DISUSUN OLEH :
Pembagian daerah tegangan kerja tersebut berdasarkan jumlah ion yang terbentuk
akibat kenaikan tegangan yang diberikan kepada detektor isian gas. Adapun pembagian
tegangan tersebut dimulai dari tegangan terendah adalah sebagai berikut:
I. = daerah rekombinasi
II. = daerah ionisasi
III. = daerah proporsional
IV. = daerah proporsioanl terbatas
V. = daerah Geiger Muller
Kurva yang atas adalah ionisasi Alpha, sedangkan kurva bawah adalah ionisasi
oleh Beta. Kedua kurva menunjukkan bahwa pada daerah tegangan kerja tersebut, detektor
ionisasi dan detektor proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan energi radiasi
yang datang. Dengan demikian, detektor ionisasi dan detektor proporsional dapat digunaknan
pada analisis spectrum energi. Sedangkan detektor Geiger Muller tidak dapat membedakan
jenis radiasi dan energi radiasi.
Tampak dari gambar tersebut bahwa daerah kerja detektor Geiger Muller terletak
pada daerah V. pada tegangan kerja Geiger Muller elektron primer dapat dipercepat
membentuk elektron sekunder dari ionisasi gas dalam tabung Geiger Muller. Dalam hal ini
peristiwa ionisasi tidak tergantung pada jenis radiasi dan besarnya energi radiasi. Tabung
Geiger Muller memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga zarah radiasi yang masuk ke detektor
Geiger Muller akan menghasilkan pulsa yang tinggi pulsanya sama. Atas dasar hal ini, detektor
Geiger Muller tidak dapat digunakan untuk melihat spectrum energi, tetapi hanya dapat
digunakan untuk melihat jumlah cacah radiasi saja. Maka detektor Geiger Muller sering disebut
dengan detektor Gross Beta gamma karena tidak bisa membedakan jenis radiasi yang datang.
Besarnya sudut datang dari sumber radiasi tidak mempengaruhi banyaknya cacah
yang terukur karena prinsip dari detektor Geiger Muller adalah mencacah zarah radiasi selama
radiasi tersebut masih bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain misalnya detektor sintilasi
dimana besarnya sudut datang dari sumber radiasi akan mempengaruhi banyaknya pulsa yang
dihasilkan.
F 𝜏 = 1 – (N × 𝜏)
N = banyaknya cacah
T = resolving time
Apabila laju cacah pencacahan dalam suatu pengukuran diketahui No dan nilai resolving time
(T) diketahui, maka laju cacah sebenarnya (Nsb) adalah
N0
Nsb =
(1−N 0 × τ )