Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan nasional
dapat berjalan dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran demokrasi dan
mengacu pada prinsip-prinsip penting yang tidak boleh diabaikan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah kebersaman, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
nasional. Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efesien dan bersasaran,
diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan yang matang.

Perencanaan sangat bermanfaat dalam mengurangi ketidakpastian serta


perubahan dimasa datang, mengarah semua aktivitas pada pencapaian visi dan
misi organisasi, serta sebagai wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan atau
kegagalan kinerja suatu organisasi. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam konteks perencanaan
pembangunan pemerintah maka penyusunannya terutama berpedoman pada UU
No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sementara itu, penganggaran merupakan suatu proses untuk menyusun


sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah DPR serta ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus
kewajiban untuk menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah
merupakan wujud perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman
pelaksanaan tugas kenegaraan selama satu tahun. Anggaran merupakan rencana
keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia,
material dan sumber daya lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sistem Perencanaan Pemerintah Pusat?
2. Bagaimna Sistem Penganggaran Pemerintah Pusat?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Sistem Perencananaan Pemerintah Pusat.
2. Untuk mengetahui Sistem Penganggaran Pemerintah Pusat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Perencanaan Pemerintah Pusat


Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dasar
hukum sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah yaitu:
 Undang- undang no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara.
 Undang- undang no 25 tahun 2004 tentang sistem pembangunan
perencanaan nasional (SPPN).
 Undang- undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
 Undang- undang no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat
dan daerah.
 Undang-undang no 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka
panjang nasional (RPJPN) 2005-2025.
 PP NO 20 tahun 2004 tentang rencana kerja pemerintah.
 PP NO 21 tahun 2004 tentang rencana kerja dan anggaran
kementrian/lembaga yang direvisi menjadi peraturan pemerintah no 90
tahun 2010.
 PP NO 39 tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan.
 PP NO 40 tahun 2006 tentang tata cara penyusunan rencana pembangunan
nasional.
 PP NO 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antar
pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota.
 PP NO 8 tahun 2008 tentang tahapan tata cara penyusunan, pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah.
 Peraturan menteri dalam negeri no 54 no tahun 2010 tentang pelaksanaan
peraturan pemerintah no 8 tahun 2008.

3
 Peraturan presiden no 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan “suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia”. Sistem perencanaan
pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara
dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.

Rencana kerja terdiri beberapa komponen utama antara lain:


a. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dengan jangka waktu 20 tahun.
Proses penyusunan RPJP dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
seluruh unsur pelaku pembangunan. Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4
tahap, yaitu:
 Penyiapan rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna
mendapatkan gambaran awal dari visi, misi, dan arah
pembangunan nasional.
 Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka
panjang yang dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan/stakeholder
terhadap rancangan RPJP.
 Penyusunan rancangan akhir RPJP, seluruh masukan dan
komitmen hasil musrenbang menjadi masukan utama
penyempurnaan rancangan.
 Penetapan UU tentang RPJP di bawah koordinasi BAPPENAS
yang betanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
hukum. Rancangan akhir RPJP beserta lampirannya disampakan
kepada DPR sebagai inisiatif pemerintah untuk di proses lebih
lanjut menjadi UU tentang RPJP nasional .

4
b. Jangka menengah dalam bentuk rencana pembangunan jangka menengah
(RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun.
a) Penyiapan rancangan awal RPJM Nasional oleh BAPPENAS
sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan
perencanaan pembangunan secara nasional.
b) Penyiapan rancangan rencana strategis Kementrian/Lembaga
(rancangan renstra K/L), yang dilakukan oleh seluruh kementrian
dan lembaga. Penyusunan rancangan restra ini bertujuan untuk
merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan program dan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi
kementrian/lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala
negara terpilih.
c) Penyusunan rencana RPJM Nasional oleh kementrian
perencanaan. Tahap ini merupakan upaya perintegrasian rencana
awal RPJM Nasional dengan rancangan renstra K/L yang
menghasilkan rancangan RPJM Nasional.
d) Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(musrenbang) jangka menengah nasional. Kegiatan yang
dilaksanakan paling lambat 2 bulan setelah presiden dilantik ini
dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan komitmen
dari seluruh pemangku kepentingan (stockholders) atau rencana
TPJM Nasional.
e) Penyusunan rancangan akhir RPJM Nasional, dimana seluruh
masukan dan komitmen hasil musrenbang jangka menengah
nasional menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan
RPJM Nasional.
f) Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, dibawah
koordinasi kementrian yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.

5
c. Jangka pendek dalam bentuk rencana kerja pemerintah (RKP)
dengan periode tahunan (1 tahun).
Rencana pembangunan jangka tahunan adalah perencanaan yang
meliputi periode satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai rencana
kerja pemerintah dan merupakan penjabaran dari RPJM Nasional.
Selain RKP, pada tingkat kementrian/lembaga disusun Rencana Kerja
Kementrian/lembaga (Renja/KL). Renja-KL yang telah ada lebih dulu
dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional. Penyusunan
Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan RKP
karena keduanya saling terkait. Adapun penyusunan RKP adalah
sebagai berikut:
 Penyiapan rencana awal RKP sebagai penjabaran RPJM
Nasional.
 Penyiapan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP.
 BAPPENAS mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP
dengan menggunakan rancangan Renja-KL.
 Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).
 Penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil
musrenbang, dan
 Penetapan RKP dalam bentuk peraturan presiden yang menjadi
pedoman dalam menyusun anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga
(RKAKL).

A. Proses Perencanaan
a. Pendekatan politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.

6
b. Proses Teknokratik: Menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas
untuk itu.
c. Partisipatif: Dilaksakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
antara lain melalui Musrenbang.
d. Proses top-down dan buttom-up: Dilakukan menurut jenjang
pemerintahan.

B. Asas Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


a. Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.
b. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah,
terpadu, dan tanggap terhadap perubahan.
c. SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan
negara: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukuan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

C. Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


a. Mendukung koordinasi antar-pelaku pembangunan.
b. Menjamin terciptanya integritasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-
daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun
antar pusat dan daerah.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif,
efiensien dan berkeadilan dan berkelanjutan.

Perencanaan bukan merupakan aktivitas individual, orientasi masa kini,


rutinitas trial and error, utopis dan terbatas pada pembuatan rencana tetapi

7
merupakan bersifat publik, berorientasi masa depan, strategis, deliberate,
dan terhubung pada tindakan. Perencanaan diperlukan karena:

1. Adanya kegagalan pasar. Perencanaan mucul disebabkan oleh


ketidakmampuan mekanisme harga dalam meningkatkan
pertumbuhan, efisiensi dan keadilan. Semakin sulit atau semakin
banyak masalah yang menghambat pembangunan, semakin
diperlukan adanya kebijakan yang mengarah pada intervensi
pemerintah, dan semakin besar kebutuhan akan perencanaan.
2. Isu mobilisasi dan alokasi sumber daya. Dengan keterbatasan sumber
daya, maka SD (tenaga kerja, SDA, kapital) sebaiknya tidak
digunakan unutk kegiatan yang tidak produktif atau bersifat coba-
coba. Proyek/investasi harus ditentukan secara cermat, dengan tujuan
pencatatan secara keseluruhan.
3. Dampak psikologis dan dampak tehadap sikap/pendirian. Pernyataan
tentang tujuan pembangunan ekonomi dan sosial seringkali
mempunyai dampak psikologis dan penerimaan yang berbeda antara
satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain.
Dengan memperoleh dukungan dari berbagai kelompok masyarakat,
dari kelompok/kelas/suku bangsa/agama yang berbeda, diharapkan
tujuan pembanguan lebih mudah tercapai.
4. Bantuan luar negeri. Bantuan dari negara donor akan berpeluang lebih
besar, jika diserti dengan rencana kegiatan yang rasional, dan dapat
meyakinkan bahwa dana yang diterima akan digunakan untuk
kegiatan yang bemanfaat.

D. Sifat Perencanaan
a. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat
bersifat nasional, sektoral dan spasial.
b. Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau
komprehensif dan parsial.
c. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan
tingkat daerah.

8
d. Dari jangka waktunya, perencanan dapat bersifat jangka panjang,
menengah, atau jangka pendek.
e. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas
kebawah (top down), dari bawah keatas (button up), atau kedua-
duanya.
f. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi kedepannya,
perencanaan dapat indikatif atau perskriptif.
g. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif,
inovatif, dan radial.

E. Fungsi Perencanaan
Fungsi atau manfaat perencanan yaitu sebagai penuntun arah,
minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi efisisensi sumber daya, dan
penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Adapaun syarat
perencanaan harus memiliki, mengetahuai, dan memperhitungkan:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioriatas untuk mewujudkannya (yang
mencermikan pemilihan dari berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Masalah-masalah yang dihadapi.
5. Modal dan sumber daya yang akan digunakan serta
pengalokasiannya.
6. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksanaannya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.

Terdapat kendala perencanaan dan penganggaran secara umum dan


spesifik. Kendala umumnya, yaitu:

1. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi sehingga


tidak tepat sasaran.

9
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan
proses politik dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi
dokumen penganggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat.
4. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian.
5. Lemahnya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Ketergantungan pada sumber dana dari donor dan lembaga
internasional.

Permasalahan spesifik dalam perencanaan dan penganggaran adalah:

1. Permasalahan yang tekait dengan struktur program dan kegiatan


perencanaan dan penganggaran.
2. Permasalahan yang terkait dengan tidak sinerginya perencanaan
pusat, perencanaan sektoral dan daerah.
3. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu
diperhatikan.

Tantangan perencanaan dan pembangunan:

1. Menghadapi dinamika perubahan serta kompleksitas permasalahan


pembangunaan nasional tersebut maka SPPN ditunutun untuk
mampu.
2. Mengalokasikan sumber daya pembangunan kedalam kegiatan-
kegiatan melalui kelembagaan dan konteks untuk mencapai masa
depan yang diinginkan.
3. Fleksibel dangan orizon perencanaan yang ditetapkan sehingga tidak
terlalu kaku dengan penerapan konsep pembangunan jangka pendek,
menengah, dan panjang.
4. Memperluas dan mendiseminasikan kemampuan perencanaan
keseluruh lapisan masyarakat.

F. Musyawarah Perencanaan Pembangunaan (Musrenbang)


Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan tersebut
memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh

10
pelaku pembangunan, melalui suatu forum yang disebut sebagai
Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang. Jadi
Musrenbang adalah:
1. Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan
nasional dan rencana pembanguan daerah.
2. Forum pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana
pembangunan daerah dimulai dari tingkat desa/kelurahan,
kecamatan, forum SKPD, kabupaten/kota, provinsi, dan regional
sampai tingkat nasional.
3. Diikuti oleh unsur-unsur penyelenggaraan negara dengan mengikut
sertakan masyarakat.

Jenis Musrenbang 2007, dibagi kedalam bagian/tahapan penyelenggaran


proses Musrenbang:

1. Musrenbang Desa/Keleruhan
2. Musrenbang Kecamatan
3. Forum SKPD Kabupaten/Kota
4. Musrenbang Kabupaten/Kota
5. Pasca Musrenbang Kabupaten/Kota
6. Forum SKPD Provinsi
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus)
8. Musrenbang Provinsi
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang Nasional

11
SIKLUS SITEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT

UU NO. 25 Tahun 2004 UU NO. 17 Tahun 2003

12
2.2 Sistem Penganggaran Pemerintah Pusat

A. Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupan suatu instrumen penting didalam manajemen
karena merupakan bagian penting dari manajemen. Di dunia bisnis
maupun di organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran
merupakan bagian dari aktifitas penting yang dilakukan secara runtin.
Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat beberapa prinsip
penganggaran yang perlu dicermati, yaitu:
1. Transparasi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut
aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan pikiran yang teratur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapat, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasar merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak tersedia
anggarannya dalam APBD/APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerinttah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya
secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada
hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.

13
4. Efisiensi dan Efektifitas Kinerja
Penyusuan anggaran hendakanya dilakukan berdasarkan asas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu pelaksnaan, dan penggunaannya dapat di
pertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan kesejahteraan
maksimal untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun dengan Pendekatann Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu menggutamakan
upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau
lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja disetiap organisasi kerja
yang terkait.

Dalam pasal 3 UUD 1945, disebutkan bahwa “majelis permusyawaratan


rakyat menetapkan UUD dan garis-garis besar haluan negara (GBHN)”.
GBHN adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam garis-
garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat. Untuk menjabarkan
garis-garis besar haluan negeri ini, disusunlah rencana pembangunan 5
tahun REPELITA. Dengan demikian, sasaran yang tercantum dalam
REPELITA, selalu mengacu pada sasaran GBHN.

Dalam pelaksanaannya, disusun antara lain anggaran pendapatan dan


belanja negara (APBN) sebagai rencana operasional tahunan yang
menjabarkan sasaran REPELITA. Untuk menjembatani sasaran
REPELITA dengan APBN, disusun sasaran PELITA tahunan (SERLITA)
sebagai dokumen yang diacu untuk menyusun sasaran APBN. Dengan
demikian antara GBHN, REPELITA, SERLITA, dan APBN saling
berkaitan satu sama lain.

14
Untuk mencapai sasaran REPELITA, dibutuhkan sejumlah dana yang
berasal dari:
1. Tabungan pemerintah
2. Bantuan luar negeri (bantuan proyek)
3. Dana masyarakat

Pendekatan penyususnan anggaran menjadi acuan bagi pemangku


kepentingan bidang penganggaran dalam merancang dan menyusun
anggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri
dari:

1. Penganggaran Terpadu (unifield budget)

Pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan


mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
dilingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai
dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis
belanja. Dengan pengintegrasian tersebut diharapkan keterpaduan
proses perencanaan dan penganggaran dapat dilaksanakan dan
menghindari terjadinya duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L
baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya
operasional. Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga
diharapkaan dapat mewujudkan satuan kerja sebagai satu-satunya
entitas akuntansi yang bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban
yang dimilikinya, serta adanya akun (pendapatan dan/atau belanja)
yang seragam untuk satu transaksi sehingga dipastikan tidak ada
duplikasi dalam penggunaannya.

Mulai penyususunan tahun 2011, penyusunan RKA-K/AL


menggunakan hasil restrukturisasi program/kegitan dalam kaitannya
dengan klasifikasi anggaran menurut program dan kegiatan, serta
penataan bagian anggaran dan satker untuk pengelolaan anggaran
dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi.

15
2. Penganggaran berbasis Kinerja (performance based budgeting)
Pendekatan penganggaran ini dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran
tersebut. Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK antara
lain:
 Pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and
outcome oriented);
 Pengalokasin anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-
fungsi unit kerja yang diletakkan pada struktur organisasi (Money
follow function);
 Terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages).

Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan maka PBK


menggunakan instrumen sebagai berikut:

 Indikator kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk


mengukur kinerja.
 Standar biaya, adalah satuan biaya yang diterapkan baik berupa
standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran sebagai
acuan perhitungan kebutuhan anggaran.
 Evaluasi kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian sasaran
kinerja, konsistensi perencanaan dan implementasi, serta realisasi
penyerapan anggaran.

Perumusan hasil pada program dan keluaran pada kegiatan dalam


penerapan PBK merupkan hal penting disamping perumusan indikator
kinerja program/kegiatan. Rumusan Indikator kerja ini
menggambarkan tanda-tanda keberhasilan program/kegiatan yang telah
dilaksanakan beserta output/outcme yang diharapkan. Indikator kerja
inilah yang akan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan baik pada

16
tingkat program atau kegiatan dalam penerapan PBK dapat dilihat dari
sisi:

 Masukan (input): untuk melaporkan jumlah sumber daya yang


digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan atau program.

 Keluaran (output): untuk melaporkan unit barang/jasa yang


dihasilkan suatu kegiatan atau program.

 Hasil (outcome): untuk melaporkan hasil (termasuk kualitas


pelayanan) suatu program atau kegiatan.

3. Kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term


expenditure fromework)

Pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan


pengambilan keputusan yang menimbulakan implikasi anggaran
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

B. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)


Sistem anggaran belanja negara di Indonesia, dibagi menjadi dua bagian,
yaitu;
1. Sistem penerimaan, terdiri dari:
 Penerimaan dalam negeri
 Penerimaan pembangunan
2. Sisi pengeluaran terdiri:
 Pengeluaran rutin
 Pengeluaran pembangunan

Menurut GBHN, Indonesia menganut sistem anggaran berimbang yang


dinamis, artinya pengeluaran negara sama dengan penerimaannya.

17
C. Penyusunan RKA-KL dan APBN
Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan RENJA-KL
yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi dengan
mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta
prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan
tahap dimulainya mengaitkan rencana kerja dengan jumlah anggaran yang
tersedia dan persiapan untuk menyusun RKA-KL. Selanjutnya RENJA
dimaksud ditelaah oleh BAPPENAS berkoordinasi dengan Menteri
Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendanaan dan pengkodean.
Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum
fiskal dan RPK antara pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan
menerbitkan SE tentang pagu sementara bagi masing-masing program
pada K/L pada pertengahan bulan Juni. Pagu sementara ini merupakan
dasar bagi K/L untuk menyesuaikan rencana kerja mereka menjadi RKA-
KL yang dirinci perkegiatan untuk setiap unit kerja yang ada di K/L/
selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan
komisi DPR.
RKA-KL hasil pembahasan akan diserahkan kepada Menteri
perencanaan untuk ditelaah. Penelaahan dilakukan oleh Menteri
perencanaan untuk kesesuaianya dengan RKP dan oleh MenKue untuk
kesesuaiannya dengan pagu sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga
konsistensi penganggaran dengan perencanaan dan prioritas pembangunan
nasional serta tidak melampaui pagu.
Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun
seluruh RKA hasil telaah untuk dijadikan bahan menyusun rancangan
APBN dan nota keuangan. Tahap ini dilakukan oleh MenKeu dan
hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.
Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus
sampai dengan Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini,
DPR mempunyai hak budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam
hal DPR tidak setuju dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah,

18
DPR dapat mengajukan usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR
tidak berwenang untuk mengubah dan mengajukkan usulan RAPBN.
Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah
APBN tahun sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai
dengan organisasi, fungsi, program/kegiatan, dan jenis belanja. Dengan
APBN yang demikian berarti DPR telah menghasilkan otorisasi kepada
kementerian negara/lembaga untuk melaksanakan program/kegiatan
dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN yang telah disetujui oleh
DPR dan disahkan presiden menjadi UU APBN dan selanjutanya dimuat
dalam lembaran negara. UU APBN dilengkapi dengan rincian APBN
yang dituangkan dalam peraturan presiden tentang rincian APBN.

19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan sangat bermanfaat untuk
dijadikan sebagai pengendalian atau untuk mengukur kinerja baik keberhasilan
ataupun kegagalan kinerja suatu entitas. Perencanaan dapat dijadikan tolak ukur
untuk menetukan tindakan dimasa depan.
Perencanaan harus disusun sesuai dengan undang-undang yang
mengaturnya yang telah membagi perencanaan dalam beberapa komponen agar
dapat mewujudkan efiseinsi dan efektifitas tujuan entitas. Selain itu, tindak lanjut
dari sebuah perencanaan adalah penganggaran. Anggaran merupakan instrumen
penting dalam sebuah organisasi sektor publik.
Penyusunan anggaran berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Penganggaran
yang efektif akan menentukan hasil akhir yang baik sehingga penyususnaan
anggaran harus disusun dengan prinsip-prinsip penganggaran sesuai dengan
standar yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/241427785/Sistem-Perencanaan-Dan-Penganggaran
http://www.scribd.com/doc/227568381/Sistem-Perencanaan-Dan-Penganggaran-
Pemerintah-Pusat

21

Anda mungkin juga menyukai