Disusun oleh
2. Dela Haryanti
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3. Tujuan.................................................................................................5
1.4. Manfaat...............................................................................................6
b. Aspek Kelembagaan....................................................................9
ii
c. Aspek Peran Serta Masyarakat....................................................9
e. Aspek Pembiayaan.......................................................................10
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................14
4.2 Saran......................................................................................................14
4.3 Penutup..................................................................................................14
Daftar Pustaka..............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih jauh, kawasan perkotaan dan perdesaan dijelaskan dalam Undang- Undang
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kawasan perdesaan diartikan
sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Sedangkan kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
1
bangunan dan pengembangan kawasan perkotaan melalui penanganan kualitas ling-
kungan permukiman yaitu peningkatan kualitas permukiman kumuh, pencegahan
tumbuh kembangnya permukiman kumuh baru, dan penghidupan yang berkelanju-
tan. Pada tahun 2016 masih terdapat 35,291 Ha pemukiman kumuh perkotaan yang
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia sesuai hasil perhitungan pengurangan
luasan permukiman kumuh perkotaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus mengalami penambahan apa-
bila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif, menyeluruh, dan tepat sasaran.
Program Kotaku adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas per- mukiman
kumuh nasional yang merupakan upaya strategis direktorat jenderal cipta karya
kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat dalam rangka mem- berdayakan
masyarakat dan memperkuat peran pemerintah daerah (pemkab/pem- kot) dalam
rangka pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman ku- muh
diperkotaan demi mendukung pencapaiaan gerakan 100-0-100 (100% tersedia akses
air minum, 0% kawasan kumuh dan 100% tersedia akses sanitasi layak) sesuai
dengan amanah RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) tahun
2015-2021.
2
Tujuan program ini adalah tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan
menjadi 0 hektare melalui pencegahan dan peningkatan kualitas per- mukiman
kumuh seluas 38,431 hektare skala nasional.serta, meningkatkan akses terhadap
infrastruktur dan pelayanan dasar di kawasan kumuh perkotaan untuk mendukung
terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menge- tahui
seberapa efektif pengaruh pelaksanaan program dan bagaimana aksesibilitas
masyarakat terhadap program yang diberikan pemerintah dibeberapa daerah di
indonesia seperti di Kecamatan Rangkui Kelurahan Parif lalang kota pangkal pinang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan di kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa
Provinsi Sulawesi Selatan terutama disegi aksebilitasnya dan diharapkan dapat
merumuskan perencanaan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan
karakteristik daerah tersebut.
3
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Tujuan
5
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Permukiman
Dalam Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 dijelaskan bahwa permukiman adalah
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan
yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
7
(Wimardana & Setiawan, 2016). Pengertian permukiman kumuh dijelaskan dalam
Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, bahwa permukiman kumuh adalah permukiman
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat.
Karakteristik permukiman kumuh adalah ciri dan fisik permukiman yang berada
dalam satu lingkungan dengan kondisi yang kurang layak bagi kesehatan dan
kesejahteraan permukimannya, menggunakan 7 indikator sesuai dengan Permen
PUPR No.2 Tahun 2016. Menurut Rebecca (Koestoer dkk., 2001) karakteristik
permukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan dan kerapatan
8
yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan dan saluran drainase yang tidak
memadai sehingga secara berkala mengalami banjir.
2.4 Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
b. Aspek Kelembagaan
Dalam era reformasi saat ini, peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan
maupun perumusan suatu kebijaksanaan merupakan suatu keharusan.Hal ini
dilakukan mengingat bahwa masyarakat bukan hanya sekedar obyek namun
9
merupakan subyek yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program
pembangunan.
Kontribusi masyarakat dipandang perlu sebagai salah satu sumbangan pokok dalam
pembangunan.Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa komunikasi dan
dialog tersebut tidak terjadi dengan sendirinya hanya karena Pemda terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perkotaan.
e. Aspek Pembiayaan
Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek pembiayaan adalah:
10
2) Belum terciptanya iklim yang kondusif untuk kerjasama dengan swasta
(Berdasarkan Perpres No.13 Tahun 2010 tentang kerjasama antara pemerintah dan
Badan Usaha dalam penyediaan Infrastruktur)
11
BAB III
Pembahasan
12
5. Banyak kemudahan yang didapatkan masyarakat yang melaksanakan program
KOTAKU seperti kemudahan mandapatkan air bersih, Lingkungan rumah
menjadi lebih bersih dan sehat, serta susunan rumah yang lebih rapi.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil makalah diatas saran yang dapat kami berikan sebagai berikut:
4.3 Penutup
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan keridhoan-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis mudah-
mudahan makalah ini memberi kemanfaatan bagi pembaca. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Maka dari itu,kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
14
Daftar Pustaka
Purbosari, http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2014/12/pengertian-perumahan-dan-
permukiman.html, (2012)
KOTAKU, http://kotaku.pu.go.id/page/6880/tentang-program-kota-tanpa-kumuh-
kotaku, (2017)
http://kotaku.pu.go.id/view/7852/progres-pim-periode-juli-2019
http://repository.unpas.ac.id/34037/5/bab%201%20fix.pdf
15