Dosen Pembimbing :
Yustiana Olfah, APP., M.Kes
DISUSUN OLEH :
Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Post Laparotomi pada Ny.S di Ruang Kana
RSUD Wonosari
Disusun oleh :
Yogyakarta,............2020
Tim Pembimbing
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan
segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis
Hipertensi post Laparotomi pada Ny.S di Ruang Kana RSUD Wonosari”
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis sangat menyadari bahwa
masih banyaknya terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kehilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan penyusunan asuhan keperawatan ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan asuhan keperawatan ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa
bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya
atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan
ini, akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan
dan ilmu keperawatan serta bagi kita semua, Amin.
Yogyakarta,................ 2020
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2013).
B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan
paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga
peritonium. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki
dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat
menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma
geburt (Chelmow, 2015)
C. ETIOLOGI
- Etiologi pasti belum diketahui
- Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
- Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri
diwariskan dari gen sisi paternal.
- Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2015).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10% (Joedosaputro, 2015).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2015).
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker,
2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2013).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 2012).
D. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi
hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma
sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat
tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan
rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang
mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii.
Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan
hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir
sulit.
Pathway Mioma Uteri
E. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul
diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
- Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
mioma di antara serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2015).
F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
G. Pemeriksaan Penunjang
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2014. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2015.
GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2013. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2014. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau
Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2010. Fibroids in Gynaecology
Illustrated. London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2013. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2013. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2011. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2014. Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine
Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School
of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
A. PENGKAJIAN
1. Identi
tas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. Y
2) Tempat Tgl Lahir : Gunung Kidul, 06 Juli 1983
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Status Perkawinan : Kawin
6) Suku / Bangsa : Jawa
7) Alamat : Ponjong, Gunung Kidul
8) Diagnosa Medis : Mioma uteri
9) No. RM : 006XXX
12) Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2020
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 42 tahun
3) Alamat : Ponjong, Gunung Kidul
4) Hubungan dg pasien : Suami
5) Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan Umum
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pada 21 Oktober 2020 pukul 10.00, Pasien mengatakan merasakan sakit
pada bagian perut yang telah dilakukan operasi pada hari Senin 20 Oktober
2020.
Keterangan Gambar :
2) Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Pasien mengatakan seluruh anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi dan Jantung.
3. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat Menstruasi
1) Usia menarche : 12 tahun
2) Lama haid : 4-7 hari
3) Siklus haid : 25-30 hari
b. Riwayat Pernikahan
1) Status : Menikah
2) Frekuensi menikah : 15 tahun
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pasien mengatakan pada awal tahun tepatnya tanggal 3 Januari 2020 pasien
mengalami keguguran saat hamil anak ke-4 usia kehamilan menginjak 3 bulan,
mengalami pendarahan saat dirawat di Klinik Pelita Husada.
d. Riwayat KB :
Pasien mengatakan terakhir menggunakan KB suntik pada pertengahan tahun 2019.
4. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a. Sebelum masuk RS
- Pasien mengatakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore
- Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan
- Pasien mengkonsumsi lauk seperti ikan, ayam, tempe, tahu dan
telur
- Pasien mengonsumsi sayur seperti bayam, wortel
- Pasien mengkonsumsi buah seperti pisang, jeruk, pepaya
- Pasien meminum air sebanyak 3-4 gelas sehari
b. Setelah masuk RS
- Pasien mengatakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore
sesuai yang disediakan dari rumah sakit
- Pasien mengatakan menghabiskan porsi makanan yang diberikan
rumah sakit
- Pasien minum air putih 3-4 gelas sehar
2) Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk RS
- Frekuensi BAK : 3-5 kali per hari
- Frekuensi BAB : 1 kali sehari setiap pagi
- Warna urine kuning
- Konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas
- Terkadang merasakan sakit saat ingin BAK
b. Setelah masuk RS
- Frekuensi BAK : 3-5 kali per hari
- Frekuensi BAB : 1 kali sehari
- Warna urine kuning keruh
- Konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan dan berbau khas
b. Aspek Mental-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Konsep diri
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny.Y terbiasa dengan peran menjadi
seorang ibu karena telah memiliki dua anak sebelumnya.
2) Intelektual
Pasien dapat menangkap informasi yang diberikan oleh perawat atau dokter
3) Hubungan Interpersonal
Keluarga pasien mengatakan Ny. Y memiliki hubungan yang baik dengan
seluruh anggota keluarga.
4) Support system
Keluarga pasien senantiasa mendampingi dan menjaga Ny. Y dengan baik
selama pasien sedang mendapat perawatan di rumah sakit.
5) Spiritual
Pasien tetap menjalankan ibadah secara rutin.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis (E4M5V6)
2) Status Gizi :
BB = 62 kg
TB = 150 cm
3) Tanda Vital :
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 80x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kepala
- Bentuk oval
- Kulit kepala bersih dan tidak terdapat ketombe
- Warna rambut hitam ikal
- Hidung simetris dan tidak ada sumbatan
- Telinga simetris, dan tidak mengeluarkan cairan, dan pendengaran
baik
- Penciuman tidak ada gangguan
- Konjungtiva berwarna merah muda
2) Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada lesi
3) Dada
a. Paru-paru
(1) Inspeksi
- Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah
- Dada kanan dan kiri simetris
(2) Palpasi
Taktil fremitus teraba dibagian depan atau belakang
(3) Perkusi
Bunyi sonor pada bagian paru
(4) Auskultasi
Tidak terdengar suara napas tambahan
b. Jantung
(1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran
(2) Palpasi
Ictus cordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri V,
medial (2 cm) dari lineal midclavicularis kiri
(3) Perkusi
Saat di perkusi terdengar suara dall/ redup
(4) Auskultasi
Reguler ( S1 lup dan S2 dug)
4) Payudara
a. Kedua payudara tampak simetris dan bersih
b. Tidak terdapat adanya benjolan pada area sekitar payudara
c. Tidak ada pembengkaan pada kedua payudara
5) Ekstremitas
a. Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, capilary refill < 2
detik, turgor kulit baik. Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan
b. Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, capilary refill < 2
detik, turgor kulit cukup, dan tidak ada edema
c. Kekuatan otot
5 5
5 5
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tanggal Jenis
Hasil (satuan) Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
17/10/2020 Hematologi h
Hemoglobin
12,1 gr/dL 12 – 16 gr%
Leukosit
8700/ ml 4300-11400/ ml
Eritrosit 4,3/ ml 4,4-5,5/ ml
Trombosit 163.000/ ml 150.000-450.000/ ml
HCT /HMT 36% 37%
19/10/2020
Hematologi
Hemoglobin
11,8gr% 12-16gr%
HCT/HMT 34% 37%
7. Terapi Obat
Hari /
Obat Rute
Tanggal
PO
18 Oktober Dulcolax
2020 Suppo
Dulcolax
Infus RL 8tpm IV
20 Oktober
Ketorolax 30mg/8jam IV
2020
Ceftriaxone 250mg/ 12jam IV
Ratinidin 50mg/ 8jam IV
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
B. ANALISA DATA
Q: Keram
DO :
- Pasien tampak pucat dan
berkeringat
- TTV
TD : 140 / 80 mmhg
RR : 20x/menit
Nadi : 88x /menit
Suhu : 36,7
- Terpasang drain
- Bekas luka operasi tampak
bersih tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
2. S: Gangguan mobilitas Nyeri (pasca
- Pasien mengatakan anggota fisik
pembedahan mioma
gerak terasa lemas setelah
dilakukan operasi. (SDKI 2018) uteri)
- Pasien mengeluh nyeri saat (SDKI 2018)
akan menggerakan badan
P : post op mioma uteri
Q: Keram
R: bawah perut yang telah
dilakukan pembedahan
S: 3 - 4
T: untuk bergerak dan
beraktivitas
O:
- Pasien tampak kesusahan
saat akan menggerakan
anggota badannya
- Kurang lebih 15jam dari
setelah dilakukan
pembedahan
- Gerakan terbatas
3. Nyeri menurun pada skala - Kolaborasi dengan keluarga pasien untuk membantu pasien
1-2 dalam meningkatkan pergerakan
4. Gerakan terbatas menurun
Selasa , Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi Pola Aktivitas dan Tidur
20 perawatan selama 2x24 jam
Berhubungan dengan - Identifikasi faktor pengganggu tidur
Oktober Pola Tidur Efektif. Dengan
2020. kondisi pasca operasi kriteria hasil : - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Pukul 1. Keluhan sulit tidur (pijat,pengaturan posisi)
10.00 menurun
- Anjurkan menghindari makanan dan minuman yang
2. Kemapuan beraktivitas
meningkat menggangu tidur
3. Pola tidur membaik 7-8 - Anjarkan faktor – faktor yang berkontribusi terhadap
jam/hari gangguan pola tidur ( psikologis )
- Ajarkan relaksasi distraksi