PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sistem Perencanaan Pemerintah Pusat?
2. Bagaimna Sistem Penganggaran Pemerintah Pusat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Peraturan presiden no 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan “suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia”. Sistem perencanaan
pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara
dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.
4
b. Jangka menengah dalam bentuk rencana pembangunan jangka menengah
(RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun.
a) Penyiapan rancangan awal RPJM Nasional oleh BAPPENAS
sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan
perencanaan pembangunan secara nasional.
b) Penyiapan rancangan rencana strategis Kementrian/Lembaga
(rancangan renstra K/L), yang dilakukan oleh seluruh kementrian
dan lembaga. Penyusunan rancangan restra ini bertujuan untuk
merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan program dan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi
kementrian/lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala
negara terpilih.
c) Penyusunan rencana RPJM Nasional oleh kementrian
perencanaan. Tahap ini merupakan upaya perintegrasian rencana
awal RPJM Nasional dengan rancangan renstra K/L yang
menghasilkan rancangan RPJM Nasional.
d) Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(musrenbang) jangka menengah nasional. Kegiatan yang
dilaksanakan paling lambat 2 bulan setelah presiden dilantik ini
dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan komitmen
dari seluruh pemangku kepentingan (stockholders) atau rencana
TPJM Nasional.
e) Penyusunan rancangan akhir RPJM Nasional, dimana seluruh
masukan dan komitmen hasil musrenbang jangka menengah
nasional menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan
RPJM Nasional.
f) Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, dibawah
koordinasi kementrian yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
5
c. Jangka pendek dalam bentuk rencana kerja pemerintah (RKP)
dengan periode tahunan (1 tahun).
Rencana pembangunan jangka tahunan adalah perencanaan yang
meliputi periode satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai rencana
kerja pemerintah dan merupakan penjabaran dari RPJM Nasional.
Selain RKP, pada tingkat kementrian/lembaga disusun Rencana Kerja
Kementrian/lembaga (Renja/KL). Renja-KL yang telah ada lebih dulu
dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional. Penyusunan
Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan RKP
karena keduanya saling terkait. Adapun penyusunan RKP adalah
sebagai berikut:
Penyiapan rencana awal RKP sebagai penjabaran RPJM
Nasional.
Penyiapan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP.
BAPPENAS mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP
dengan menggunakan rancangan Renja-KL.
Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).
Penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil
musrenbang, dan
Penetapan RKP dalam bentuk peraturan presiden yang menjadi
pedoman dalam menyusun anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga
(RKAKL).
A. Proses Perencanaan
a. Pendekatan politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.
6
b. Proses Teknokratik: Menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas
untuk itu.
c. Partisipatif: Dilaksakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
antara lain melalui Musrenbang.
d. Proses top-down dan buttom-up: Dilakukan menurut jenjang
pemerintahan.
7
merupakan bersifat publik, berorientasi masa depan, strategis, deliberate,
dan terhubung pada tindakan. Perencanaan diperlukan karena:
D. Sifat Perencanaan
a. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat
bersifat nasional, sektoral dan spasial.
b. Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau
komprehensif dan parsial.
c. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan
tingkat daerah.
8
d. Dari jangka waktunya, perencanan dapat bersifat jangka panjang,
menengah, atau jangka pendek.
e. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas
kebawah (top down), dari bawah keatas (button up), atau kedua-
duanya.
f. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi kedepannya,
perencanaan dapat indikatif atau perskriptif.
g. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif,
inovatif, dan radial.
E. Fungsi Perencanaan
Fungsi atau manfaat perencanan yaitu sebagai penuntun arah,
minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi efisisensi sumber daya, dan
penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Adapaun syarat
perencanaan harus memiliki, mengetahuai, dan memperhitungkan:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioriatas untuk mewujudkannya (yang
mencermikan pemilihan dari berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Masalah-masalah yang dihadapi.
5. Modal dan sumber daya yang akan digunakan serta
pengalokasiannya.
6. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksanaannya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
9
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan
proses politik dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi
dokumen penganggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat.
4. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian.
5. Lemahnya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Ketergantungan pada sumber dana dari donor dan lembaga
internasional.
10
pelaku pembangunan, melalui suatu forum yang disebut sebagai
Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang. Jadi
Musrenbang adalah:
1. Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan
nasional dan rencana pembanguan daerah.
2. Forum pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana
pembangunan daerah dimulai dari tingkat desa/kelurahan,
kecamatan, forum SKPD, kabupaten/kota, provinsi, dan regional
sampai tingkat nasional.
3. Diikuti oleh unsur-unsur penyelenggaraan negara dengan mengikut
sertakan masyarakat.
1. Musrenbang Desa/Keleruhan
2. Musrenbang Kecamatan
3. Forum SKPD Kabupaten/Kota
4. Musrenbang Kabupaten/Kota
5. Pasca Musrenbang Kabupaten/Kota
6. Forum SKPD Provinsi
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus)
8. Musrenbang Provinsi
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang Nasional
11
SIKLUS SITEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT
12
2.2 Sistem Penganggaran Pemerintah Pusat
A. Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupan suatu instrumen penting didalam manajemen
karena merupakan bagian penting dari manajemen. Di dunia bisnis
maupun di organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran
merupakan bagian dari aktifitas penting yang dilakukan secara runtin.
Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat beberapa prinsip
penganggaran yang perlu dicermati, yaitu:
1. Transparasi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut
aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan pikiran yang teratur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapat, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasar merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak tersedia
anggarannya dalam APBD/APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerinttah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya
secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada
hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.
13
4. Efisiensi dan Efektifitas Kinerja
Penyusuan anggaran hendakanya dilakukan berdasarkan asas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu pelaksnaan, dan penggunaannya dapat di
pertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan kesejahteraan
maksimal untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun dengan Pendekatann Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu menggutamakan
upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau
lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja disetiap organisasi kerja
yang terkait.
14
Untuk mencapai sasaran REPELITA, dibutuhkan sejumlah dana yang
berasal dari:
1. Tabungan pemerintah
2. Bantuan luar negeri (bantuan proyek)
3. Dana masyarakat
15
2. Penganggaran berbasis Kinerja (performance based budgeting)
Pendekatan penganggaran ini dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran
tersebut. Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK antara
lain:
Pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and
outcome oriented);
Pengalokasin anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-
fungsi unit kerja yang diletakkan pada struktur organisasi (Money
follow function);
Terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages).
16
tingkat program atau kegiatan dalam penerapan PBK dapat dilihat dari
sisi:
17
C. Penyusunan RKA-KL dan APBN
Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan RENJA-KL
yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi dengan
mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta
prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan
tahap dimulainya mengaitkan rencana kerja dengan jumlah anggaran yang
tersedia dan persiapan untuk menyusun RKA-KL. Selanjutnya RENJA
dimaksud ditelaah oleh BAPPENAS berkoordinasi dengan Menteri
Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendanaan dan pengkodean.
Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum
fiskal dan RPK antara pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan
menerbitkan SE tentang pagu sementara bagi masing-masing program
pada K/L pada pertengahan bulan Juni. Pagu sementara ini merupakan
dasar bagi K/L untuk menyesuaikan rencana kerja mereka menjadi RKA-
KL yang dirinci perkegiatan untuk setiap unit kerja yang ada di K/L/
selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan
komisi DPR.
RKA-KL hasil pembahasan akan diserahkan kepada Menteri
perencanaan untuk ditelaah. Penelaahan dilakukan oleh Menteri
perencanaan untuk kesesuaianya dengan RKP dan oleh MenKue untuk
kesesuaiannya dengan pagu sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga
konsistensi penganggaran dengan perencanaan dan prioritas pembangunan
nasional serta tidak melampaui pagu.
Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun
seluruh RKA hasil telaah untuk dijadikan bahan menyusun rancangan
APBN dan nota keuangan. Tahap ini dilakukan oleh MenKeu dan
hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.
Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus
sampai dengan Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini,
DPR mempunyai hak budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam
hal DPR tidak setuju dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah,
18
DPR dapat mengajukan usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR
tidak berwenang untuk mengubah dan mengajukkan usulan RAPBN.
Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah
APBN tahun sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai
dengan organisasi, fungsi, program/kegiatan, dan jenis belanja. Dengan
APBN yang demikian berarti DPR telah menghasilkan otorisasi kepada
kementerian negara/lembaga untuk melaksanakan program/kegiatan
dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN yang telah disetujui oleh
DPR dan disahkan presiden menjadi UU APBN dan selanjutanya dimuat
dalam lembaran negara. UU APBN dilengkapi dengan rincian APBN
yang dituangkan dalam peraturan presiden tentang rincian APBN.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan sangat bermanfaat untuk
dijadikan sebagai pengendalian atau untuk mengukur kinerja baik keberhasilan
ataupun kegagalan kinerja suatu entitas. Perencanaan dapat dijadikan tolak ukur
untuk menetukan tindakan dimasa depan.
Perencanaan harus disusun sesuai dengan undang-undang yang
mengaturnya yang telah membagi perencanaan dalam beberapa komponen agar
dapat mewujudkan efiseinsi dan efektifitas tujuan entitas. Selain itu, tindak lanjut
dari sebuah perencanaan adalah penganggaran. Anggaran merupakan instrumen
penting dalam sebuah organisasi sektor publik.
Penyusunan anggaran berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Penganggaran
yang efektif akan menentukan hasil akhir yang baik sehingga penyususnaan
anggaran harus disusun dengan prinsip-prinsip penganggaran sesuai dengan
standar yang berlaku.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/241427785/Sistem-Perencanaan-Dan-Penganggaran
http://www.scribd.com/doc/227568381/Sistem-Perencanaan-Dan-Penganggaran-
Pemerintah-Pusat
21