016/10/pengertian-sampah-menurut-


ahli.html, (2016)

KOTAKU, http://kotaku.pu.go.id/page/6880/tentang-program-kota-tanpa-kumuh-
kotaku, (2017)

http://kotaku.pu.go.id/view/7852/progres-pim-periode-juli-2019

http://repository.unpas.ac.id/34037/5/bab%201%20fix.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai