Abstrak
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urin yang tidak disadari, dalam jumlah dan frekwensi yang cukup. Apabila
inkontinensia urine tidak dicegah dapat menyebabkan depresi dan isolasi diri pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Inkontinensia Urine Dengan Depresi Pada Lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Blitar di Tulungagung.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2017. Jenis penelitian menggunakan desain korelasi
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah Seluruh Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar di Tulungagung dengan menggunakan tekhnik purposive sampling sebanyak 44 orang. Pengumpulan
data menggunakan survey dengan kuesioner tertutup yang berjumlah 10 item pertanyaan untuk variable inkontinensia urine,
dan 15 item pertanyan untuk variable tingkat depresi. Teknik analisis menggunakan uji Chi Square Test.
Hasil penelitian dari 44 lansia sebagian besar inkontinensia urine dan tidak depresi sebanyak 22 responden (50%). Uji
statistik Chi Square Test didapatkan nilai ρ=0.394 > α=0.05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, dimana tidak ada Hubungan
antara Inkontinensia Urine Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Blitar di Tulungagung.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara inkontinensia urine dengan depresi pada lansia. Hasil ini
menunjukkan perlunnya perhatian, perawatan, dan wawasan pada lansia tentang inkontinensia urine. Sedangkan pada depresi,
lansia secara tidak langsung sudah mampu untuk mengatasinya.
Abstract
Urinary incontinence is an unconscious expenditure of urine, in sufficient quantity and frequency. If urinary
incontinence is not prevented it can lead to depression and self-isolation in the elderly. This study aims to determine the
relationship Urinary Incontinence With Depression In the Elderly in Technical Implementation Unit Social Services Tresna
Werdha Blitar in Tulungagung.
The study was conducted from March to April 2017. The research used correlation design with cross sectional approach.
The study population is all elderly in Technical Implementation Unit of Tresna Werdha Blitar Social Service in Tulungagung
by using purposive sampling technique as many as 44 people. Data collection used a survey with a closed questionnaire of 10
items for urinary incontinence variables, and 15 items for depression level variables. Analysis technique using Chi Square
Test.
Result of research from 44 elderly most of urine incontinence and not depression as much 22 respondents (50%). Chi
Square Test statistic test obtained ρ = 0.394> α = 0.05 so H0 is accepted and H1 is rejected, where there is no relationship
between urinary incontinence with depression in the elderly in Technical Service Implementation Unit Tresna Werdha Blitar in
Tulungagung.
This study shows that there is no relationship between urinary incontinence and depression in the elderly. These results
indicate the need for attention, care, and insight in the elderly about urinary incontinence. While in depression, the elderly are
indirectly able to overcome them.
Pendahuluan
Proses menua merupakan bagian dari rentang masalah menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh
kehidupan manusia, seperti periode lainnya dalam (Nugroho,2010).
kehidupan, bahwa proses menua ditandai dengan perubahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
fisik dan psikologi. Menua bukanlah sebuah penyakit tetapi mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Dilihat dari
perspektif keperawatan dikatakan ada empat besar
1
: Mahasiswa, 2 : Pembimbing 1, 3 : Pembimbing 2
penderitaan geriatrik yaitu immobilisasi, ketidakstabilan, 16 desember 2016 melakukan pengamatan dan
inkontinensia, dan gangguan intelektual (WHO, 2008). wawancara sejumlah 10 dari 80 lansia keseluruhan.
Sifat umum dari empat besar tersebut adalah Sejumlah 8 lansia mengalami gejala inkontinensia urine
mempunyai masalah yang kompleks tidak ada seperti seperti terbangun pada malam hari untuk buang
pengobatan yang sederhana, hancurnya kemandirian, air kecil, merasa kandung kemih penuh walaupun sudah
dan membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan kencing berkali-kali, dari ke delapan orang tersebut
erat dengan keperawatan. Secara umum, dengan yang mengalami depresi akibat inkontinensianya
bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih menurun. sejumlah 6 lansia.
Sisa urin dalam kandung kemih, setiap selesai berkemih Dari data di atas menunjukkan bahwa salah satu
cenderung meningkat dan kontraksi otot-otot kandung permasalahan lanjut usia yang memerlukan penanganan
kemih yang tidak teratur makin sering terjadi. Kontraksi yang tepat yaitu inkontinensia urine. Inkontinensia urine
involunter ini ditemukan pada 40-75% orang usia lanjut merupakan masalah kesehatan yang cukup sering
usia yang mengalami inkontinensia (Watson, 2006). dijumpai pada usia lanjut. Penyebab dari inkontinensia
Survei inkontinensia urine yang dilakukan oleh urin yaitu ketidakseimbangan kandung kemih pada usia
divisi geriatric bagian ilmu penyakit dalam RSUPN Dr. lanjut dan terdapat beberapa kerusakan persarafan yang
Cipto Mangunkusumo pada 208 orang lanjut usia di seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot
lingkungan pusat santunan keluarga di Jakarta (2002) kandung kemih secara efektif (otot detrusor) mungkin
mendapatkan angka kejadian inkontinensia urine tipe juga dipersulit masalah lain. Seperti keterbatasan gerak
stress 32,2 %, sedangkan survey yang dilakukan di atau konfusi, keinginan untuk miksi yang datang sangat
Poliklinik Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo cepat (Watson,2006). Pada pasien atau keluarga yang
(2003) terhadap 179 pasien geriatric didapatkan gejala menderita inkontinensia urine jarang melaporkan
inkontinensia urine stess pada laki-laki sebesar 20,5 %, masalahnya tersebut, dikarenakan bahwa kondisi yang
dan pada wanita sebesar 32,5% (Setiati S,2006). diderita sesuatu yang wajar dan tidak perlu diobati
Sedangkan data di wisma melati UPT panti sosial lanjut (Setiati cit Aru W, 2006).
usia (PLSU) blitar di tulungagung (2004) pada lansia Inkontinensia urin mempunyai dampak medik,
yang mengalami inkontinensia urin 33 % psikososial, dan ekonomik. Salah satu dari dampak
(http://siskaziel.blogspot.co.id/). psikososial dari inkontinensia urine yaitu depresi.
Depresi pada lanjut usia, sering salah didiagnosis atau
Prevelensi depresi pada lanjut usia di Indonesia
diabaikan. Depresi sendiri merupakan masalah besar
diperoleh dari ruang rawat akut geriatric dengan
yang mempunyai konsukuensi medis, sosial, dan
kejadian depresi sebanyak 76,3%. Dengan proporsi
ekonomi. Hal ini menyebabkan penderita bagi lanjut
pasien ringan sebanyak 44,1 %, depresi sedang
usia dapat memperburuk kondisi medis dan
sebanyak 18 %, depresi berat sebesar 10,8 %, dan
membutuhkan system pendukung yang mahal (Setiati cit
depresi sangat berat sebanyak 3,2%. Hal ini
Aru W, 2006).
menunjukkan bahwa semakin berat suatu masalah atau
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi
penyakit yang dihadapi oleh lansia maka semakin berat
inkontinensia urine, baik yang bersifat nonfarmakologis,
tingkat depresi yang dialami dan semakin dalam
farmakologis dan pembedahan, jika diketahui dengan
perawatannya (Setiati cit Aru W, 2006).
tepat jenis atau tipe inkontinensianya (Setiati cit Aru W,
membagi kuesioner pada responden dipanti. Pengisia Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 44
kuesioner didampingi oleh peneliti yang sebelumnya telah responden sebagian besar mengalami inkontinensia urine
diberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner sebanyak 39 responden (88,6%).
sedangkan bagi responden yang tidak bisa membaca , Tabel 2 Distribusi Inkontinensia Urine dengan umur
Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis
pengisian kuesioner dibacakan oleh peneliti. Sebelum Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di
kuesiner diisi responden wajib mengisi informed consent. Tulungagung
Kuesioner menggunakan instrumen/alat ukur kuesioner
untuk mengukur tingkat depresi menggunakan Geriatric
Depression Scale (short form) oleh Brine dan Yesavage
Inkontinensia Urine Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 44
Total
Umur + -
F % F % ∑ %
responden sebagian besar tidak depresi sebanyak 25
6,8
Tabel 4 Distribusi Depresi Lanjut Usia di Unit Total 25 56,8 16 36,4 3 44 100
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Sumber: Koesioner Penelitian (2017)
Werdha Blitar Di Tulungagung.
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 44
responden sebagian besar tidak sekolah tidak mengalami
Depresi Frekuensi Presentase (%)
Tidak Depresi 25 56,8 % depresisebanyak 25 responden (56,8%).
Kemungkinan Depresi 16 36,4 %
Depresi 3 6,8 %
Total 44 100 %
Sumber: Koesioner Penelitian (2017)
3.Hubungan Inkontinensia Urine Dengan responden tidak inkontinensia urine. Hasil distribusi
Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit Pelaksana menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha mengalami inkontinensia urine.
Blitar Di Tulungagung
Menurut Darmojo&Martono (2006), Inkontinensia
Tabel 7 Distribusi Hubungan Inkontinensia Urine
Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit merupakan pengeluaran urine yang tidak disadari,
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna dalam jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga
Werdha Blitar Di Tulungagung.
mengakibatkan masalah kesehatan dan mental.
Depresi
Inkontinen
Tidak Depresi
Kemungkina Depresi Total Menurut Siti Maryam (2008), Aliran darah ke
sia urine n depresi
F % F % F % ∑ % ginjal menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
+ 22 50 15 34,1 2 4,5 39 88,6
- 3 6,8 1 2,3 1 2,3 5 11,4 meningkat, terjadi pembesaran prostat pada laki-laki
Total 25 56,8 19 36,4 3 6,8 44 100
Sumber: Koesioner Penelitian (2017) dan otot-otot kandung kemih menjadi lemah sehingga
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 44 menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat
depresi sebanyak 22 responden (50 %). Peneliti berpendapat, terdapat kesesuaian fakta dan
Pengujian hipotesis penelitian yaitu “Hubungan teori diatas. Bahwa sebagian besar responden yang
Inkontinensia Urine Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di mengalami inkontinensia urine kencing lebih dari 4
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha kali, namun mereka tidak merasakan keluhan dan
Blitar Di Tulungagung” menggunakan bantuan program gejala secara langsung. Pada responden gejala
SPSS 16.00 for windows. Hasil uji Chi Square ditampilkan inkontinensia urine yang dialaminya bukanlah suatu
Tabel 8 Hasil Uji Statistik Chi square Hubungan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 47,7%
Inkontinensia Urine Dengan Depresi Pada Lanjut responden berumur 60-74 tahun mengalami
Usia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar Di Tulungagung. inkontinensia urine dan 4,5% tidak mengalami
inkontinensia urine. responden berumur 75-90 tahun
2
X (chi square) α 36,4% mengalami inkontinensia urine dan 4,5% tidak
ρ = 0,394 0,05 mengalami inkontinensia urine. 4,5% responden
Sumber: Koesioner Penelitian (2017)
berumur >90 tahun mengalami inkontinrnsia urine dan
Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan ρ = 0,394, 2,3% tidak mengalami inkontinensia urine. Hasil
sedangkan α = 0,05 karena ρ >α maka H0 diterima dan H1 distribusi menunjukkan bahwa hampir setengahnya
ditolak. Artinya Tidak Ada Hubungan Antara Inkontinensia responden berumur 60-74 mengalami inkontinensia
Urine Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit Pelaksana urine.
Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Di Lima klasifikasi pada lansia menurut Depkes RI
Tulungagung Tahun 2017 (2009), Pralansia(prasenilis) ialah seseorang berusia
antara 45-59 tahun. Lansia ialah seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih. Lansia resiko tinggi ialah
PEMBAHASAN
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, seseorang
A. Inkontinensia Urine Pada Lanjut Usia Di
yang berusia 60 tahun atau lebih bermasalah dengan
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar Di Tulungagung masalah kesehatan . Lansia potensial ialah lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa 88,6%
dapat menghasilkan barang/jasa. Lansia tidak potensial
responden mengalami inkontinensia urine, dan 11,4%
ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, responden yang mengalami inkontinensia walaupun
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain secara umum dianggap bukan sebuah penyakit. Dengan
Menurut Siti Maryam (2008), Berdasarkan UU pengelolaan dan pencegahan inkontinensia urin dengan
No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa baik pada responden dapat mengurangi salah satu faktor
lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai umur 60 yang mempengaruhi depresi.
tahun atau lebih, selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia tubuh B. Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna
tubuh secara keseluruhan.
Werdha Blitar Di Tulungagung
Secara umum dengan bertambahnya umur kapasitas
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa 56,8%
kandung keming akan menurun. Sisa urine dalam
responden tidak depresi, 36,4 % responden
kandung kemih setiap selesai berkemih cenderung
kemungkinan depresi, dan 6,8% responden depresi.
meningkat dan kontraksi otot-otot kandung kemih yang
Hasil distribusi menunjukkan bahwa sebagian besar
tidak teratur akan sering terjadi (Darmojo&Martono,
responden tidak depresi.
2006).
Menurut Nugroho (2010), depresi merupakan
Peneliti berpendapat bahwa terdapat kesusaian
perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang
antara fakta dan opini. Sebab semakin bertambahnya
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa
umur maka kandung kemih lansia kapasitasnya akan
serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau
berkurang. Menurut para responden dengan
perasaan marah yang dalam.
bertambahnya umur bertambah pula gejala penyakit
Menurut Geriatric Depression Scale (short form)
yang dialaminya, misalnya kencing lebih dari 4 kali,
oleh Miller (2009) bahwa tingkatan depresi ada tiga
sering ke toilet, mengompol dll.
yaitu tidak depresi, kemungkinan depresi, dan depresi.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
Menururt Davison dkk (2006), Depresi merupakan
responden yang mengalami inkontinensia urine 31,8%
kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
tidak sekolah, 20,5% SD, 11,4% SMP, 22,7% SMA,
kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak
2,3% Kuliah. Sedangkan yang tidak mengalami
berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain dan
inkontinensia urine 11,4% tidak sekolah, 0 % SD-
tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat
Kuliah.
seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas
Menurut Anggara&Prayitni, 2013 bahwa tingkat
yang biasa dilakukan.
pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi
Peneliti berpendapat, tidak terdapat kesesuaian
inkontinensia. Sebab pada tingakat pendidikan
antara fakta dan teori diatas. Pada responden di panti
berpengaruh dengan gaya hidup seseorang, seperti
sebagian besar tidak mengalami depresi. sebab
kebiasaan merokok, mgkonsumsi alcohol, asupan
responden sebagian besar sudah mampu mengatasi
makanan dan aktivitas fisik.
depresi yang dialaminya. Misalnya saja mereka
Peneliti berpendapat tidak terdapat kesuaian antara
bercanda gurau dengan pihak yang mengurusnya
fakta dan opini. Sebab responden di panti sebagian
(mahasiswa dan pegawai panti), memiliki komunikasi
pendidikannya masih rendah dibandingkan lansia yang
yang baik sesama penghuni panti, melakukan kegiatan
berada diluar panti. Hal itu tidak mempengaruhi
sesuai kebutuhan (contohnya; senam, membuat
inkontinensia yang dialaminya. Oleh karena itu perlu
kerajinan tangan, mencuci baju, dll.), perawatan
ada perhatian dari pihak terkait untuk selalu merawat
kesehatan yang memadahi dan seminggu sekali
dilakukan pemeriksaan kesehatan.Walaupun menurut Menurut Alley&Crimmins, 2010, pendidikan yang
beberapa responden yang mengalami depresi lebih rendah berkaitan dengan depresi terutama pada lansia,
banyak berdiam diri di rungannya. hal ini karena orang-orang dengan pendidikan yang
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa 34,1% rendah akan mencapai usia tua dengan penurunan
responden berumur 60-74 tahun tidak depresi, 15,9% kognitif dan kesehatan fisik yang buruk.
kemungkinan depresi, dan 2,3% depresi. Responden Peneliti berpendapat terdapat kesuaian antara fakta
berumur 75-90 tahun 20,5% tidak depresi, 18,2% dan opini. Hal itu dikarenakan pada lansia dipanti
kemungkinan depresi, dan 2,3% depresi. Sedangkan tingkat pendidikan rendah mereka tidak mengerti atau
responden berumur >90 tahun 2,3% hasilnya sama tahu cara menanggulangi gejala depresi tersebut.
tidak depresi, kemungkinan depresi dan depresi. Hasil Berbeda dengan yang pernah mengalami jenjang
distribusi menunjukkan bahwa hampir setengahnya pendidikan.
berumur 60-74 tahun tidak depresi.
Menurut Stanley&Beare (2006), Depresi meningkat C. Hubungan Inkontinensia Urine Dengan
secara drastis diantara lansia yang berada diinstitusi, Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit
sekitar 50%-75% penghuni perawatan jangka panjang Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Blitar Di Tulungagung Tahun
memiliki gejala depresi ringan sampai sedang.
2017
Peneliti berpendapat, tidak terdapat kesesuaian
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 44
antara fakta dan teori diatas. Ketika bertambahnya
responden di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
umur seseorang untuk berpikir dan merasakan hal
Tresna Werdha Blitar di Tulungagung setengahnya
tertentu. Apalagi seseorang lansia yang berumur lebih
mengalami inkontinensia urine tidak depresi sebanyak
dari 60 tahun, mereka yang berada di rumah lebih
22 responden (50 %). Pada nilai signifikan (p) yang
banyak berdiam diri dan tidak mau beraktifitas. Sebab
besarnya 0,394 dimana nilai tersebut lebih besar dari α
anak atau orang yang berada dalam satu rumah lebih
= 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya
sibuk dengan pekerjaanya/ urusan pribadinya. Namun
Tidak ada Hubungan Inkontinensia Urine Dengan
hal ini berbeda saat ada lansia yang berada di panti.
Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit Pelaksana Teknis
Pada saat di panti responden lebih diperhatikan dan
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Di
dirawat oleh petugas dinas maupun mahasiswa praktek.
Tulungagung Tahun 2017.
Lansia banyak berikteraksi dengan lansia lainnya,
Menurut teori Stanley & Beare, (2006) bahwa
mereka juga diajak berinteraksi dengan dunia luar.
lanjut usia yang mengalami inkontinensia urine
Disela itu mereka juga ada kegiatan rutin yang selalu
mungkin hanya gangguan pada waktu-waktu tertentu
dilakukannya.
atau yang lebih signifikan dapat menyebabkan
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa responden
terjadinya depresi dan isolasi sosial.
yang tidak bersekolah 25% mengalami .tidak depresi,
Menurut Osterweill dkk, (2006) bahwa populasi
15,9% kemungkinan depresi, 2,3% depresi. Responden
sekitar 60-80% diperkiraan dalam kondisi tidak
SD 11,4% tidak depresi, 6,8% kemungkinan depresi,
berdaya dan membutuhkan pertolongan keluarga,
2,3% depresi. Responden SMP 2,3% tidak depresi,
untuk keperluan sehari-hari dam hampir semua
6,8% kemungkinan depresi, 2,3 % depresi. Responden
populasi lanjut usai lebih membutuhkan dukungan
SMA 15,9% tidak depresi, 6,8% kemungkinan depresi,
emosional daripada financial.
0% depresi. Responden Kuliah 2,3% tidak depresi, 0%
Peneliti berpendapat, hasil penelitian secara
kemungkinan depresi dan depresi.
tidak langsung menunjukkan tidak ada Hubungan
Inkontinensia Urine Dengan Depresi Pada Lanjut Usia dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna penelitian selanjutnya.
Werdha Blitar Di Tulungagung. Hal ini dikarenakan
responden yang berada dipanti tidak merasakan gejala B. Bagi Peneliti Selanjutnya
inkontinensia secara langsung sehingga responden Pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan
tersebut walaupun mengalami inkontinensia urine tidak sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian
Tulungagung sebagian besar sudah mampu mengatasi selanjutnya dengan sampel yang lebih banyak,
depresi yang dialaminya. dengan cara yang berbeda dan diharapkan untuk hasil
Misalnya saja mereka bercanda gurau dengan pihak yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.
yang mengurusnya (mahasiswa dan pegawai panti),
memiliki komunikasi yang baik sesama penghuni panti, C. Bagi Lahan Di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
melakukan kegiatan sesuai kebutuhan (contohnya; Berdasarkan dari hasil penelitian dapat digunakan
beribadah, senam, membuat kerajinan tangan, mencuci sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan
baju, dll.), perawatan kesehatan yang memadahi dan untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia dalam
seminggu sekali dilakukan pemeriksaan kesehatan. pelayanan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
Sehingga responden tersebut masih mempunyai kepada lanjut usia tentang inkontinensia urine.
semangat hidup, dan tidak murung dengan kondisi
yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Ackley,B,J & Ladwig. 2008. Nursing diagnosis Handbook
1. KESIMPULAN And Evidence-Besade Guide To Planing Care
Dari hasil penelitian Inkontinensia Urine Pada (Eight Edition) , Moshi Elsever.
Lanjut Usia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tresna Werdha Blitar Di Tulungagung didapatkan 88,6% Hal 826. Jakarta : Depertemen Pendidikan Nasional
Balai Pustaka
mengalami inkontinensia urine. Depresi Pada Lanjut
Usia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Amir N. 2005. Depresi, Aspek Neurobiologi Diagnosis dan
Tatalaksana, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Werdha Blitar Di Tulungagung didapatkan bahwa 56,8%
tidak depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
ρ = 0,394 > α = 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa
Tidak ada Hubungan Inkontinensia Urine Dengan Aru W,S, Setiyohadi B., Alwi, Simadibrata K M., Setiati S.
2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Jakarta
Depresi Pada Lanjut Usia Di Unit Pelaksana Teknis : FKUI.
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Di Tulungagung.
Darmojo, Martono.2006. Geriatri. Jakarta : Yudistira.
2.SARAN
A. Bagi Institusi Pendidikan Davidson, G.C.Neale,J,M, dan Kearing. 2006. Psikologi
Abnormal.Edisi ke-9. Jakarta : Raja Grafindo
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan Persada.
kepada institusi pendidikan untuk meningkatkan
Fatimah. 2010. Respon Immunitas Yang Rendah Pada
sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian seperti Tubuh ManusiaUsia Lanjut. Jakarta : Makara.
menambah sumber-sumber pengetahuan (referensi)
Hasan, I. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
tentang gerontik dan inkontinensia urine sehingga Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock B,E. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Imam, Budi S. 2008. “Inkontinensia Urine Pada
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta Perempuan”,Jurnal Ginikologi dan
: Eirlangga Obsetri,Volume 58 Nomor 7 hal 258-265.
Kaplan., Sadock., 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Jakarta http://siskaziel.blogspot.co.id/ diakses rabu, 1 februari 2017
:EGC.