Laporan ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan (FS).
Kegiatan ini dilakukan mengingat pembangunan Taman Kerajaan Nusantara di Kabupaten Kulon
Progo merupakan salah satu upaya pemerintah menjawab kebutuhan wisata untuk menggerakan
perekonomian di Kulon Progo utara.
Laporan Akhir ini berisikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar-dasar hukum
pelaksanaan, ruang lingkup kegiatan (ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah), landasan
konsep dan teori, tinjauan kebijakan, karakteristik umum wilayah dan analisa kelayakan lokasi
serta indikator program kegiatan dan rekomendasi.
Laporan Akhir ini merupakan bentuk akhir dari keseluruhan proses pelaksanaan Penyusunan
Studi Kelayakan Taman Kerajaan Nusantara di Kabupaten Kulon Progo. Semoga dokumen ini
dapat bermanfaat bagi instansi dan pihak terkait.
Terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN
Kerajaan yang pertama berkembang di Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Buddha. Beberapa
kerajaan Hindu dan Buddha yang ada di Indonesia seperi Kerajaan Kutai Kertanegara, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Kaling, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan Kediri,
Kerajaan Bali, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya agama Islam ke nusantara
pada abad ke-13 memberi corak berbeda pada perkembangan kerajaan-kerajaan selanjutnya.
Perkembangan selanjutnya, berdirilah kerajaan-kerajaan pada masa perkembangan agama Islam
di Indonesia setelah berakhirnya kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha. Adapun kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia seperti Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Banten, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore,
Kerajaan Makassar, Kerajaan Banjar dan sebagainya.
Keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha sebagian besar sudah tidak berbekas dan hanya
menyisakan bangunan-bangunan penting seperti candi-candi. Sedangkan peninggalan Kerajaan-
kerajaan Islam meski sebagian berupa puing-puing, ada sebagian juga yang masih berbekas.
Beberapa di antaranya sampai saat ini masih berdiri dan terpelihara dengan baik. Bahkan tidak
sekadar bangunan fisik istananya saja, tetapi juga sistem pemerintahan kerajaannya. Keberadaan
kerajaan-kerajaan di nusantara masih dianggap sebagai pusat-pusat kebudayaan dan identitas
bagi masyarakat yang berada di wilayah kerajaan tersebut. Berbagai nilai budaya seperti busana,
adat istiadat, bahasa, arsitektur, seni tari, seni suara, seni kesusasteraan, dan filosofi berbasis
pada kerajaan masih dipertahankan.
Masyarakat masih meyakini bahwa keraton atau istana masih menjadi sumber-sumber dan
referensi kebudayaan yang masih sangat ditaati dan mewarnai kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan sebuah upaya konservasi terhadap keberadaan
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara. Konservasi dalam hal ini dimaknai sebagai
upaya yang dilakukan secara berkelanjutan. Inilah yang melandasi Kabupaten Kulon Progo
untuk membangun Taman Kerajaan Nusantara dengan tujuan agar keberadaan kerajaan-kerajaan
di Nusantara dan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya tidak tergerus zaman. Pembangunan
Taman Kerajaan Nusantara ini selain dapat digunakan sebagai wahana pelastarian sejarah
kerjaan nusantara, dapat juga digunakan sebagai wahana edukasi untuk memperkenalakan
sejarah kerajaan nusantara bagi masyarakat.
Pembangunan ini juga dapat digunakan sebagai wahana pariwisata DIY, hal ini mendukung visi
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012–
2025, yakni “Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka
di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong
pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat”. Pembangunan Taman Kerajaan
Nusantara ini merupakan diversifikasi dari daya tarik wisata yang menarik untuk dikembangkan
melalui kajian-kajian yang terarah dan terukur. Data Dinas Pariwisata menunjukkan, wisatawan
yang singgah di Yogyakarta untuk waktu yang lama masih sangat kurang. Kekurangan inilah
yang akan ditambal dengan adanya destinasi wisata baru yang akan membuat wisatawan lebih
lama tinggal di Yogyakarta. Dengan obyek wisata baru, wisatawan akan mendapatkan kesan dan
pengalaman lebih sehingga tinggal lebih lama di Yogyakarta.
Alasan wisatawan datang ke suatu destinasi adalah, something to see, something to do dan
something to buy. Setiap wisatawan akan datang ke suatu destinasi untuk melihat sesuatu sebagai
daya tarik atau atraksi wisata. Wisatawan akan tinggal lebih lama karena ada yang bisa
dilakukan, salah satunya dengan membeli sesuatu dari tempat yang dikunjungi. Kekuatan
Yogyakarta sebagai destinasi wisata salah satunya adalah soft skill, produk kerajinan atau
handycraft yang berfungsi sebagai oleh-oleh atau souvenir yang merupakan komponen dari
pariwisata mudah ditemukan.
Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
memiliki beragam potensi yang masih memerlukan perhatian serius untuk dapat dikembangkan
lebih optimal. Pembangunan Taman Kerajaan-kerajaan Nusantara akan memberikan dampak
yang luas pada pertumbuhan ekonomi daerah melalui masuknya investasi dan pertambahan
lapangan kerja. Selain itu muncul juga dampak ikutan (multiplier effect) lewat penggerak
ekonomi mikro yang akan meramaikan lokasi wisata. Pembangunan Taman Kerajaan Nusantara
akan membawa wisatawan untuk berkunjung ke Kulon Progo dan sekitarnya.
Kawasan yang akan dibangun akan mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai dengan penataan
ruang, pengelolaan lingkungan dan memperkecil gejolak sosial sebagai akibat dari
pembangunan. Peningkatan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing
nantinya juga akan memerlukan peningkatan fasilitas yang memadai. Antisipasi untuk situasi
tersebut selaras dengan rencana pembangunan bandara baru di wilayah Kulon Progo yang
ditargetkan beroperasi tahun 2019/2020. Diikuti percepatan pembangunan Jalur Jalan Lintas
Selatan (JJLS) untuk mendukung pembangunan bandara. Jalan lintas selatan akan
menghubungkan wilayah Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon progo melewati wilayah
Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul hingga Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo.
Penataan wilayah jalur tersebut dengan fasilitas publik maupun prasarana/sarana pariwisata akan
memberikan manfaat besar bagi pengguna jalur seperti wisatawan.
Guna mendapatkan dokumentasi dari pemahaman tersebut, perlu dikaji secara komprehensif,
terarah dan terukur, agar dapat mendukung kebijakan pemerintah baik tingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten dengan rumusan yang sistematis. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan yang
multi disiplin ilmu yang memuat :
1. Pendekatan teoritis
Dalam tahapan proses analisis, konsep maupun rencana, juga akan menggunakan
pendekatan secara teoritis untuk mendapatkan model ataupun menyusun konsep yang
ideal.
2. Pendekatan empiris-substantial
Dalam tahapan identifikasi kondisi eksisting dan pengenalan permasalahan maupun tahap
analisis, perlu pendekatan yang mempertimbangkan fakta dan realita yang ada di
lapangan. Hal ini dilakukan agar ada kesinambungan dan kecenderungan ke arah
penyelesaian dan penyusunan perancangan yang lebih baik pada setiap aspek substansi
analisisnya. Sedangkan aspek substansi yang perlu dimasukkan dalam pendekatan
analisis empiris ini meliputi aspek sosial, kultural, ekonomi, tata ruang dan lingkungan.
3. Pendekatan substansi perencanaan
Pendekatan ini mencakup kajian peranan kawasan perencanaan dalam konteks struktur
ruang Kabupaten Kulon Progo.
4. Pendekatan substansi ekonomi
Dimaksudkan untuk memicu peningkatan perekonomian baik dalam tingkat kabupaten,
propinsi, maupun perekonomian masyarakat yang terkait dengan pengembangan kawasan
ini.
5. Pendekatan substansi sosial
Bertujuan untuk meminimalkan konflik dan kesenjangan sosial dari pelaku dan
pendukung kegiatan di Kawasan Taman Kerajaan-kerajaan nusantara.
6. Pendekatan substansi budaya
Dilakukan dalam rangka keberlanjutan pelestarian nilai-nilai budaya dan warisan
kesejarahan.
7. Pendekatan lingkungan
Diusahakan seminimal mungkin terjadi dampak terhadap lingkungan, serta diselaraskan
dengan prinsip sustainable development.
8. Pendekatan partisipatif
Mengikutsertakan pihak-pihak yang berpengaruh dalam proses pelaksanaan studi, baik
institusi pemerintah, kalangan profesional, dunia usaha serta masyarakat yang terkait
dalam proyek studi.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan di atas merupakan kesatuan yang komprehensif dan
sistemik. Di dalam analisis memuat beberapa aspek yang menjadi komponen pengembangan
daya tarik dan daya saing kawasan wisata nantinya.
I.2.2 Tujuan
Pembuatan Master plan Taman Kerajaan Nusantara lebih terarah, jelas dan tidak menyalahi
aturanyang berlaku.
I.3 Sasaran
1. Melakukan analisis terhadap kondisi wilayah Taman Kerajaan Nusantara (TKN) ditinjau
dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya
2. Melakukan kajian terhadap peraturan/ketentuan terkait
3. Melakukan koordinasi, komunikasi dengan para pihak yang berkepentingan terhadap
pembangunan TKN
4. Tersusunnya Feasibility Study/Studi Kelayakan Taman Kerajaan
Nusantara di Kulon Progo.