Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

TINJAUAN SANITASI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH


KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

Oleh :

RIZKI NURINA FEBRYANI


NIM: P0 5160 018 088

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII SANITASI
TAHUN 2021
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

TINJAUAN SANITASI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH


KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini disusun untuk memenuhi Ketentuan


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan
Lingkungan (Amd.Kes)

Oleh :

RIZKI NURINA FEBRYANI


NIM: P0 5160 018 088

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII SANITASI
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SubhanahuWata’ala telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan dengan judul

“Tinjauan Sanitasi Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kecamatan Teluk Segara

Kota Bengkulu” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiahl ini penulis telah

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, yang tidak bisa di sebutkan satu

persatu dan kesempatan kali ini, penulis menyampaikan penghargaan dan

terimakasih kepada:

1. Ibu Eliana, SKM., MPH selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bengkulu.

2. Ibu Yusmidiarti, SKM.,MPH selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

3. Bapak Haidina Ali, SST., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Moh Gazali, SKM., Msc selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Eliana, SKM., MPH selaku Ketua Dewan Penguji yang memberi arahan

dan saran kepada penulis.

6. Bapak Defi Ermayendri, ST., M.I.L selaku penguji II yang telah memberi

arahan dan saran kepada penulis.

ii
7. Para dosen dan staf karyawan jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menempuh pendidikan di Prodi D3 Sanitasi jurusan Kesehatan

Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

8. Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan sumber

dan berbagai Informasi selama penulis menempuh pendidikan di Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

9. Orang Tua serta keluarga yang sangat penulis sayangi yang selalu memberi

dorongan, doa, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan baik.

10. Teman-teman seangkatan di Prodi D3 Sanitasi Jurusan Kesehatan

Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bengkulu, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dalam menyusun

proposal ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis engharapkan kritik dan saran yang

dapat membangun untuk kemajuan penulis dimasa yang akandatang.

Bengkulu, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................3
E. Keaslian Penelitian.............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Sanitasi...............................................................................................6
B. Sekolah...............................................................................................23
C. Kerangka Teori ..................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian.........................................................27
B. Kerangka Konsep...............................................................................27
C. Definisi Operasional...........................................................................28
D. Populasi dan Sampel..........................................................................28
E. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................29
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................29
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .........................................................................5
Tabel 2.1 Intensitas Pencahayaan Ruang..........................................................16
Tabel 2.2 Standar Luas Lubang Ventilasi.........................................................17
Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................28

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................26
Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................27

vi
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
KEPMENKES RI :Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
SDN : Sekolah Dasar Negeri
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
TPS : Tempat Penampungan Sementara
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

nasional yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi semua lapisan masyarakat yang merupakan faktor dominan bagi

tercapainya pembangunan nasional ( UU RI. No 36 Tahun 2009).

Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan melalui upaya

Kesehatan Sekolah (UKS) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat di sekolah. Peningkatan kesehatan lingkungan sekolah

sangat penting karena sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak didik,

guru, dan orang lain dimungkinkan terjadinya penularan penyakit. Untuk

mencegah terjadinya penularan penyakit dalam lingkungan sekolah serta

untuk mendukung program kesehatan lingkungan yang sehat maka perlu

adanya sarana sanitasi sekolah yang memenuhi syarat (UU No. 26 Tahun

2003).

Sanitasi di sekolah merupakan hal yang penting diterapkan saati ini. Siswa

tidak hanya diajarkan di dalam kelas tentang sanitasi, namun siswa diharapkan

dapat mempraktekan teori yang telah mereka pelajari di dalam kelas. Oleh

karena itu diperlukan fasilitas sanitasi yang memadai di lingkungan sekolah

1
2

Usaha Sanitasi adalah merupakan usaha preventif, yang usaha nya dititik

beratkan kepada penghindaran penyakit atau gangguan kesehatan lain yang

disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup. Didalam sanitasi lingkungan

sekolah terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

Penyediaan Jamban, Penyediaan Air Bersih, Tempat Pembuangan Sampah,

Sarana Pembuangan Air Limbah, dan Ruang kelas dan bangunan yang sehat.

Sanitasi sekolah merupakan langkah awal untuk mewujudkan lingkungan

belajar yang sehat. Namun tidak semua sekolah memperhatikan sanitasi

sekolah, padahal sanitasi sekolah dapat berpengaruh terhadap kualitas

pendidikan dan produktifitas belajar siswa. Akses air dan sanitasi merupakan

persyaratan untuk hak taspen didikan dasar untuk anak sekolah (Adams, J,

dkk., 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tidak diterapkan

oleh sekolah dapat menimbulkan penyakit bagi siswa antara lain penyebaran

penyakit diare (Ririh Citra Kumalasari, 2016).

Berdasarkan Data Dinas Pendidikan Kota Bengkulu tahun 2019, Sekolah

Dasar Negeri yang ada di Kota Bengkulu berjumlah sebanyak 105 sekolah.

Sekolah Dasar Negeri yang akan diteliti oleh peneliti di wilayah Kecamatan

Teluk Segara. Jumlah sekolah dasar negeri/swasta yang ada di wilayah

Kecamatan Teluk Segara sebanyak 16 sekolah, tetapi sekolah yang diteliti

hanya sekolah dasar negeri sebanyak 4 sekolah yaitu SD Negeri 01, SD

Negeri 11, SD Negeri 37 dan SD Negeri 47.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang sanitasi sekolah dasar khususnya sekolah dasar negeri di


3

wilayah kecamatan Teluk Segara. Jadi, penelitian yang akan dilakukan adalah

“Tinjauan Sanitasi Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kecamatan Teluk Segara

Kota Bengkulu Tahun 2020”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana sanitasi sekolah dasar negeri di wilayah

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu?”

C. TujuanPenelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran Sanitasi Sekolah Dasar Negeri Di wilayah Kecamatan

Teluk Segara Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui sanitasi pada sekolah dasar negeri 01 Kota Bengkulu.

b. Diketahui sanitasi pada sekolah dasar negeri 37 Kota Bengkulu.

c. Diketahui sanitasi pada sekolah dasar negeri 47 Kota Bengkulu.

d. Diketahui sanitasi pada sekolah dasar negeri 11 Kota Bengkulu.

D. Manfaat

1. Bagi Pihak Sekolah

Dapat melakukan kegiatan pengawasan terhadap sanitasi yang ada di

sekolah dan lebih memperhatikan fasilitas sanitasi yang ada di sekolah.

2. Bagi Masyarakat

Dapat menambah informasi tentang sanitasi dasar di Sekolah Dasar Negeri

di wilayah Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu agar lebih peduli


4

terhadap lingkungan sekolah karena sebagai investasi bagi pembangunan

SDM yang produktif.

3. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota

Dapat menjadi referensi keilmuan dalam meningkatkan sanitasi Sekolah

Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu bahan masukan referensi yang akan berguna bagi

disiplin ilmu kesehatan lingkungan tentang sanitasi dasar terutama sanitasi

di sekolah dasar.

5. Bagi Peneliti lain

Sebagai salah satu masukan dan acuan bagi peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan sanitasi dasar di sekolah dasar.


5

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
KeaslianPenelitian

No Peneliti Judul Hasil Perbedaan


(Tahun) Penelitian
1 Gustin Tinjauan Kondisi sanitasi SDN Perbedaan dengan
. Isniarti1, Sanitasi 1 Pliken wilayah penelitian tempat,
Budi, Sekolah Dasar Desa Pliken Tahun waktu, populasi dan
Triyantor Negeri I Pliken 2018, hasil bahwa sampel
o (2018) Di Wilayah kondisi lingkungan
Desa Pliken danbangunan sekolah
Kecamatan sudah memenuhi
Kembaran syarat kesehatan,
Kabupaten yaitu dengan rata-rata
Banyumas 75%.
Tahun 2018
2 Reza Kajian sanitasi kondisi sanitasi Perbedaan dengan
Wahyudi, Sekolah Dasar sekolah dasar penelitian waktu,
Nia di Kabupaten Kabupaten Kayong tempat, populasi dan
Febrianti, Kayong Utara Utara yang dinilai sampel
Murti Provinsi dari beberapa aspek
Juliandar Kalimantan sanitasi termasuk
i (2019) Barat dalam kategori buruk.
3 Reza Evaluasi Hasil Penelitian Perbedaan dengan
Wahyudi, Ketersediaan infrastruktur sanitasi penelitian yang akan
Ridho Infrastruktur SDN di Kecamatan dilakukan waktu,
Dedy Sanitasi Rasau Jaya tempat, populasi dan
Arief Sekolah Dasar Kabupaten Kubu sampel.
Budiman, Negeri Di Raya yang dinilai
Farly Kecamatan dari beberapa
Detrias Rasau Jaya komponen
(2019) Kabupaten ketersediaan sanitasi
Kubu Raya yang masih kategori
buruk sampai dengan
sedang dan hanya 2
komponen penialaian
yang termasuk dalam
kategori baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi

1. Definisi Sanitasi

Sanitasi dalam bahasa inggris berasal dari kata sanitation yang

diartikan sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel mengemukakan

bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditunjukan

terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan

penyakit. Sanitasi juga dapat diartikan usaha kesehatan masyarakat

yang menitik beratkan kepada pengawasan teknik terhadap berbagai

faktor lingkungan(Azwar, 2009).

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik

beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan (Rejeki, 2015).

Sedangkan menurut WHO suatu usaha yang mengawasi sesuatu usaha

yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi

efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.

Dengan demikian, Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang

menitik beratkan kepada kegiatan usaha kesehatan hidup manusia.

Dina Andriani dkk, (2013) menjelaskan bahwa untuk membiasakan

hidup sehat di lingkungan sekolah mencakup beberapa hal, yaitu

penyediaan air bersih, harus ada tempat pembuangan sampah dan

pengelolaannya serta tersedianya pembuangan kotoran manusia atau

WC di lingkungan sekolah yang memadai, dan ini semua merupakan

fasilitas sanitasi lingkungan khususnya lingkungan sekolah.

6
7

Siswa yang sehat dan terhindar dari penyakit yang diakibatkan

lingkungan yang kotor seperti diare dapat meningkatkan produktifitas

siswa. Misalnya pembiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) secara

rutin dapat menurunkan angka ketidakhadiran secara signifikan yaitu

mencapai 50% (Mooijman, A, 2012). Di dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 3 tahun 2014 tentang STBM menjelaskan bahwa

cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan dengan

menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun. Penyakit diare

yang paling besar berkontribusi pada tingkat kematian sekitar 1,9 juta

dan kasus diare tersebut diperkirakan mencapai 4 miliar setiap tahun

terutama dikalangan anak di bawah lima tahun. Negara-negara

berkembang berkontribusi menyumbang sekitar 19% dari tingkat

kematian (Freeman, dkk.,2014).

Dijelaskan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan

lingkungan sekolah adalah sanitasi yang terdiri dari penyediaan air

bersih, pengelolaan sampah, tersedianya pembuangan kotoran

manusia (WC)/jamban yang memadai dan saluran pembungan air

limbah. Salah satu dampak yang diakibatkan dari ketiadaan akses

terhadap sanitasi yang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat

adalah timbulnya penyakit, seperti diare dan kecacingan pada anak-

anak, sehingga anak-anak tidak dapat berpatisipasi di sekolah. Salah

satu cara untuk menangani permasalahan tersebut adalah dengan

program perbaikan. kondisi air minum, sanitasi serta perilaku hidup


8

bersih dan sehat bagi siswa maupun perangkat sekolah (Kharis

Meiwan K.Tel, dkk 2016).

Ilmu sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan

membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan

kesehatan yang baik pada manusia. Berdasarkan pemaparan tersebut

penerapan sanitasi penting dilakukan sehingga berdampak baik pada

kesehatan manusia.

2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

sanitasi ditempat tempat umum dapat dikelompokan menjadi

beberapa, yaitu :

a. Sanitasi restoran; Menurut Reksosubroto yang di kutip oleh Eka

Irdianty mengatakan, dalam menjalankan fungsinya, restoran juga

perlu adanya pengawasan dalam sanitasi restoran

b. Sanitasi hotel; Sanitasi pada hotel menitik beratkan pada :

1) Room sanitation

2) Food sanitation

3) Insect and rodent control

c. Sanitasi pasar; Pasar mempunyai peranan yang paling penting

dalam hal penularan penyakit kepada manusia. Pasar yang kurang

memperhatikan kebersihannya dapat menularkan berbagai penyakit

dan dapat merupakan sumber perkembangbiakan vektor-vektor

penyakit. Penyakit yang paling sering ditularkan dipasar antara lain

melalui :
9

1) Dropet infection (TBC, Influenza)

2) Direct contact (penyakit kulit)

3) Indirect contact ( melalui makanan, minuman, alat-alat warung

makan)

d. Sanitasi Masjid; Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya,

dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk

melakukan ibadah keagamaan Islam. Persyaratan sanitasi tempat

ibadah (masjid) berdasarkan Kep.Menkes288/Menkes/SK/III/2003

tentang penyehatan lingkungan masjid.

e. Sanitasi Terminal; Terminal merupakan tempat berkumpul

manusia dari berbagai tempat untuk datang dan pergi. Dengan itu

maka terminal merupakan tempat yang paling cocok untuk

menyebarnya segala penyakit yang dibawa oleh orang-orang yang

keluar masuk disana maupun yang berasal dari terminal itu sendiri.

Terutama yang penyebarannya melalui media udara, air, makanan,

minuman maupun kontak manusia satu dengan yang lainnya.,

maka sanitasi maupun kebersihannya harus diperhatikan.

f. Sanitasi Sekolah;

1) Pengertian umum lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan

lingkungan fisik, mental dan sosial dari sekolah yang memenuhi

syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses

belajar mengajar dengan baik dan menunjang proses

pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal.


10

2) Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar, juga kesehatan warga sekolah. Kondisi dari

komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan

timbulnya masalah kesehatan.Faktor resiko lingkungan sekolah

tersebut antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan aspek

lainnya

3) Persyaratan Sanitasi Sekolah

Persyaratan sanitasi sekolah antara lain dijelaskan pada

KEPMENKES RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang

pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah

Persyaratan sanitasi sekolah sesuai Kepmenkes diatas meliputi

faktor bangunan, konstruksi, dan fasilitas sanitasi, sebagai

berikut

a) Lokasi

Lokasi bangunan sekolah harus berada di dalam rencana

umum tata ruang wilayah kabupaten/kota, Tidak terletak pada

rawan bencana, bekas tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah

dan bekas lokasi pertambangan, Jauh dari jaringan listrik

tegangan tinggi, dengan radius minimal 0,5 km.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pilken,

berlokasi tidak terlalu jauh dengan industri, tidak terletak di

daerah rawan bencana dan bekas tempat pembuangan akhir

sampah. Lokasi ini sesuai dengan KepmenKes RI


11

No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan sekolah, lokasi bangunan sekolah tidak terletak pada

daerah rawan bencana, bekas tempat pembuangan akhir (TPA).

b) Konstruksi Bangunan

(1) Atap dan talang

(a) Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat

perindukan tikus.

(b) Kemiringan atap harus cukup, sehingga tidak mudah

bocor dan tidak bisa dipakai genangan langit.

(c) Atap yang memiliki ketinggian lebih dari 10 m harus

dilengkapi dengan penangkal petir

(d) Talang tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk.

(2) Langit-langit

Langit-langit harus kuat, cerah dan mudah dibersihkan,

kerangka langit-langit yang dibuat dari kayu harus anti rayap,

langit-langit yang dibuat dari anyaman bambu tidak boleh

dicat dengan larutan kapur tohor, langit-langit ketinggian

minimal 3m dari permukaan lantai, khusus untuk SMP ke atas

langit-langit 3,25 m.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken, kondisi

langit-langitnya mempunyai tinggi 3,5 meter dari lantai,

terbuat dari bahan kuat dan bersih. Untuk itu pembersihan


12

langit – langit dilakukan minimal seminggu sekali. Hal ini

telah sesuai dengan KepMenKes RI

No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Sekolah, yaitu langit – langit harus

kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan, tinggi langit-

langit minimal 3,25 m dari lantai.

(3) Dinding

Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna

cerah, permukaan dinding yang harus dibuat percikan udara

harus dibuat dari bahan yang kuat dan kedap udara (trasram)

Dinding yang dibuat dari tembok tidak mudah direbut, dinding

yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu harus rapat dan

tidak boleh dicat dengan penyelesaian kapur tohor, warna

dinding ruang belajar lembut dan cerah.

(4) Lantai

(a) Lantai harus dibuat dari bahan yang kuat, kedap udara,

Permukaan rata, tidak diretak, tidak licin, dan mudah

dibersihkan,

(b) Pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk

konus/lengkung agar mudah dibersihkan,

(c) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai

kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air

limbah.
13

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken,

lantainya terbuat dari bahan keramik, bahan kuat,

permukaan rata dan tidak licin. Keadaan lantai seperti

ini sesuai dengan KepMenKes RI

No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan sekolah, yaitu lantai harus terbuat

dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak

retak, tidak licin dan mudah dibersihkan, lantai harus

berwarna terang.

(5) Tangga

Setiap bangunan bertingkat, harus mempunyai tangga yang

juga berfungsi sebagai tangga penyelamat, lebar anak tangga

minimal 30 cm, tinggi tangga maksimal 20 cm, pegangan

tangan di tangga harus ada untuk keamanan., lebar tangga/

luas tangga > 150 cm.

(6) Pintu

Terdiri dari dua daun pintu dengan arah bukaan ke luar dan

mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku. Antara

dua kelas harus ada pintu yang berdekatan dengan pintu

keluar, untuk memungkinkan cepat keluarnya siswa yang

duduk paling belakang


14

(7) Jendela

Dapat dibuka dan ditutup dengan arah bukaan ke luar. Untuk

ruang tertentu seperti : ruang laboratorium, ruang computer,

ruang media, ruang perpustakaan diberi besi pengaman.

(8) Pembuangan Air Hujan

Diresapkan ke dalam tanah atau disalurkan ke terdekat

saluran umum/ sungai.

c) Ruang Bangunan

Setiap sekolah harus memiliki beberapa Ruang Kelas, Ruang

Bimbingan & Konseling, Ruang UKS, Ruang Laboratorium,

Kantin/ Warung Sekolah, Toilet, Ruang Ibadah, dan Gudang.

(1) Ruang Kelas

Kepadatan ruang kelas minimal 1,75 m 2/murid, jarak papan

tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m dan

jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang

maksimal 9 m, lantai di depan papan tulis ditinggikan 40 cm

dari lantai sekitarnya, Tersedia tempat cuci tangan dengan

air bersih yang mengalir di depan ruang kelas, minimal 1

tempat cuci tangan untuk 2 (dua) kelas, Tingkat kebisingan

tidak melebihi 35 – 45 dB(A).

(2) Ruang UKS

Ruang UKS dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan

air bersih yang mengalir, luas minimal 27 m2.


15

(3) Ruang Laboratorium

Tersedia tempat cuci peralatan laboratorium yang dilengkapi

dengan air bersih yang mengalir, untuk laboratorium kimia

harus dilengkapi lemari asam dan shower/pancuran air

dengan kualitas dan kuantitas air yang cukup, kepadatan

ruang laboratorium minimal 4m2/murid.

(4) Kantin/Warung Sekolah

Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air

yang mengalir, tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung

kantin/warung sekolah, tersedia tempat untuk penyimpanan

bahan makanan, tersedia tempat untuk penyimpanan

makanan jadi/siap saji yang tertutup, tersedia tempat untuk

menyimpan peralatan makan dan minum, lokasi

kantin/warung sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS

(tempat pengumpulan sampah sementara). Hasil penelitian

sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken, ruang dapur di SD Negeri

1 Pliken kurang bersih, lantai kuat, kedap air, tidak licin,

mudah dibersihkan, sirkulasi udara lancar, tersedia tempat

sampah, tetapi tidak tertutup, terdapat tempat cuci tangan,

terdapat lap dan sabun, tidak terdapat kantin sekolah. Kondisi

tempat sampah di ruang dapur belum memenuhi persyaratan

karena masih terbuka, sehingga memungkinkan dijangkau

oleh serangga, tikus dan lalat.Untuk menghindari hal tersebut


16

sebaiknya pengelola menyediakan tempat sampah yang

berpenutup.Pembersihan dapur dilakukan lebih sering,

minimal 2x sehari.

d) Kualitas Udara Ruang

Udara ruang sekolah tidak berbau (terutama gas H2S dan

NH3), konsentrasi debu tersuspensi maksimum 150

mikrogram/m3 dengan rata-rata pengukuran selama 8 jam dan

tidak mengandung debu berserat, penetapan sekolah sebagai

kawasan bebas rokok.

e) Pencahayaan

(1) Pencahayaan di setiap ruang disesuaikan dengan

peruntukannya seperti tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1
Intensitas Pencahayaan Ruang
No Ruang/Unit Intensitas Cahaya (Lux)
1. Ruang kelas 200-300
2. Ruang Guru 200-300
3. Ruang Bimbingan/ Konseling 200-300
4. Ruang UKS 200-300
5. Sekitar Tangga 100
6. Ruang Laboratorium 200-300
7. Ruang Perpustakaan 200-300
8. Kantin 100
9. Toilet 100
10 Ruang Ibadah 100
.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken,

bahwa 100% ruangan yang diamati menunjukkan

intesitas pencahayaan yang sesuai standar Kepmenkes RI


17

Nomor 1429/MenKes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Kesehatan Llingkungan Sekolah, yaitu

intensitas pencahayaan ruang kelas 100-300 lux. Ini

sangat baik untuk ruang belajar murid-murid

memudahkan mereka dalam membaca dan berkomunikasi

satu dengan yang lain, tetapi perlu dicegah tidak terjadi

kesilauan, misalnya dengan pemasangan gordyn pada

jendela-jendela ruang kelas.

(2) Pencahayaan disetiap ruang tidak silau dan tidak gelap.

f) Ventilasi

Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara segar di

dalam ruang sekolah dengan baik. Bila ventilasi alamiah

tidak dapat menjamin adanya penggantian udara dengan baik,

ruang sekolah harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis.

Ventilasi pada ruang sekolah sesuai peruntukannya seperti

pada tabel 2.2 berikut:


18

Tabel 2.2
Standar Luas Lubang Ventilasi

Luas lubang
ventilasi
No Ruang/Unit Keterangan
terhadap luas
lantai
1. Ruang kelas 20%
2. Ruang Guru 10%
Ruang
3. Bimbingan/ 10%
Konseling
4. Ruang UKS 10%
5. Gudang 10%
Dilengkapi
Ruang
6. 20% dengan
Laboratorium
exhaustfan
Dilengkapi
Ruang
7. 20% dengan
Perpustakaan
exhaustfan
8. Kantin 20%
9. Toilet 30%
10. Ruang Ibadah 20%

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken, luas

ventilasinya kurang dari 20% dari luas lantai, tinggi kisi-kisi

jendela pintu sudah lebih dari 2,5 m dari lantai dan ventilasi

menghadap ke udara bebas. Untuk itu sebaiknya setiap pagi

jendela dibuka agar terjadi penghawaan/aliran udara segar

yang memadai di dalam ruangan untuk menjamin kesehatan

penghuninya, hal ini belum sesuai dengan KepMenKes RI

No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan sekolah yaitu luas ventilasi minimal

20% dari luas lantai.


19

g) Kebisingan

Kebisingan di sekolah tidak boleh lebih dari 45 dB(A).

h) Fasilitas Sanitasi Sekolah

(1) Air Bersih

(a) Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari.

(b) Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang

sesuai dengan KepMenKes Nomor 416 tahun 1990,

tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air.

(c) Jarak sumur/sarana air bersih dengan sumber

pencemaran (sarana pembuangan air limbah, septic

tank, tempat pembuangan sampah akhir, dll) minimal

10 m.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pilken,

penyediaan air bersih berasal dari sumur gali, sekolah

memiliki 1 buah sumur gali, tersedia air cukup banyak,

air memenuhi syarat fisik, bak tempat air kuat, kedap

air, mudah dibersihkan, tempat penampungan air jarang

dibersihkan

(2) Toilet (kamar mandi, wc, dan urinoir)

(a) Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang

UKS, ruang guru, perpustakaan, ruang bimbingan dan

konseling.
20

(b) Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan

perempuan.

(c) Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk

40 siswa dan 1 wc untuk 25 orang siswi.

(d) Toilet harus dalam keadaan bersih.

(e) Lantai toilet tidak ada genangan air.

(f) Tersedia lubang penghawaan yang langsung

berhubungan dengan udara luar

(g) Bak penampung air harus tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken,

penyediaan kamar mandi dan jamban di SD Negeri 1

Pliken dalam kondisi kurang bersih dan berbau, tersedia

cukup air, terdapat 3 kamar mandi yang ventilasi

menghadap udara bebas dan 2 kamar mandi kurang

mendaptkan udara bebas, terpisah laki-laki dan

perempuan, tidak tersedia. Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL), tersedia tempat sampah tertutup,

tersedia alat pember-sihan, perbandingan jumlah

jamban dengan siswa belum sesuai, jumlah kamar

kamar mandi dan jamban sebanyak 5 buah kamar

mandi. Hal ini belum sesuai dengan KepMenKes

RI/No.1429/MENKES/SK/XII/2006tentang Persyaratan
21

Kesehatan Lingkungan Sekolah, yaitu proporsi jumlah

1 WC untuk 25 orang.Peturasan dalam kondisi bersih,

terdapat pembersih, tersedia tempat sampah di setiap

kamar mandi.Saluran pembuangan air limbah, system

aliran tertutup, limbah cair yang berasal dari jamban

dan yang berupa tinja disalurkan ke septictank.

(3) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

(a) Tersedia saluran pembuangan air limbah yang terpisah

dengan saluran penuntasan air hujan.

(b) saluran pembuangan air limbah harus terbuat dari bahan

kedap air dan tertutup.

(c) Keberadaan SPAL tidak mencemari lingkungan.

(d) Tersedia saluran pembuangan air limbah yang

memenuhi syarat kesehatan kedap air, tertutup dan

airnya dapat mengalir dengan lancar.

(e) Air limbah dibuang melalui tangki septic dan kemudian

diresapkan ke dalam tanah.

(f) Pembuangan air limbah dari laboratorium, dapur, dan

wc harus memenuhi syarat kesehatan kedap air,

tertutup, dan diberi bak control pada jarak tertentu

supaya mudah dibersihkan bila terjadi penyumbatan

sehingga dapat mengalir dengan lancar.

(4) Sarana pembuangan sampah


22

Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang

dilengkapi dengan tutup, tersedia tempat pengumpulan

sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan untuk

pemusnahan sampah memudahkan pengangkutan atau

peletakan tempat pembuangan atau pengumpulan sampah

sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.

Hasil penelitian sebelumnya di SD Negeri 1 Pliken, kondisi

TPS belum permanen, menjadi sarang vektor, mudah

dijangkau kendaraan sampah, dilakukan pengangkutan

sampah. Oleh karena itu sebaiknya menyediakan TPS yang

memenuhi syarat kesehatan. Hal ini belum sesuai dengan

KepMenKes RI No.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan sekolah yaitu tersedia

TPS dari seluruh ruang untuk memudahkan pengangkutan

atau pemusnahan sampah.

i) Sarana Olahraga dan Ibadah

Tersedia akses dengan tempat olahraga dan tersedia akses

dengan tempat ibadah.

j) Halaman

(1) Lahan sekolah harus mempunyai batas yang jelas,

dilengkapi dengan pagar yang kuat dan aman

(2) Halaman sekolah harus selalu dalam keadaan bersih, tidak

becek dan tidak menjadi termpat bersarang dan berkembang


23

biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang

pengganggu lainnya. Tersedia akses tempat parkir

kendaraan.

(3) Ada tempat untuk upacara.

(4) Tersedia lahan untuk apotik hidup.

(5) Tersedia saluran penuntasan air hujan yang diresapkan ke

dalam tanah atau dialirkan ke saluran umum.

k) Bebas jentik nyamuk

(1) Lingkungan sekolah harus bebas jentik nyamuk.

(2) Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati

melalui indeks container di dalam lingkungan sekolah harus

nol

(3) Di setiap ruangan pada siang hari, harus terlihat terang untuk

menghindari ruangan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.

B. Sekolah

1. Definisi Sekolah

Sekolah merupakan sebuah lembaga yang berperan sebagai

pelaksana proses pembelajaran untuk siswa atau murid. Arti dari

pembelajaran ini adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

(guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses

pembelajarannya siswa, mendapat 39 pendidikan yang disampaikan

oleh guru. Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal yang bersifat

wajib di setiap negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana


24

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU Nomor 20,

2003).

Sekolah-sekolah yang dikelola oleh negara yang biasanya disebut

sekolah negeri, ada juga sekolah yang dikelola oleh non pemerintahan

atau yang biasa disebut sekolah swasta.Biasanya sekolah ini

memberikan pendidikan khusus diluar dari konsep pembelajaran

sekolah negeri.Sekolah swasta kebanyakan menerapkan standar lebih

tinggi demi mencapai prestasi yang lebih tinggi dari siswa-siswanya.

2. Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal

terendah.Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur

dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi (UU Nomor 20, 2003).

Sekolah dasar juga biasanya dikelola oleh swasta maupun

negeri.Pendidikan pada jenjang ini mewajibkan setiap siswa menjalani

pendidikan selama 6 tahun yang dibedakan berdasarkan tingkatan

kelas 1 sampai kelas 6.Dalam standarisasi di Indonesia, siswa pada

jenjang pendidikan dasar atau sekolah dasar harus mampu

menyelesaikan pendidikan dasar dan ujian akhir 40 nasional yang


25

diselenggarakan negara untuk menyambung ke sekolah menengah.Hal

ini juga berlaku bagi sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta.

3. Hubungan Sanitasi Sekolah dan Kesehatan

Sekolah secara formal terdiri dari 3 jenjang yang berbeda, yaitu

sekolah dasar, sekolah menegah, dan sekolah tinggi.Fungsi sekolah itu

sendiri terdiri dari 3 fungsi utama yaitu fungsi pendidikan sebagai

penyadaran, fungsi progresif pendidikan dan fungsi mediasi

pendidikan (Jony saputra, 2016). Status kesehatan siswa dipengaruhi

oleh sanitasinya, sanitasi ini merupakan faktor lingkungan yang

berperan sangat besar terhadap status kesehatan suatu

kelompok.Sarana sanitasi dasar di sekolah meliputi sarana air bersih,

pengolahan sampah, pengolahan tinja serta saluran pengolahan air

limbah.Fungsi sekolah sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan

juga sangat berperan dalam hubungannya dengan sanitasi sekolah.Jika

fungsi sekolah dapat dijalankan dengan baik seiring dengan

kelengkapan sarana sanitasi dasar maka dapat mempengaruhi keadaan

kesehatan di lingkungan sekolah yang secara tidak langsung

mempengaruhi status kesehatan siswa.


26

C. Kerangka Teori

Sanitasi

Sanitasi Tempat-
Tempat Umum

Restoraa Hotel Pasar Sekolah Terminal Masjid


n

Sanitasi Sekolah
Dasar

Persyaratan Sanitasi
Sekolah

1. Lokasi
2. Konstruksi
3. Ruang dan Bangunan
4. Penyediaan Air Bersih
5. Pengelolaan Limbah Cair
6. Kantin Sekolah
7. Halaman dan Parkir

Sekolah Sehat

Keterangan : : : Tidak Diteliti : Diteliti

Gambar 2.1
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitain

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey dengan metode

deskriptif (Nazir, 2011). Menurut Whintney (Nazir, 2011), metode

deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian

deskriptif mempelajari masalah dalam masyarakat tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-

pandangan.

B. Kerangka Konsep

Identifikasi Masalah

dan survey awal

TinjauanPustaka
Kondisi Sanitasi di
(KepmenKes RI Pengumpulan data Sekolah Dasar Negeri
No.1429/MENKES/SK/
XII/2006)
Pengolahan Data

Interprestasi Data

Kesimpulan

Gambar 3.1
KerangkaKonsep

27
28

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
29

Keterangan :
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Skala
Ukur Ukur
SDN 01 Jenjang Inspeksi Obeservasi 1.MS nominal
Kota pendidikan Sanitasi apabila
Bengkulu formal level (Check ≥75 %
rendah yang list) 2.TMS
sangat apabila
menentukan ≤75%
pembentukan
karakter siswa
kedepannya yg
beralamat di jl.
Prof. Dr.
Hazairin
SDN 37 Jenjang Inspeksi Obeservasi 1.MS nominal
Kota pendidikan Sanitasi apabila
Bengkulu formal level (Check ≥75 %
rendah yang list) 2.TMS
sangat apabila
menentukan ≤75%
pembentukan
karakter siswa
kedepannya yg
beralamat di jl.
rejamat
SDN 47 Jenjang Inspeksi Obeservasi 1.MS nominal
Kota pendidikan Sanitasi apabila
Bengkulu formal level (Check ≥75 %
rendah yang list) 2.TMS
sangat apabila
menentukan ≤75%
pembentukan
karakter siswa
kedepannya yg
beralamat di jl.
Prof. Dr.
Hazairin
SDN 11 Jenjang Inspeksi Obeservasi 1.MS nominal
Kota pendidikan Sanitasi apabila
Bengkulu formal level (Check ≥75 %
rendah yang list) 2.TMS
sangat apabila
menentukan ≤75%
pembentukan
karakter siswa
kedepannya yg
beralamat di jl.
Kol. Berlian
30

1. MS : Memenuhi Syarat

2. TMS : Tidak Memenuhi Syarat

D. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dalam

penelitian adalah sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Teluk

Segara Kota Bengkulu. Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kecamata

Teluk Segara sebanyak 9 Sekolah Dasar.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagai objek yang diteliti dan dianggap

mewakili dari populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah pengambilan sampel acak (Simple Random Sampling.

Sampel pada penelitian ini adalah 4 Sekolah Dasar Negeri di Wilayah

Kecamatan Teluk Segara yaitu:

1) Sekolah Dasar Negeri 01 Kota Bengkulu

2) Sekolah Dasar Negeri 37 Kota Bengkulu

3) Sekolah Dasar Negeri 47 Kota Bengkulu

4) Sekolah Dasar Negeri 11 Kota Bengkulu

E. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 Sekolah Dasar Negeri di wilayah

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu dari bulan Maret – Mei 2021

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data
31

a. Data Primer

Pengumpulan data primer adalah pengumpulan data secara

langsung yang menggunakan pedoman observasi check list tentang

Sanitasi Sekolah Dasar

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data secara

tidak langsung yang diperoleh dari data Dinas Pendidikan Kota

Bengkulu dan izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) Kota Bengkulu.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah suatu hasil pembuatan pemusatan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk melihat secara

langsung kondisi sanitasi Sekolah Dasar Negeri di wilayah

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu menggunakan pedoman

KepmenKes RI NO.1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang

kesehatan lingkungan sekolah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai tulisan yang berkenaan dengan obyek

penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran


32

sanitasi Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kecamata Teluk Segara

Kota Bengkulu.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

a. Penyuntingan Data (Editing)

Editing merupakan pengecekan atau mengoreksi data yang

telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk atau

data terkumpul tidak logis dan meragukan.

b. Pemberian Kode (Coding)

Coding merupakan memberi atau membuat kode tiap-tiap data

yang termasuk dalam kategori dengan cara mengelompok kan data

untuk mempermudah.

c. Memasukan data dalam bentuk tabel (Tabulating)

Tabulating merupakan kegiatan memasukkan data-data dari

hasil penelitian kedalam tabel yang sesuai dengan kriteria

kelompok.

d. Entry Data

Entry data merupakan memindahkan data yang diperoleh

kedalam file agar dapat dianalisis lebih lanjut.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu

mendeskripsikan Sanitasi Sekolah Dasar Negeri di Wilayah

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu dan membandingkan dengan


33

teori tinjauan pustaka dari Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1429/MENKES/SK/XII/2006.
44
DAFTAR PUSTAKA

Adams, J, Bartram, J, Chartier, Y & Sims, 2009. Water, sanitation and hygiene
standards for schools in low-cost settings, Geneva.

Azwar,2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta :Mutiara Sumber


Widya

Dina Andriani, Slamet Rianto, & Aslan Sari Thesiwati. (2013). Studi Tentang
Sanitasi Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Sungai Beremas
Kabupaten Pasaman Barat. jurnal sanitasi sekolah, hal 1-2.

Hariza Adnani 2009, Perilaku Petugas Pengumpul Sampah Untuk Melindungi


Dirinya Dari Penyakit Bawaan Sampah Di Wilayah Patangpuluhan
Yogyakarta Tahun 2009, Staf Pengajar Stikes Surya Global Yogyakarta, No
144

Jony Saputra, 2016 Studi Deskriptif Sanitasi Kantin Dan Fasilitas Sanitasi
Dasar Di Lingkungan Sekolah Dasar Pada Wilayah Kerja
Puskesmas Ungaran Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang
Tahun 2016, Skripsi UNNES, Tahun 2016

Kharis Meiwan K.Tel, Evawani M. Silitonga, 2016, Analisis Sanitasi Sekolah


Dasar Negeri dan Swasta di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2016,
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 3 No. 1 April 2017

Kepmenkes Nomor 1429 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan


Lingkungan Sekolah.

KepmenkesNomor32 tahun 2017tentangsyarat-syaratdanPengawasan Air bersih.

MohNazir, 2011 MetodePenelitian. Cetakan 6. Bogor: PenerbitGhalia Indonesia

Nana SyaodihSukmadinata. (2011). MetodePenelitianPendidikan.. Bandung: PT


RemajaRosdakarya.

Rejeki, S. 2015. Sanitasi, Hygiene, danKesehatandanKeselamatanKerja (K3).


Bandung: RekayasaSains. 011.

Ririh Citra Kumalasari, 2016. Hubungan Sanitasi Dengan Status Bakteriologi


(Status Koliform Dan Keberadaan Salmonella Sp) Pada Jajanan Di Sekolah
Dasar Wilayah Kecamatan Tembalang, Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 4, Nomor 3, April 2016

Slamet, JuliSoemirat. 2011. KesehatanLingkungan. Yogyakarta: Gajahmada


University Press
Surono, dkk. 2016. Pengantar KeamananPangan Untuk Industri Pangan.
Deeplusih. Yogyakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai