Anda di halaman 1dari 16

 

 
MODUL PERKULIAHAN
 

 
Struktur Beton 2

Kolom Pendek 1   

 
 
 
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

02
  Teknik Perencanaan  Teknik Sipil  W111700023  Ivan Jansen S., ST, MT 
dan Desain   

Abstract  Kompetensi 
 
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mengerti kembali konsep
pemahaman dasar mengenai sifat dan dari perencanan pada kolom pendek. 
juga mekanika dari material baja.
 
 

Kolom Beton Bertulang : Kolom Pendek


 

1. Pendahuluan

Dalam kondisi aktual nya, hampir tidak pernah ada kondisi kolom yang dibebani secara aksial
konsentrik secara sempurna, tapi diskusi mengenai adanya kondisi seperti ini menyediakan
suatu awal yang baik dalam hal perencanaan kolom dengan kondisi pembebanan yang
eksentris.
Untuk beberapa dekade belakangan ini, bahwa kondisi tengangan yang terjadi pada beton dan
tulangan baja dari sebuah kolom yang menopang beban yang dalam waktu yang sudah cukup
lama tidak dapat dihitung dengan kondisi yang cukup akurat. Hal ini mungkin dipikirkan bahwa
tengangan-tegangan yang terjadi dapat ditentukan dengan hanya perkalian regangan dengan
modulus elastisitas yang tepat, tapi anggapan seperti ini tidak bekerja dengan baik secara
prakteknya dilapangan, karena modulus elastisitas beton akan berubah selama pembebanan
berlangsung akibat dari kondisi rangkak dan susut (creep and shrinkage). Oleh sebab itu,
bagian dari pembebanan yang dipikul oleh beton dan baja tulangan sangatlah bervariasi
dengan besar dan juga durasi dari beban-beban tersebut.

Kondisi dari tegangan-tegangan yang terjadi tersebut, tidak bisa diprediksi pada kolom dalam
zona elastis dengan kondisi keakuratan apapun. Dalam suatu penelitian yang panjang bahwa,
kondisi ultimit dari kolom dapat diestimasi dengan baik. Hal ini dapat terlihat dalam
perbandingan/proporsi antara beban mati dan beban hidup, panjang pembebanan yang
semuanya memiliki efek yang kecil terhadap kekuatan ultimit. Itulah sebabnya analisis dan
perancangan disini menggunakan kondisi ultimit strength (kekuatan ultimit/batas). Pada kondisi
ultimit, kapasitas akisal dari sebauh kolom pendek adalah :

Dimana :
Ast = Luas total tulangan baja, yaitu Ast + As '
Ag = Luas total penampang kotor (penampang beton)

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  2 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Penggunaan nilai 0,85 dalam perhitungan kuat tekan kolom didasari atas adanya perbedaan
kuat tekan beton pada elemen struktur kolom aktual terhadap kuat tekan beton silinder,
fco' = 0,85. fc '

2. Failure (Kegagalan) Pada Sengkang Persegi dan Spiral (Berpilin)


Pada kolom pendek dengan menggunakan sengkang persegi jika diberikan pembebanan
sampai mengalami kehancuran/keruntuhan, bagian dari beton yaitu selimut beton akan
mengalami pengelupasan/pecah dengan kondisi jarak dari sengkang yang semakin rapat dan
tulangan utama/longitudinal akan mengalami tekuk dengan cepat dimana penyokong lateral
(selimut beton) telah hancur. Kondisi kegagalan seperti ini sering terjadi dengan cepat dan hal
ini terjadi karena struktur mengalami pembebanan gempa.
Ketika kondisi sengkang mneggunakan spiral dibebani sampai menuju kegagalan, sifat yang
berbeda ditunjukkan walaupun selimut beton akan hancur/terkelupas, tapi inti beton masih
tetap melanjutkan kinerjanya, sengkang spiral ini bersama dengan tulangan longitudinal akan
membentuk sebuah kesatuan yang sangat efektif dalam mengekang inti beton. Dan sebagai
hasilnya, terkelupasnya selimut beton akan memberikan sinyal bahwa kegagalan akan segera
terjadi jika beban terus ditingkatkan. Perencanaan inti kolom pada sengkang spiral ini akan
dibuat lebih kuat dibandingkan dengan cover/selimut beton nya sendiri tidak akan
meningkatkan kapasitas kekuatan ultimit nya secara siknifikan, tapi hal ini akan memberikan
sifat yang sangat baik yaitu sifat daktil pada elemen struktur kolom.
Beikut formula untuk kekuatan cover/selimut beton :

Dengan mempertimbangkan tegangan melingkar (hoop tension) pada spiral yang diakibatkan
oleh tegangan lateral dari inti beton dan juga beban test, dapat terlihat bahwa sengkang spiral
memberikan sedikitnya dua kali kenaikan efektif dari kapasitas ultimit kolom. Kapasitas dari
spiral dapat dihitung sebagai berikut:

Persamaan ini diselesaikan dengan menyelesaikan persentase sengkang spiral yang


dibutuhkan :

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  3 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Dan untuk membuat kondisi spiral lebih kuat dari terkelupasnya selimut beton, pada pasal
10.9.3 SNI, menyebutkan minimum persentase tulangan sengkang spiral adalah :

(SNI persamaan 10-5)

fyf = tegangan leleh spiral


Syarat reduksi kekuatan dari elemen struktur kolom (SNI Pasal 10.3.6) :
a. Kolom dengan tulangan spiral :

b. Kolom dengan tulangan sengkang pengikat :

Ast = luas tulangan baja

Nilai faktor reduksi (SNI Pasal 9.3.2.2)


 = 0,75 untuk kolom dengan tulangan spiral
 = 0,65 untuk kolom dengan tulangan persegi/lainnya.

3. Tulangan Longitudinal, Lateral (Sengkang) dan Kapasitas Aksial


Perhitungan rasio tulangan longitudinal kolom adalah:

Berdasarkan SNI yang terkait dengan kolom :


1. SNI pasal 10.9.1  mensyaratkan 0,01 ≤ ρg ≤ 0,08. ( ρg = rasio tulangan gross )
2. SNI Beton Pasal 10.9.2  menyatakan bahwa jumlah tulangan minimum yang
dipasang dikolom:
• Minimal 6 tulangan pada kolom berspiral
• Minimal 4 tulangan pada kolom dengan sengkang pesegi atau sengkang cincin
• Minimal 3 tulangan pada kolom denga sengkang ikat segitiga

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  4 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
3. SNI Beton Pasal 7.10.5.1  Tulangan lateral atau sengkang pengikat
• D ≥ 10 mm jika D longitudinal ≤ 32 mm
• D ≤ 13 mm jika D longitudinal ≥ 36 mm
• D ≥ 13 mm jika tulangan longitudinal di bundle

4. Syarat spasi vertikal pada kolom:


• S ≤ 16 db (db untuk tulangan longitudinal) ; db = diameter tulangan longitudinal
• S ≤ 48 db (db untuk sengkang ikat)
• S ≤ ukuran dimensi kolom terkecil
5. SNI Beton Pasal 7.10.5.2  mensyaratkan pemasangan spasi vertikal tulangan lateral
pada kolom:
• Pengikat persegi harus disusun sedemikian hingga setiap sudut dan batang tulangan
longitudinal yang berselang harus mempunyai tumpuan lateral yang disediakan oleh
sudut pengikat dengan sudut dalam tidak lebih dari 135 derajat.
• Tidak boleh ada batang tulangan lebih jauh dari 150 mm bersih pada setiap sisi
sepanjang pengikat dari batang tulangan yang tertumpu secara lateral
• Jika tulangan longitudinal terletak di sekeliling perimeter suatu lingkaran, pengikat
berbentuk lingkaran penuh diizinkan

6. SNI Beton Pasal 10.9.3  mensyaratkan rasio tulangan spiral ρs tidak boleh kurang
dari nilai :

Asp = luas penampang tulangan spiral

Ac = luas inti beton =


Dc = diameter inti kolom beton = jarak tepi ke tepi tulangan spiral
s = spasi spiral (center to center) atau pusat ke pusat
fy = kuat leleh tulangan spiral (≤ 400 Mpa)
Dalam perencanaan kolom, kapasitas aksial nominal suatu kolom Pn adalah:

ɸPn ≥ Pu

Pu merupakan beban ultimit yang dapat dihitung menggunakan kombinasi pembebanan


berdasarkan SNI Beton Pasal 9.2.1

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  5 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 1. Contoh sengkat ikat lateral dan spiral

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  6 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 1:
Hitung kuat aksial tekan nominal Pn(max) penampang kolom berikut dengan pembebanan
aksial konsentrik, jika diketahui kuat tekan beton fc’ = 30 MPa , grade tulangan baja fy = 400
MPa.

Penyelesaian:
1. ɸPn ≥ Pu
2. Kolom dengan sengkang ikat persegi:

3. Kapasitas aksial kolom ( Nominal aksial kolom) =

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  7 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 2:
Desainlah sebuah kolom aksial konsentrik dengan dimensi 300mm x 300 mm yang memiliki
tipe sengkang ikat persegi, dimana dapat menopang beban mati (DL) = 1000 kN. Jika
diketahui kuat tekan beton fc’ = 25 MPa , grade tulangan baja fy = 400 MPa. ( Gunakan jumlah
tulangan 8 pada kolom).
Note: diameter tulangan ulir untuk struktur adalah D10, D13, D16, D19,D22, D25, D29, D32,
D36

Penyelesaian:
1. ɸPn ≥ Pu  kondisi beban ultimit adalah 1.4 DL = 1.4 x 1000 = 1400 kN
2. Kolom dengan sengkang ikat persegi:

3. Kapasitas aksial kolom ( Nominal aksial kolom)  dengan menggunakan 8-D16

Kondisi ini masih tidak cukup dalam menahan beban aksial ultimit Pu = 1400 kN.
Dicoba lagi dengan mengganti diameter tulangan, menjadi 8-D19 , didapatkan :

Hasil yang terkahir ini mendapatkan nilai kapasitas ultimit kolom tereduksi
 Pn = 1441.228 kN > Pu = 1400 kN  OK!!

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  8 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 3.

Rencanakan kolom dengan sengkang ikat untuk menahan beban aksial konsentrik, dimana
PDL = 150 ton, PLL = 300 ton, dan Pw = 50 ton. Mutu beton dan baja tulangan yang akan
digunakan direncanakan masing-masing dengan fc’ = 30 MPa, dan fy = 400 MPa.

Desain kolom persegi untuk rasio tulangan g = 0,03. Hitung kebutuhan tulangan longitudinal
dan transversal.

1. Beban ultimit yang bekerja.


Pu_1 = 1,2PDL + 1,6PLL = 1,2 × 150 + 1,6 × 300
= 660 ton.

Pu_2 = 1,2PDL + 1,0PLL + 1,6Pw = 1,2 × 150 + 1,0 × 300 + 1,6 × 50


= 560 ton.

2. Checking kondisi tekan dan tarik pada kolom.


Pu_3 = 0,9PDL – 1,3Pw = 0,9 × 150 – 1,3 × 50
= 70 ton.

3. Estimasi dimensi penampang.


Untuk kolom persegi dengan r = 0,80;  = 0,65 dan  = 0,03:

Pu
Ag 

 .r 0,85 f c '  g  f y  0,85 f c ' 
660 ton
Ag 
0,65  0,80(0,85  30 MPa)  0,03400 MPa  (0,85  30 MPa ) 
Ag = d2. Sehingga d = √Ag = 587,8 mm  d = 600 mm.

4. Proportioning baja tulangan longitudinal.


Untuk kolom persegi, As = Ag = 0,03 × (600 mm)2 = 10.800 mm2.

1  Pu 
Ast   0,85 f c ' Ag 
 f y  0,85 f c ' .r


1  6,6  10 6 N 
Ast    (0,85  30 MPa  600 mm 2 )
400 MPa  (0,85  30 MPa   0,65  0,80 
Ast  9.378,66 mm 2
Gunakan 8 D40  Ast = 8 × 1.256 mm2 = 10.048 mm2.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  9 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
5. Checking Po.
Po = 0,85 fc’(Ag – Ast) + fyAst
Po = (0,85 × 30 MPa × (360.000 – 10.048) mm2) + (400 MPa × 10.048 mm2)
Po = 1.294,3 ton.
Pn = rPo = 0,65 × 0,8 × 1.294,3 ton = 673 ton > 660 ton  Ok!

6. Proportioning baja tulangan ikat (tulangan transversal/sengkang).


Karena diameter baja tulangan longitudinal yang digunakan >36 mm, maka gunakan
sengkang ikat D13. Spasi bersih tulangan:

b# d b  2cover  d stirrup 


s
# bars  1
slong = (600 mm – 3(40 mm) – 2(40 mm + 13 mm)) / 2
slong = 187 mm > 150 mm.  dibutuhkan cross ties.

Spasi sengkang ikat:


 16 db = 16 × 40 mm = 640 mm.
 48 dstirr = 48 × 13 mm = 624 mm.
 Nilai terkecil dari d atau b = 600 mm.

Gunakan sengkang ikat D13 dengan spasi vertikal, sver = 600 mm.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  10 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
4. Kolom Pendek yang Dibebani Eksentris (Aksial dan Momen)
Kolom dengan eksistensi nya beban aksial dan lentur (meomen) yang disebabkan adanya
eksentrisitas beban pada penampang, ditunjukkan pada gamabar di bawah ini :

Gambar 2. Ekivalen eksentrisitas pada pembebanan kolom

Dari kondisi ini didapatkan kapasitas desain/perencanaan kolom :

Mu dan Pu adalah Gaya aksial dan Momen ultimit dari hasil pembebanan/kombinasi
pembebanan terfaktor sebuah analisa struktur.
Mn dan Pn adalah kapasitas aksial dan momen nominal dari kolom (kemampuan kolom
dalam memikul beban terhadap aksial dan momen)

Gambar 3. Kondisi regangan pada kolom

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  11 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
5. Distribusi Regangan dan Tegangan dalam Penampang Kolom

Gambar 4. Kondisi tegangan dan regangan kolom pada kondisi aksial eksentris

Dari gambar 3.c diatas :


Nilai a = 1.c
Pada kesetimbangan untuk penampang persegi eksentris terdapat dua kesetimbangan dasar
yaitu :
 Kesetimbangan antara gaya luar dan dalam pada gaya aksial :

 Kesetimbangan momen dari titik pusat penampangdari gaya-gaya dan tegangan dalam
yang harus sama dengan momen akibat gaya aksial luar.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  12 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Gambar 5. Kondisi tegangan dan regangan kolom pada kondisi aksial eksentris

 Pada gambar 4. di atas kondisi gaya resultan pada centroid (pada kasus ini H/2) :
Pn = Cs1 + Cc – Ts2  C = compression = tekan = tada positif (+)

 Momen terhadap pusat geometri :

h  h a  h
M n  Cs1 *   d1   Cc *     Ts2 *  d 2  
2  2 2  2

Pada penampang yang mengalami kondisi tarik murni :


 Dengan asumsi penampang retak dan mengalami regangan tarik seragam yang
melebihi rengangan leleh y. Akibatnya adalah regangan leleh tersebut, semua lapisan
tulangan pada penampang akan mencapai tegangan leleh, maka :

Pnt = kuat tarik nominal penampang kolom

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  13 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
6. Keruntuhan Balance, Tarik dan Tekan
Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada kolom pendek adalah leleh tulangan tarik dan
keruntuhan tekan. Kondisi balance tercipta jika keruntuhan terjadi bersamaan pada baja
tulangan tarik dan beton tekan.
Pn < Pnb , keruntuhan tarik
Pn = Pnb , keruntuhan balance
Pn > Pnb , keruntuhan tekan
Pn = beban aksial, Pnb = beban aksial tekan yang berkaitan dengan keruntuhan balance

Sebuah kolom akan mencapai kapasitas ultmit nya ketika regangan beton sudah mencapai
0.003. jika baja tulangan yang paling terdekat dengan serat terluar dari kolom sudah mencapai
kelelehan juga ataupun sudah melewatinya, kondisi seperti ini dinyatakan sebagai kondisi
Tension Controlled ( keruntuhan tarik), dan sebaliknya adalah keruntuhan tekan (Compression
Controlled).
Kondisi dimana transisi antara kedua pola keruntuhan ini adalah keruntuhan seimbang
(Balance Condition), yaitu kondisi dimana beton sudah mencapai regangan 0.003 dan baja
tulangan pada serat terluar juga sudah mencapai regangan leleh nya yaitu fy/Es atau 0.002.

Gambar 6. Contoh diagram regangan dari kondisi Balance

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  14 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Contoh 4 :
Tentukan Pnb dan eb untuk penampang kolom seperti yang terlihat pada gambar berikut, f’c =
27,6 Mpa dan fy = 414 Mpa (β1 = 0,85):

Kondisi nya adalah s = y

Maka :

Maka 

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  15 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

 
Daftar Pustaka
1. Wight, James K. 2016. “ Reinforced Concrete Mechanics and Design ” 7 th Edition.
2. SNI 2847-2013 “ Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung “.
3. Imran, I dan Zulkifli, E. (2014). Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang. Penerbit
ITB
4. McCormac, Jack C. 2014, “ Design of Reinforced Concrete ”, Ninth Edition, Wiley
5. Nawy, Edward G., 2009, “ Reinforced Concrete Fundamental Approach ” , Sixth Edition,
Pearson Prentice Hall.

‘15 Struktur Beton II Pusat Bahan Ajar dan eLearning


  16 Ivan Jansen S., ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai