Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST LAPAROTOMI

MIOMA UTERI PADA Ny.S


di RUANG KANA RSUD WONOSARI

Dosen Pembimbing :
Yustiana Olfah, APP., M.Kes

DISUSUN OLEH :

Salma Fira Haifani ( P07120218046 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Post Laparotomi pada Ny.S di Ruang Kana
RSUD Wonosari

Disusun oleh :

Salma Fira Haifani ( P07120218046 )

Telah dsietujui pada


Hari :
Tanggal:

Yogyakarta,............2020

Tim Pembimbing

Tim Pembimbing Akademik Tim Pembimbing Klinik


( ) ( )
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan
segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis
Hipertensi post Laparotomi pada Ny.S di Ruang Kana RSUD Wonosari”
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis sangat menyadari bahwa
masih banyaknya terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kehilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan penyusunan asuhan keperawatan ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan asuhan keperawatan ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa
bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya
atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan
ini, akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan
dan ilmu keperawatan  serta bagi kita semua, Amin.

Yogyakarta,................   2020
                                                   

                                          Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2013).

B.     KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan
paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga
peritonium. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki
dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat
menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma
geburt (Chelmow, 2015)
C.    ETIOLOGI
- Etiologi pasti belum diketahui
- Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri 
mempengarui pertumbuhan tumor
- Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri
diwariskan dari gen sisi paternal.
- Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2015).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10% (Joedosaputro, 2015).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2015).
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker,
2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2013).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 2012).

D.    PATOFISIOLOGI 
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi
hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma
sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat
tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan
rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang
mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan
hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir
sulit.
Pathway Mioma Uteri
E.     TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
- Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
mioma di antara serabut miometrium

2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

(Chelmow, 2015).
F.     DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :


a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


a. Pemeriksaan abdomen
- Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
- Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
- Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan
intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
- Adanya dilatasi serviks
- Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk
nodul

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi
mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga
pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi
Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI),
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP)
pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai
kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.

f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic


gonadotropin,  karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu
pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena
adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran
uterus menyerupai kehamilan.

H.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.
I.        PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan


ukuran tumor, dan terbagi atas:
a. Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :


a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b) Monitor keadaan Hb
c) Pemberian zat besi
d) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :


a) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
b) Nyeri pelvis yang hebat
c) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju
dewasa).
d) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
e) Pertumbuhan mioma setelah menopause
f) Infertilitas
g) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2011).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2011). Miomektomi lebih sering di
lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini
paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah
penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2015).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun
seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi,
dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang
sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
a) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran <
uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2015).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
a) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering (Chelmow, 2015).

2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,


analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu
lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.

J.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN


a. Data biografi pasien
b. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
c. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami,
riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan
dan alkohol
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke
arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
1) Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses
persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan,
masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
2) Pemeriksaan genetalia
3) Pemeriksaan payudara
4) Riwayat operasi ginekologi
5) Pemeriksaan pap smear
6) Usia menarche
7) Menopause
8) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
f. Kesehatan lingkungan/higiene
g. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai
dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
h. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
i. Terapi medis yang diberikan
j. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
k. Persepsi klien terhadap penyakitnya.

K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan
agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan).
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman
terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker)
dan faktor psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan
sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi
(kemoterapi), dan prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);
misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar
dengan sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretraM. Discharge Planning
1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat,
jumlah obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di
rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan,
sayur dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika
dilakukan histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan
luka pada luka post histerektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan
pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada
pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang
tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak
tertahan dan  keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah
sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas
berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2014. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2015.
GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2013. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2014. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau
Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Jakarta
 Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2010. Fibroids in Gynaecology
Illustrated. London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2013.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2013. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2011. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2014. Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine
Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School
of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN


DX MEDIS POST LAPAROTOMI MIOMA UTERI

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Oktober 2020


Jam : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Bersalin RSUD Wonosari
Oleh : Salma Fira Haifani (P07120218046)
Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien, RM, Tenaga
Kesehatan
Metode : Wawancara, Observasi dan Study
Dokumen

A. PENGKAJIAN
1. Identi
tas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. Y
2) Tempat Tgl Lahir : Gunung Kidul, 06 Juli 1983
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Status Perkawinan : Kawin
6) Suku / Bangsa : Jawa
7) Alamat : Ponjong, Gunung Kidul
8) Diagnosa Medis : Mioma uteri
9) No. RM : 006XXX
12) Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2020
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 42 tahun
3) Alamat : Ponjong, Gunung Kidul
4) Hubungan dg pasien : Suami
5) Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan Umum
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pada 21 Oktober 2020 pukul 10.00, Pasien mengatakan merasakan sakit
pada bagian perut yang telah dilakukan operasi pada hari Senin 20 Oktober
2020.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan datang ke poli RSUD Wonosari membawa rujukan dari
Puskesmas Ponjong II dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
Setelah diperiksa terdapat mioma sebesar telur ayam. Sudah dilakukan
pembedahan pada tanggal 20 Oktober 2020 pukul 11.00

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya pernah mondok di klinik dikarenakan
mengalami pendarahan saat hamil anak ke-4 dan mengalami keguguran
pada tanggal 4 januari 2020 menginjak usia kehamilan bulan ke 3.
Setelah diperiksa di puskesmas lebih lanjut ternyata terdapat mioma pada
rahim klien, pasien dirujuk dari puskesmas Ponjong II untuk
pemerikasaan lebih lanjut di RSUD Wonosari
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram

Keterangan Gambar :

2) Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Pasien mengatakan seluruh anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi dan Jantung.

3. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat Menstruasi
1) Usia menarche : 12 tahun
2) Lama haid : 4-7 hari
3) Siklus haid : 25-30 hari
b. Riwayat Pernikahan
1) Status : Menikah
2) Frekuensi menikah : 15 tahun
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pasien mengatakan pada awal tahun tepatnya tanggal 3 Januari 2020 pasien
mengalami keguguran saat hamil anak ke-4 usia kehamilan menginjak 3 bulan,
mengalami pendarahan saat dirawat di Klinik Pelita Husada.

d. Riwayat KB :
Pasien mengatakan terakhir menggunakan KB suntik pada pertengahan tahun 2019.
4. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a. Sebelum masuk RS
- Pasien mengatakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore
- Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan
- Pasien mengkonsumsi lauk seperti ikan, ayam, tempe, tahu dan
telur
- Pasien mengonsumsi sayur seperti bayam, wortel
- Pasien mengkonsumsi buah seperti pisang, jeruk, pepaya
- Pasien meminum air sebanyak 3-4 gelas sehari
b. Setelah masuk RS
- Pasien mengatakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore
sesuai yang disediakan dari rumah sakit
- Pasien mengatakan menghabiskan porsi makanan yang diberikan
rumah sakit
- Pasien minum air putih 3-4 gelas sehar
2) Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk RS
- Frekuensi BAK : 3-5 kali per hari
- Frekuensi BAB : 1 kali sehari setiap pagi
- Warna urine kuning
- Konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas
- Terkadang merasakan sakit saat ingin BAK
b. Setelah masuk RS
- Frekuensi BAK : 3-5 kali per hari
- Frekuensi BAB : 1 kali sehari
- Warna urine kuning keruh
- Konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas

3) Pola aktivitas istirahat – tidur


a. Sebelum masuk RS
- Pasien mengatakan mampu makan, BAK, dan berjalan sendiri secara
mandiri tanpa bantuan alat atau orang lain
- Pasien mengatakan dapat mengatur waktu kapan untuk bekerja atau
beraktivitas dengan istirahat

- Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan tidur. Biasanya dapat


tidur nyenyak dimalam hari selama 8 jam
b. Setelah masuk RS
- Pasien mengatakan membutuhkan bantuan orang lain yaitu suami
untuk pergi ke kamar mandi
- Pasien mengatakan sulit untuk tidur nyenyak saat malam hari
selama dirumah sakit.

4) Pola kebersihan diri


a. Sebelum masuk RS
- Pasien mandi 2 kali sehari
- Pasien sikat gigi 2 kali sehari
- Pasien mengganti pakaian 2 kali sehari
- Pasien membersihkan telinga 1 minggu sekali
- Pasien mengatakan secara rutin memotong kuku 1 kali seminggu
b. Setelah masuk RS
- Pasien mengatakan semenjak masuk rumah sakit belum mandi
- Pasien mengatakan mengganti pakaian 1 hari sekali
- Rambut tidak kotor dan tidak terdapat ketombe

b. Aspek Mental-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Konsep diri
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.Y terbiasa dengan peran menjadi
seorang ibu karena telah memiliki dua anak sebelumnya.
2) Intelektual
Pasien dapat menangkap informasi yang diberikan oleh perawat atau dokter
3) Hubungan Interpersonal
Keluarga pasien mengatakan Ny. Y memiliki hubungan yang baik dengan
seluruh anggota keluarga.
4) Support system
Keluarga pasien senantiasa mendampingi dan menjaga Ny. Y dengan baik
selama pasien sedang mendapat perawatan di rumah sakit.
5) Spiritual
Pasien tetap menjalankan ibadah secara rutin.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis (E4M5V6)
2) Status Gizi :
BB = 62 kg
TB = 150 cm

3) Tanda Vital :
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 80x/mnt

Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kepala
- Bentuk oval
- Kulit kepala bersih dan tidak terdapat ketombe
- Warna rambut hitam ikal
- Hidung simetris dan tidak ada sumbatan
- Telinga simetris, dan tidak mengeluarkan cairan, dan pendengaran
baik
- Penciuman tidak ada gangguan
- Konjungtiva berwarna merah muda
2) Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada lesi
3) Dada
a. Paru-paru
(1) Inspeksi
- Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah
- Dada kanan dan kiri simetris
(2) Palpasi
Taktil fremitus teraba dibagian depan atau belakang
(3) Perkusi
Bunyi sonor pada bagian paru
(4) Auskultasi
Tidak terdengar suara napas tambahan

b. Jantung
(1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran
(2) Palpasi
Ictus cordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri V,
medial (2 cm) dari lineal midclavicularis kiri
(3) Perkusi
Saat di perkusi terdengar suara dall/ redup
(4) Auskultasi
Reguler ( S1 lup dan S2 dug)
4) Payudara
a. Kedua payudara tampak simetris dan bersih
b. Tidak terdapat adanya benjolan pada area sekitar payudara
c. Tidak ada pembengkaan pada kedua payudara

5) Ekstremitas
a. Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, capilary refill < 2
detik, turgor kulit baik. Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan

b. Bawah

Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, capilary refill < 2
detik, turgor kulit cukup, dan tidak ada edema
c. Kekuatan otot
5 5
5 5
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tanggal Jenis
Hasil (satuan) Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
17/10/2020 Hematologi h

Hemoglobin
12,1 gr/dL 12 – 16 gr%
Leukosit
8700/ ml 4300-11400/ ml
Eritrosit 4,3/ ml 4,4-5,5/ ml
Trombosit 163.000/ ml 150.000-450.000/ ml
HCT /HMT 36% 37%

19/10/2020
Hematologi
Hemoglobin
11,8gr% 12-16gr%
HCT/HMT 34% 37%

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

7. Terapi Obat
Hari /
Obat Rute
Tanggal
PO
18 Oktober Dulcolax
2020 Suppo
Dulcolax
Infus RL 8tpm IV

20 Oktober
Ketorolax 30mg/8jam IV
2020
Ceftriaxone 250mg/ 12jam IV
Ratinidin 50mg/ 8jam IV
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

B. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH PENYEBAB

1. DS : Nyeri Akut Kondisi pasca pembedahan


Mioma uteri
(SDKI 2018)
- Pasien mengatakan
(SDKI 2018)
merasakan nyeri pada
bagian perut setelah
dilakukan operasi
pembedahan

P : post op mioma uteri

Q: Keram

R: bawah perut yang telah


dilakukan pembedahan
S: 3 - 4
T: untuk bergerak dan
beraktivitas

DO :
- Pasien tampak pucat dan
berkeringat
- TTV
TD : 140 / 80 mmhg
RR : 20x/menit
Nadi : 88x /menit
Suhu : 36,7
- Terpasang drain
- Bekas luka operasi tampak
bersih tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
2. S: Gangguan mobilitas Nyeri (pasca
- Pasien mengatakan anggota fisik
pembedahan mioma
gerak terasa lemas setelah
dilakukan operasi. (SDKI 2018) uteri)
- Pasien mengeluh nyeri saat (SDKI 2018)
akan menggerakan badan
P : post op mioma uteri
Q: Keram
R: bawah perut yang telah
dilakukan pembedahan
S: 3 - 4
T: untuk bergerak dan
beraktivitas

- Pasien mengatakan baru


dapat bergerak miring
kanan dan kiri

O:
- Pasien tampak kesusahan
saat akan menggerakan
anggota badannya
- Kurang lebih 15jam dari
setelah dilakukan
pembedahan
- Gerakan terbatas

3. S: Gangguan Pola Tidur


Kondisi pasca operasi
- Pasien mengatakan sulit (SDKI, 2018) (SDKI, 2018)
tidur saat di Rumah Sakit
- Pasien mengeluh sering
terbangun ketika sedang
tidur saat di Rumah Sakit
O:
- Kondisi pasien tampak
lemas dan pucat
- Kantung mata tampak
cekung dan menghitam
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut Berhubungan dengan kondisi pembedahan (SDKI, 2018)

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri pasca pembedahan


(Mioma Uteri) (SDKI, 2018)

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi pasca operasi.


(SDKI, 2018)
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y Ruang: Kana RSUD Wonosari


Hari/ Tgl/ PERENCANAAN
Jam DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Selasa , Nyeri akut Berhubungan - Identifikasi lokasi, karakteritik, durasi, frekuensi, kualitas,
Setelah dilakukan tindakan
20
dengan kondisi perawatan selama 2x24 jam intensitas nyeri
Oktober Nyeri akut dapat terasi.
2020. pembedahan (SDKI, - Identifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri
Dengan kriteria hasil :
Pukul
2018) - Tingkat nyeri menurun - Observasi tanda-tanda infeksi pada luka pasca operasi
10.00
dengan skala nyeri 1-2 - Monitor luka dalam keadaan bersih dan steril
- Kontrol nyeri meningkat - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
- Mobilitas fisik dengan diberikan
rentang gerak meningkat
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
- Pola tidur membaik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
- Penyembuhan luka
meningkat nyeri (mis terapi pijat, aromaterapi, terapi musik)
- Mengajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam
- Mengajarkan teknik distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik ketorolax 30mg/8jam
dengan dokter
Selasa , Gangguan Mobilitas - Mengajarkan rentang gerak / ROM aktif dan pasif sesuai
Setelah dilakukan tindakan
20
Fisik berhubungan perawatan selama 2x24 jam dengan jam anjuran pasca dilakukan pembedahan
Oktober gangguan mobilitas fisik
2020. dengan Nyeri pasca - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik saat melakukan
dapat terasi. Dengan kriteria
Pukul
pembedahan (Mioma hasil : - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
10.00
Uteri) (SDKI, 2018) 1. Mobilitas fisik meningkat - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
2. Rentang gerakROM - Ajarkan mobiisasi sederhana yang harus dilakukan pasca
menigkat pasien sudah
bisa berjalan operasi (miring kanan kiri, duduk, berdiri dan berjalan)

3. Nyeri menurun pada skala - Kolaborasi dengan keluarga pasien untuk membantu pasien
1-2 dalam meningkatkan pergerakan
4. Gerakan terbatas menurun

Selasa , Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi Pola Aktivitas dan Tidur
20 perawatan selama 2x24 jam
Berhubungan dengan - Identifikasi faktor pengganggu tidur
Oktober Pola Tidur Efektif. Dengan
2020. kondisi pasca operasi kriteria hasil : - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Pukul 1. Keluhan sulit tidur (pijat,pengaturan posisi)
10.00 menurun
- Anjurkan menghindari makanan dan minuman yang
2. Kemapuan beraktivitas
meningkat menggangu tidur

3. Pola tidur membaik 7-8 - Anjarkan faktor – faktor yang berkontribusi terhadap
jam/hari gangguan pola tidur ( psikologis )
- Ajarkan relaksasi distraksi

Anda mungkin juga menyukai