Anda di halaman 1dari 51

PENGANTAR BUDAYA JEPANG

Ni Made Savitri Paramita, M.A.


SEJARAH KEBUDAYAAN JEPANG
ZAMAN KUNO
• Masyarakatnya belum mengenal stratifikasi
sosial
• Dibagi menjadi 3 zaman:
– Zaman Jomon
– Zaman Yayoi
– Zaman Kofun (Yamato)
Zaman Jomon
• Berburu dan mengumpulkan bahan
keperluan sehari-hari
• Menghasilkan alat-alat tembikar berupa
pot dengan corak hiasan tali-temali
• Tinggal di tateana juukyo
Zaman Yayoi
• Bercocok tanam (bertani)
• Mulai membentuk desa
• Alat-alat pertanian terbuat dari tembaga
/ besi
• Hasil gerabah lebih halus
Kofun
• Sudah mengenal huruf kanji
• Terdapat banyak kuburan besar
• Di dalam kuburan ini ditemukan haniwa
(barang-barang dari gerabah yang dibentuk
seperti manusia, hewan peliharaan, perkakas)
• Sudah mengenal saluran irigasi
• Sudah mengenal seni arsitektur kapal, sistem
kalender, cara memelihara ulat sutera, cara
pembuatan minuman keras
Zaman Jomon

Tateana juukyo

Gerabah zaman Jomon


Jaman Yayoi

Doutaku (lonceng yg
digunakan saat upacara utk
memohon panen yg bagus)
Yayoidoki (gerabah yang
dibuat pada jaman Yayoi)
Kofun

Kofun Nintoku tenno

Haniwa
Asimilasi dengan kebudayaan Budha

• Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6


• Arsitektur kuil Budha sangat kontras dengan
pemukiman rakyat yang sangat sederhana
• Kuil Budha yang dibangun antara lain : Horyuji
dan Chuguji di Nara; Koryuji di Kyoto; Hokoji di
Asuka dan Shitennoji di Osaka
• Kuil Horyuji merupakan salah satu bangunan
kayu tertua dan terindah di dunia
Kuil Horyuji

Shaka Triad

Arca kepala Budha


Kebudayaan Tempyo (Zaman Nara)

• Pada zaman Nara dibangun kuil-kuil Budha di


setiap daerah di seluruh negeri (kokubunji dan
kokubunjiniji)
• Pada masa ini dibangun juga kuil Toodaiji di
Nara sebagai kuil pusat untuk menyimpan
Daibutsu (patung Budha yang sangat besar).
• Mendapat pengaruh seni gaya Tang
• Banyak patung Budha yang terbuat dari
perunggu dengan lapis emas
• Ditulisnya Kojiki, Nihon Shoki, dan Fudoki
Toodaiji di Nara

Daibutsu di Nara
Azekura zukuri
(gaya arsitektur dimana bentuk
bangunan punggung dindingnya
terbuat dari batang kayu)
Nikkoo (kiri) dan Gakkoo (kanan) di
kuil Toodaiji
Perkembangan Kebudayaan Nasional

• Pada periode Heian (794-1185) kebudayaan Jepang secara


menyeluruh mengalami akulturasi dengan budaya Cina.
Periode ini dikenal sebagai zaman kebudayaan Jogan.

• Muncul aliran Budha yang dibawa oleh Saicho dan Kukai,


mahasiswa Budha yang baru pulang dari Tang, yaitu
Tendaishu (Saicho) dan Shingonshu (Kukai)
 membawa kultus metafisik Budha Tantra/Budha
Esoteris menjamin kepuasan di dunia fana

• Muncul pula sekte Joodo yang mengajarkan untuk


meninggalkan kepuasan dan kehidupan duniawi serta
mengejar kedamaian akhirat
Sinkretisme Budha dan Shinto

Dewa asli Jepang dicampuraduk


dengan dewa Budha

Dewa asli Jepang mewujudkan


diri dalam Budha

Mencari kepuasan dan


kebahagiaan akhirat dengan
memuja Amida Budha
• Zaman Jogan terkenal dengan lukisan
Mandalanya (pantheon Buddha: diagram
skematis dari tokoh-tokoh suci Buddha).
• Seni pahat patung Budha berwajah lebih halus
dan bersikap lembut
• Contoh pahatan ini terlihat pada Yakushi
Nyorai di kuil Jingoji dan Nyoirin Kannon di
kuil Kanshinji.
Mandala Ryokai di kuil Jingoji, Kyoto
Yakushi Nyorai Nyoirin Kannon
• Mayoritas kaum bangsawan memiliki banyak
waktu senggang dan mengisinya dengan
mengagumi seni, puisi dan keindahan alam.

• Pada jaman Heian dikenal huruf kana dan


hiragana. Adanya kedua huruf ini
memunculkan karya sastra seperti Genji
Monogatari, Taketori Monogatari, Utsubo
Monogatari dan waka.
• Seni arsitekturnya disebut Sinden Zukuri :
bangunan gaya keraton mirip di Indonesia
• Dilengkapi ruang tidur, teras koridor, kolam
ikan, gapura luar, rumah penjaga dll
• Pintu penyekat antar ruang dihiasi lukisan
gaya Yamato-e : cirinya melukiskan
pemandangan alam yang indah-indah
• Muncul juga seni lukis Raigoo-zu (lukisan
tentang Budha yang turun menjemput dari
surga) serta emaki (lukisan yamato-e yang
bergulung-gulung)

• Emaki biasanya dilengkapi dengan teks cerita-


cerita roman, dongeng-dongeng, biografi atau
cerita-cerita yang berhubungan dengan asal-
usul dan sejarah kuil Budha dan Shinto
Emaki

Genji Monogatari
emaki
Kebudayaan Jaman Pertengahan
• Zaman pertengahan bertitik tolak dari terbentuknya
masyarakat feodal (Kamakura dan Muromachi)
• Kebudayaan militer menyebar sampai ke pelosok
negeri
• Berkembangnya ajaran Budha baru dari berbagai
sekte: Joodo Shinshuu; Hokkeshu; Zenshu
• Joodo Shinshuu didirikan oleh murid Honen bernama
Shinran, ajaran ini menitikberatkan ajaran
penyelamatan melalui Budha Amida serta kebahagiaan
yang akan diperoleh dalam kelahiran kembali dalam
nirwana
• Kedua sekte ini berpengaruh di kalangan militer dan
rakyat biasa
• Sekte Zen diajarkan oleh 2 orang pendeta
Budha: Eisai dan Dogen yang baru kembali
dari Sung (Cina)
• Ajarannya tentang pengendalian diri melalui
semedi (zazen) untuk mendapat wahyu
• Mirip dengan ajaran Bushido yang
menekankan unsur “tanpa pamrih”
• Patung Budha di zaman ini
mengekspresikan wajah jantan bergaya
realisme
• Ahli pahat yang terkenal pada masa itu
antara lain Kokei dan Tankei
• Seni lukis juga bergaya realisme
• Seni kerajinan besi atau baja berkembang
pesat, ahli yang terkenal antara lain Myochin
dan Awatsugu Yoshimitsu sebagai pembuat
baju pelindung militer dan pedang
Emaki tentang peperangan
• Di zaman Muromachi berkembang
kebudayaan campuran antara kebudayaan
istana oleh kaum bangsawan dan kebudayaan
militer
• Lahir kebudayaan Kitayama (shogun
Yoshimitsu) dan Higashiyama (shogun
Yoshimasa)
Kebudayaan Kitayama
• Diwakili oleh bangunan Kinkakuji (paviliun
emas)
• Perpaduan seni arsitektur gaya Shinden Zukuri
–arsitektur yang digunakan sebagai tempat
tinggal kaum bangsawan– dengan arsitektur
Budha dari Cina
Kebudayaan Higashiyama
• Diwakili oleh Ginkakuji (paviliun perak)
• Kombinasi arsitektur gaya buke zukuri—gaya
perumahan kaum militer– dengan arsitektur
Budha
•Gaya arsitektur yang muncul pada akhir
jaman Muromachi adalah arsitektur gaya
Shoin. Ciri dari bangunan gaya ini adalah
adanya tokono ma (sudut kecil dalam
ruangan), tana (rak di sebelah tokono ma)
dan shoin (ruang tamu dan kamar kerja).

•Model semacam ini berasal dari gaya kerja


para pendeta. Model semacam ini masih
bisa ditemui di interior rumah ala Jepang.
• Lukisan khas masa ini disebut suiboku-ga (水墨画),
yaitu lukisan yang menggunakan tinta hitam. Lukisan
ini memiliki kesan abstrak dan sugestif. Lukisannya
biasanya bertema alam (sansui-ga). Pelukis yang
terkenal adalah Sesshu.

• Seni taman yang berkembang dan terkenal di masa ini


disebut dengan seni taman kare sansui
(pemandangan alam kering) yang dapat dilihat di
Daisen-in di Daitokuji dan di kuil Ryoanji.

• Berkembang pula upacara seni minum teh yang


bersifat keagamaan dan dikenal dengan saado
Tokonoma
Suiboku-ga karya Sesshu

Kare sansui di kuil Ryoanji, Kyoto


Kesenian Masa Pra-modern
•Jepang pra-modern bermula dari pemerintahan
Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan
Tokugawa Ieyasu, yaitu mencakup zaman
Momoyama dan zaman Edo.

•Ciri khusus kebudayaan ini adalah lebih bebas


dari kebudayaan ningrat yang ketat walaupun
tetap saja kemewahan dan kemegahan masih
mendominasi
• Pada masa ini terjadi kontak dagang dengan pihak
asing. Dan tiap pemimpin membangun benteng
pertahanannya sendiri-sendiri (misal: benteng Azuchi
dibangun atas perintah Oda Nobunaga, benteng
Himeji atas perintah Tokugawa Ieyasu)

• Di dalam benteng-benteng ini dihiasi interior dan


lukisan-lukisan besar, lukisan ini disebut shoheki-ga
(lukisan penyekat). Seniman yang terkenal adalah
Kano Eitoku.
Benteng Himeji, Hyogo

Shoheki-ga yang terdapat di


kuil Chisakuin
• Kesenian lain yang berkembang adalah seni ikebana (merangkai
bunga), chanoyu (seni minum teh), kyogen (komedi tradisional),
dan noh.

• Seniman upacara minum teh yang terkenal adalah Sen no Rikyu.


Dia merancang ruang minum teh yang tampak sederhana tanpa
hiasan dan luas ruangannya relatif kecil. Ruangan ini dilengkapi
pintu sorong (shoji) yang dilapisi kertas Jepang berwarna putih
(washi). Tiang-tiangnya sebagian besar dari batang kayu yang
masih berkulit. Langit-langitnya dari bambu atau buluh dengan
cita rasa yang tinggi. Ini ditujukan untuk menunjukkan gubuk
petapa dalam ruang minum teh dan untuk memberikan wabi
(cita rasa tenang).
Ruang minum teh Tai-an di kuil Myokian,
Yamazaki yang menggunakan pola ideal
chashitsu menurut Rikyu
Lahirnya Kebudayaan Orang Kota
• Setelah kekuasaan jatuh ke tangan keluarga
Tokugawa, pusat pemerintahan dipindahkan ke Edo
(sekarang Tokyo). Pusat kebudayaan pun secara
berangsur turut pindah ke Tokyo.
Kesenian pada zaman ini antara lain:
seni Kabuki: seni drama panggung yang diisi dengan tarian.
Awalnya ditarikan perempuan namun akhirnya ditarikan
oleh laki-laki
lukisan aliran Sotatsu-korin: menghidupkan kembali gaya
yamato-e dengan kualitas dekoratif yang modern.
Tokohnya Tawayara Sotatsu, Ogata-korin
lukisan aliran bunjin-ga: memasukkan unsur seni lukis dari
dinasti Ming dan Ching. Tokohnya Ikeno Taiga, Yosa no
Buson, dll
lukisan ukiyo-e: diciptakan oleh Hishikawa Moronobu.
Awalnya hanya berupa cetak hitam monokrom, lalu muncul
cetak merah, cetak kuning dan cetak hijau. Lukisan ini
harganya murah, terwujud dari cetak kayu yang diproduksi
massal. biasanya potret pemandangan atau aktor kabuki
(dikenalkan oleh Torii Kinomoto, disebut dengan yakusha-
e). Tokoh yang terkenal Katsuhika Hokusai, Toshusai
Saraku, Ando Hitoshige
Lukisan Dewa Angin dan
Dewa Petir karya
Tawaraya Sotatsu yang
menggunakan aliran
Sotatsu-korin

Kabuki
Yosa no Buson

Maruyama Okyo

Shiba Kokan
Cawan teh dan kotak alat tulis dari laka emas karya Hon’ami
Keramik Hizen dari
Keramik Arita dari jaman
jaman Edo Edo
Toshusai Sharaku

Ando Hiroshige
Jatuhnya Feodalisme dan Modernisasi

• Terjadi setelah Restorasi Meiji, di mana Jepang mendapat


banyak pengaruh dari Barat.

• Seni lukis dan pahat Jepang pada masa ini banyak mendapat
pengaruh dari pelukis Eropa  terjadi asimilasi antara seni
Jepang dan seni Barat

• Muncul seni kontemporer.


Referensi
• Darsimah Anwar, Siti. 1987. Sejarah Kebudayaan Jepang:
Sebuah Perspektif. Kementrian Luar Negeri Jepang.

• Surajaya, I Ketut. 1996. Pengantar Sejarah Jepang.


Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

• Sumber gambar: Google image

Anda mungkin juga menyukai