Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Laporan ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan (FS).
Kegiatan ini dilakukan mengingat pembangunan Taman Kerajaan Nusantara di Kabupaten Kulon
Progo merupakan salah satu upaya pemerintah menjawab kebutuhan wisata untuk menggerakan
perekonomian di Kulon Progo utara.

Laporan Akhir ini berisikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar-dasar hukum
pelaksanaan, ruang lingkup kegiatan (ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah), landasan
konsep dan teori, tinjauan kebijakan, karakteristik umum wilayah dan analisa kelayakan lokasi
serta indikator program kegiatan dan rekomendasi.

Laporan Akhir ini merupakan bentuk akhir dari keseluruhan proses pelaksanaan Penyusunan
Studi Kelayakan Taman Kerajaan Nusantara di Kabupaten Kulon Progo. Semoga dokumen ini
dapat bermanfaat bagi instansi dan pihak terkait.

Terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap wilayah di Negara Republik Indonesia memiliki peninggalan-peninggalan hasil budaya


yang memberi pesan dan kesan kepada generasi penerus bahwa di wilayah tertentu pernah ada
kehidupan dengan corak yang berbeda-beda. Hasil budaya dimaknai sebagai seperangkat
gagasan, tindakan, dan karya yang dihasilkan. Dengan demikian, budaya dipahami dalam dua
pengertian: budaya sebagai suatu proses dan hasil. Budaya dimaknai bukan sekedar benda mati,
melainkan kontinuitas manusia dalam mengembangkan kehidupan. Salah satu kekayaan dan
peninggalan budaya yang dimiliki oleh nusantara adalah keberadaan kerajaan-kerajaan dengan
sejarah dan karakteristiknya masing-masing.

Kerajaan yang pertama berkembang di Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Buddha. Beberapa
kerajaan Hindu dan Buddha yang ada di Indonesia seperi Kerajaan Kutai Kertanegara, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Kaling, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan Kediri,
Kerajaan Bali, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya agama Islam ke nusantara
pada abad ke-13 memberi corak berbeda pada perkembangan kerajaan-kerajaan selanjutnya.
Perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan-kerajaan pada masa perkembangan agama Islam
di Indonesia setelah berakhirnya kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha. Adapun kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia seperti Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Banten, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore,
Kerajaan Makassar, Kerajaan Banjar dan sebagainya.

Keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha sebagian besar sudah tidak berbekas dan hanya
menyisakan bangunan-bangunan penting seperti candi-candi. Sedangkan peninggalan Kerajaan-
kerajaan Islam meski sebagian berupa puing-puing, ada sebagian juga yang masih berbekas.
Beberapa di antaranya sampai saat ini masih berdiri dan terpelihara dengan baik. Bahkan tidak
sekadar bangunan fisik istananya saja, tetapi juga sistem pemerintahan kerajaannya. Keberadaan
kerajaan-kerajaan di nusantara masih dianggap sebagai pusat-pusat kebudayaan dan identitas
bagi masyarakat yang berada di wilayah kerajaan tersebut. Berbagai nilai budaya seperti busana,
adat istiadat, bahasa, arsitektur, seni tari, seni suara, seni kesusasteraan, dan filosofi berbasis
pada kerajaan masih dipertahankan.

Masyarakat masih meyakini bahwa keraton atau istana masih menjadi sumber-sumber dan
referensi kebudayaan yang masih sangat ditaati dan mewarnai kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan sebuah upaya konservasi terhadap keberadaan
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara. Konservasi dalam hal ini dimaknai sebagai
upaya yang dilakukan secara berkelanjutan. Inilah yang melandasi Kabupaten Kulon Progo
untuk membangun Taman Kerajaan Nusantara dengan tujuan agar keberadaan kerajaan-kerajaan
di Nusantara dan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya tidak tergerus zaman. Pembangunan
Taman Kerajaan Nusantara ini selain dapat digunakan sebagai wahana pelastarian sejarah
kerjaan nusantara, dapat juga digunakan sebagai wahana edukasi untuk memperkenalakan
sejarah kerajaan nusantara bagi masyarakat.

Pembangunan ini juga dapat digunakan sebagai wahana pariwisata DIY, hal ini mendukung visi
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012–
2025, yakni “Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka
di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong
pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat”. Pembangunan Taman Kerajaan
Nusantara ini merupakan diversifikasi dari daya tarik wisata yang menarik untuk dikembangkan
melalui kajian-kajian yang terarah dan terukur. Data Dinas Pariwisata menunjukkan, wisatawan
yang singgah di Yogyakarta untuk waktu yang lama masih sangat kurang. Kekurangan inilah
yang akan ditambal dengan adanya destinasi wisata baru yang akan membuat wisatawan lebih
lama tinggal di Yogyakarta. Dengan obyek wisata baru, wisatawan akan mendapatkan kesan dan
pengalaman lebih sehingga tinggal lebih lama di Yogyakarta.

Alasan wisatawan datang ke suatu destinasi adalah, something to see, something to do dan
something to buy. Setiap wisatawan akan datang ke suatu destinasi untuk melihat sesuatu sebagai
daya tarik atau atraksi wisata. Wisatawan akan tinggal lebih lama karena ada yang bisa
dilakukan, salah satunya dengan membeli sesuatu dari tempat yang dikunjungi. Kekuatan
Yogyakarta sebagai destinasi wisata salah satunya adalah soft skill, produk kerajinan atau
handycraft yang berfungsi sebagai oleh-oleh atau souvenir yang merupakan komponen dari
pariwisata mudah ditemukan.

Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
memiliki beragam potensi yang masih memerlukan perhatian serius untuk dapat dikembangkan
lebih optimal. Pembangunan Taman Kerajaan-kerajaan Nusantara akan memberikan dampak
yang luas pada pertumbuhan ekonomi daerah melalui masuknya investasi dan pertambahan
lapangan kerja. Selain itu muncul juga dampak ikutan (multiplier effect) lewat penggerak
ekonomi mikro yang akan meramaikan lokasi wisata. Pembangunan Taman Kerajaan Nusantara
akan membawa wisatawan untuk berkunjung ke Kulon Progo dan sekitarnya.

Kawasan yang akan dibangun akan mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai dengan penataan
ruang, pengelolaan lingkungan dan memperkecil gejolak sosial sebagai akibat dari
pembangunan. Peningkatan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing
nantinya juga akan memerlukan peningkatan fasilitas yang memadai. Antisipasi untuk situasi
tersebut selaras dengan rencana pembangunan bandara baru di wilayah Kulon Progo yang
ditargetkan beroperasi tahun 2019/2020. Diikuti percepatan pembangunan Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS) untuk mendukung pembangunan bandara. Jalan lintas selatan akan
menghubungkan wilayah Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon progo melewati wilayah
Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul hingga Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo.
Penataan wilayah jalur tersebut dengan fasilitas publik maupun prasarana/sarana pariwisata akan
memberikan manfaat besar bagi pengguna jalur seperti wisatawan.

Guna mendapatkan dokumentasi dari pemahaman tersebut, perlu dikaji secara komprehensif,
terarah dan terukur, agar dapat mendukung kebijakan pemerintah baik tingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten dengan rumusan yang sistematis. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan yang
multi disiplin ilmu yang memuat :
1. Pendekatan teoritis
Dalam tahapan proses analisis, konsep maupun rencana, juga akan menggunakan
pendekatan secara teoritis untuk mendapatkan model ataupun menyusun konsep yang
ideal.
2. Pendekatan empiris-substantial
Dalam tahapan identifikasi kondisi eksisting dan pengenalan permasalahan maupun tahap
analisis, perlu pendekatan yang mempertimbangkan fakta dan realita yang ada di
lapangan. Hal ini dilakukan agar ada kesinambungan dan kecenderungan ke arah
penyelesaian dan penyusunan perancangan yang lebih baik pada setiap aspek substansi
analisisnya. Sedangkan aspek substansi yang perlu dimasukkan dalam pendekatan
analisis empiris ini meliputi aspek sosial, kultural, ekonomi, tata ruang dan lingkungan.
3. Pendekatan substansi perencanaan
Pendekatan ini mencakup kajian peranan kawasan perencanaan dalam konteks struktur
ruang Kabupaten Kulon Progo.
4. Pendekatan substansi ekonomi
Dimaksudkan untuk memicu peningkatan perekonomian baik dalam tingkat kabupaten,
propinsi, maupun perekonomian masyarakat yang terkait dengan pengembangan kawasan
ini.
5. Pendekatan substansi sosial
Bertujuan untuk meminimalkan konflik dan kesenjangan sosial dari pelaku dan
pendukung kegiatan di Kawasan Taman Kerajaan-kerajaan nusantara.
6. Pendekatan substansi budaya
Dilakukan dalam rangka keberlanjutan pelestarian nilai-nilai budaya dan warisan
kesejarahan.
7. Pendekatan lingkungan
Diusahakan seminimal mungkin terjadi dampak terhadap lingkungan, serta diselaraskan
dengan prinsip sustainable development.
8. Pendekatan partisipatif
Mengikutsertakan pihak-pihak yang berpengaruh dalam proses pelaksanaan studi, baik
institusi pemerintah, kalangan profesional, dunia usaha serta masyarakat yang terkait
dalam proyek studi.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan di atas merupakan kesatuan yang komprehensif dan
sistemik. Di dalam analisis memuat beberapa aspek yang menjadi komponen pengembangan
daya tarik dan daya saing kawasan wisata nantinya.

I.2. Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud
Penyusunan Feasibility Study atau studi kelayakan dimaksudkan untuk membuat dokumen acuan
pembuatan Master Plan Taman Kerajaan Nusantara di Kulon Progo

I.2.2 Tujuan
Pembuatan Master plan Taman Kerajaan Nusantara lebih terarah, jelas dan tidak menyalahi
aturanyang berlaku.

I.3 Sasaran
1. Melakukan analisis terhadap kondisi wilayah Taman Kerajaan Nusantara (TKN) ditinjau
dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya
2. Melakukan kajian terhadap peraturan/ketentuan terkait
3. Melakukan koordinasi, komunikasi dengan para pihak yang berkepentingan terhadap
pembangunan TKN
4. Tersusunnya Feasibility Study/Studi Kelayakan Taman Kerajaan
Nusantara di Kulon Progo.

I.4 Dasar Hukum Pelaksanaan


Secara umum peraturan perundangan yang melandasi pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya**
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
5. Keputusan Presiden RI No. 42 tahun 2002 tanggal 28 Juni 2002 tentang Pedoman
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
6. Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2012 tanggal 1 Agustus 2012 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 330/M/V/9/1968 tentang
Penatausahaan Kas Milik Negara, Cara Pengawasan dan Pemeriksaan.
8. Perda DIY Nomor 10 tahun 2014 Tentang Penetapan anggaran Pendapatan dan belanja
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 .
9. Perda DIY Nomor 1 tahun 2014 tentang Kewenangan dalam Urusan Keisitimewaan DIY.
10. Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 106 tahun 2014 tentang Standarisasi Harga
Barang dan Jasa (SHBJ) di Daerah Istimewa Yogyakarta th 2015.
11. Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 -2032 .
12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran nomor 2 / DPPA / 2015, 11 Mei 2015.

I.5 Ruang Lingkup Kegiatan


I.5.1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup dalam kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan (FS) Kawasan Taman Kerjaan
Nusantara di Kabupaten Kulon Progo antara lain sebagai berikut :
1. Analisa regulasi yang terkait dengan pengembangan kawasan wisata.
2. Analisa kawasan dan kelayakan lokasi kawasan wisata, yang meliputi daya dukung lahan,
kesuburan lahan, harga lahan, orientasi lokasi, pola tata guna lahan serta potensi industri
di dalam kawasan industri.
3. Analisis detail tentang status dan kepemilikan lahan.
4. Analisis kebutuhan infrastruktur yang meliputi infrastruktur teknis (air, energi dan
telekomunikasi), infrastruktur transportasi (jalan serta sarana dan prasarana transportasi)
dan infrastruktur sosial (sekolah, rumah sakit, tempat peribadatan, perumahan karyawan
dan lain-lain).
5. Analisis lingkungan hidup.
6. Analisis dampak sosial budaya.
7. Analisis dampak ekonomi kawasan industri pada perekonomian Daerah Istimewa
Yogyakarta secara umum.
8. Kesimpulan dan rekomendasi kelayakan pembangunan kawasan TKN
9. Rencana dan strategi pengadaan lahan, termasuk rencana permukiman kembali penduduk.
10. Rencana promosi kawasan industri secara efektif, sinergis dan tepat
11. Peta Kompilasi dan Analisa , yaitu :
12. Peta Wilayah Administrasi (batas administrasi, batas kabupaten, batas kota, batas
kecamatan)
13. Peta Kemiringan Lahan
14. Peta Jenis Tanah
15. Peta Hidrologi
16. Peta Topografi
17. Peta jumlah dan kepadatan penduduk
18. Peta curah hujan
19. Peta iklim
20. Peta tata guna lahan
21. Peta geologi dengan skala 1:100.000

I.5.2. Ruang Lingkup Wilayah


Taman Kerajaan Nusantara (TKN) membutuhkan tanah dengan luas 25 Ha. Rata-rata, desa
hanya memiliki 15-20 Ha dengan lokasi yang terpencar-pencar.
Dengan pertimbangan tersebut, lokasi TKN dibagi menjadi 3 zona :
• Zona 1 : Desa Purwasari/Jatimulyo di Kec.Samigaluh untuk Kerajaan-kerajaan Hindu
Budha (Banyak masyarakat yang beragama Budha)
• Zona 2 : Desa Pendowo Rejo untuk Kerajaan-kerajaan Peralihan
• Zona 3 : Desa Banjar Arum untuk Kerajaan-kerajaan Islam
 
I.6 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Studi Kelayakan (FS)
pada sebagian wilayah yang kemudian dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam
perencanaan dan pembangunan Taman Kerajaan Nusantara.

I.7 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laporan akhir dalam Penyusunan Studi Kelayakan (FS) Kawasan Taman
Kerajaan Nusantara di Kulon Progo ini disajikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum pelaksanaan,
ruang lingkup kegiatan (meliputi ruang lingkup materi dan wilayah), keluaran yang
diharapkan serta sistematika penulisan laporan.
BAB II Landasan Konsep dan Teori
Berisi mengenai batasan konsep dan operasional tentang wisata, dasar teori, konsepsi,
faktor dan kriteria aspek teknis dalam pertimbangan kelayakan pengembangan wisata,
tahapan umum dan prinsip-prinsip pengembangan industri serta pengembangan usaha
di dalam kawasan industri.
BAB III Tinjauan Kebijakan Kawasan Taman Kerajaan Nusantara
Berisi tentang uraian beberapa kebijakan yang digunakan dalam penyusunan studi
kelayakan Kawasan. Kebijakan yang dimaksud tersebut meliputi kebijakan dengan
cakupan makro hingga mikro, yaitu dalam skala nasional hingga daerah, baik Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo dan Kecamatan terpilih.
BAB IV Karakteristik Umum Wilayah
Berisi tentang deskripsi wilayah Kabupaten Kulon Progo dan kecamatan terpilih yang
meliputi letak administratif, kondisi fisiografi dan kondisi sosial-ekonomi.
BAB V Analisa Studi Kelayakan Kawasan Wisata
Berisi tentang analisa fisik dan non fisik dalam perencanaan dan pembangunan
kawasan wisata. Analisa tersebut meliputi analisa kelayakan kawasan industri pada
tahap perencanaan atau sebelum pembangunan hingga setelah pembangunan kawasan
industri.
BAB VI Indikator Program Kegiatan dan Rekomendasi
Berisi mengenai beberapa rencana program kegiatan dan rekomendasi yang diberikan
untuk perencanaan dan pembangunan kawasan.

Anda mungkin juga menyukai