Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BPJS

1. Pengertian BPJS

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan No.1 tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2)

menyatakan Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang

yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.Jaminan

Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (Permenkes

RI, 2015).

2. Tujuan dan Prinsip BPJS

Menurut UU No.24 tahun 2011 Pasal 3 dan Pasal 4, BPJS bertujuan

untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya

kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota

keluarganya. BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional

berdasarkan prinsip (Puspitasari, 2016).

9
a. Kegotongroyongan

b. Nirlaba

c. Keterbukaan

d. Kehati-hatian

e. Akuntabilitas

f. Portabilitas

g. Kepesertaan bersifat wajib

h. Dana amanat

i. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

3. Pembentukan BPJS

Sebagaimana yang disebutkan dalam UU No.24 tahun 2011 Pasal 5 ayat

(2) dan Pasal 6, BPJS dibagi menjadi BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan

program jaminan kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan menyelenggarakan

program: (Putri,2014).

a. Jaminan kecelakaan kerja

b. Jaminan hari tua

c. Jaminan pensiun

d. Jaminan kematian.

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS kesehatan terdiri

atas:Peraturan Badan Penyelenggara jaminan Sosial Kesehatan No. 1 Tahun

2014 Tentang Penyelenggara Jaminan Kesehatan

10
a. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama

b. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

c. Pelayanan gawat darurat

d. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai

e. Pelayanan ambulans

f. Pelayanan skrining kesehatan

g. Pelayanan kesehatan lain yang diterapkan oleh Menteri

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yag meliputi

rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang

perawatan khusus

4. Hak BPJS

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

11, BPJS berhak untuk: (Putri, 2014).

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program

Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan

11
5. Kewajiban BPJS

UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya,

BPJSberkewajiban untuk: ( Putri, 2014)

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud

dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara

khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib administrasi

atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku

untuk semua program jaminan sosial

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-

besarnya kepentingan peserta

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai

kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya.

Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan BPJS mencakup

informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran

untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/ atau jumlah aset dan liabilitas,

penerimaan dan pengeluaran BPJS

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN

e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua

(JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

12
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) tahun

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang

lazim dan berlaku umum

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam

penyelenggaraan jaminan sosial

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara

berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada

DJSN

l. Kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tata kelola BPJS

sebagai badan hukum publik

6. Pelayanan BPJS

Terdapat 4 jenis pelayanan BPJS yaitu: (Handayani, 2014).

a. Jenis pelayanan

Ada dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu

berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulan

(manfaat non medis). Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari

fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS

setempat.

b. Prosedur pelayanan

Prosedur yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus

memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.

13
Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut,maka hal itu

harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama,

kecuali dalam kegawatdaruratan.

c. Kompensasi pelayanan

Bila disuatu daerah belum ada fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat

guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS kesehatan wajib

memberikan kompensasi.

d. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan

yang menjalin kerja sama dengan BPJS.

7. Prosedur Penggunaan Layanan BPJS

Gambar 1. Prosedur Pelayanan BPJS (Fuad, 2014)

14
Prosedur penggunaan layanan BPJS yaitu:

a. Peserta BPJS membawa kartu peserta BPJS mendatangi Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) dimana tempat peserta tersebut terdaftar

(Puskesmas, Dokter keluarga, Klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan

lainnya yang setingkat).Pada tahap ini peserta BPJS akan mendapatkan

pelayanan sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan yang ada di

tingkat pertama seperti (konsultasi kesehatan, laboratorium klinik dan obat-

obatan)

b. Apabila dalam proses pemeriksaan awal (yang terdapat pada poin pertama

diatas) peserta belum juga sembuh, maka pasien atau Peserta BPJS dirujuk

ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah

Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI/POLRI, yang bekerja sama dengan BPJS).

c. Sedangkan untuk pasien yang gawat darurat, peserta bisa langsung menuju

ke tingkat lanjutan tanpa menunggu mendapatkan rujukan.

8. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan BPJS

Pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan tingkat pertama

dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan lainnya yang

diterapkan oleh Menteri yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan termasuk

fasilitas kesehatan penunjang yang terdiri atas (BPJS-Kesehatan, 2015).

a. Laboratorium

b. Instalasi farmasi rumah sakit

c. Apotek

15
d. Unit transfusi darah/Palang Merah Indonesia

e. Optik

f. Pemberian pelayanan Consumble Ambulatory Peritonial Dialisis (CAPD)

g. Praktek bidan/perawat atau yang sama

Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS kesehatan terdiri atas:

a. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama

b. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

c. Pelayanan gawat darurat

d. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai

e. Pelayanan ambulans

f. Pelayanan skrining kesehatan

g. Pelayanan kesehatan lain yang diterapkan oleh Menteri

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yag meliputi

rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang

perawatan khsuus. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

harus diberikan kepada peserta berdasarkan rujukan dari fasilitas kesehatan

tingkat pertama pada fasilitas tingkat lanjutan.

Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdiri atas klinik utama atau yang

setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.Rumah sakit umum dan

rumah sakit khusus dapat berupa rumah sakit milik pemerintah, pemerintah

16
daerah, TNI, Polri maaupun rumah sakit swasta yang beerjasama dengan BPJS

kesehatan.

9. Prosedur Sistem Rujukan Berjenjang Peserta BPJS

Gambar 2.Prosedur Sistem Rujukan Berjenjang BPJS (Yasa, 2014).

a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis, yaitu:

1) Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan

tingkat pertama.

2) Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat

dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat

diberikan atas rujukan dari faskes primer

17
4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan

atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

b. Pelayanan kesehatan di faskes primer hanya dapat dirujuk langsung ke faskes

tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana

terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.

c. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:

1) Terjadi keadaan gawat darurat, kondisi kegawatdaruratan mengikuti

ketentuan yang berlaku,

2) Benacana, kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau

Pemerintah Daerah,

3) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien, untuk kasus yang sudah

ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di

fasilitas kesehatan lanjutan,

4) Pertimbangan geografis, dan

5) Pertimbangan ketersediaan fasilitas.

d. Pelayanaan oleh bidan dan perawat

1) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan

kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan,

2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau

dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam

kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,

18
yaitu kondisi diluar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi

pelayanan kesehatan tingkat pertama.

e. Rujukan parsial

1) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi

peayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau

pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di

faskes tersebut,

2) Rujukan parsial dapat berupa:

a) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau

tindakan

b) Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang

3) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan

pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk (BPJS Kesehatan, 2014).

10. Alur Pelayanan Kesehatan

Gambar 3. Alur Pelayanan Kesehatan (Tanaya, 2015)

19
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

1) Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama

yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

2) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama tempat Peserta terdaftar.

3) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan

1) Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit dengan menunjukkan Kartu

Peserta dan menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama / surat perintah kontrol pasca rawat inap.

2) Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mendapatkan

pelayanan lanjutan.

3) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat inap di Fasilitas Kesehatan

tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

c. Pelayanan Kegawat Daruratan (Emergency):

1) Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus

diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan dan atau

kecacatan, sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.

2) Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung

memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria

kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20
3) Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang

tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk ke

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah

keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat

dipindahkan.

4) Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan ditagihkan langsung oleh

Fasiltas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2013).

11. Prosedur Pelayanan Obat di Faskes Tingkat Pertama

a. Peserta mendapatkan pelayanan di medis dan/atau tindakan medis di

Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

b. Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

c. Peserta membawa resep ke ruang farmasi/instalasi farmasi di Puskesmas,

klinik, dan apotek jejaring.

d. Apoteker di Puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan

menyerahkan obat kepada peserta disertai dengan pemberian informasi

obat. Jika di Puskesmas belum memiliki apoteker pelayanan obat dapat

dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari

dinas kesehatan kabupaten/kota.

e. Apoteker di Klinik dan apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan,

dan menyerahkan obat kepada peserta disertai dengan pemberian informasi

obat. Apabila di Klinik tidak memiliki apoteker maka tidak dapat

melakukan pelayanan obat (Permenkes, 2013).

21
B. Tenaga Kesehatan

1. Pengertian Tenaga Kesehatan

Berdasarkan undang-undang republik indonesia nomor 36 tahun 2014

tentang tenaga kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan dan memiliki kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang berperan terhadap

pelayanan kesehatan asuransi BPJS diantaranya: Perawat, Bidan, dan Apoteker.

a. Perawat

1) Pengertian Perawat

International Council of Nursing (dalam Iskandar, 1998), menyatakan

bahwa perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk

memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, serta pelayanan terhadap pasien. Sedangkan

pengertian perawat menurut gunarsah perawat adalah seorang yang telah

dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan

memyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit,

yang dilaksanakan sendiri atau dibawah pengawasan dokter atau suster kepala

(Novita, 2012).

2) Tugas Pokok Perawat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1280/Menkes/SK/X/2002 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

22
Perawat dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa tugas pokok perawat

adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan

pemulihan kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

kemandirian keperawatan.

3) Fungsi perawat

Fungsi perawat menurut kunsursium ilmu keperawatan adalah sebagai

berikut:

a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat

serta sumber yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan

tersebut

b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada indiividu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan

c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, dan

pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan pasien dan keadaan

terminal

d. Mengevaluasi hasil usaha keperawatan

e. Mendokumentasikan proses keperawatan

f. Mengindentifikasi hal-hal yang perlu ditieliti atau dipelajari serta

merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan

pengembangan keterampilan dalam praktik keperawatan

23
g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada

pasien, keluarga, kelompok serta masyarakat

h. Bekerjasama dengan disiplin ilmu terkait dalam pelayanan keshatan

kepada pasien, keluarga, dan kelompok masyarakat

i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam

melaksanakan kegiatan keperawatan

b. Bidan

1) Pengertian Bidan

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang

Standar Asuhan Kebidanan Bidan adalah salah satu komponen pemberi

pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat

penting, karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan

dan mutu pelayanan kepada para ibu di Indonesia. Bidan adalah salah satu

tenaga kesehatan yang berperan dalam upaya penurunan angka kematian

ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).Pelayanan yang dilakukan

oleh bidan meliputi pelayanan berkesinambungan dan

paripurna.Maknanya difokuskan pada aspek pencegahan, promosi dengan

berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama

dengan tenaga kesehatan lainnya.

24
2) Tugas Pokok dan FungsiBidan

 Tugas Pokok Bidan (Maryeti, 2016)

a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di Desa Wilayah kerjanya

berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi

sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan

b. Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah

kerjanya agar tumbuh kesadaran untuk dapat berprilaku hidup

sehat.

 Fungsi Bidan

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan

pengayoman medis kontrasepsi.

b. Menggerakan dan membina peran serta masyarkat dalam

bidang kesehatan dengan melakukan penyuluhan kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

c. Membina dan Memberikan bimbingan teknis kepada kader

serta dukun bayi.

d. Membina kelompok desa wisma di bidang kesehatan.

e. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral dan

lembaga swadaya masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke

puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke

fasilitas kesehtan lainnya.

25
g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi

pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan

berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya.

c. Apoteker

1) Pengertian Apoteker

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah

lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

2) Tugas Pokok Apoteker

Berdasarkan Keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara

nomor 140 /KEP/M.PAN/11/2003 tentang jabatan fungsional

apoteker dan angka kreditnya. Tugas pokok apoteker adalah

melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi penyiapan

rencana kerja, pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

perbekalan kesehatan rumah tangga, serta pelayanan kefarmasiaan.

2) Fungsi Apoteker(Narande, 2015)

 Pengelolaan Obat dan Perbekelan Kesehatan Lainnya:

Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu

melaksanakan pengelolaan obat sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

26
 Pelayanan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya:

Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu

memberikan pelayanan obat/untuk penderita secara profesional

dengan jaminan bahwa obat yang diberikan kepada penderita

akan tepat, aman, dan efektif. Termasuk didalamnya adalah

pelayanan obat bebas dan pelayanan obat dengan resep dokter

yang obatnya dibuat langsung oleh apotek.

 Pelayanan Konsultasi, Informasi, dan Edukasi:

Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu

melaksanakan fungsi pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi

yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan lainnya

kepada penderota, tenaga kesehatan lain atau pihak lain yang

membutuhkan.

2. Jenis tenaga kesehatan

Dalam Peraturan Pemerintah 32 tahun 1996 dijelaskan adanya berbagai

macam tenaga kesehatan, yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik

dari segi latar belakang pendidikannya maupun jenis pelayanan atau upaya

kesehatan yang dilakukan jenis tenaga kesehatan berdasarkan UU ini meliputi:

1. Tenaga medis, mencakup : (Notoatmodjo, 2010).

a. Dokter

b. Dokter gigi

2. Tenaga keperawatan, mencakup:

27
a. Perawat

b. Bidan

3. Tenaga kefarmasian, mencakup:

a. Apoteker

b. Analis farmasi

c. Asisten apoteker

4. Tenaga kesehatan masyarakat, mencakup:

a. Epidemiolog kesehatan

b. Entomolog kesehatan

c. Mikrobiolog kesehatan

d. Penyuluh kesehatan

e. Administrator kesehatan

f. Sanitarian

5. Tenaga gizi, yang mencakup:

a. Nutrisionis

b. Esisten

6. Tenaga keterapian fisik, mencakup:

a. Fisioterapis

b. Akufasiterapis

c. Terapi Wicara

7. Tenaga keteknisian medis, mencakup:

a. Radiografer

b. Radioterapis

28
c. Teknisi gigi

d. Teknisi elektromedis

e. Analis kesehatan

f. Refraksionis

g. Optisien

h. Otorik prostetek

i. Teknisi tranfusi

j. Perekam medis.

3. Persyaratan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan atau keterampilan

sesuai dengan jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut. Oleh sebab itu,

dalam peraturan pemerintah No. 32 tahun 1996 diatur ketentuan sebagai berikut:

(Notoatmodjo, 2010)

a. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang

kesehatan yang dinyatakan dengan ijasah dari lembaga atau instusi

pendidikan.

b. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga

kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari menteri. Persyaratan ini

dikecualikan bagi tenaga kesehatan masyarakat

c. Selain izin dari menteri, bagi tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusanj

dari lembaga pendidikan diluar negeri harus melakukan adaptasi terlebih

dahulu difakukltas atau lembaga pendidikan dokter negeri di Indonesia.

29
4. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan

Dalam undang-undang 36 tahun 2014 pasal 57 tenaga kesehatan dalam

menjalankan praktiknya berhak: (UURI, 2014).

a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar profesi, standar pelayanan, profesi, dan standar prosedur

operasional

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan

kesehatan atau keluarganya

c. Menerima imbalan jasa

d. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta

nilai-nilai agama.

e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya

f. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang

bertentangan dengan standar profesi, kode etik, standar pelayanan, standar

prosedur, operasional, atau ketentuan peraturan perundang-undangan

g. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib: (UURI,2014)

a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta

kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan

30
b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau

keluarganya atas tindakan yang diberikan

c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan

d. Membuat dan menyimpan catatan dan atau dokumen tentang pemeriksaan,

asuhan, dan tindakan yang dilakukan

e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang

mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai

31
C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel - variabel yang akan diteliti yang berkaitan dengan

konteks ilmu pengetahuan dan digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep

penelitian (Hastono, 2007).

BPJS

Keterbatasan obat Rujukan Jumlah peserta

Tugas Tenaga Medis Tugas Tenaga Kesehatan

- Dokter - Bidan
Spesialis - Perawat
- Dokter Umum - Apoteker
- Dokter Gigi

Permasalahan tenaga
kesehatan dalam melayani
peserta BPJS

Gambar 4. Kerangka Teori

32
D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang

berhubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

- Sistem pelayanan
rujukan Permasalahan tenaga
- Keterbatasan obat- kesehatan dalam
obatan melayani peserta BPJS
- Jumlah peserta

Gambar 5. Kerangka Konsep

33

Anda mungkin juga menyukai