Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAAN PASIEN KRITIS


DENGAN MASALAH PSIKOSIAL

Dosen Pengampu:
Ns. Dewi Masyitah, S.Kep., M.Kep., Sp.KepMB

Syafiva Sunnahwiyah
PO71201180033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAAN PASIEN KRITIS DENGAN
MASALAH PSIKOSIAL” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ns. Dewi Masyitah, S.Kep., M.Kep., Sp.KepMB pada mata kuliah
Keperawatan Kritis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang keperawatan kritis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns. Dewi Masyitah, S.Kep.,


M.Kep., Sp.KepMB selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


membagikan pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun akan saya terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Februari 2021

Syafiva Sunnahwiyah

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................2

II. PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1. Stress Koping............................................................................................3

2.2. Perilaku Koping.........................................................................................3

2.2.1. Reaksi yang Berorientasi Pada Tugas................................................3

2.2.2. Reaksi yang Berorientasi Pada Ego...................................................4

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Koping.......................4

2.3. Manajemen Stress......................................................................................4

III. PENUTUP..........................................................................................................9

3.1. Kesimpulan................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus untuk
merawat pasien yang dalam keadaan kritis. Ruangan ini digambarkan sebagai
ruangan yang penuh stress tidak hanya bagi pasien dan keluarganya, tetapi juga
bagi tenaga kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut (Jastremski, 2000).
Karena itu bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di ruangan
ICU perlu memahami tentang stressor (penyebab stress) di ruangan ini dan juga
tentang bagaimana mengatasi stress tersebut.

Ketika merawat pasien kritis perawat dituntut untuk secara seimbang


memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun pasien dan
keluarganya. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi
kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan.

Dalam keperawatan, keadaan sehat dan sakit jiwa merupakan suatu


rentang yang dinamis dari kehidupan seseorang. Keadaaan penyakit kritis sangat
besar pengaruhnya terhadap kedinamisan dari rentang sehar sakit jiwa karena
dalam keadaan mengalami penyakit kritis, seseorang mengalami stress yang berat
dimana pasien mengalami kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian,
kehilangan rasa nyaman dan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya. Semua
keadaan tersebut bisa memperburuk status kesehatan mereka.

Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus mampu mengatasi berbagai


masalah kesehatan pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat tidak boleh
hanya berfokus pada masalah fisik yang dialami pasien. Kegagalan dalam
mengatasi masalah psikososial pasien bisa berdampak pada semakin
memburuknya keadaan pasien karena pasien mungkin akan mengalami
kecemasan yang semakin berat dan menolak pengobatan.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1
1. Apa itu stress koping?
2. Bagaimana perilaku koping?
3. Bagaimana adaptasinya terhadap penyakit?
4. Bagaimana manajemen stress-nya?

I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
untuk menguasai konsep dan prinsip pengelolaan pasien kritis dengan masalah
psikosial.

2
II. PEMBAHASAN

II.1. Stress Koping


Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha
untuk mengatasi dan mengurangi stress. Keberhasilan dalam koping berkaitan
dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi,
emosi positif, dan sumber daya personal. Meskipun demikian keberhasilan koping
juga tergantung pada strategi-strategi yang digunakan dan konteksnya.

Perilaku koping merupakan suatu proses dimana individu mencoba


mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal
dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-
sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh stress.
Koping psikososial merupakan reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stress
yang diterima atau dihadapi klien.

II.2. Perilaku Koping


Menurut Struat dan Sundeen mengemukakan bahwa terdapat 2 kategori
koping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stress dan kecemasan:

II.2.1. Reaksi yang Berorientasi Pada Tugas


Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, konflik dan memenuhi
kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

1. Perilaku menyerang (fight)


Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam
rangka mempertahankan integritas pribadinya.
2. Perilaku menarik diri (with drawl)
Merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan
dan orang lain.
3. Kompromi
Merupakan Tindakan konstruktif yang dilakukan individu untuk
menyelesaikan masalah melalui musyawarah dan negosiasi.

3
II.2.2. Reaksi yang Berorientasi Pada Ego
Reaksi ini sering digunakna oleh individu dalam menghadapi stress, atau
ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi
kecemasan, tetapi juka digunakan dalam waktu yang lama akan dapat
mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal
dalam menurunkan produktifitas kerja.

II.2.3. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Perilaku Koping


Menurut Smet (dalam smet, 1994: 130) perilaku koping dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain:

1. Kondisi individu: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, tempramen,


pendidikan, intelegensi, suku, kebudayaan, status ekonomi dan kondisi
fisik.
2. Karakteristik kepribadian: introvert-extrovert, stabilitas emosi secara
umum, kekebalan dan ketahanan.
3. Social-kognitif: dukungan social, dukungan yang diterima, integrasi dalam
jaringan social.
4. Strategi dalam melakukan koping.

II.3. Manajemen Stress


Dalam keseharian, setiap individu tidak pernah dilepaskan dari masalah.
Mulai dari masalah yang berkaitan dengan keluarga (anak, orang tua), pekerjaan,
maupun hubungan interpersonal. Misalnya saja banyaknya tagihan yang harus
dibayar di akhir bulan, pekerjaan kantor yang selalu dihadapkan pada deadline,
anak yang selalu rewel, dan sebagainya. Masalah-masalah yang muncul tersebut
dikenal dengan istilah stres. Namun, tidak semua stres berkonotasi dengan hal
yang negatif. Kelahiran anak, promosi jabatan, kelulusan, merupakan contoh stres
yang positif (eustress). Dalam artikel ini, yang akan menjadi fokus pembahasan
adalah stres dalam konteks yang negatif termasuk bagaiamana coping atau
penyelesaian terhadap stres tersebut.

Ada begitu banyak definisi yang menjelaskan pengertian stres. Mayoritas


orang menyebut stres sebagai sesuatu yang terjadi pada mereka, berupa kejadian
yang mengenakkan maupun tidak mengenakkan. Sebagian lagi mendefinisikan

4
stres sebagai sesuatu yang berpengaruh pada tubuh, pikiran, dan perilaku sebagai
wujud respon terhadap suatu kejadian. Dari kedua gambaran mengenai stres
tersebut dapat dilihat bahwa inti dari stres adalah adanya keterlibatan kejadian dan
respon kita terhadap kejadian ittu. Namun, hal terpenting yang menjadi faktor
kritis adalah bagaimana pikiran kita mengenai situasi itu.

Lalu, dari manakah datangnya stress? Ada beberapa sumber yang dapat
dikategorikan sebagai pemicu munculnya stress, yaitu:

1. Tension, yaitu suatu keadaan dimana kita mengalami tegang atau tekanan
mental, contohnya : mempunyai hutang, suami atau istri selingkuh, hendak
menghadapi ujian akhir sekolah, dll.
2. Frustrasi, yakni mengalami kekecewaan karena ambisi atau cita-cita kita
terhambat oleh sesuatu atau disaat kita mengalami kegagalan. Misalnya
saja gagal dalam berumah tangga, gagal sekolah, gagal dalam panen,dll.
3. Konflik, rasa ketegangan, kecemasan yang disebabkan sukar menentukan
dua pilihan atau lebih. Contohnya pasangan suami-istri yang selalu tidak
rukun, apakah akan bercerai atau tidak.
4. Krisis, kejadian mendadak, sementara upaya untuk mengatasinya diluar
kemampuan kita, sebagai contoh terjadinya bencana alam, kematian
seseorang yang kita sayangi dan kita cintai.

Berbicara tentang stres, terkadang menimbulkan pertanyaan, apakah stress


itu baik? Apakah stress itu menyehatkan? Jawabannya bisa iya bisa juga tidak.
Mengapa? Pada dasarnya, dengan stress kita dapat melatih daya tahan mental
sehingga menjadi lebih kuat dalam menghadapi keadaan ataupun kondisi yang
tidak mengenakkan. Namun apabila stress di biarkan berlanjut, maka kehidupan
kita sehari-hari dapat terganggu karenanya.

Ketika dihadapkan dalam situasi yang menekan (stres), secara otomatis


kita akan melakukan proses evaluasi dengan mempergunakan kapasitas mental.
Mulai dari keputusan untuk menyebut situasi tersebut menakutkan ataukah tidak,
bagaimana proses penyelesaiannya, dan kemampuan apa yang dapat kita gunakan.
Jika kita melihat situasi itu lebih berat dibandingkan dengan kemampuan
penyelesaian yang kita miliki, maka dapat dikatakan keadaan ini stressful dan

5
memunculkan reaksi berupa respon terhadap stres. Sebaliknya, bila kita merasa
mampu untuk menyelesaikan masalah itu, maka penilaian kita terhadap situasi
tersebut bukan sebagai sesuatu yang stressful.

Adanya stres ini, akan membawa efek tersendiri bagi individu yang
mengalaminya, baik efek fisik (misalnya sakit kepala,serangan jantung, dsb)
maupun efek psikologis. Efek fisik misalnya saja menderita sakit kepala, kram
perut, atau bahkan terkena serangan jantung mendadak bagi sebagian individu.
Sementara itu, efek psikologis yang dapat dimunculkan dari stres antara lain ada
rasa sedih yang berkepanjangan, seringkali terlihat marah, melamun, dsb. Berat
ringannya efek yang ditimbulkan dari stres ini sangat tergantung pada kemampuan
individu untuk melakukan kontrol atas kehidupannya, yakni sebagai salah satu
fondasi dasar dalam konsep manajemen stres.

Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan


dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan
cara penyelesaian masalah. Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan
sumber-sumber stres yang terjadi dalam kehidupan. Langkah ini tidaklah semudah
bayangan kita. Terkadang sumber stres yang kita hadapi sifatnya tidak jelas dan
tanpa disadari, kita tidak mempedulikan stres itu sebagai langkah untuk
meminimalisir beban pikiran, perasaan, dan perilaku. Misalnya saja, kita sepaham
bahwa pekerjaan yang dikejar oleh deadline selalu menimbulkan
ketidaknyamanan, namun karena kita tidak peduli dengan efeknya, kita menjadi
terbiasa untuk selalu pekerjaan.

Langkah selanjutnya dari manajamen stress adalah memilih strategi


penyelesaian masalah yang efektif. Secara umum ada dua cara, yakni : a)
mengubah situasi (hindari sumber masalah) dan b) mengubah reaksi kita terhadap
sumber stress tersebut. Jika melihat cara pertama, yaitu mengubah situasi, tidak
semua hal dapat kita ubah seperti yang kita inginkan. Misalnya saja terjadinya
bencana, kematian, dan sebagainya, tentu hal-hal semacam ini membutuhkan
sikap yang lebih adaptif. Cara mengubah situasi lebih tepat untuk sumber stress
yang bisa kita cegah. Contohnya saja jika beberapa hari lagi kita akan menghadapi
ujian, langkah paling tepat untuk menghindari stress adalah dengan menyiapkan

6
fisik dan mental jauh-jauh hari agar ketika mendekati hari ujian, kita akan lebih
siap.

Cara kedua untuk menghadapi sumber stress adalah mengubah reaksi kita.
Tidak mudah untuk melihat nilai positif dari hal buruk yang dialami. Namun
terkadang, ketika kita berusaha menerima situasi-situasi tidak menyenangkan
yang tidak dapat diubah, sebenarnya hal tersebut adalah langkah awal untuk bisa
melihat sisi positif dari apa yang kita alami. Selanjutnya adalah menurunkan
standar pribadi. Tanpa disadari, kita menciptakan level-level tertentu yang ingin
dicapai. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun ketika kita justru
merasa terbebani dan tidak nyaman, ada baiknya jika kita mulai berdamai dengan
kondisi yang ada serta melihat kembali apa yang ingin dicapai dalam hidup. Kata-
kata “aku harus” atau “tidak boleh”, mungkin dapat diubah dengan kata-kata yang
sarat akan nilai kompromi, misalnya “Aku akan berusaha dan bila hasilnya belum
sesuai dengan harapan, maka aku akan mencobanya lagi”.

Manajemen stress lainnya adalah melakukan aktivitas menyenangkan.


Aktivitas tersebut bisa berkaitan dengan hobi atau melakukan sesuatu bersama
orang-orang yang kita sayangi, misalnya jalan-jalan ke tempat favorit,
mengunjungi tempat-tempat yang baru, dan sebagainya. Selain itu, membiasakan
gaya hidup yang sehat juga merupakan cara efektif agar kita dapat bertahan dari
stress. Langkah mudahnya adalah melakukan olahraga ringan secara teratur,
menjaga asupan makanan bergizi, menghidari alkohol, rokok, dan obat-obatan
terlarang, serta mengurangi kandungan gula dan kafein.

Terakhir, kita juga dapat berlatih untuk melakukan teknik relaksasi. Bila
kita diliputi perasaan-perasaan diatas sebagai akibat baru saja mengalami suatu
peristiwa tidak mengenakkan yang kemudian berpengaruh pada tubuh (misalnya
menjadi cepat lelah, perut mual, badan gemetar, dan sebagainya), hal tersebut
adalah wajar.Setelah menyadari adanya perasaan-perasaan dan efeknya terhadap
tubuh, langkah kita selanjutnya adalah berupaya untuk merilekskan atau
menenangkannya. Langkah ini disebut sebagai relaksasi. Relaksasi berguna untuk
menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, juga mengurangi keringat serta
mengatur pernafasan. Relaksasi misalnya dapat digunakan ketika otot terasa

7
tegang, diliputi kecemasan, sulit tidur, kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan
punggung, juga tekanan darah tinggi.Relaksasi sendiri dapat dilakukan sesuai
kebutuhan masing-masing, dalam sehari misalnya, dapat diterapkan dua kali
sehari selama @ 15 menit. Tiap orang dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan
tenaga ahli, kuncinya adalah merasakan ketegangan tubuh kemudian membuatnya
rileks atau tenang.

8
III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha
untuk mengatasi dan mengurangi stress. Keberhasilan dalam koping berkaitan
dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi,
emosi positif, dan sumber daya personal. Meskipun demikian keberhasilan koping
juga tergantung pada strategi-strategi yang digunakan dan konteksnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

MANAJEMEN STRESS (jogjaprov.go.id)

10

Anda mungkin juga menyukai