Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF: PERANG

MELAWAN TB DENGAN
WAWANCARA MENDASAR
UPAYA MENINGKATKAN CAKUPANPENEMUAN KASUS SUSPEK TB DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERARA

(Berdasar data capain SPM Puskesmas Terara 2018 dan 2019)


Maizar Rahman, Dedy Supriadi, H. Sahlan, Bq. Nurhayani

ABSTRAK: policy brief ini bertujuan untuk meningkatkan angka penemuan kasus suspect tb
hanya dengan mengubah cara wawancara. hasil penelitian mengungkapkan bahwa angka penemuan
kasus suspect tb meningkat di wilayah kerja puskesmas terara setelah cara wawancara dasar di ubah.
“apakah anda batuk 2minggu?” menjadi “apakah anda batuk berulang?”

FOKUS: MARI TINGKATKAN CAKUPAN PENEMUAN KASUS SUSPEK TB

JANGAN TANYA APAKAH ANDA BATUK 2 MINGGU?


TANYAKAN APAKAH ANDA BATUK BERULANG?

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara sejak
tahun 1995. Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1
juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun. Angka
ini mungkin lebih besar, namun belum bisa diungkap. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
angka capaian suspek TB. Capaian suspek TB sangat diperlukan dalam meningkatkan angka pasien
TB. Jika pasien TB banyak ditemukan, maka semakinj banyak masyarakat yang diobati sehingga
angka penyebaran, angka kesakitan dlam jangka panjang akan menurun.
Berdasarkan Permenkes 67 tahun 2016 tentang penanggulangan TB, gejala TB meliputi batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Gejala TB ini terutama gejala utama yaitu batuk lebih dari 2 minggu menyita perhatian karena
gejala tersebut sangat jarang ditemukan. Penyebabnya adalah ketersediaan layanan dan akses
kesehatan yang semakin mudah ditemukan. Masyarakat cenderung untuk segera berobat ketika
keluhan sangat awal dirasakan atau kurang dari 2 minggu sehingga petugas tidak akan memasukkan
sebagai suspek TB. Dampaknya adalah rendahnya angka capaian suspek TB.
Revisi gejala utama TB sangat diperlukan untuk meluruskan paradigma petugas kesehatan dan
masyarakat luas dalam membantu penemuan kasus suspek TB. Gejala utama yang dimaksud adalah
batuk lebih dari 2 minggu yang sudah tersebar dimasayarakat di revisi menjadi batuk berulang. Jadi
tujuan dari policy brief ini adalah meningkatkan angka capaian suspek TB yang berarti memperbesar
peluang penemuan cakupan pasien TB sehingga cakupan berobat semakin besar dan tujuan akhirnya
adalah mengurangi angka kesakitan dan penularan TB dalam jangka panjang.

PENDEKATAN

Policy brief ini diangkat berdasarkan perbaikan hasil penemuan kasus suspek TB di
Puskesmas Terara tahun 2019 dibandingkan tahun 2018. Puskesmas melakukan sosialisasi
satu gejala TB pada petugas Pustu/ Polindes dan lintas sektoral diakhir tahun 2018. Gejala
TB tersebut adalah batuk. Mengubah pertanyaan dari apakah batuk lebih dari 2 minggu
menjadi apakah batuk berulang. Batuk berulang adalah batuk dalam satu bulan lebih dari
sekali dengan atau tanpa pengobatan walaupun itu jarang tanpa memandang sebabnya
Setiap petugas Pustu/ Polindes harus mengubah paradigma tentang TB yang harus batuk
lebih dari 2 minggu menjadi batuk berulang, hal ini disebabkan karena upaya kuratif dan
akses ke fasilitas kesehatan yang ada sudah lumayan baik sehingg masyrakat jarang yang
membiarkan diri mereka sakit sampai lebih dari 2 minggu. Keluhan batuk 2 sampai 3 hari
cepat diobati dan membaik dalam minggu pertama, namun akan berulang pada minggu ke
tiga atau lainnya sehingga pertanyaan batuk selama 2 minggu disangkal masyrakat.
Paradigma ini tidak hanya diperuntukkn bagi petugas kesehatan Puskesmas Terara, namun
juga bagi lintas sektor seperti kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala dusun, kepala
desa, polmas, babinsa, sampai tingkat kecamatan.

HASIL

Hasil capain suspek TB tahun 2018 dibandingkan tahun 2019 seperti pada grafik dibawah.

Grafik capaian suspek tb


1104
1200

1000
782
800 target
capaian
600 458

400 269

200

0
2018 2019
Berdasarkan grafik capaian suspek TB diatas, telah terjadi kenaikan capaian penemuan
suspek TB pada tahun 2019 dibandingkan capaian tahun 2018. Pada tahun 2018, capaian
suspek TB sebesar 269 dan meningkat pada tahun 2019 menjadi 458. Hal ini terjadi karena
sejak hasil evaluasi capaian program diakhir tahun 2018, program TB dijadikan sebagai
prioritas masalah. Tindak lanjutnya adalah memunculkan inovasi – inovasi dalam penemuan
kasus suspek TB. Satu bentuk inovasi yang diterapkan adalah dengan mengubah paradigma
petugas kesehatan dari pertanyaan apakah anda batuk lebih dari 2 minggu menjadi apakah
anda batuk berulang?. Selain dengan mengubah paradigma, langkah lain seperti sosialisasi
ke petugas dan lintas sektoral tentang paradigma tersebut juga harus dilakukan. Sosialisasi
tersebut juga dijadikan agenda wajib setiap petugas dalam setiap pertemuan, misalkan
sebelum penyampaian materi saat apel pagi, petugas wajib menyampaikan tentang
sosialisasi apakah anda batuk berulang. Hal serupa juga terjadi saat pertemuan luar gedung
seperti posyandu, musrenbangdes, maupun setiap pertemuan yang menghadirkan
pembicara dari pihak Puskesmas wajib menyampaikan sosialisasi apakah anda batuk
berulang sebelum menyampaikan materi lain. Tindakan selanjutnya adalah pemeriksaan
dahak dari setiap kasus suspek TB. Berikut capaian hasil penemuan kasus positif TB tahun
2018 dan 2019

capaian kasus TB

100
90
80 62
70 52 capaian kasus TB
60
50
40
30
20
10
0
2018 2019

Berdasarkan grafik tersebut didapatkan bahwa terjadi peningkatan kasus penemuan pasien
positif TB yaitu dari 52 orang pada tahun 2018 menjadi 62 pada tahun 2019. Peningkatan ini
terjadi salah satunya karena jumlah suspek yang meningkat. Jumlah suspek yang meningkat
terjadi karena perubahan paradigma, apakah anda batuk lebih dari 2 minggu menjadi
apakah anda batuk berulang?

MARI UBAH PARADIGMA!!


APAKAH ANDA BATUK
APAKAH ANDA BATUK LEBIH 2 BERULANG?
MINGGU?
SUMBER

1. Permenkes 67 tahun 2016 tentang penanggulangan TB


2. data spm puskesmas terara tahun 2018 dan 2019

KESIMPULAN

Terjadi peningkatan capaian suspek tb di wilayah puskesmas terara pada tahun 2019 dibandingkan
tahun 2018. peningkatan tersebut terjadi karena program tb dijadikan prioritas masalah tahun 2019.
beberapainovasi yang muncul salah satunya adalah mengubah pertanyaan apakah anda batuk lebih
dari 2 minggu menjadi apakah anda batuk berulang. haltersebut disosialisasikan ke seluruh elemen
baik dalam maupun luar puskesmas dan dijadikan ungkapan pembuka dalam setiap kesempatan.

REKOMENDASI

1. DITUJUKAN UNTUK DOKTER/ BIDAN/ PERAWAT PRAKTIK SWASTA DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS TERARA AGAR MENGIKUTI HAL YANG DILAKUKAN OLEH PUSKESMAS TERARA
YAITU MENGGANTI WAWANCARA DARI APAKAH ANDA BATUK LEBIH DARI 2 MINGGU
MENJADI APAKAH ANDA BATUK BERULANG. SETIAPPASIEN DENGAN BATUK BERULANG
HARAP DIKOMUNIKASIKAN DENGAN PIHAK PUSKESMAS UNTUK PENANGANAN LEBIH
LANJUT
2. DITUJUKAN UNTUK KECAMATAN TERARA AGAR MENGGAUNGKAN PERTANYAAN APAKAH
ANDA BATUK LEBIH DARI 2 MINGGU MENJADI APAKAH ANDA BATUK BERULANG KE SETIAP
JAJARAN MULAI DARI INTERNAL KECAMATAN HINGGA KADUS DAN MENGAPLIKASIKANNYA
DALAM SETIAP PERTEMUAN BAIK INTERNAL MAUPUN EKSTERNAL
3. DITUJUKAN UNTUK DINAS KESEHATAN KABUPATEN AGAR DAPAT MENGUNDANG PIHAK
PUSKESMAS TERARA UNTUK MEMPRESENTASIKAN CAPAIAN DAN STRATEGI CAPAIANNYA
UNTUK DIJADIKAN CONTOH BAGI PUSKESMAS LAIN
4. DITUJUKAN KEPADA ORGANISASI PROFESI AGAR DAPAT MENGKAJI ULANG GEJALA TB PARU
5. DITUJUKAN UNTUK KEMENTRIAN KESEHATAN AGAR MELAKUKAN PENGKAJIAN TERHADAP
GEJALA UTAMA TB YAITU BATUK LEBIH DARI 2 MINGGU MENJADI BATUK BERULANG
SEHINGGA BISA MEREVISI PERMENKES 67TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai