Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan lingkungan merupakan upaya untuk memecahkan, memperbaiki
dan meningkatkan mutu lingkungan, agar fungsi lingkungan bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya dapat dipenuhi bagi kelangsungan hidup yang manusiawi,
tetapi pada dasarnya masyarakat belum menyadari bahwa lingkungan yang bersih
dapat membuat lingkungan yang sehat jauh dari gangguan penyakit yang berbasis
lingkungan. Masalah kesehatan kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta
perilaku hidup masyarakat yang masih rendah mengakibatkan penyakit-penyakit
seperti diare, Ispa, TB paru, Malaria, DBD, Kulit, dan lain-lain. penyakit tersebut
merupakan sepuluh besar penyakit di puskesmas dan merupakan pola penyakit utama
di Indonesia.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) Salah satu langkah dalam
pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3
bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
Puskesmas secara umum mempunyai misi untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan esensial yang bermutu, merata dan terjangkau sesuai dengankebutuhan
masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakatwilayah kerjanya,
dengan membina peran serta masyarakat di wilayahkerjanya dan meningkatkan
kesehatan masyarakat yang antara lain dilakukandengan upaya kesehatan inovatif dan
pemanfaatan teknologi tepat guna.
Klinik sanitasi sendiri merupakan salah satu serangkaian unitpelayanan dari
puskesmas. Klinik sanitasi juga merupakan wahanamasyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan lingkungan pemberantasanpenyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugaspukesmas. Melalui Klinik Sanitasi ketiga
unsur pelayanan kesehatan yaitupromotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara
integratif melaluipelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan diluar maupun di dalam gedung. Sehingga Klinik sanitasi bukan sebagai
unitpelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari
kegiatanpukesmas, bekerja sama dengan program lain dari sektor terkait di wilayah
kerja pukesmas.
B. Tujuan Praktik
1. Mahasiswa mampu membuat rencana usaha penyelenggaraan Klinik Sanitasi
Puskesmas.
2. Mahasiswa mampu menambah pelayanan kesehatan yang sudah adasebelumnya
dengan melaksanakan protap penyehatan rumah pasien penyakit Diare.
C. Manfaat
1. Bagi puskesmas
a. Merupakan suatu masukan bagi puskesmas dalampemecahan suatu
masalah kesehatan lingkungan khususnya padaklinik sanitasi
b. Sebagai acuan atau pedoman dalam mengetahui derajattingkat kesehatan
di wilayah kerja puskesmas
2. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat membandingkan dan menerapkan ilmu yang
diperoleh pada bangku perkuliahan dengan dilapangan khususnya matakuliah
klinik sanitasi
3. Bagi konsumen atau masyaraka
Sebagai alternatif pencegahan penyakit Diare sehingga penyakit-
penyakityang berbasis lingkungan dapat berkurang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita
nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diare adalah buang air
besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlang
sung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan
orang tua

B. Pengertian Air
Air adalah zat yang tudak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan yang
bersifat universal (Linsley, 1991).
Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan bagi kehidupan
Manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,
pertanian, industri dan perikanan. Air yang dapat diminum adalah air yang bebas dari
bakteri berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan
jernih, tidak berbau dan tidak berwarna, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau
kekeruhan (Adiono, 1987).
Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan air.
Secara global tubuh manusia dewasa mengandung air sebanyak 50 – 70 % dari bobot
tubuhnya. Bila tubuh air kehilangan air sebanyak 15 % dari bobot tubuhnya akan
mengakibatkan kematian. Dalam tubuh manusia air diperlukan untuk melarutkan
berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan
dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar
alveoli. Demikian pula dengan zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat
larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Air sebagai bahan pelarut,
membawa segala jenis makanan keseluruh tubuh dan mengambil kembali segala
buangan untuk dikeluarkan dari tubuh (Soemirat, 1994 ), karena kebutuhan air sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia, maka penyediaan air baik dari segi
kuantitas maupun dari segi kualitas mutlak diupayakan ditengah-tengah kehidupan
manusia baik secara individu maupun kelompok, dari kualitasnya air dapat memenuhi
kriteria atau standar air minum. Kualitas air minum perlu diperhatikan sebelum
dikonsumsi, sebab air yang tidak bersih atau kualitas rendah dapat merugikan
kesehatan manusia (Mahida, 1986).
C. Kontaminasi Coliform dan Coli Tinja
Golongan bakteri Coliform merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan
makanan, dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya yang mempunyai ciri-ciri
berupa gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu
memfermentasi kaldu laktosa pada temperatur 37°C dengan membentuk asam dan gas
dalam waktu 24-48 jam (Suriawiria, 2008).
Bakteri Coliform merupakan flora normal pada usus manusia dan hewan, tetapi
akan menjadi patogen bila diluar saluran pencernaan, saluran kemih, pada selaput otak
yang akan menyebabkan radang, terutama pada individu yang mempunyai daya tahan
tubuh rendah, misalnya bayi, orang lanjut usia dan orang-orang yang baru sembuh dari
sakit (Nugroho, 2006). Bakteri Coliform mampu tumbuh pada media yang mengandung
garam empedu, dimana garam empedu mampu menghambat bakteri gram negatif lain
yang mungkin ada. Sehingga media yang mengandung garam empedu digunakan sebagai
media pemupuk selektif, misalnya MC Conkey Broth (MCB), Lactose Broth (LB) dan
media-media selektif lainnya. Pada media cair yang mengandung laktosa, bakteri
Coliform dapat tumbuh subur, menimbulkan gas dan tampak kekeruhan (Pelezhar dan
Chan, 1998).
Kecepatan bakteri Coliform memecah laktosa menentukan patogenitasnya, makin
cepat fermentasinya makin besar daya patogenitasnya. Bakteri Coliform berdasarkan
kecepatannya memecah laktosa, dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Kelompok yang memfermentasi laktosa dengan cepat, terdiri dari Escherichia coli,
Klebsiella dan Enterobacter.
2. Kelompok yang memfermentasi laktosa lambat, terdiri dari Serratia, Citrobucter,
Erwinia dan Paracolon.
Bakteri Coliform termasuk dalam family Enterobactericeae. Kebanyakan anggota
dari family Enterobactericeae mempunyai flagella monotrikat, kecuali Shigella yang
tidak mempunyai flagella. Jenis Enterobacterichia, Enterobactericeae (dahulu disebut
Aerobacter) dan Klebsiella disebut bakteri coli (Coliform) dan sering digunakan dalam uji
sanitasi air dan susu. Spesies Enterobacter misalnya E. aerogenes disebut Coliform non
fecal karena tidak mempunyai flora normal di dalam saluran pencernaan, melainkan
ditemukan pada saluran pernapasan dan usus. Salah satu spesiesnya, yaitu K. pneumonia
dapat menyebabkan pneumonia pada manusia. Jenis Escherichia hanya memiliki satu
spesies yaitu E. Coli, dan disebut Coliform fecal karena ditemukan dalam saluran usus
hewan dan manusia, sehingga sering terdapat dalam feses. Coliform fecal (Coli Tinja)
dapat hidup pada suhu 420C – 440C. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator
kontaminasi kotoran. Coliform fecal (Coli Tinja) dapat menyebabkan berbagai infeksi
antara lain diare, infeksi pada saluran kencing, dan meningitis (Nugroho, 2006).
Klasifikasi Bakteri Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya adalah
sebagai berikut :
1. Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC), dapat menyebabkan diare dan tidak
menghasilkan toksin.
2. Entero Invasive Escherichia Coli (EIEC), merupakan tipe yang mempunyai daya
invatif, sehingga menimbulkan gejala penyakit seperti disentri. Tipe ini tidak
memproduksi enterotoksin.
3. Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC), tipe ini menghasilkan 2 macam
enterotoksin, yaitu:
a. Enterotoksin yang tidak tahan panas, toksin ini akan hilang toksinitasnya pada
pemanasan 60°C selama 30 menit.
b. Enterotoksin yang tahan panas, toksin ini tahan terhadap pemanasan sampai
dengan 100°C.
4. Entero Hemorragic Escherichia Coli (EHEC), memproduksi verotoksin yang
sifatnya hampir sama dengan toksin sehingga yang diproduksi oleh strain Shigella
dysentreriae. Serotipe E.coli yang memproduksi verotoksin yaitu EHEC 0157:H7.
Verotoksin yang dihasilkan menghancurkan dinding mukosa dan menyebabkan
perdarahan.
5. Entero Agregative Escherichia Coli (EAEC), dapat menyebabkan diare akut dan
kronik (jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat pada mukosa intestinal,
menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin, sehingga terjadi kerusakan mukosa,
pengeluaran sejumlah besar mucus dan terjadinya diare.
D. Kaporit
Menurut Surbakti (1987), kalsium hipoklorit, [Ca(ClO)2] disebut pula kaporit.
Di Indonesia untuk mendensifeksi air minum banyak digunakan kaporit. Harga lebih
murah selain itu kaporit lebih stabil dan dapat disimpan lebih lama dari pada serbuk
pengelantang. Pada desinfektan dengan kaporit, pH air yang didesinfeksikan harus
diatur agar desinfeksi dari kaporit dapat maksimal. Diketahui bahwa dalam larutan
kaporit, terdapat HClO. HClO akan mengeluarkan atom-atom oksigen. Makin banyak
HClO yang terbentuk, makin banyak pula atom oksigen yang lepas. Ini berarti daya
desinfeksi makin besar. Bila kaporit dilarutkan dalam air, maka reaksi kimianya
berlangsung bertahap sebagai berikut :
Ca(ClO)2 + 2H2O 2HClO + Ca(OH)2 2HClO 2HCl + 2O2+ Ca(ClO)2 + 2H2O
Ca(OH)2 + 2HCl + 2O2
Jadi bila kaporit dilarutkan kedalam air maka akan menghasilkan atom-atom
oksigen. Atom-atom oksigen inilah yang sebenarnya aktif membunuh bakteri-bakteri,
karena bakteri-bakteri dioksidasi.
Sifat umum kaporit cair : Kaporit cair (NaOCl) merupakan bahan oksidasi
yang kuat, berwarna kuning kehijau-hijauan, berbau, dapat dilarutkan dalam airdan
diuraikan dengan air panas. Biasanya mengandung kadar khlorin (dalam berat)
sebesar 14 – 15 %, bersama-sama dalam sejumlah kecil kaustik soda. Kaporit cair
berasal dari pengenceran larutan sodium hydroxid karena NaOCl tidak stabil dalam
udara jika tidak bercampur dengan sodium hydroxid. Kaporit cair bersifat korosif
yang tinggi pada kulit, paling banyak pada logam. Senyawa ini harus tersimpan dalam
lubang kaca atau kotak barang pecah belah, dan dalam ruangan pendingin, ruangan
gelap dan jauh dari asam atau bahan makan, karena dengan perlahan-lahan
menguraikan senyawa dalam tempat penyimpanan dan diubah dengan
mempergunakan cahaya panas, dan juga dari logam dengan senyawa asam. Kaporit
cair digunakan sebagai pembasmi kuman, menghilangkan bau dan juga sebagai
pemutih.
Khlorin banyak digunakan pada pengolahan air limbah sebagai oksidasi dan
mengontrol bau dan rasa serta menghilangkan warna. Pembubuhan kaporit cair
bertujuan membasmi mikroba, diantaranya untuk mencegah akibat adanya
pertumbuhan mikroba.
Khlorin telah terbukti hanya merupakan desinfektan yang ideal. Bila
dimasukkan dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera membinasahkan
kebanyakan mikroba yang berkurang dalam air. Secara umum kebanyakan air
mengalami desinfeksi yang cukup baik bila residu khlorin bebas sebanyak kira-kira
0,2 mg/L diperoleh setelah khlorinasi selama 10 menit. Residu yang lebih besar dapat
menimbulkan bau yang tidak enak, sedangkan yang lebih kkecil tidak dapat
diandalkan. Khlorin akan sangat efektif bila pH air rendah.
E. Pemeriksaan dengan metode MPN
Metode MPN (Most Probable Number) umumnya digunakan untuk menghitung
jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri Coliform yang merupakan
kontaminan. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam
waktu 24 jam inkubasi pada 37º C. Penentuan Coliform Fecal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform Fecal adalah,
Esherichia Coli (Arthur dalam Isti, 2010). Uji Coliform fecal secara lengkap meliputi uji
penduga, uji penguat, dan uji lengkap. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk
menghitung MPN (Most Probable Number) Coliform secara sensitif didalam minuman
yaitu metode 7 tabung dan 15 tabung (Imam et all, 1999). Dalam uji Coliform Fecal
menggunakan media LBDS (Laktosa Broth Dauble Strecht), LBSS (Laktosa Broth Single
Strecht) dan BGLB (Bile Green Laktosa Broth). Media adalah suatu bahan yang terdiri
dari campuran zat – zat makanan /nutrisi yang diperlukan untuk menumbuhkan suatu
mikroorganisme dengan syarat-syarat tertentu.

F. Protap Penyehatan Rumah Pasien Diare

1. Pengertian
Penyehatan rumah pasien Diare adalah perbaikan kualitas air dari cemaran
E.Coli dengan pemberian klorinasi Ca(OCl)2 0,2 ppm, pemberantasan lalat
dapur dengan residual spray propoksur 10 gram/liter pada dinding dapur dan
prepelen cengkeh pada lemari makan pada saat kunjungan rumah pasien diare.
2. Dasar Kegiatan
Rekam medis 1, 2 serta catatan rujukan dokter ke bangsal rawat inap
3. Tujuan
a. Menyehatkan air dari cemaran E. Coli sampai diperoleh MPN E. Coli
0/100 ml
b. Menurunkan density lalat dapur sampai sampai 8 ekor/flygril/30 menit
c. Menurunkan density kecoa sampai 2 ekor/plate/24 jam

4. Uraian Kegiatan
a. Mempelajari RM 1, 2 catatan rujukan dokter ke bangsal rawat inap dengan
diagnosa akhir utama GEA (Gastro Enteritis Akut)
b. Konsultasi keadaan sumber air rumah pasien dari catatan nama pasien,
kepala keluarga dan alamat tempat tinggal
c. Menyiapkan bahan kaporit 60% chlorine diffuser, bottol sampel, cell
lemm lalat, minyak cengkeh, baygon cair, hand sprayer, formulir
kunjungan rumah
d. Kunjungan rumah pertama
(1) Mengukur density lalat dengan umpan sirup pada lem lalat
selama 15 menit di dapur
(2) Mengambil sampel air sumber air dengan botol sampel steril
(3) Mengukur volume dan pH air
(4) Klorinasi dengan klorin Diffuser waktu
Pergantian 30 hari

Volume air x 0,2 ppm (dosis)


Kebutuhan Ca(Ocl)2 = ---------------------------------------
% Ca(Ocl)2
(5) Mengukur density kecoa dengan umpan pelet pada lem lalat di
lemari makan dan dapur selama 24 jam
e. Kunjungan rumah ke dua
(1) Melaporkan hasil kepadatan lalat, kecoa MPN E. Coli kepada keluarga
pasien
(2) Melaksanakan residual spray propoxsur 1% seminggu sekali
Propoxur baygon tersedia 4 gram / liter
Propoxur baygon dibutuhkan 1% atau 10 gram / liter
Rumus formulasi insektisida
25 x y
X = ----------- x100
C
x = Kebutuhan pestisida
c = Konsentrasi propoxur residu 4 gr / liter
y = Dosis 10 gram / liter
25 x 10 gram / liter
x = ------------------------- = 62.5 gram
4 gram / liter
(3) Pemberian usapan minyak cengkeh di lemari makanan tiap 20
hari sekali
(4) Mengukur kepadatan lalat / kecoa dan MPN E. Coli air
f. Kunjungan rumah ke tiga
(1) Menyampaikan hasil penyehatan rumah menurut penurunan MPN E.
Coli, density lalat dan kecoa
(2) Menetapkan hasil penyehatan yang sudah tidak perlu tindakan
penyehatan maupun yang perlu penyehatan ulang
(3) Mengamati keluhan keluarga pasien
(4) Pelaporan hasil sesuai dengan formulir kunjungan rumah
H. Protap Penyehatan Rumah Pasien DHF
1. Pengertian
Penyehatan rumah pasien DHF adalah perbaikan kualitas lingkungan
rumah pasien dengan aerosol transflutrin 0,04% dan siflutrin 0,025% dosis
10 gram/feet3, abatisasi bak air dan repellen minyak sere anak Balita pada
waktu kunjungan rumah pasien.
2. Dasar Kegiatan
Rekam medis 1, 2 serta catatan rujukan dokter ke bangsal rawat inap
3. Tujuan
Menurunkan ovitrap index rumah pasien DHF sampai 0%
4. Uraian Kegiatan
a. Mempelajari RM 1, 2 catatan medis dokter, bila ragu-ragu konsultasi
dengan perawat bangsal
b. Konsultasi jumlah kamar rumah pasien, jumlah bak air dan ada tidaknya
anak Balita.
c. Menyiapkan bahan baygon aerosol, abate, minyak sereh
d. Kunjungan rumah pertama
(1) Memang ovitrap dalam dan luar rumah sebanyak 100 buah selama-
lamanya 5 hari
e. Kunjungan rumah ke dua
(1) Menghitung ovitrap index positif telur aedes aegypti
(2) Abatisasi bak air sesuai petunjuk label
(3) Penyemprotan aerosol baygon dosis 10 gram / 27 m3 waktu
penyemprotan 50 detik
(4) Pemasangan ovitrap index 5 hari
f. Kunjungan rumah ke tiga
(1) Menyampaikan hasil ovitrap index dan menetapkan lanjut/tidak
penyemprotan aerosol
(2) Pelaporan kunjungan rumah sesuai formulir dan mengamati keluhan
keluarga pasienhasil sesuai dengan formulir kunjungan rumah
G.

I. Protap Penyehatan Rumah Pasien ISPA


1. Pengertian
Penyehatan rumah pasien ISPA adalah perbaikan kualitas lingkungan rumah
pasien dengan cara pemberantasan tungau debu rumah menggunakan residual
spray benzyl benzoat 4% pada waktu kunjungan rumah.
2. Dasar Kegiatan
Rekam medis 1, 2 dan catatan rujukan dokter ke bangsal keperawatan
3. Tujuan
Menurunkan kepadatan tunggu debu rumah sampai serendah-rendahnya
4. Uraian Kegiatan
a. Mempelajari RM 1, 2 catatan rujukan dokter yang diagnosa akhir utama
asma atau ISPA.
b. Konsultasi dengan keluarga pasien tentang luas kamar pasien.
c. Menyiapkan bahan benzyl benzoat 4% dari 25% yang tersedia
V1N1 = V2N2
(V1)25% = (1000 ml)(4%)
0,25 V1 = 40 ml
40 ml x 100
V1 = ----------------
25
V1 160 ml (benzyl benzoat) + 840 ml air
Larutan benzyl benzoate = 160 ml + 840 ml air
Dosis = 2,5 ml/detik
= 75 ml larutan/27 m3
d. Kunjungan rumah pertama
(1) Penyedotan debu permukaan kamar dengan vacum cleaner, tiap ruang
satu kantong debu
(2) Pemeriksaan tungau debu rumah dari tiap kantong dengan metode
Voorhorst
(3) Penyemprotan benzyl benzoat 4% diseluruh permukaan kamar
e. Kunjungan rumah ke dua
(1) Penyedotan debu rumah dan pemeriksaan tungau debu rumah
(2) Penyampaian hasil density tungau debu rumah dan penetapan lanjut/
tindakannya penyemprotan residual spray
(3) Pelaporan sesuai formulir kunjungan rumah
BAB III

METODE PRAKTIK

A. Alat dan Bahan

No Kegiatan Alat Bahan


1 Pemeriksaan MPN Choli 1. Tabung reaksi 1. Larutan LB
2. Lampu bunsen 2. Larutan BGLB
3. Inkubator 37oC 3. Aquades
4. Inkubator 44oC 4. Sampel air
5. Rak tabung
6. Elemeyer
7. Korek api
8. Ose tumpul
9. Tabung durham
10.Kapas
11.Gelas ukur
12.Bunsen
13. Label
14. Alkhohol
15. Kertas payung
2 Pengambilan sampel air 1. Botol steril 1. Sampel air
2. Bunsen
3. Kriustang
4. Alkhohol
5. Kapas
6. Korek api
7. Kertas payung
8. Label
9. Tas sampling
2 Density lalat dan kecoa 1. Lem lalat 1. Sirup
2. Pelet
3 Pengukuran pH air 1. Ketas Lakmus 1. Sampel air
2. Gelas ukur
3. Indikator pH air
4 Daya sergap clor dan 1. Comperator daya sergap 1. Sampel air
klorinasi clor kit 2. Orthotolidin
2. Botol sampel air 3. Ca (OCl)2 kaporit
4 Dokumentasi 1. Kamera
2. Alat tulis
B. Diagram Alur Praktik

Kunjungan kedua (8/7/2016)


Kunjungan pertama (4/7/2016) Pengambilan sampel air (pre) Tanggal 10/7/2016
Pengisian formulir prinsip pelayanan Pengukuran density lalat dan kecoa (pre) Melihat hasil yang positif dan
Penandatanganan surat pernyataan Pembuatan media MPN Pengukuran pH air pemindahan ke media BGLB (pre)
Pengukuran skor pengetahuan sebelum E Coli Pre (7/7/2016) Penanaman sampel air ke media LBSS dan Pembuatan media MPN E Coli
konseling LBDS (pre) Post
Konseling Pemeriksaan Daya sergap Chlor dan perhitungan Mempersiapkan Kaporit untuk
kebutuhan kaporit pada sumur intervensi masyarakat

Kunjungan ketiga (14/7/2016)


Kunjungan keempat Tanggal 17/7/2016 Pembubuhan kaporit dalam sumur,
Tanggal 16/7/2016
Melihat hasil uji penegasan waktu kontak 1 jam Tanggal 13/7/2016
(18/7/2016) Melihat hasil yang positif
BGLB Post Pengambilan sampel air (Post) Melihat hasil uji penegasan
Melaporkan hasil density dan pemindahan ke media
Pengukuran density lalat dan kecoa BGLB Pre
lalat, kecoa dan hasil BGLB (post)
(post) Mempersiapkan
MPN E Coli (post) ke Penanaman sampel air ke media LBSS pengambilan sampel Post
warga dan LBDS (post)
Melaporkan hasil density lalat, kecoa
dan hasil MPN E Coli (pre)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jadwal Kegiatan

N HARI/TANGGAL KEGIATAN
O
1 Sabtu, 4 Juni 2016 Kunjungan pertama ke rumah penderita Diare,
untuk wawancara seputar penyakit dan konseling
2 Selasa, 7 Juni 2016 Pembuatan media MPN E Coli (pre)
3 Rabu, 8 Juni 2016 Pengambilan sampel air (pre), pengukuran density
lalat dan kecoa, pengukuran pH air sampel,
penanaman sampel air ke media LBSS dan LBDS
(pre), pemeriksaan daya sergap chlor dan
perhitungan kebutuhan kaporit pada sumur
4 Jumat, 10 Juni 2016 Melihat hasil yang positif dan pemindahan ke media
BGLB (pre), pembuatan media MPN E Coli (post),
mempersiapkan kaporit untuk intervensi
5 Senin, 13 Juni 2016 Melihat hasil uji penegasan BGLB (Pre),
mempersiapkan pengambilan sampel (Post)
6 Selasa, 14 Juni 2016 Pembubuhan kaporit dalam sumur, waktu kontak 1
jam, pengambilan sampel air (Post), pengukuran
density lalat dan kecoa (post), penanaman sampel
air ke media LBSS dan LBDS (post), melaporkan
hasil density lalat, kecoa dan hasil MPN E Coli
(pre)
7 Kamis, 16 Juni 2016 Melihat hasil yang positif dan pemindahan ke media
BGLB (post)
8 Jumat, 17 Juni 2016 Melihat hasil uji penegasan pada media BGLB
(post)
9 Sabtu, 18 Juni 2016 Melaporkan hasil density lalat, kecoa dan hasil
MPN E Coli (post) ke warga

B. Hasil

Nama Density
Pasien

BAB V

KESIMPULAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai