1. Definisi
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan,
yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus
(cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat
dengan mata telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap
dapat menurunkan penglihatan.
2. Epidemiologi
Hifema terjadi sekitar 17 dari 100.000 penduduk, 70% terjadi pada anak-anak.
Pada usia 10-20tahum. Biasanya pasien akan mengeluh adanya penurunan penglihatan
secara tiba-tiba dengan riwayat trauma pada mata.
3. Etiologi
• Hifema disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, karena kecelakaan atau pada saat berolahraga, misalnya
terkena shuttlecock bulutangkis pada mata. Pembuluh darah pada permukaan iris
mata tidak normal. Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi
robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut
mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan.
• Hifema spontan dapat terjadi karena kelainan pembuluh darah atau pembentukan
pembuluh darah baru (neovaskularisasi), kanker mata, serta uveitis.
• Faktor Resiko
• Hifema traumatic sering terjadi pada anak anak termasuk atket dan biasa terjadi
pada laki laki.
4. Klasifikasi
• Cyclopegic topical ( Atropin 1% selama 5hari; 1tetes/hari pada anak anak, 1tetes
3kali/hari pada dewasa untuk menstabilkan barrier cairan darah, untuk
menurunkan nyeri dan relaksasi dari spasme silier dan mencegah pembentukan
sinekia anterior.
Perawatan Operasi
Tindakan operasi ini dilakukan bila ditemukan adanya glaukoma sekunder, tanda
imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada pengurangan dari tingginya
hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari. Kemudian dilakukan
pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari atau bila
ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.
Indikasi dilakukan pembedahan yaitu sebagai berikut :
1. Empat hari setelah onset hifema total
2. Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)
3. Adanya bekuan drah yang luas dan menetap untuk mencegah adanya
pembentukan sinekia anterior dan posterior.
4. Peningkatan Tekanan Intraokuler (>25mmHg selama lebh dari 24jam) pada
pasien sicle cell anemia
5. Peningkatan Tekanan Intraokuler (>35mmHg selama 7 hari, atau >50mmHg
selama 5 hari) dan adanya corneal blood staining
6. Peningkatan Teakanan Intraokuker ( >25mmHg selama 6hari) untuk mencegah
pewarnaan darah pada kornea(imbibisi kornea)
Tindakan operasi atau pembedahan yang dikerjakan yaitu Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan cairan/darah
dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari
limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan
penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila darah
tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya
luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahut. Parasentese dilakukan bila TIO
tidak turun dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.
8. Diagnosis Banding
a. Xanthogranuloma Juvenil
Penyakit ini merupakan gangguan dermatologis yang dapat melibatkan daerah
okular. Traktus uveal merupakan tempat yang paling sering mengalami gangguan. Lesi
okular biasanya ditemukan secara insidental atau ketika terjadi hifema spontan. Penyakit
ini sangat jarang ditemukan
b. Melanoma
Melanoma pada iris dan badan siliar dapat mengakibatkan penurunan lapang
pandang, nyeri pada daerah okular, dan floaters. Floaters disebabkan oleh adanya
nekrosis di dalam tumor atau struktur yang berdekatan dengan tumor sehingga
menyebabkan perdarahan vitreous atau hifema. [7]
c. Keratokonjungtivitis Atopik
Pasien dengan keratokonjungtivitis atopik biasanya datang dengan keluhan mata
merah, penurunan lapang pandang, fotofobia, dan ada rasa gatal pada mata. Terdapat
riwayat alergi atau atopi, seperti dermatitis, asma, dan/atau rhinitis.
9. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah
a. Perdarahan sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan insidensinya
sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris
akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya..
b. Glaukoma sekunder
Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh
tersumbatnya trabecular meshwork oleh butirbutir/gumpalan darah. Insidensinya 20%
c. Hemosiderosis kornea
Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris..Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke
dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut
hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.
d. Sinekia Posterior
Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi ini akibat
dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat terapi
medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada
hifema.
e. Atrofi optik
Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.
f. Uveitis
Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis.
10. Prognosis
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli
anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma,
prognosisnya baik (bonam) karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna
dalam beberapa hari.
DAFTAR PUSTAKA