NIM : 195110200111025
FONOLOGI
Fonologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan
fungsional.
Objek kajian fonologi dibagi menjadi dua yakni fonetik (mempelajari bagaimana menghasilkan
bunyi dengan alat ucap) dan fonemik (mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai
pembeda arti).
KAJIAN FONETIK
Bunyi Ujaran
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat dalam
tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-ujaran,
yaitu:
Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan
suatu bunyi.
Titik artikulasi : ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Klasifikasi Bunyi
1. Vokal (arus udara setelah melewati pita suara tidak mendapat hambatan)
2. Konsonan
Bunyi-ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan
Berdasarkan artikulator dan titik artikulasinya.
Berdasarkan macam halangan udara yang dijumpai udara yang mengalir keluar.
Berdasarkan turut-tidaknya pita suara bergetar.
Berdasarkan jalan yang dilalui udara ketika keluar dari rongga-rongga ujaran.
Unsur Suprasegmental
KAJIAN FONEMIK
Fonem : satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata.
Grafem : satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, dan morfem.
Perubahan Fonem
1. Asimilasi
Peristiwa berubahnya bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di
lingkungannya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan
bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh : [sabtu] [saptu]
2. Disimilasi
Proses di mana dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama. Contoh:
kolonel > kornel
lauk-lauk > lauk-pauk
sayur-sayur > sayur-mayur
3. Suara Bakti
Suara bakti adalah bunyi yang timbul antara dua fonem, dan mempunyai fungsi untuk
melancarkan ucapan suatu kata.
MORFOLOGI
Morfologi adalah cabang ilmu yang mengkaji seluk-beluk bentuk kata dan perubahan
bentuknya terhadap makna serta penggolongan katanya.
d. konfiks (awalan dan akhiran): ber-kan, ber-an, per-an, per-im, pe-an, di-kan, di-I, me-kan, ter-
kan, ter-i, ke-an
Contoh: makan (verba) + -an = makanan (nomina)
2. Reduplikasi (pengulangan)
3. Pemajemukan
Gabungan dua morfem (kata) dasar yang membentuk makna baru. Kata majemuk tidak dapat
disisipi konjungsi, tidak dapat diperluas (diberi imbuhan), dan posisi kata tidak dapat ditukar
(bersifat mutlak).
Contoh:
Keras+kepala= keras kepala, Kumis+kucing= kumis kucing, Rumah+sakit= rumah sakit,
Kaca+mata= kacamata
Morfem
Unit terkecil dari tata bahasa yang memiliki makna. Sehingga, morfem tidak dapat dibagi lagi
menjadi kesatuan bahasa yang lebih kecil. Wujud morfem dapat berupa imbuhan (afiks) dan
kata dasar. Makna yang terkandung pada suatu morfem bisa berwujud leksikal (asli) atau
gramatikal (konteks). Di dalam morfem terdapat morf dan alomorf.
Contoh :
Morf
Bentuk terkecil yang muncul berulang-ulang dengan makna gramatikal yang sama. Yaitu,
sebuah bentuk prefiks yang menunjukkan keaktifan (sesuatu yang sedang berlangsung di masa
lampau, sekarang, ataupun di masa depan.
Contoh:
MeN- = Morf
MeN- Mencuci, MeN- Mendengar, MeN- Mendapat
Alomorf
Variasi dari morf yang merujuk pada morf yang sama, tetapi direalisasikan secara berbeda
jika lingkungan bahasanya pun berbeda.
Contoh:
Prefiks MeN- bisa berubah variasi menjadi:
Mem- + buang = Membuang, Meng- + Ukur = Mengukur, Meny- + Sambut = Menyambut