Anda di halaman 1dari 12

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Kebijakan Pengendalian Kependudukan;


Upaya Mengantisipasi Ancaman Badai Krisis Di Kota Batam
Abudurrahman Alfaqiih, PSKK Universitas Internasional Batam

Ringkasan Eksekutif
Dewasa ini, pengendalian kependudukan menjadi topik utama yang selalu dibahas,
khususnya bagi daerah yang mengalami laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Termasuk Kota Batam, salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau, yang mengalami laju
pertumbuhan penduduk sangat tinggi. Dengan adanya laju jumlah penduduk Kota Batam
yang pesat akan membawa dampak sosial ekonomi masyarakat yang dapat
mempengaruhi pembangunan Kota Batam. Oleh karena itu, menyikapi kondisi tersebut,
maka kebijakan pengendalian kependudukan sangat diperlukan guna mengantisipasi
ancaman badai krisis bagi Kota Batam dan mencegah timbulnya berbagai persoalan
sosial dan ekonomi.
Upaya merumuskan kebijakan pengendalian kependudukan di Kota Batam yang harmonis
dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap formulasi isu utama yang akan dituangkan
dalam kebijakan pengendalian kependudukan; dan tahap harmonisasi kebijakan
pengendalian kependudukan. Tahap formulasi isu atau permasalahan yang akan
dituangkan dalam kebijakan pengendalaian kependudukan ditempuh dengan pendekatan
analisis situasional terhadap kondisi aktual Kota Batam dan analisis proyeksi untuk
menentukan isu atau permasalahan utama yang layak dituangkan dalam kebijakan
pengendalian kependudukan. Pada tahapan ini penulis menilai bahwa terdapat empat isu
atau permasalah utama yang dapat dirumuskan dalam kebijakan pengendalian
kependudukan di Kota Batam, yaitu isu pendidikan, pengelolaan transportasi darat dalam
Kota, isu pengelolaan sampah dan isu ketersediaan air bersih.
Tahap harmonisasi kebijakan pengendalian kependudukan dilakukan dengan pendekatan
materiil dan formil. Pendekatan materiil dijabarkan melalui upaya penyeseuaian atau
penyelaran keempat isu atau permasalahan utama yang akan dituangkan dalam
kebijakan pengendalian kependudukan di Kota Batam terhadap kebijakan lainnya.
Pendekatan formil diterapkan secara bertingkat, yaitu melakukan pengharmonisasian di
tingkat internal, dan melakukan pengharmonisasian di tingkat antar lembaha hukum.
Pernyataan Isu/Masalah
Masalah pengendalian penduduk menjadi isu utama dan strategis dalam lingkup
nasional. Pengendalian penduduk wajib dilakukan bilamana penduduk disuatu wilayah
bertambah banyak dan tidak memiliki kualitas yang memadai, sebab laju pertumbuhan
penduduk yang tidak dibarengi dengan kualitas maka akan menjadi ancaman terhadap
pembangunan.

Laju pertumbuhan penduduk di Ko-ta Batam akan menjadi ancaman layaknya Badai
Krisis yang akan melanda penduduk. Badai krisis tersebut dapat berupa krisis
sumberdaya manusia yang berkualitas, krisis kondisi lingkungan yang sehat dan bersih,
krisis air bersih dan krisis daya tampung lingkungan.
Oleh karena itu, melalui policy brief ini, terdapat tiga isu atau permasalahan
kependudukan yang sangat krusial bagi Kota Batam yang harus dikendalikan. Isu/
masalah tersebut adalah: (1) Isu pendidikan; (2) Isu pengelolaan transportasi darat
dalam kota; dan (3) Isu ketersediaan air bersih.
Latar Belakang Masalah
Kota Batam adalah salah satu kota yang berada di Propinsi Kepulauan Riau, dan terletak
di wilayah pengembangan segitiga Singapura - Johor - Riau (SIJORI) yang merupakan
kawasan yang secara khusus dikembangkan untuk industri, alih kapal, dan pariwisata.
Sedikitnya terdapat 26 kawasan industri di Kota Batam. Artinya, Batam memiliki pusatpusat kegiatan ekonomi yang potensial.
Bila dibandingkan dengan wilayah di kepulauan perkembangan jumlah pen-duduk di
Kota Batam jauh lebih banyak. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Kepu-lauan Riau agregat per kabupaten/kota adalah 1.685.698 orang,
atau sebesar 0,7% dari jumlah penduduk Indonesia angka agregat provinsi (237.556.363
orang). Jumlah tersebut terdiri atas 864.333 laki-laki dan 821.365 perempuan. (BPS,
2010)
Hasil SP2010 menunjukkan bahwa penyebaran penduduk Kepulauan Riau masih belum
merata. Penduduk Kepulauan Riau masih terpusat di Kota Batam, yaitu sebesar 56,34%,
sedangkan sisanya terse-bar di kabupaten/kota lainnya dengan per-sentase kurang dari
13 persen. Hasil dari Sensus Penduduk 2010 di Kepulauan Riau menunjukkan Kota
Batam sebagai daerah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu berjumlah 949.775
orang, terdiri atas 486.404 laki-laki dan 463.371 perempuan. Kemudian secara
berurutan diikuti oleh Kabupaten Karimun, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan,
Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Kepu-lauan Anambas. Kabupaten
Kepulauan A-nambas tercatat sebagai wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit
yaitu berjumlah 37.493 orang. (BPS, 2010)
Tabel 1. Distribusi Penduduk di Kepulauan Riau Tahun 2010

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

3
Sumber: Hasil SP 2010. BPS Kepri

Kepulauan Riau dengan luas wilayah (daratan) sekitar 8.256,1 kilometer persegi
(berdasar PerMendagri Tahun 2008) didiami oleh 1.685.698 orang, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kepulauan Riau adalah sekitar 205 orang per kilometer
persegi. Jumlah tersebut lebih padat jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat
kepadatan penduduk Indonesia yang men-capai 124 orang per kilometer persegi.
Kabupaten/kota yang paling padat penduduk-nya adalah Kota Tanjungpinang, yakni
sebanyak 1.222 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling jarang penduduknya
adalah Kabupaten Natuna, yakni seba-nyak 35 orang per kilometer persegi (BPS, 2010).
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kepulauan Riau menurut Kota/Kabupaten 2010

Sumber: Hasil SP 2010; BPS Kepri

Dengan adanya laju jumlah penduduk Kota Batam yang pesat, dapat menyebabkan
munculnya permasalahan sosial ekonomi, bila tidak dikendalikan oleh semua
stakeholder.
Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2000 yang telah dikeluarkan oleh BPS, bahwa
jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2000 adalah 437.358 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk di kota batam begitu pesat bila melihat angka jum-lah penduduk pada tahun
2010 hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS, yaitu: 949.775 jiwa. Berdasarkan
ca-tatan angka sementara hasil Sensus Penduduk Kota Batam tahun 2010, laju
pertumbuhan penduduk Kota Batam selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) adalah
sebesar 8,1 persen, yang berarti secara rata-rata jumlah penduduk di Kota Batam setiap
tahun bertambah sekitar 8,1 persen.
Laju pertumbuhan penduduk di Kota Batam memang sudah melampaui ang-ka proyeksi
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan olah data proyeksi pertumbuhan penduduk
dengan menggunakan alat bantu aplikasi spectrum, dapat diketahui bahwa pertumbuhan
penduduk Kota Batam dengan angka jumlah penduduk pada ta-hun 2010 (data hasil
sensus penduduk ta-hun 2010) adalah sebagai berikut:

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Batam Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Sumber: BPS Kepri 2010

Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Batam 944.285 jiwa. Dari
data ini kemudian dirancang proyeksi pertumbuhan pendu-duk sampai dengan 2020,
dengan tingkat pertumbuhan sebagai berikut:
Gambar 1. Piramida Penduduk Kota Batam Tahun 2010

Berdasarkan hasil olah data proyeksi penduduk Kota Batam dari tahun 2010 2020,
maka dapat diketahui laju pertumbuhan penduduk pertahun sebagai-mana tabel
dibawah ini:

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Batam Pertahun dari 2010 hingga 2020

Proyeksi pertumbuhan tersebut dirancangan berdasarkan asumsi TFR Kota Batam pada
tahun 2010 3,17 dan ditargetkan menurun menjadi 2,3 pada tahun 2020. Sehingga tabel
7 di atas menunjukkan trend laju pertumbuhan penduduk yang menurun. Secara garis
besar dalam skala 5 tahunan, maka penduduk Kota Batam diproyeksikan bertambah
sebagaima-na tabel dibawah ini:
Tabel 5. Total Jumlah Penduduk Kota Batam 2010-2020 perlima tahun

Dari tabel di atas, dapat diketahui terjadi peningkatan jumlah penduduk meskipun trend
laju pertumbuhan penduduk-nya menurun. Bila ditinjau secara berkala lima tahunan,
maka jumlah penduduk Kota Batam akan bertambah sebesar 2,25% dari total jumlah
penduduk Kota Batam di tahun 2010. Berikut ini adalah gambar proyeksi piramida
penduduk tahun 2015:
Gambar 2. Proyeksi Piramida Penduduk Kota Batam tahun 2015

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Yang menarik untuk dicermati dari sajian gambar 6 di atas adalah bahwa pertumbuhan
penduduk usia 04 meningkat secara signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pada tahun 2015 akan terjadi letakan jumlah bayi di Kota Batam. Proyeksi
pertumbuhan penduduk pada tahun 2015 ini didasarkan pada asumsi TFR 2,6 dan angka
migrasi 90.000 jiwa serta angka harapan hidup 71 tahun.
Fenomena ledakan jumlah bayi yang diproyeksikan ini mesti harus dires-pon dengan
aktif oleh pemerintah Kota Batam. Sebab pada lima tahun berikutnya yaitu tahun 2020,
penduduk Kota Batam dengan struktur usia 5-9 tahun akan meningkat secara signifikan.
Hal ini akan membawa dampak pada ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan.
Berikut adalah gambar proyeksi piramida penduduk Kota Batam tahun 2020:
Gambar 3. Proyeksi Piramida Penduduk Kota Batam tahun 2020

Trend laju pertumbuhan penduduk Kota Batam pada setiap elemen golongan usia dalam
perhitungan proyeksi ini perlu disikapi oleh pemerintah kota batam secara serius. Sebab
hal ini akan berdampak secara luas terhadap aspek pendidikan dan sosial
ketenagakerjaan masyarakat Kota Batam pada masa yang akan datang. Dampak konkrit
yang akan dirasakan berkaitan dengan aspek pendidikan adalah ketersediaan dan daya
tampung sarana dan infrastruktur pendukung seperti kelas dan gedung sekolah. Selain
itu juga hal ini akan menuntut ketersediaan tenaga pendi-dik yang memadai dengan
disertai kualitas yang profesional dan proporsional.
Bila kita mengacu pada data hasil sensus penduduk 2010 untuk Kota Batam khususnya
mengenai penduduk berumur 5 tahun ke atas yang masih sekolah, maka kita akan
mendapatkan data perbandingan yang sangat mengesankan bahwa ternyata masih
banyak penduduk Kota Batam yang tidak dapat merasakan bangku pendidikan
khususnya pendidikan dasar. Data hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa
penduduk Kota Batam berumur 5 tahun ke atas yang masih sekolah berjumlah 147.062
jiwa dengan asumsi bahwa jumlah tersebut meliputi penduduk yang masih sekolah baik
tingkat dasar (SD, SMP/MTs, SMA/MA/SMK) maupun tingkat tinggi (Perguruan
Tinggi/Akademi).

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Sementara bila kita tinjau berdasarkan golongan umur penduduk Kota Ba-tam yang
masih sekolah (khususnya yang berusia di atas 5 tahun) maka dapat kita ketahui bahwa
penduduk yang masih se-kolah dalam kategori pendidikan dasar ha-nya berjumlah
136.765 jiwa.
Angka penduduk yang masih seko-lah di atas kemudian dibandingkan dengan jumlah
penduduk kota batam yang beru-mur 5 24 tahun, maka secara kasar da-pat diketahui
bahwa 191.628 jiwa (57% dari total jumlah penduduk usia 5 24 ta-hun) yang belum
pernah sekolah.
Tabel 6. Perbandingan Jumlah Penduduk Usia 5 24 tahun dengan Jumlah Penduduk
Usia 5 24 yang masih sekolah di Kota Batam Tahun 2010

Sumber: Olah data dari hasil SP 2010 Kota Batam 2010; BPS Kepri

Padahal, bila mengacu pada data proyeksi perkembangan pendidikan untuk sekolah
dasar (SD) di Kota Batam, dapat di ketahui bahwa pada tahun 2015, jumlah siswa
sekolah dasar yang ada di Kota Ba-tam dapat mencapai 131.550 siswa de-ngan asumsi
usia anak pertama kali masuk sekolah SD adalah 7 tahun dan masa wa-jib belajar di SD
adalah 6 tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2015 adalah
99,15%. Jumlah ini a-kan meningkat lagi pada tahun 2020 yaitu sebanyak 172.090 Siswa
yang akan me-nempuh sekolah dasar (SD), dengan asumsi usia anak pertama kali masuk
se-kolah SD adalah 7 tahun dan masa wajib belajar di SD adalah 6 tahun dengan rata-rata
angka partisipasi sekolah pada tahun 2020 adalah 100%.
Tabel 7. Proyeksi Jumlah Siswa SD di Kota Batam perlima tahun dari 2010-2020

Proyeksi jumlah siswa SD tersebut akan membutuhkan 366 sekolah (bangunan) dengan
asumsi per sekolah memiliki 359 siswa. Dan membutuhkan sebanyak 3850 tenaga

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

pendidik dengan asumsi 34 siswa per tenaga pendidik. Dan jumlah ini akan meningkat
lagi pada tahun 2020, ya-itu setidaknya dibutuhkan 344 sekolah dengan asumsi per
sekolah memiliki 500 siswa. Dan membutuhkan sebanyak 5740 tenaga pendidik dengan
asumsi 30 siswa per tenaga pendidik.
Tabel 8. Proyeksi Jumlah Sekolah SD dan Guru SD yang dibutuhkan di Kota Batam
perlima tahun dari 2010-2020

Hal yang sama juga terjadi pada level pendidikan sekolah menengah pertama dan atas.
Data proyeksi pendidikan sekolah menengah untuk tahun 2015 menunjukkan bahwa
Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota Batam sebanyak 74.160 di tahun 2015 dengan
asumsi usia anak pertama kali masuk sekolah SD adalah 13 tahun dan masa wajib belajar
di SD adalah 6 tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2015 adalah
92,89%. Angka tersebut meningkat jauh bila dibandingkan dengan data proyeksi
pendidikan sekolah menengah di tahun 2020. Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota
Batam pada tahun 2020 akan berjumlah 124.870 siswa dengan asumsi usia anak
pertama kali masuk sekolah SD adalah 13 tahun dan masa wajib belajar di SD adalah 6
tahun dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada tahun 2020 adalah 100%.

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Tabel 9. Proyeksi Jumlah Siswa SMP/MTs dan SMA/MA di Kota Batam perlima
tahun dari 2010-2020

Pada tahun 2015, Kota Batam membutuhkan 222 sekolah (bangunan) dengan asumsi per
sekolah menengah memiliki 359 siswa, dan membutuhkan sebanyak 3250 tenaga
pendidik dengan asumsi 22 siswa per tenaga pendidik. Sedangkan ditahun 2020, Kota
Batam membutuhkan 499 sekolah dengan asumsi per sekolah menengah memiliki 250
siswa, dan mem-butuhkan sebanyak 6240 tenaga pendidik dengan asumsi 20 siswa per
tenaga pendidik.
Tabel 10. Proyeksi Jumlah Sekolah Menengah dan Guru Sekolah Menengah yang
dibutuhkan di Kota Batam perlima tahun dari 2010-2020

Konsekuensi logis dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah adalah
meningkatnya kepadatan kota. Efek dari kepadatan ini adalah salah satunya kemacetan.
Kota Batam merupakan salah satu kota dengan sistem transportasi darat yang belum
memadai, meskipun sarana infrastruktur jalan bisa dikatakan memadai. Namun
demikian, jumlah penduduk Kota Batam yang semakin banyak memaksa respon
pemerintah Kota Batam untuk mengambil kebijakan pengendalian kepen-dudukan
dalam aspek transportasi darat
Setiap tahun jumlah kendaraan ba-ru di Kota Batam tumbuh 5-7 persen, sementara
panjang jalan cuma bertambah 0,1 persen. Pada tahun 2007 lalu, kendaraan bermotor
yang beredar di Kota Batam mencapai sekitar 204.000 unit, dan 80.000 unit di antaranya

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

10

berjeniskan kendaraan beroda dua (sepeda motor). Sisanya adalah kendaraan roda
empat (mobil pribadi, minibus, carry, truk, bus pariwisata dan trailer).
Sementara data Samsat Polda Kepri, setiap tahun sejak 2007 hingga November 2010,
kendaraan roda dua maupun roda empat bertambah sekitar 12 ribu unit. Itu artinya
setiap bulan sekitar 600 unit kendaraan baru terdaftar di Samsat atau sekitar 30-an unit
per hari. Total kendaraan bermotor yang beredar terhitung 2007 sampai November
2010 dan terdaftar di Samsat mencapai sekitar 236.000 unit.
Sementara itu bila dibandingkan dengan ketersediaan jalan, maka menurut data dari
pemerintah Kota Batam bahwa sampai dengan keadaan akhir tahun 2009 tercatat
panjang jalan yang ada 1.087,78 Km. Sarana jalan yang ada pada tahun 2009 tercatat
851,24 km dalam keadaaan baik, 156,51 km kondisi sedang, 55,59 km kondisi rusak dan
dalam kondisi rusak berat 24,44 km. Laju pertumbuhan kenda-raan dan jalan yang tidak
sebanding ini da-pat menimbulkan persoalan transportasi darat yang sangat serius jika
tidak segera dilakukan pengendalian.
Selain masalah pendidikan dan transportasi darat, Kota Batam juga teran-cam oleh
ketersediaan air bersih, mengingat kebutuhan air bersih masyarakat Kota Batam
bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada kenyataannya saat ini
kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam rata-rata mencapai 4.138 liter/detik dengan
kebutuhan maksimum hariannya sebesar 4.750 liter/detik. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih penduduk Kota Batam hingga tahun 2014 rata-rata mencapai 8.395
liter/detik dengan kebutuhan maksimum hariannya sebesar 9.235 liter/detik.
Tabel 11. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan
Industri DAS Batam Tahun 2007 2025

Kepentingan Organisasi terhadap Isu


Sudah menjadi tanggung jawab BKKBN dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
dalam merespon permasalahan terkini dan memprediksi dampak kemungkinan yang
akan terjadi dari fenomena kependudukan di Kota Batam.
Sebagaimana yang diharapkan adalah terbitnya kebijakan pengendalian kependudukan
yang harmonis di Kota Batam, maka keterlibatan seluruh stakeholder dalam

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

11

memberikan sumbangsih pemikiran terhadap permasalahan kependudukan kepada


pemerintah menjadi suatu yang mutlak.
Namun demikian, BKKBN dan Pusat studi kependudukan berkepentingan besar dalam
hal merespon permasalahan kependudukan mengingat hal ini sudah menjadi amanat UU
no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
yang pada akhirnya ingin meraih tujuan membangun masyarakat yang tumbuh seimbang
secara kuantitas dan kualitas agar dapat menjadi penopang pembangunan bangsa dan
negara.
Kebijakan saat ini dan sebelumnya yang terkait dengan masalah/isu
Sejauh ini, kebijakan terkait dengan masalah pengendalian kependudukan di Kota Batam
tertuang dalam peraturan daerah nomor 8 tahun 2009 tentang penyelenggaraan
administrasi kependudukan di Kota Batam. Ketentuan mengenai pengendalian
kependudukan dalam peraturan tersebut terkesan hanya diarahkan pada pendataan
yang tujuannya ingin membatasi hak seseorang untuk masuk ke wilayah Batam. Padahal,
penulis lebih cenderung memahami pengendalian kependudukan secara komprehensif,
yaitu tidak hanya penekanannya pada pembatasan laju pertumbuhan penduduk, namun
lebih dipahami sebagai upaya mengontrol pertumbuhan penduduk agar dapat
ditingkatkan kualitasnya secara proporsional sesuai jumlah pertumbuhan penduduk.
Oleh kare-nanya, kebijakan pengendalian penduduk tidak diarahkan pada pembatasan
seseorang untuk datang masuk ke suatu wilayah tertentu karena akan bertentangan
dengan HAM, namun kebijakan tersebut harus lebih responsif untuk mengontrol
kebutuhan apa saja yang harus dipersiapkan dan diwujudkan secara proporsional.
Opsi Kebijakan
Kebijakan pengendalian kependudukan dapat dirumuskan dalam bentuk:
1.

Peraturan Daerah tentang pengendalian kependudukan di Kota Batam

2.

Peraturan Walikota Batam

Manfaat dan kelemahan dari setiap opsi kebijakan


Masing-masing opsi kebijakan yang ditawarkan memiliki manfaat dan kelemahan. Untuk
opsi pertama, manfaatnya terletak pada kekuatan mengikat secara hukum dan wujud
komitmen dari pemerintah Kota Batam, oleh karenanya pelaksanaan pengendalian
kependudukan lebih terfokus. Dari segi anggaran, beban pelaksanaan pengendalian
kependudukan akan langsung dibebankan ke APBD. Namun demikian, biaya
perancangan kebijakan peraturan daerah tentang pengendalian kependudukan ini akan
menghabiskan da-na yang tidak sedikit.
Sedangkan manfaat dari opsi kebijakan kedua adalah bahwa hal-hal teknis terkait
pengendalian kependudukan akan lebih jelas bila dirumuskan dalam peraturan walikota.
Namun demikian, opsi kebijakan ini akan lemah dalam pelaksanaannya.

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

12

Pilihan Opsi Kebijakan yang disarankan


Kebijakan pengendalian kependu-dukan di Kota Batam idealnya dirumuskan dalam
peraturan daerah tentang pengen-dalian kependudukan yang memuat permasalahan
prioritas sebagaimana yang tertuang pada penjelasan di atas.
Referensi
Badan Pusat Statistik. Data Agregat Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi Kepulauan
Riau Perkota/kabupaten. (2010)
Batam Dalam Angka 2010. Pemerintah Kota Batam
http://mardiya.wordpress.com/2009/08/19/harganas-momentum-strategismembangun-keluarga-kecil-bahagia-sejahtera/
http://rino14.blogspot.com/2010/08/teori-kependudukan-dihubungkan-dengan.html
http://www.haluankepri.com/tajuk/12109-batam-kekurangan-1039-ruang-kelas.html
http://www.unrika.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50
http://www.haluankepri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6438:p
otret-transportasi-kota-batam-1&catid=52:insert&Itemid=73
http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8175:
sampah-menumpuk-di-batam&catid=6:riau-a-kepri&Itemid=73
Laporan Dokumen Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Batam, (Batam: PT.
Multimera Harapan, 2007)
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam, 2004.
www.batam.go.id
www.batamkota.go.id

Policy Brief ini ditulis oleh Abudurrahman Alfaqiih, peneliti pada


Pusat Studi Kebijakan Kependudukan Universitas Internasional Batam
Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Policy Brief ini disampaikan pada acara Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan - BKKBN di Hotel Horison Bekasi, 16-18 Desember 2011.

Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Anda mungkin juga menyukai