Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BESAR I

MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

NAMA : DEVI NOVITA SARI


NIM : 43218320007
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
PRODI : AKUNTANSI
Balance Scorecard

Balance Scorecard dari PT Kacang Merpati dan PT Kacang Perkutut


Perspektif Keterangan

Memenuhi permintaan konsumen seperti adanya kacang yang


tidak hanya di goreng dan tidak hanya terasa asin, selain itu
Pelanggan
adanya kacang yang berukuran lebih besar dengan
pengemasan yang lebih higenis dan beragam.

Menghasilkan kacang sesuai standar mutu yang ditetapkan


Keuangan sehingga dapat meningkatkan permintaan pelanggan
menjelang lebaran, natal dan tahun baru.

Melakukan kerjasama dengan LIPI dan petani kacang untuk


Proses Bisnis Internal
menjaga kualitas dan suplai kacang tanah.

Menghasilkan kacang berbiji tiga sebagai suatu inovasi dari


Pembelajaran dan Pertumbuhan
produk yang dihasilkan.

Perbedaan dari PT Kacang Merpati dan PT Kacang Perkutut


PT Kacang Merpati menghasilkan kacang yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan karena
telah bekerjasama dengan pihak yang ahli dibidangnya, PT Kacang Merpati juga memiliki tujuan
yang jelas, pemasaran yang baik dan strategi yang tepat untuk dijalankan, sedangkan PT Kacang
Perkutut tidak.

Identifikasi tahapan perusahaan dapat meningkatkan nilai produk


Perusahaan dapat meningkatkan nilai produk pada saat melakukan kerjasama dengan LIPI dan
petani kacang sehingga menghasilkan kacang tanah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.
Menurut saya PT Kacang Merpati memiliki rantai nilai yang tepat.

Lalu kacang yang sudah siap Memiliki lahan pekebunan


untuk dikonsumsi, di dan melakukan kerjasama
disitribusikan keseluruh dengan pihak yang ahli di
Indonesia. bidang kacang sehingga
Hasil penjualan yang diperoleh memperoleh kacang yang
dapat digunakan untuk bermutu sesuai dengan
melakukan produksi kembali. standart yang ditentukan.

Kemudian kacang diolah


dengan beranekaragam cara
pembuatan (baik itu di
goreng, dipanggang maupun
diroasted), beranekaragam
rasa (baik itu asin, manis
maupun pedas) serta
beranekaragam design
kemasan dengan
mengutamakan tetap kualitas
.

Rekomendasi yang dapat saya berikan untuk kedua perusahaan kacang tersebut diantaranya:

a. Melakukan perluasan lahan untuk perkebunan


b. Melakukan kerjasama dengan petani kacang lain
c. Melakukan inovasi yang unik terhadap produk
d. Meningkatkan jumlah produksi
e. Menjalin kerjasama dengan banyak pihak
f. Membuat produk lain yang berbahan dari residu agar tidak mencemari lingkungan
g. Melakukan perluasan distribusi
h. Mengumpulkan keuntungan untuk memperbanyak cabang produksi
i. Melakukan evaluasi secara rutin terhadap produk dan human
Isu PT Kacang Merpati dan PT Kacang Perkutut

PT Kacang Merpati memiliki banyak isu keunggulan mulai dari proses penanaman sampai produk
diterima oleh konsumen yang selalu mengutamakan kualitas, sedangkan PT Kacang Perkutut memiliki
banyak isu yang harus ditingkatkan dan diperbaiki untuk kedepannya.

ACTIVITY BASED MANAGEMENT

PT Gunung Madu Plantations IX


Gunung Batin Lampung Tengah

PT Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah didirikan pada tahun 1975 untuk
membangun dan menjalankan usaha perkebunan tebu dan pabrik gula Lampung.
Visi PT Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah
a. Menjaga kelancaran proses produksi
b. Mencapai target yang sesuai dengan mutu dan kualitas yang telah ditetapkan
Misi PT Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah
a. Mencapai keuntungan optimal
b. Melaksanakan ekspansi perusahaan
c. Meningkatkan reputasi perusahaan
Aktivitas PT Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah
a. Departemen proses penggilingan
b. Departemen proses pemurnian nira
c. Departemen proses penguapan
d. Departemen proses pemasakan
e. Departemen proses putaran
f. Departemen proses pembungkusan
g. Departemen proses gudang gula
Aktivitas yang terjadi masih merupakan aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai
tambah dan aktivitas tersebut menimbulkan biaya. Tingkat standar untuk biaya aktivitas adalah
jumlah jam kerja produksi yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp 5.844,345 per jam.
Jumlah tenaga kerja dan jumlah biaya aktual setiap aktivitas produksi serta jumlah tenaga kerja
dan jumlah harga standar per unit pada tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada table berikut.
Penerapan Activity Based Management Dalam Proses Produksi pada Departemen Produksi PT.
Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin
Penerapan activity based management system berfokus pada pengelolaan Lampung Tengah dan
pada aktivitas sistem yang bertujuan aktivitas secara terpadu meningkatkan customer value dan
laba. Manajemen berbasis aktivitas berfokus ke aktivitas yaitu serangkaian kegiatan yang
membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa. Penerapan activity
based management system, yang dilakukan oleh PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin
Lampung Tengah dalam usahanya agar dapat bertahan dan mencapai keunggulan dalam
persaingan, yaitu dengan cara berfokus pada peningkatan aktivitas bernilai tambah, peningkatan
kualitas, fleksibilitas, dan efisiensi biaya produksi serta perolehan laba.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:244), dalam pengelolaan aktivitas manajemen (activity
management) akan dilakukan beberapa tahapan yaitu:
a. Mengidentifikasikan aktivitas yang bertujuan untuk menilai aktivitas- aktivitas apa yang
dilaksanakan.
b. Menganalisis driver penggerak biaya. Analisis driver biaya adalah mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan mengapa biaya aktivitas terjadi
(analisis penggerak aktivitas).
c. Menganalisis kinerja aktivitas adalah mengevaluasi aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan
untuk menilai seberapa baik kinerja aktivitas untuk melakukan pengurangan biaya.
Berdasarkan uraian diatas maka, PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah
harus melakukan identifikasi pada semua departemen produksi untuk mengetahui apa saja
aktivitas yang terjadi, kemudian melakukan analisis pada setiap aktivitas agar mengetahui apa
pemicu biaya dari aktivitas yang terjadi, dan mengurangi aktivitas tidak bernilai tambah untuk
memperoleh hasil perbaikan yang diinginkan.
Mengidentifikasi Aktivitas pada Departemen Produksi PT. Gunung Madu Proses Platations IX
Gunung Batun Lampung Tengah
Proses pengidentifikasian, penjelasan dan pengevaluasianTengah aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam proses pengelolaan bahan olahan tebu menjadi gula pasir pada Departemen
Produksi PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah bertujuan untuk
melakukan peninjauan dan perbaikan secara berkelanjutan terhadap aktivitas yang sudah terjadi
dalam prose produksi.

Adapun aktivitas yang terjadi pada Departemen Produksi PT. Gunung Madu Plantations IX
Gunung Batin Lampung Tengah adalah dimulai dari penerimaan dan pembelian bahan baku
(tebu) yang kemudian dikumpulkan dalam gudang bahan baku/material dan selanjutnya masuk
kedalam proses produksi hingga akhirnya menjadi produk berupa gula pasir GMP. Berdasarkan
hasil identifikasi pada Departemen Produksi terdapat aktivitas yang bernilai tambah (value added
activity) dan aktivitas yang tidak bernilai tambah (non activity). Dalam kegiatan proses produksi
terdapat 6 (enam) sub departemen valueadd produksi, yaitu: (1) Departemen Penggilingan, (2)
Departemen Ketel, (3) Departemen Pemurnian, (4) Departemen Penguapan, (5) Departemen
Masakan dan Putaran, serta (6) Departemen Pengemasan dan Penyelesaian. Setelah
dilakukannya identifikasi terhadap 6 (enam) sub departemen produksi tersebut, diperolah 11
(sebelas) kelompok aktivitas yang ada dalam departemen produksi, seoerti disajikan pada Tabel
berikut

Selanjutnya dari hasil identifikasi atas aktivitas-aktivitas proses produksi ini maka akan dilakukan
tahap berikutnya yaitu menganalisis pemicu biaya dari masing-masing aktivitas.
Menganalisis Pemicu Biaya dari masing-masing aktivitas pada Departemen Produksi PT. Gunung
Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah
Analisis aktivitas merupakan inti dari Process Value Analysis (PVA). Analisis aktivitas adalah
proses lanjutan dari pengidentifikasian, penggambaran dan evaluasi Aktivitas yang dilaksanakan
oleh perusahaan. Pengukuran kinerja aktivitas dilaksanakan baik dalam bentuk keuangan dan
non keuangan. Pengukuran ini didesain untuk menilai bagaimana aktivitas dilaksanakan dan hasil
yang diperolehnya. Agar mudah dalam melakukan analisis, perlu mengetahui apa pemicu biaya
(cost driver) dari biaya-biaya aktivitas yang muncul, karena pemicu biaya (cost driver) adalah hal
yang paling penting untuk diketahui agar biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses produksi
memang sudah benar-benar sesuai dengan nilai tambah yang akan diperoleh dari hasil
produksinya.

Pemicu adalah penyebab timbulnya konsumsi sesuatu. Ada dua macam pemicu biaya (cost d
iver) yaitu resource driver dan activ ty driver. Resource driver adalah faktor yang menjadi
penyebab konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Activity driver adalah faktor yang menjadi
penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh cost object. Setelah mengetahui pemicu biaya pada
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam setiap departemen produksi maka tahapan selanjutnya
adalah menganalisis aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

Pengklasifikasian aktivitas bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah bertujuan
untuk mempermudah tahapan selanjutnya, yaitu dalam proses pengurangan biaya tidak bernilai
tambah. Pemicu biaya atas 11 (sebelas) aktivitas yang terjadi pada setiap Departemen Produksi
PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah dan klsifikasi biaya bernilai
tambah dan biaya yang tidak bernilai tambah disajikan pada table berikut
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 11 (sebelas) aktivitas departemen
produksi, ada 3 (tiga) aktivitas yang dalam kegiatannya tidak memberikan nilai tambah pada
perusahaan, yaitu: (1) aktivitas menyeleksi ukura Kristal gula, (2) aktivitas mengangkut gula ke
gudang, dan (3) aktivitas menyimpan gula di gudang. Alasan ketiga aktivitas ini dinilai tidak
memberikan nilai tambah pada perusahaan, adalah:
1. Aktivitas menyeleksi ukuran kristal gula
Proses produksi yang terjadi dalam aktivitas ini seharusnya tidak terjadi lagi karena
menurut penjelasan karyawan dari proses bagian produksi serta survei yang
dilakukanpada bagian produksi bahwa kegiatan menyeleksi ukuran Kristal gula sudah
dilakukan dalam aktivitas pembentukan Kristal gula dan dalam aktivitas pemisahan Kristal
gula dan sirup. Jadi akan lebih baik jika aktivitas ini dieliminasi, sehingga biaya-biaya yang
terjadi dalam proses aktivitas ini bisa mengurai biaya aktivitas tidak bernilai tambah, dan
akibat dari berkurangnya biaya bisa meningkatka laba perusahaaan.

2. Aktivitas mengangkut gula ke gudang


Aktivitas mengangkut gula ke gudang yang terjadi dalam proses produksi seharusnya
dapat dioptimalkan apabila tidak ada aktivitas penyimpanan gula di gudang.

3. Aktivitas menyimpan gula di gudang


Selanjutnya aktivitas menyimpan gula di gudang juga merupakan aktivitas tidak bernilai
tambah, karena dalam kegiatan aktivitas ini kegiatan yang dilakukan hampir serupa
dengan kegiatan aktivitas mengangkut gula kegudang, dan kegiatan pada aktivitas ini
hanya akan menimbulkan biaya yang tidak memberikan manfaat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka seharusnya perusahaan melakukan penghapusan


(pengeliminasian) pada aktivitas menyeleksi ukuran kristal gula, serta mengoptimalkan aktivitas
mengangkut gula ke gudang dan menyimpan gula di gudang menjadi satu aktivitas. Dengan
demikian maka akan diperoleh pengurangan biaya atas penghapusan dan pengoptimalan dari
ketiga aktivitas tidak bernilai tambah. Untuk mengetahui jumlah pengurangan biaya tidak bernilai
tambah, perusahaan juga harus melakukan perhitungan dan analisis pada biaya aktivitasbernilai
tambah dan tidak bernilai tambah.
Perhitungan dan Analisis Biaya Aktivitas Bernilai Tambah dan Biaya Aktivitas Tidak Bernilai
Tambah pada Departemen Produksi PT. Gunung Madu Plantations Gunung Batin Lampung
Tengah
Hansen dan Mowen mengemukakan bahwa aktivitas dapat disebut aktivitas bernilai tambah
apabila secara bersamaan memenuhi ketiga kondisi berikut ini:

1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan

2. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas sebelumnya, dan

3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan

Aktivitas bernilai tambah adalah suatu aktivitas yang berkontribusi terhadap pelanggan
(customer value) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau memuaskan kebutuhan
organisasi. Yang dimaksud dengan nilai pelanggan adalah selisih antara pengorbanan yang
dilakukan oleh pemakai dan manfaat yang diterima bagi perusahaan. Jadi ini memberikan
pengertian bahwa perusahaan ingin memberikan timbal balik kepada pelanggan dengan
memberikan kepuasan kepada pelanggan karena mau mengorbankan sesuatu untuk
mengkonsumsikan hasil produksi dari perusahaan sehingga perusahaan mendapatkan
manfaatnya. Selanjutnya suatu aktivitas dapat dikategorikan sebagai aktivitas tidak bernilai
tambah apabila aktivitas tersebut tidak memenuhi satu dari ketiga kondisi kriteria aktivitas
bernilai tambah yang telah disebutkan. Adapun biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai
tambah yang terjadi pada departemen produksi PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin
Lampung Tengah dihitung menggunakan formula berikut ini:

Biaya aktivitas bernilai tambah = SQ x SP


Biaya aktivitas tidak bernilai tambah = (AQ-SQ) x SP
Keterangan:
SQ = Tingkat output bernilai tambah suatu aktivitas

SP = Harga standar per unit ukuran output aktivitas

AQ = Kuantitas aktual yang digunakan untuk sumber daya yang fleksibel atau kapasitas
aktivitas praktis yang dibutuhkan untuk sumber daya yang terkait.

Analisis Biaya Aktivitas Bernilai Tambah pada Departemen Produksi PT. Gunung Madu
Plantations IX Gunung Batin Lampung
Perhitungan biaya aktivitas bernilai tambah yang terjadi pada departemen produksi PT. Gunung
Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah Tahun 2013, 2014, dan Tahun 2015 disajikan
pada table berikut

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 8 (delapan) aktivitas dalam
departemen produksi diperoleh biaya bernilai tambah yang diberikan pada perusahaan dan
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Tahun 2013 jumlah biaya bernilai tambah untuk
8 (delapan) aktivitas sebesar Rp. 2.221.786.195 meningkat menjadi Rp. 2.541.588.754 di Tahun
2014, dan kembali meningkat sebesar Rp. 2.596.410.748. Dengan demikian dari hasil
perhitungan biaya aktivitas bernilai tambah dapat diketahui bahwa, biaya pada 8 (delapan)
aktivitas yang terjadi merupakan biaya bernilai tambah bagi perusahaan serta harus tetap
dilaksanakan dan disetiap tahun mengalami peningkatan. Selanjutnya akan dilakukan
perhitungan biaya atas 3 (tiga) aktivitas lainnya yang merupakan aktivitas tidak bernilai tambah.
Perhitungan dan Analisis Biaya Aktivitas Tidak Bernilai Tambah pada Departemen Produksi PT.
Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah

Perhitungan biaya aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi pada departemen produksi PT.
Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah Tahun 2013, 2014, dan Tahun 2015
disajikan pada table berikut

Berdasarkan Tabel 4.4, perhitungan atas biaya aktivitas tidak bernilai tambah pada PT. Gunung
Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah Tahun 2013, 2014, dan Tahun 2015, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Departemen Masakan dan Putaran Dalam
Pada departemen ini terdapat 1 (satu) sub aktivitas yang teridentifikasi dan setelah
dilakukan analisis merupakan biaya tidak bernilai tambah, yaitu:
a. Sub Aktivitas Menyeleksi Ukuran Kristal Gula
Dalam proses produksi pada departemen ini biaya untuk sub aktivitas menyeleksi
ukuran Kristal gula dianggap merupakan biaya tidak bernilai tambah. Seperti pada
Tahun 2013 sub aktivitas menyeleksi Kristal ukuran gula dalam departemen masakan
dan putaran ini mengeluakan biaya sebesar Rp. 141.433.149, menurun menjadi Rp.
51.102.953di Tahun 2014. Kemudian terjadi penurunan kembali di Tahun 2015
seberas Rp. 39.332.442.

b. Sub Aktivitas Mengangkut Gula ke Gudang


Merupakan aktivitas pada Departemen Pengemasan dan Penyelesaian. Pada sub
aktivitas ini biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas mengalami penurunan. Pada Tahun
2013 sebesar Rp. 165.266. 388menurun menjadi Rp. 76.654.429 di Tahun 2014, dan
kembali terjadi penurunan pad Tahun 2015 sebesar Rp. 64.147.531.
c. Sub Aktivitas Menyimpan Gula di Gudang
Merupakan aktivitas pada Departemen Pengemasan dan Penyelesaian.

Pada sub aktivitas ini biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang terjadi tidak
mengalami peningkatan, dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 biaya untuk
aktivitas ini tetap sebesar Rp. 55.982.981.

Dari penjelasan biaya aktivitas bernilai tambah dan biaya tidak bernilai tambah diatas,
maka dapat dibuatkan rekapitulasi biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai
tambah, guna mengetahui perbedaan biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai
tambah yang terjadi pada Departemen Produksi PT. Gunung Madu Plantations IX
Gunung Batin Lampung Tengah seperti yang disajikan pada table berikut
Berdasarkan table diatas diperoleh informasi bahwa biaya aktivitas bernilai tambah
selalu mengalami peningkatan, yaitu pada Tahun 2013 sebesar Rp. 2.221.786.195
meningkat menjadi Rp. 2.541.588.754 di Tahun 2014, dan kembali meningkat pada
Tahun 2015 menjadi Rp. 2.596.410.748.

Selanjutnya biaya tidak bernilai tambah mengalami penurunan yang cukup


menguntungkan bagi perusahaan, yaitu pada Tahun 2013 biaya tidak bernilai tambah
sebesar Rp. 362.682.518 menurun menjadi Rp. 183.740.362 di Tahun 2014. Kemudian
pada Tahun 2015 kembali terjadi penurunan sebesar Rp. 159.462.953. Dengan
demikian perusahaan harus melakukan pengurangan terhadap aktivitas yang telah
dianalisis sebagai biaya tidak bernilai tambah. Hal ini bertujuan agar proses produksi
bisa lebih efisien dan efektif, sehingga laba yang diinginkan dapat meningkat dengan
berkurangnya biaya tidak bernilai tambah tersebut.
Pengurangan Biaya Aktivitas Tidak Bernilai Tambah pada Departemen Produksi PT. Gunung
Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah

Pengurangan biaya aktivitas yang tidak bernilai tambah dan efisiensi biaya, dapat dilihat dari
laporan trend biaya yang tidak bernilai tambah. Adapun tujuan dari pelaporan trend adalah untuk
memperbaiki aktivitas yang diukur melalui pengurangan biaya sehingga laba atau profitabilitas
meningkat dan dapat mengetahui penurunan atau peningkatan pada biaya tidak bernilai tambah
dari satu periode ke periode berikutnya.
Persentase perubahan penurunan atau peningkatan biaya aktivitas tidak bernilai tambah pada
Departemen Produksi PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah, dihitung
dengan menggunakan formulasi berikut:

Tahun ke n = Biaya Tidak Bernilai Tambah Tahun ke n × 100%

Adapun pelaporan trend biaya tidak bernilai tambah yang terjadi pada departemen produksi PT.
Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah pada Tahun 2013, 2014, dan Tahun
2015 ditampilkan pada table berikut
Dari table berikut, dapat diketahui bahwa biaya tidak bernilai tambah dalam aktivitas menyeleksi
ukuran kristal gula mengalami penurunan biaya yang cukup signifikan pada Tahun 2014 sampai
dengan Tahun 2015 sebesar Rp. 102.100.707 dengan persentase sebesar 86,90 %
(menguntungkan).

Aktivitas mengangkut gula ke gudang juga mengalami penurunan biaya yang cukup signifikan
pada Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 101.118.857 dengan persentase
sebesar 69,94% (menguntungkan), dan aktivitas menyimpan gula di gudang tidak mengalami
penurunan biaya dari tahun ke tahun, oleh karena itu perusahaan harus dibebani biaya ini selama
tiga tahun sebesar Rp. 167.948.943.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penurunan biaya pada 2 (dua)
aktivitas yang tidak bernilai tambah, maka terjadi penghematan biaya produksi sebesar Rp.
203.219.564 hal ini tentu saja memberikan dampak positif terhadap penurunan harga pokok
produksi serta peningkatan laba dengan asumsi bahwa harga jual sesuai dengan harga yang telah
ditetapkan.

Perbandingan jumlah biaya aktivitas tidak bernilai tambah sebelum diterapkannya activity based
management system dengan sesudah diterapkannya activity ased management system disajikan
pada table berikut
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan hasil perbandingan biaya tidak bernilai tambah
sebelum dan sesudah diterapkannya activity based anagemen system. Untuk biaya aktivitas
menyeleksi ukuran kristal gula dalam 3 Tahun (2013, 2014 dan 2015) biaya sesungguhnya adalah
sebesar Rp. 723.751.756,20. Selanjutnya untuk aktivitas mengangkut gula ke gudang dalam 3
Tahun (2013, 2014 dan 2015) biaya sesungguhnya adalah sebesar Rp. 454.455.419,54, dan untuk
aktivitas menyimpan gula di gudang dalam 3 Tahun (2013, 2014 dan 2015) terjadi peningkatan
sehingga biaya yang sesungguhnya adalah sebesar Rp. 167.945.260,32.

Dengan demikian, maka perusahaan dapat mengefisienkan biaya produksi dengan cara
mengeliminasi aktivitas menyeleksi ukuran kristal gula dalam proses produksinya, karena
kegiatan pada aktivitas ini sudah dilakukan pada departemen masakan dan putaran. Begitu juga
dengan aktivitas mengangkut gula ke gudang dan aktivitas menyimpan gula di gudang, sebaiknya
digabungkan menjadi satu aktivitas saja, karena akan menghemat pengeluaran biaya angkut dan
biaya listrik.

Anda mungkin juga menyukai