Anda di halaman 1dari 14

1

DAFTAR ISI

A. Pendahuluan......................................................................................................... . 2
B. Pembahasan........................................................................................................... 3
1. Sejarah Dasar Pancasila ........................................................................... 4
2. Sejarah Pembentukan BPUPKI................................................................. 6
a. Sejarah Sidang Pertama BPUPKI................................................. 6
b. Sejarah Sidang Kedua BPUPKI.................................................... 7
3. Rumusan Masalah dalam Piagam Jakarta................................................. 8
4. Sejarah Piagam Jakarta............................................................................. 9
a. Isi Naskah Piagam Jakarta............................................................ 9
5. Hasil Sidang Pertama PPKI...................................................................... 11
6. Makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari......................................... 12

C. PENUTUP............................................................................................................. 13
D. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14
2

A. PENDAHULUAN

Piagam Jakarta adalah naskah pembukaan (preambule) UUD 1945 yang


disiapkan untuk konstitusi Negara Indonesia merdeka. Ketika naskah pembukaan itu
sudah disepakati, maka naskah-naskah rincian pasal-pasal dalam UUD 1945 masih
menjadi persoalan. Dalam rapat tanggal 13 Juli 1945, Wachid Hasjim mengusulkan,
agar Presiden adalah orang Indonesia asli dan “yang beragama Islam”. Begitu juga
draft pasal 29 diubah dengan ungkapan: “Agama Negara ialah agama Islam”, dengan
menjamin kemerdekaan orang-orang yang beragama lain, untuk dan sebagainya. Kata
Wachid Hasjim: “Hal ini erat perhubungan dengan pembelaan. Pada umumnya
pembelaan yang berdasarkan atas kepercayaan sangat hebat, karena menurut ajaran
agama, nyawa hanya boleh diserahkan buat ideologi agama.”
Berbagai macam pemahaman tentang hadirnya sebuah Piagam Jakarta
yang telah dihasilkan oleh panitia Sembilan dalam musyawarahnya yang cukup
rumit yang telah menjadi wakil akan seluruh rakyak Indonesia disaat itu. Dalam
detik-detik yang menentukan menjelang pengesahan Piagam Jakarta, Ir. Soekarno
selaku Ketua Panitia Sembilan dengan gigih meyakinkan seluruh anggota sidang
BPUPKI untuk menerima rumusan Piagam Jakarta sebagai gentlemen agreement
Bangsa Indonesia.
Setalah disyahkannya Piagam Jakarta maka timbul pula beberapa sikap dari
kelompok Katolik dan Protestan yang menyebabkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta
dihapuskan dan diganti dengan kata baru. Maka Piagam Jakarta sampai saat ini perlu
dipahami dengan pemahaman yang benar karena dari rumusan itulah muncul
Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.

B. PEMBAHASAN
3

1. Sejarah Pancasila
Pancasila adalah dasar Negara dan pandangan hidup seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai dasar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara
diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia, dimana Pancasila menjadi sumber dari
segala sumber hukum yang ada di Negara Indonesia.

Ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau pernah muncul. Rumusan
Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda namun ada pula yang
sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan dari Sukarno, Supomo, dan
M.Yamin.

 Dasar Negara dan Rumusan Pancasila menurut Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

Usulan Dasar Negara:


1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kemanusiaan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

 Dasar Negara dan Rumusan Pancasila menurut Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
4
Usulan Dasar Negara :

1. Persatuan
2. Keleurgaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

Rumusan Pancasila:

1. Paham Negara Kesatuan


2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar Bangsa

 Dasar Negara dan Rumusan Pancasila menurut Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Usulan Dasar Negara:


1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejakteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berbudaya

Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945


(Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD 1945.
5
pada tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI dimulai, Muhammad Hatta mengadakan
pembicaraan dengan tokoh-tokoh Islam, yakni KH Abdul Wahid Hasyim, Teuku Muhammad
Hasan, dan Ki Bagus Hadikusumo tentang rencana perubahan kata-kata dalam Piagam
Jakarta. Mereka menyetujui usulan yang disampaikan oleh Hatta.

Dalam sidang tersebut Hatta menyampaikan usulan perubahan sebagai berikut:

1. Kata “mukadimah” diganti dengan kata “pembukaan”.


2. Dalam Preambul (Piagam Jakarta), anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dirubah menjadi “berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa.”
3. Kata-kata “dan beragama Islam” dalam pasal 6 ayat 1 dihilangkan, sehingga berbunyi
“ Presiden ialah orang Indonesia asli.” menggantikan “Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam.”
4. Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka pasal 29 ayat 1 menjadi: “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sebagai pengganti “Negara
berdasarkan atas ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.”
Pendekatan yang dilakukan oleh Hatta terhadap wakil golongan Islam, berpegang pada
pernyataan Soekarno bahwa UUD 45 tersebut bersifat sementara, serta mengingat pentingnya
persatuan bangsa, maka usulan tersebut diterima oleh sidang PPKI.

Dalam hal ini Kasman Singodimejo mengatakan “seikhlas-ikhlasnya saya memberi izin itu,
apalagi demi kemerdekaan, kesatuan, dan persatuan bangsa”. Selanjutnya, Piagam Jakarta
yang sudah mengalami perubahan itu ditetapkan sebagai Pembukaan  UUD 1945

Masalah keagamaan muncul kembali setelah kemerdekaan. Atas usul KH Abu Dardiri, M
Saleh Suadi, dan M. Sukoso Wirjosaputro yang kemudian memperoleh dukungan dari
Mohammad Natsir, Dr Marwadi, Marzuki Mahdi, dan N. Kartosudarmo, sidang pleno Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir pada
bulan November 1945 di jakarta mendesak pemerintah agar membentuk satu departemen
tersendiri yang mengurus masalah agama.
6
Pemerintah menyetujui usulan tersebut. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Penetapan
Pemerintah tanggal 3 Januari 1946 tentang pembentukan Departemen Agama secara yuridis
formal.

Kebijakan itu merupakan realisasi dari pasal 29 UUD 1945 dan penghargaan atas sikap umat
beragama, khususnya umat Islam yang telah bersedia menghilangkan tujuh kata “dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus
1945.

Pembentukan BPUPKI

Jepang meyakinkan akan janjinya terhadap bangsa Indonesia untuk dimerdekakan dengan
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Dalam bahasa Jepang BPUPKI berarti Dokuritsji Junbi Cosakai. Jenderal
Kumakichi Harada, adalah komandan pasukan jepang di jawa dan mengumumkan
pembentukan BPUPKI lalu pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota
BPUPKI. Pergelaran upacara peresmiannya di gelar Gedung Cuo Sangi In di Pejambon
Jakarta (sekarang, Gedung Departemen Luar Negeri).

BPUPKI beranggotakan 67 orang, termasuk 7 orang Jepang dan 4 orang Cina dan Arab.
Ketua BPUPKI pada masa itu adalah Radjiman Wedyodiningrat, dan wakil ketua BPUPKI
adalah Icibangase (Jepang), dan sekretarisnya adalah R.P. Soeroso.

Sejarah Persidangan Pertama BPUPKI terjadi pada 29 Mei-1 Juni 1945 .

Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Persidangan BPUPKI


dilaksanakan pertama kali pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada
persidangan pertamanya, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia
merdeka. Pada persidangan BPUPKI yang pertama, terdapat berbagai pendapat
mengenai dasar negara yang dipakai di Indonesia. Rumusan dasar negara Indonesia
disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

Sejarah Persidangan Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945)


7
Sidang pertama BPUPKI berakhir, namun rumusan dasar negara Indonesia untuk
merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan istirahat satu bulan penuh. Akhirnya
BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang anggota terdiri dari sembilan
orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menerima
berbagai aspirasi mengenai pembentukan dasar negara Indonesia. Anggota Panitia
Sembilan terdiri dari Ir. Soekarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, Mr.Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subardjo, Abikusno Cokrosuryo,
dan A.A. Maramis.

Berkat kerja keras dan cerdas dari Panitia Sembilan membuahkan hasil di tahun 22
Juni 1945 yang berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan
itu oleh Mr. Moh. Yamin yang diberi nama "Piagam Jakarta atau Jakarta Charter".

Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta

Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Pancasila adalah hasil
kesepakatan bersama dengan pendiri bangsa kemudian dijadikan perjanjian yang luhur bagi
bangsa Indonesia. Sebelum Pancasila sudah resmi ada rumusan-rumusan Pancasila dari
berbagai macam rumusan yaitu dalam piagam Jakarta.
8

Piagam Jakarta
Perumusan dan sistematika Pancasila yang telah dibahas dalam Piagam Jakarta
kemudian diterima oleh Badan Penyidik dalam sidangnya yang kedua pada tanggal 14-16 Juli
1945. Namun, walaupun rumusan Pancasila sudah diterima oleh Badan Penyidik, belum
berarti rumusan Pancasila sudah mencapai final. Karena, belum adanya perwakilan yang
representatif (mewakili berbagai unsur). Pembentukan Panitia Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindak lanjutkan


hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsi Junbi
Inkai. Anggota PPKI terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang
wakil dari jawa, 3 wakil dari sumatera, 2 orang wakil dari sulawesi, dan seorang wakil
Sunda Kecil, Maluku serta penduduk cina. Pada tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI
menambah 6 anggota lagi sehingga anggota PPKI berjumlah 27 orang. dari Jawa, 3 orang
dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa), dan pada akhirnya
bertambah enam orang lagi.

Isi Piagam Jakarta


Naskah Piagam Jakarta

Berikut ini adalah naskah piagam Jakarta yang di bentuk oleh panitia Sembilan pada
sidangnya:
9
‘’Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakyat
Indonesia ke-depan pintu-gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan Rakyat, dengan berdasarkan kepada:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan yariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Jakarta, 22 Juni 1945

Selain menjadi pembuka UUD 1945 yang sering dibaca saat ini, isi dari naskah
Piagam Jakarta atau sering pula disebut sebagai Jakarta Charter intisari tersebut dirumuskan
oleh Panitia Sembilan yang terdiri dari Ir Soekarno, Drs Mohammad Hatta, MR A Maramis,
Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoel Kahar Muzakir, Agoes Salim, Mr Ahmad Soebarjo, Wahid
Hasjim dan Mr Moehammad Yamin. Hasil tersebut kemudian diumumkan sebelum terjadi
keretakan akibat silang pendapat. Ketika sidang kedua BPUPKI dimana ketika itu
diagendakan penyusunan UUD, Piagam Jakarta kemudian dijadikan sebagai prembule atau
Muqaddimah
10
Faktanya, apa yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan mendapatkan banyak kecaman
dari para rakyat di bagian wilayah Indonesia Timur. Hal ini disebabkan oleh adanya ayat
pertama yang mencakup nilai Islam bagi para pemeluknya. Jika sila tersebut tidak diubah
maka wilayah Indonesia tingah hingga timur memilih melepaskan diri dari Indonesia. Hal ini
pula yang membuat dasar kelahiran Pancasila yang dikenal sebagai ideologi Bhinneka
Tunggal Ika Indonesia. Istilah dari muqaddimah itupun kemudian diganti tepatnya ketika
UUD 1945 disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi Pembukaan UUD. Butir
pertama dari Piagam Jakarta yang mengemukakan tentang kewajiban untuk menjalankan
syariat Islam khusus bagi pemeluknya kemudian diganti dengan sila 1 Pancasila yang kita
kenal sekarang “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Kini, Piagam Jakarta telah berubah menjadi sila yang tercantum dalam ideologi
Pancasila. Perubahan tersebut ada pada sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa
setelah Ir Soekarno pun menghubungi Moh Hatta dan wakil-wakil delegasi Islam. Setelah
diadakan konsultasi, pihak delegasi Islam  sebelumnya menolak atau keberatan dengan
perubahan tersebut. Namun, semua orang pun menyetujui perubahan tersebut demi menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hasil perubahan tersebut diumumkan dalam sidang pleno PPKI sebelum akhirnya
disahkan sebagai ideologi negara pada tanggal 18 Agustus 1945 termasuk keputusan
mengenai pemerintahan sementara setelah Jepang menyerah pada sekutu.

Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus1945 dari sidang pertama PPKI
menghasilkan beberapa keputusan:
1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan.
a. Menetapkan Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia.
11
b. Menetapkan Rancangan-Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa
perubahan menjadi UUD Negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal
sebagai UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagi Wakil Presiden
Republik Indonesia.
3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), kekuasaan
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia yang
dikemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah Darurat.

Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia pada sidang pertama
PPKI (18 Agustus 1945) yang didahului dengan penetapan Rancangan Mukadimah
(Pembukaan) dan rancangan UUD menjadi Pembukaan dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, secara sah dan resmi menurut ketentuan yuridis
konstitusional. Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia didahului
dengan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI, Ir. Soekarno.
Bunyi kelima butir sila Pancasila yang telah ditetapkan secara sah dan resmi pada sidang
pertama PPKI (18 Agustus 1945) adalah sebagai berikut:
Satu : Ketuhanan yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Lima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pergantian ini dilakukan atas usul A.A. Marawis oleh Drs. M. Hatta. Adapun perihal
penggantian ini telah dikonsultasikan dengan Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo,
dan Teuku Muhammad Hassan. Naskah Piagam Jakarta kemudian ditulis dan ditandatangani
oleh Panitia Sembilan.

Makna Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA


- Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
12
- Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup
- Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan masing-masing
- Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
- Frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan bererti warga Indonesia harus memiliki
agama monoteis, namun frasa ini menekankan keesaan dalam beragama

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


- Pengakuan sesame manusia sesuai dengan kodratnya
- Pengakuan terhadap persamaan kedudukan
- Menumbuhkan sikapsaling menghargai
- Menjunjung tinggi nilai -nilai humanisme

3. PERSATUAN INDONESIA
- Persatuan bangsa adalah prioritas utama
- Pengorbanan diri untuk Persatuan dan kesatuan bangsa
- Pemeliharaan terhadap ketertiban umum
- Menumbuhakn rasa cinta tanah air
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
- Persamaan hak dan kewajiban warga negara
- Musyawarah adalah jalan untuk mengambil keputusan
- Menghormati keputusanyang diteteapkan
- Pengutamaan kepentingan umum
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
- Menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan bermasyarakat
- Menjaga keseimbangan di antara hak dan kewajiban
- Tidak mengganggu hak dan kewajiban orang lain
- Pemberian penghargaan terhadap karya orang lain

C. PENUTUP

Kesimpulan
13

Piagam Jakarta merupakan rumusan resmi pertama kali Pancasila bagi Republik ini,
disusun dan ditandatangani pada tanggal 22 Juni 1945 oleh sembilan pemimpin terkemuka
Indonesia, berikut nama- nama yang menjadi anggota Panitia Sembilan dari BPUPKI, yaitu:
Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar
Muzakkir, Haji Agus Salim, Ahmad Subardjo, KHA Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Piagam Jakarta merupakan kristalisasi cita-cita bangsa dan tujuan bernegara serta perjanjian
luhur yang menjiwai proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Sore hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 itu,
seorang opsir Kaigun (Angkatan Laut) datang menemui Bung Hatta, menyampaikan bahwa
wakil-wakil dari agama Protestan dan agama Katolik dalam daerah-daerah yang dikuasai oleh
Angkatan Laut Jepang menyatakan keberatan terhadap bagian kalimat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar yang dirumuskan oleh panitia Sembilan dalam bunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Mereka mengakui
bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyat yang beragama
Islam saja. “Hilangnya tujuh perkataan (dalam Piagam Jakarta, pen) dirasakan oleh umat
Islam sebagai kerugian besar dan tidak jarang yang menyayangkannya. Tetapi, karena
hilangnya tujuh perkataan itu dimaksudkan agar golongan Protestan dan Katolik jangan
memisahkan diri dari Republik Indonesia, maka umat Islam bersedia memberi korban yang
besar itu.Keputusan yang diambil oleh beberapa pemimpin Islam dalam waktu yang sangat
singkat itu, sungguh mencerminkan sikap kenegarawanan dan komitmen terhadap persatuan
dan kesatuan bangsa yang tiada bandingnya dalam sejarah Republik Indonesia.

D. DAFTAR PUSTAKA
14
Akhmad,A. (2015). Pancasila Sebagai Dasar Negara. Jurnal Pemikiran dan
Peradaban.
Lubis, Yusnawan, Sodeli. 2018. Pendidikan Pncasila dan Kewarganegaraan. Depok.
Pusat Kurikulum dan perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Dan https://id.lifeder.com/isi-piagam-jakarta/

Anda mungkin juga menyukai