DOSEN PENGAMPU :
Saprudin, SE, M.Si, Ak, CA.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan berkat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas makalah dari mata kuliah
Manajemen Perpajakan ini kami susun dengan maksud bukti tertulis tentang “Strategi
Penghematan Pajak Melalui Bentuk Usaha dan Manajemen Penutupan Usaha dan
Startegi Perpajakannya’’ beserta hal-hal yang berkaitan. Kiranya makalah ini dapat
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang telah membantu dan
memberi pengarahan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca. Kami berharap akan ada yang mengembangkan makalah ini di masa
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................5
ii
2.2.3.6 Keputusan Ditjen Pajak Atas NPPKP.......................34
BAB 3 PENUTUP................................................................................................40
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Upaya penghematan beban pajak yang akan ditanggung, perusahaan melakukan berbagai
perencanaan pajak. Selama perencanaan tidak bertentangan dengan ketentuan pajak yang
berlaku, hal tersebut legal untuk dilakukan. Penghematan pajak dilakukan mulai dari tahap
Strategi penghematan pajak melalui pemilihan bentuk usaha ini adalah salah satu persoalan
yang sering dihadapi oleh penanam modal atau investor baru yang ingin punya usaha tapi
bingung mau ditempatkan di mana-mana investasinya, dari sekian banyak pilihan bentuk
usaha. Investor juga harus memikirkan jenis usaha atau portofolio investasi, apakah
(commerce), kegiatan industri atau kegiatan jasa (service) yang tujuan akhirnya adalah
menentukan investasi yang memberikan kontribusi profit paling besar, tentu akan dengan
resiko investasi yang paling rendah. Disini yang akan kita diskusikan adalah masalah
pemilihan bentuk usaha yang dilihat dari aspek perpajakannya, bukan membahas tentang
Manajemen penutupan usaha dan strategi perpajakannya adalah dimana dalam situasi dan
1
karena kemunduran kegiatan usaha atau karena omzet usaha yang menurun drastis. Semua
simpul kegiatan perusahaan terhenti atau macet, ditambah kondisi usaha yang terlilit utang
sehingga cash flow perusahaan harus merekayasa ulang strategi perusahaan dengan
utang, serta renegosiasi suku bunga pinjaman, manajemen bisa melakukan upaya persuasif
terhadap investor agar mau menyuntik dana talangan (bridging fund) atau membeli atau
Bila usaha penyelamatan tersebut juga buntu, tidak ada pilihan lain selain menutup usaha
terakhir yang harus diambil pengusaha karena tindakan tersebut selain berdampak pada
ketiga, termasuk kewajiban utang pajak yang dilindungi undang-undang. Dari pemaparan
diatas maka kami akan membahas mengenai topik pembahasan yang berjudul ‘’Strategi
Penghematan Pajak Melalui Bentuk Usaha dan Manajemen Penutupan Usaha dan
Startegi Perpajakannya’’.
2
1.2 Rumusan Masalah
perusahaan?
3
8. Untuk mengetahui mengansur atau menunda pembayaran pajak.
11. Untuk mengetahui aspek akuntansi dan perpajakan lain atas pembubaran
perusahaan.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Strategi penghematan pajak melalui pemilihan bentuk usaha ini adalah salah satu persoalan
yang sering dihadapi oleh penanam modal atau investor baru yang ingin punya usaha tetapi
bingung akan ditempatkan dimana investasinya, dari sekian banyak pilihan bentuk usaha.
Investor juga harus memikirkan jenis usaha atau portofolio investasi, apakah portofolio investasi
industri atau kegiatan jasa (service) yang tujuan akhirnya adalah menentukan investasi yang
memberikan kontribusi profit paling besar, tentu akan dengan resiko investasi yang paling
rendah.
Tingkat keuntungan bisa sama di antara beberapa bentuk usaha namun besarnya pajak yang
development) dalam jangka panjang. Apalah artinya keuntungan yang diperoleh dalam jangka
pendek dengan meminimalkan jumlah pajak, tetapi terbentur pada batasan ruang gerak
pengembangan pasar dan luasan usahanya kedepan dan jaringan bisnis yang sempit. Bila kita
bicara tentang kepercayaan mitra bank (bank dan supplier) terhadap badan usaha yang
5
umumnya lebih senang bekerjasama dengan bisnis yang berbadan hukum. Ketika bicara
mengenai masalah permodalan, pihak bank cenderung memilih bekerja sama dengan badan
usaha PT ketimbang usaha perseorangan, karena perhitungan resiko manajemennya lebih tinggi
Dalam peraturan perpajakan, banyak celah hukum yang dapat kita manfaatkan untuk
meminimalkan beban pajak tanoa harus berhadapan langsung dengan aparat pajak dalam
pemeriksaan dan penyidikan pajak, yaitu dengan cara merapikan tax management dan tax
planning perusahaan. Tujuan perencanaan pajak yang baik adalah memberikan keuntungan
sebesar-besarnya kepada investor agar return on investment yang diperoleh semakin tinggi.
Strategi perencanaan pajak dapat dimulai sejak awal berbisnis dengan melakukan setting up
3. Perseroan.
Dilihat dari aspek legalitasnya, Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan adalah entitas
berbadan hukum (karena ada pengesahan pemerintahan yakni Menteri Kehakiman/ Menteri
Hukum dan HAM atas akte pendirian dan anggaran dasarnya); sedangkan Persekutuan (Firma,
6
Perseroan tidak berbadan hukum. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
1. Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif
2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha,
pemegang saham.
kerugian) dan kredit investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.
Memilih bentuk usaha yang tepat merupakan hal pertama yang harus diperhatikan oleh
investor/pengusaha, selain untuk menentukan bentuk usaha apa yang dapat memberikan
kontribusi profit paling besar dengan tingkat risiko yang paling rendah, beban pajak yang kecil
dan mempertimbangkan
7
kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Pemilihan Bentuk Usaha Orang Pribadi dan
Badan. Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya bebagi dalam saham, dan memenuhi
Perseroan Terbuka (Tbk.) adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan
penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan Undang-Undang di bidang padar modal.
Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang banyak
digunakan di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas. Untuk mendirikan sebuah perusahaan berbentuk PT,
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, diperlukan adanya pengesahan dari
8
pemegang saham. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan. Jadi selama pemegang saham
tanggungjawabnya terhadap tindakan operasional perusahaan oleh pihak mana pun. Tanggung
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan,
dalam hal badan, wajib pajak diwakili oleh perngurus yang bertanggungjawab secara pribadi
dan atau secara renteng atas pembayaran pajak terutang, kecuali apabila dapat membuktikan
dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka, dalam kedudukannya, benar-benar
tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. Mengenai
tanggung jawab rentang ini dijelaskan lebih lanjut dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.
Tahun 1983 yang telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
dan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Pajak Penghasilan, pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income
9
kepada pemegang saham. Ilustrasi perhitungan pajak Perseroan PT dapat kita lihat berikut
ini:
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen, maka atas
pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10% (PPh Final untuk WPOP),
sebagai berikut:
Dengan demikian, secara total investor WPOP akan terbebani pajak keuntungan yang
10
2. Usaha Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)
Literatur hukum ada 3 (tiga) macam perkumpulan bukan badan hukum atau tidak termasuk
kategori badan, hukum, yaitu Persekutuan Perdata, Firma dan CV. Pendirian sebuah Firma
(Fa), walaupun didirikan dengan akte notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, tidak diperlukan adanya pengesahan dari
Kementerian Hukum dan HAM. Demikian pula halnya dengan pendirian sebuah CV, karena
Firma, CV, dan Persekutuan Perdata, maka untuk persekutuan tersebut kita kembali kepada
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yang mengatur masalah tersebut. Misalnya menenai pendirian Persekutuan (Firma atau
CV) yang diatur dalam pasal 1618 dan 1320 KUHP dan juga terdapat dalam pasal 22
KUHD.
(shareholder). Pasal 18 dan 19 buku 1 KUHD mengatur tanggung jawab renteng pemilik/
pesero terhadap semua operasional atau tuntutan dari pihak lain apabila terjadi suatu perkara.
Apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit dan apabila harta benda CV tidak
11
maka harta benda pribadi pesero pengurus dapat dipertanggungjawabkan untuk melunasi utang
perusahaan. Sebaliknya harta benda para Persero Commanditaris (Sleeping Partner) tidak dapat
diganggu gugat.
Pengaturan pajak CV diatur dalam pasal 6 dan pasal 4 ayat 3 huruf I Undang-Undang PPh.
Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali pada level net income
Perseroan. Ketika didistribusikan kepada pemegang saham tidak dikenakan pajak dividen lagi.
Pasal 4 ayat 3 huruf i Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir akhir
dikecualikan dari objek pajak yakni bagian laba yang dterima atau diperoleh anggota dari
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
tersebut yang merupakan himpunan para anggotanya, dikenai pajak sebagai satu kesatuan,
yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu bagian laba yang diterima oleh para
Dengan asumsi yang sama seperti contoh pada tabel berikut ini, maka ilustrasi perhitungan
12
Income Tahun 2015 Rp 60.000.000.000
COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operating Expenses Rp 500.000.000
Net Income Before Tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income After Tax Rp 525.000.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen, maka atas
3. Usaha Perseorangan
Mayoritas pendudukan Indonesia menjalankan bisnis secara perserorangan, tidak mau terikat
dengan badan usaha yang lebih formal, tanpa akte notaries dan bersikap fleksibel terhadap
kewajiban yang harus dipenuhi, namun tetap memiliki NPWP untuk memenuhi kewajiban
13
perpajakannya. Bentuk badan usaha perseorangan dapat berupa wartel, salon, rumah makan,
Secara sederhana beban pajak yang harus ditanggung investor WPOP dengan mengenakan
14
Net Income Before Tax Rp 700.000.000
Tax: PPh Pasal 21 Rp 133.400.000
Income After Tax Rp 566.600.000
Pajak Atas Dividen 0% Rp 0
Return yang diterima share holder Rp 566.600.000
% Beban Pajak (Total Tax/Net Rp 133.400.000: 700.000.000 x
Income) 100% = 19,1%
Secara komparatif, beban pajak yang harus ditanggung investor dari ketiga entitas bisnis
tersebut adalah:
PT Persekutuan Perseorangan
(Fa/CV)
Net Income Rp 700.000.000 Rp 700.000.000 Rp 700.000.000
Beban Rp 227.500.000 Rp 175.000.000 Rp 133.400.000
Pajak (Rp)
Beban 32,5% 25% 19,1%
Pajak (%)
Dari analisis diatas, ada beberapa hal penting yang perlu kita catat:
pajak yang jauh lebih besar dari pada bentuk badan usaha lainnya.
15
dasar pertimbangan ini semata, harus memperhatikan pertimbangan lain.
jawab persero bila terjadi klaim pihak ketiga, business dan market
16
2.1.2.1 Usaha Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber
daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip- prinsip koperasi dan kaidah usaha
ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja
pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru
perekonomian nasional (PSAK No. 27). (IAI, SAK Per 1 Juli 2009).
Koperasi adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang cukup banyak digunakan
di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum UU No. 25 tahun 1992 Tentang
Perkoperasian. Dasar pendirian sebuah perusahaan dengan bentuk koperasi adalah pada akte
notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan
Berita Negara RI serta disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM. Dalam koperasi,
tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada pengurus, bukan kepada anggota koperasi.
Pengurus koperasi adalah organ koperasi yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
supermarket)
17
4. Koperasi Pemasaran
Sebagaimana pada bentuk badan usaha lainnya, pada prinsipnya koperasi dapat melakukan
kegiatan di hampir semua bidang usaha, sehingga atas penghasilan koperasi yang disebut
sisa hasil usaha (SHU) merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tarif PPh Badan,
dengan tarif tunggal 28% (tahun 2009), dan tarif 25% (tahun 2010 dan seterusnya).
Pada dasarnya, apa pun insentif pajak yang diberikan kepada badan usaha (PT, firma, CV)
Beberapa fasilitas insentif pajak penghasilan dan yang dikecualikan dari pajak dalam UU PPh
a. Yang dikecualikan dari objek pajak adalah harta hibahan dan bantuan
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh dari penyertaan
18
Indonesia dengan syarat dividen tersebut berasal dari cadangan laba yang ditahan.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat :
2. Bagi Perseroan terbatas, badan usaha milik negara, dan badan usaha
e. Tarif baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Insentif ini
19
Rp 4,8 miliar per tahun atau Rp 400 juta per bulan, Diberi insentif pemotongan tarif PPh
sebesar 50% dari tarif pajak normal sebesar 25% oleh pemerintah.
f. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 dan No. 62 Tahun 2008 Tentang
2008).
Tahun 1995).
20
3. Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan
diperoleh
No.31/PMK.03/2011).
Dalam ketentuan perpajakan, sesuai pasal 17 UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir
kali dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak koperasi dikenakan
pada level net income sebelum pembagian SHU perusahaan kepada anggota koperasi.
Ilustrasi perhitungan pajak koperasi dapat kita lihat dalam tabel berikut
ini :
21
Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income after tax Rp 525.000.000
Karakteristik organisasi atau lembaga nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun
Yayasan adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang cukup banyak digunakan
di Indonesia, yang didirikan dengan payung hukum UU No. 16 tahun 2001 Tentang
Yayasan. Pendirian sebuah perusahaan dengan bentuk Yayasan, didasarkan pada akte notaris
yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara RI, serta diperlukan adanya pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM. Dalam
Yayasan, tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada Pengurus. Pengurus yayasan adalah
organ yayasan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan
untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Bahkan setiap pengurus bertanggung jawab penuh
secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tidak sesuai dengan
22
anggaran dasar sehingga mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga (pasal 35 ayat
3).
konsumen)
Sebagaimana pada bentuk badan usaha lainnya, pada prinsipnya yayasan dapat melakukan
kegiatan di hampir semua bidang usaha, sehingga atas penghasilan yayasan yang disebut
dengan juga dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan objek pajak penghasilan yang
dikenai tarif PPh Badan, dengan tarif tunggal 28% (Th 2009) dan tarif 25% (Th 2010 dan
seterusnya).
Pengakuan penghasilan maupun biaya pada yayasan sama dengan badan usaha lainnya.
Namun demikian ada beberapa kegiatan usaha yayasan yang mendapat perlakuan khusus
23
Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Dan Cukai
Atas Impor Barang Kiriman Hadiah Untuk Keperluan Ibadah Umum, Amal, Sosial dan
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.04/2006).
Dalam hal ini Yayasan dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas tersebut
Penghasilan atau penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau
bangunan, yakni orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan atau
usaha mikro dan kecil, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya
Sesuai dengan Pasal 2 UU Pajak Penghasilan, yayasan tetap digolongkan sebagai subjek pajak
penghasilan. Objek pajaknya terbagi dua, sesuai orientasi bidang usaha yayasan. Bila
24
yayasan bukan bermotif mencari keuntungan (misalnya sumbangan untuk panti asuhan dan
pemotongan Pajak Penghasilan dalam hal yayasan tersebut melakukan transaksi pembayaran
4. Peraturan Dirjen Pajak No. PER 44/PJ./2009 dan Peraturan Menkeu No.
80/PMK.03/2009 tentang pelaksanaan pengakuan Sisa Lebih yang diterima atau diperoleh
badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian
dan pengembangan yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan. Yayasan pendidikan
diperkenankan untuk mengakui dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang
Sisa Lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan,
selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi pengeluaran untuk
Badan atau lembaga nirlaba wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai rencana fisik
sederhana dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan atau penelitian dan pengembangan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
wajib
25
pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang membidanginya. Pemberitahuan
tahun pajak diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama sebelum pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian penelitian dan
pengembangan dimulai, dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut.
Apabila setelah lewat dari jangka waktu 4 (empat) tahun, badan atau lembaga nirlaba tidak
menggunakan atau terdapat sisa lebih yang tidak digunakan untuk pembangunan dan
pengadaan saran dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan
dimaksud, maka sisa lebih tersebut diakui sebagai Penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan
Manajemen penutupan usaha dan strategi perpajakannya adalah situasi dan kondisi dimana
perusahaan mengalami kerugian beruntun karena kemunduran kegiatan usaha atau karena
omzet usaha yang menurun drastis. Semua simpul kegiatan perusahaan terhenti atau macet,
ditambah kondisi usaha yang terlilit utang sehingga cash flow perusahaan harus merekayasa
ulang strategi perusahaan dengan melakukan berbagai usaha penyelamatan agar perusahaan
26
rektrukturisasi keuangan (financial reengineering) dengan mengonversikan utang menjadi
modal, dan melakukan penjadwalan ulang pembayaran utang, serta renegosiasi suku bunga
pinjaman, manajemen bisa melakukan upaya persuasif terhadap investor agar mau menyuntik
dana talangan (bridging fund) atau membeli atau mengakuisisi perusahaan tersebut.
Bila usaha penyelamatan tersebut juga buntu, tidak ada pilihan lain selain menutup usaha atau
harus diambil pengusaha karena tindakan tersebut selain berdampak pada berhentinya
pemasukan, perusahaan juga harus menyelesaikan kewajiban terhadap pihak ketiga, termasuk
Negara mempunyai hak mendahului (hak preferensi) pembayaran utang pajak atas barang-
barang milik penanggung pajak yang akan dilelang. Pembayaran kepada kreditur lain
diselesaikan setelah utang pajak dilunasi. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar atau
dilikuidasi, maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan, dilarang membagikan harta wajib pajak dalam pailit, pembubaran, atau
likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut
untuk membayar utang pajak wajib pajak tersebut (Pasal 21 Ayat 1 dan (3a) UU KUP No.
28 Tahun 2007).
27
Saat penutupan usaha tidak bisa lagi dihindari oleh pengusaha, dan legalisasi dari pihak yang
berwenang seperti notaris dan pihak-pihak berwenang lainnya telah didapatkan, maka
dan penghapusan NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak). Hal ini disebabkan
karena penghapusan NPWP atau pencabutan NPPKP tidak dapat terjadi secara otomatis
karena alasan perusahaan tidak beroperasi lagi. NPWP tidak dapat dihapus bila wajib pajak
khawatir juga bila perusahaan sewaktu-waktu di datangi orang pajak untuk pemeriksaan.
Sebaiknya penyelesaian masalah ini tidak ditunda-tunda, karena penundaan tersebut hanya solusi
semu, karena saat gilirannya tiba wajib pajak akan semakin terpuruk dengan timbulnya
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
menyebabkan jumlah pajak terutang bertambah, serta Pajak Penghasilan Pasal 29, kepada
28
Direktur Jenderal Pajak (Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2010). Tata cara
saat jatuh tempo pembayaran utang pajak terakhir, dengan disertai alasan
2. Apabila batas waktu 9 (sembilan) hari kerja tidak dapat dipenuhi oleh
tersebut. Selanjutnya:
permohonan.
3. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Dirjen Pajak tidak memberi
waktu masa angsuran atau penundaan tidak melebihi 12 (dua belas) bulan
29
5. Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusannya,
sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas tidak dapat lagi diajukan
Kepastian hukum tentang penghapusan NPWP dan pencabutan NPPKP diatur dalam Undang-
Undang Perpajakan karena penutupan perusahaan merupakan suatu hal yang diperkenankan
oleh ketentuan perpajakan, khususnya Pasal 2 ayat (6) Tahun 1983 yang telah dirubah terakhir
dengan UU No. 16 Tahun 2009 tentang KUP, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
a. Wajib pajak dan atau ahli warisnya karena wajib pajak sudah tidak
di Indonesia.
30
2. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP
dari wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan atau
jangka waktu 6 (enam) bulan untuk wajib pajak orang pribadi dan 12 (dua
belas) bulan untuk wajib pajak badan, sejak tanggal permohonan wajib
2. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak
dianggap dikabulkan.
telah terdaftar.
31
2. Permohonan tersebut harus dilampiri dengan dokumen pendukung
disampaikan.
4. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan dari wajib pajak
5. Dalam hal Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu
32
2.2.3.3 Penghapusan NPWP dalam Keadaan Khusus
Penghapusan NPWP dalam kondisi utang pajak belum dilunasi hanya dapat terjadi jika
1. Utang pajak tidak dapat ditagih lagi kepada wajib pajak karena sudah
NPWP tidak dapat dihapuskan jika hasil pemeriksaan menginformasikan bahwa wajib
pajak masih memiliki utang pajak dan negara masih berhak menagih.
33
2. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima
Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
1. Direktur Jenderal Pajak, karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak
3. Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak
34
mengenai Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah itu.
Cara lain pembubaran perusahaan adalah dengan tidak langsung melikuidasinya, melainkan
menjadi perusahaan yang tidur dan tidak aktif (dormant). Hal ini dapat dilakukan jika
perusahaan masih berharap akan mendapatkan proyek baru. Setelah itu jika perusahaan memang
nantinya benar- benar akan menutup usahanya, maka berangsur-angsur persyaratan legal
Dalam rangka efisiensi usaha, pada masa dormant perusahaan dapat memangkas biaya-biaya
perpajakan), menurunkan biaya sewa gedung dengan cara memindahkan sementara lokasi
usaha ke tempat yang lebih murah, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
selama masa dormant perusahaan tetap harus melaksanakan kewajiban perpajakan, baik masa
maupun tahunan (meskipun nihil), karena kewajiban pajak subjektifnya belum berakhir.
35
mengingat dalam kondisi dormant, tidak banyak kewajiban yang dilakukan oleh perusahaan
sehingga tax exposure dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam kasus-kasus tertentu, masa
dormant dapat diterapkan selama masa kadaluwarsa penetapan pajak (berdasarkan UU KUP
yang sekarang berlaku adalah 5 tahun) untuk mengatasi tax exposure temuan pemeriksaan pajak
yang massif apabila pihak otoritas perpajakan memeriksa keseluruhan tahun yang masih terbuka
(all open years) untuk pemeriksaan. Sebagai contoh, apabila pada tahun 2017 suatu perusahaan
ingin melakukan penutupan usaha, maka ketika perusahaan tersebut mengajukan penghapusan
NPWP dan NPPKP, konsekuensinya adalah pemeriksaan oleh pemeriksa pajak. Tahun yang
masih terbuka untuk pemeriksaan pajak adalah tahun 2013 s.d. 2017. Jika perusahaan merasa
bahwa dokumen-dokumen tahun 2013 sudah tidak lengkap karena sebagian sudah hilang
sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan tax exposure yang tinggi, maka perusahaan
dapat menunda penutupan usaha sampai tahun 2018 dengan cara menjadikan perusahaan
dormant. Maka ketika perusahaan diperiksa pada tahun 2018, maka pemeriksa pajak sudah
Jikapun ada temuan, dipastikan jumlahnya tidak material karena secara subtantif perusahaan
tidak lagi memiliki kegiatan operasional usaha dan mungkin telah tidak lagi memiliki
pegawai sehingga kemungkinan risiko pajak yang ditemukan hanya berupa keterlambatan
36
disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas
waktu perpanjangan penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), maka
2. Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya (seperti PPh
Orang Pribadi.
Pada dasarnya, perusahaan dengan status dormant dapat terbebas dari pengenaan sanksi poin a
sampai dengan c karena dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e UU KUP disebutkan bahwa,
dilakukan terhadap Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
Ketentuan tersebut juga diperkuat oleh Pasal 17 ayat (2) huruf e PMK Nomor 243 Tahun 2014
tentang Surat Pemberitahuan (SPT) di mana bunyinya persis sama dengan Pasal 7 ayat (2)
huruf e UU KUP. Akan tetapi, kenyataan di lapangan justru berbicara lain. Pada kebanyakan
kasus, pemeriksaan pajak untuk penghapusan NPWP, Surat Tagihan Pajak (STP) untuk
menagih denda tersebut seringkali diterbitkan. Atas penerbitan STP tersebut, perusahaan dapat
37
mengajukan permohonan untuk membatalkan STP sesuai dengan Pasal 36 ayat
(1) huruf c UU KUP, tetapi sebaiknya perlu ada analisis dari perusahaan terkait perbandingan
biaya antara menerima STP dan mengajukan permohonan pembatalan STP. Bisa jadi karena
jumlahnya yang kurang signifikan, banyak perusahaan menerima STP tersebut atau dengan kata
lain tidak keberatan untuk melunasi denda tersebut agar penghapusan NPWP/NPPKP
Perlu diperhatikan pula bahwa dalam kedua kondisi pembubaran perusahaan, beberapa aspek
akuntansi dan perpajakan yang tidak dapat dihindari dan harus dikelola dengan baik,
diantaranya adalah:
Pasal 21;
38
4. Dimungkinkan pengembalian sejumlah dana kepada pemegang saham
baik yang besarannya lebih kecil, sama dengan, atau lebih besar dari nilai
PPh dan PPN atas pembayaran jasa professional terkait dengan asistensi
dibubarkan.
39
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemilihan bentuk usaha ternyata berpengaruh terhadap aspek PPh yang dihadapi oleh
seorang investor. Kajian dari 3 (tiga) pilihan usaha perorangan, badan usaha yang
modalnya tidak terbagi atas saham seperti CV, Firma atau PT ternyata menunjukan bahwa
pilihan bentuk usaha yang tidak terbagi atas saham memiliki keuntungan pajak tersendiri.
Jadi pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam pemilihan bentuk usaha, namun pemilihan
bentuk usaha yang tepat dapat memberikan penghematan pajak. Sehingga dalam
melakukan penghematan tersebut bisa dengan cara perencanaan pajak agar kewajiban
Proses penutupan perusahaan dapat terjadi secara langsung maupun bertahap. Dengan cara
langsung (likuidasi), perusahaan harus melewati serangkaian tahap, sedangkan pada cara
bertahap, perusahaan menghentikan operasinya secara sementara dan menunggu jika akan
dihapuskannya NPWP serta NPPKP milik perusahaan. Sebelum dihapuskan, fiskus akan
melakukan pemeriksaan atas kewajiban perusahaan yang masih tersisa (jika ada).
40
DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan