Anda di halaman 1dari 47

Akuntans' B•a.

va

Bab V
Kegagalan Produksi

alam kegiatan proses produksi. perusahaan harus selalu siap


menerima risiko Yang akan selalu terjadi. Oleh karena itu. perusahaan
harus mampu menyusun rencana kegiatan proses produksi secara baik
dan teratur serta sistematis. "Sebagai langkah awal dalam program
perbaikan kualitas, perusahaan menyusun laporan biaya kualitas yang
memberikan sebuah perkiraan adanya konsekuensi keuangan dari tingkat
cacat produk yang ada di perusahaan. Laporan biaya kualitas
menguraikan biaya pencegahan, biaya penilaian. dan biaya kegagalan
internal dan eksternal yang timbul dari tingkat kecacatan produk dan jasa
Yang dihasilkan Oleh perusahaan saat ini. Manajer sering kali terkejut
dengan besarnya biaya-biaya ini."

Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan


dapat lebih mudah dinilai dengan menampilkan biaya-biaya kualitas,
berikut sebagai persentase dari penjualan aktual. Sebagai contoh
melaporkan biaya kualitas yang bersifat umurn, Mengacu pada prinsip
Yang berlaku umum, bahwa biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5
persen. Perusahaan memiliki
Akuntansi Biaya

kesempatan vang baik untuk meningkatkan laba dengan mengurangi biaya


kualitas. Akan tetapi, tentu saja pengurangan biaya ini seharusnya melalui
perbaikan kualitas.

Laporan biaya kualitas memiliki beberapa kegunaan. Pertama,


informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat keuntungan
finansial dari cacat. Para manajer biasanya tidak sadar dengan besarnya
biaya kualitas mereka karena biaya-biaya ini melintasi batas departemen
dan tidak dapat ditelusuri dan diakumulasi secara normal oleh sistem
biaya. Maka dari itu, ketika pertama kali disajikan dengan laporan biaya
kualitas, para manajer sering kali terkejut dengan jumlah biaya yang
diakibatkan oleh kualitas yang buruk.

Kedua, informasi biaya kualitas membantu para manajer


mengidentifikasikan pentingnya masalah-masalah kualitas yang
dihadapi perusahaan. Ketiga, informasi biaya kualitas membantu para
manajer melihat apakah biaya-biaya kualitas di perusahaan mereka
didistribusikan secara tidak baik. Umumnya, biaya-biaya kualitas
seharusnya lebih didistribusikan ke arah aktivitas-aktivitas pencegahan
dan penilaian dan kurang diarahkan ke kegagalan.

Manajemen mutu merupakan pendekatan tingkat perusahaan


atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu di
semua proses dan aktivitas. TQM telah menjadi filosofi yang mengakar
dan suatu cara menjalankan bisnis yang berlaku atas semua area
fungsional perusahaan dan seluruh karyawan.

Proses produksi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan tidak


akan terlepas dari proses perencanaan dan pengendalian produksi.
Namun, adakalanya produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan
dan cenderung mengalami kegagalan produksi. Hal itu selalu ada. TQM
atau Total Quality Management diperlukan, sehingga produk yang
dihasilkan akan lebih baik. Karakteristik TQM di antaranya sebagai
berikut:
perusahaan atas semua akăvitas bisnisnva adalah untuk
melayani pelanggan (pembeli dan orang lingkungan perusahaan).
Karyawan diharuskan mengidentifikasikan pelanggan dan
menentukan kebutuhan serta prioritas pelanggan melalui proses
interaksi dengan mereka.

Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu,


harus dapat memberi arahan dan memotivasi karyawan akan
pentingnya perbaikan mutu.

Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu.


Karyawan harus aktif mencari cara guna memperbaiki mutu dari
proses-proses di bawah kendali masing.masing.

perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasikan masalah


mutu, mengembangkan solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan
mutu. Umumnya, sistem terdiri atas pengaturan kelompok
karyawan dalam tim mutu atau lingkaran mutu yang bertemu
secara teratur ułtuk mendiskusikan masalah mutu. Kelompok
karvawan ini terdiri atas karyawan dari berbagai area fungsional
vang berbeda, sekaligus karyawan yang menggunakan produk dan
vang memproduksi.

Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan


terus-menerus serta pengakuan atas pencapaian. Manusia
merupakan aset paling berharga vang merencanakan, mendesain,
dan mengatur. Karyawan vang terlatih baik dan memiliki motivasi
tinggi merupakan hal terpenting dalam perbaikan mutu.
Pendekatan terbaik untuk perbaikan mutu adalah
berkonsentrasi pada pencegahan, yaitu mencari penyebab
pemborosan dan in-efisiensi, laiu mengembangkan rencana sistematis
untuk menghilangkan penyebab itu. Pendekatan mutu didasarkan
pada keyakinan bahwa dengan meningkatkan biaya pencegahan, akan
lebih sedikit produk rusak vang dihasilkan dan
biaya mutu total akan menurun. Pendekatan ini mulai pada desain
produk sampai ke seluruh proses produksi. Produk harus memenuhi
kebutuhan fungsional pelanggan. dan dapat diandalkan serta tahan lama.

Produk harus didesaîn agar mudah diproduksi secara efisien.


Selain pencegahan. juga diperlukan penilaian (inspeksi) untuk mencari
produk cacat melalui pendekatan vang dinamis, seperti menggunakan
pengendalian proses secara statistik untuk memonitor mutu produk dan
mengurangi variabilitasnya. Perbaikan mutu harus merupakan proses
terus-menerus dari sedikit perbaikan di sana-sini. Perbaikan mutu
berkelanjutan atau terus. menerus perlu usaha konstan setiap orang
dalam perusahaan.

Mutu meningkat sejalan waktu, Proses perbaikan vang


berkelanjutan tidak pernah berakhir dan tidak pernah menjadi semakin
mudah. Inti konsep perbaikan mutu berkelanjutan adalah gagasan bahwa
kondisi ideal bukanlah sesuatu vang absolut vang dapat diketahui. Țapi,
kondisi itu berubah akibat usaha terus-menerus dari individu vang bekerja
sama memperbaiki produk.

Ada lima aktivitas pokok dalam perbaikan berkesinambungan, yaitu


sebagai berikut:

l. Komunikasi. Berguna memberi informasi sebelum, selama, dan


sesudah perbaikan. Komunikasi antara anggota tim, maupun antara
tim dalam perusahaan.
2. Memperbaiki kesalahan yang nyata. Perlu penelitian
untukidentifikasi permasalahan dan mengatasinya. Penting
sekali menerapkan PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang dikenal
sebagai siklus deming.

3. Memandang ke hulu. Mencari sebab masalah menggunakan


alat yang dapat memisahkan penyebab dan gejala, yaitu
diagram sebab akibat.
4. Dokumentasi masalah dan kemajuan. Agar memudahkan
pemecahan masalah yang sama di masa datang.

5. Memantau perubahan. Untuk memastikan telah dilakukan


perbaikan secara tuntas.

A. Spoilage, Rework, dan Scrap

1. Spoilage (Barang Cacat)

Spoilage adalah barang cacat, berbeda dengan bahan


baku sisa. Barang cacat adalah barang atau unit yang selesai atau
setengah selesai, namun dalam beberapa hal tertentu ada cacat
di sana. Barang cacat dari aspek teknis tidak dapat diperbaiki
atau dapat diperbaiki, namun secara ekonomis tidaklah
menguntungkan. Pencatatan untuk barang cacat sangat
ditentukan pada penyebab dari kecacatannya, yaitu disebabkan
oleh pelanggan.

Biaya kecacatan menjadi tanggung jawab pelanggan dan


dimasukkan ke dalam akun persediaan barang cacat. Wujud dari
tanggung jawab pelanggan adalah berupa nilai pembelian yang
lebih besar dari yang seharusnya.

Pengertian lain menyebutkan spoilage adalah satuan


produksi, baik penuh atau sebagian selesai yang tidak memenuhi
spesifikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan untuk unit yang baik
dan yang dibuang atau dijual dengan harga berkurang. Beberapa
contoh pembusukan adalah kemeja rusak, celana jeans, sepatu,
dan karpet dijual sebagai "detik", atau kaleng aluminium cacat
dijual ke produsen aluminium untuk hasil peleburan untuk
menghasilkan produk aluminium lainnya.
Barang cacat adalah unit selesai atau separuh selesai. narnun cacat dalam hal tertentu.

Barang cacat tidak dapat diperbaiki (teknis maupun ekonomis). Barang cacat yang disebabkan

pelanggan; misal pelanggan mengubah spesifikasi setelah produksi dimulai atau keharusan

memproduksi dalam toleransi sangat ketat, di antaranya berikut ini:

• Biaya untuk ini tidak boleh dianggap biaya mutu, tapi pelanggan harus membayarnya.

• Biava Yang tidak dapat tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke biaya

pesanan. Jadi, nilai Sisa barang cacat dikeluarkan dari biaya pesanan. Tapi, Sisa biaya yang

tidak tertutup Oleh nilai Sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan.

Barang cacat Yang disebabkan oleh kegagalan internal, misal karena kecerobohan
karyawan atau usangnya mesin. Maka, proses pencatatan barang cacat, seperti di bawah ini:

• Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke

pengendali Overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen.


• Jika biayanya cukup besar, sehingga mendistorsi biaya produksi Yang dilaporkan,

sebaiknya dilaporkan terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi.

• Semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya ditentukan dan
dikeluarkan dari kartu biaya pesanan dan akun "barang dalam proses" di buku besar.

• Jika barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut harus disimpan
sebagai persediaan sebesar nilai sisanya. Selisihnya yang tidak tertutup Oleh nilai Sisa

sebaiknya dibebankan ke pengendalian overhead pabrik. Buku pembantu overhead


pabrik
untuk biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacatsebaiknya disimpan untuk laporan periodik ke manajemen.

Bila barang cacat dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya harus disesuaikan

dengan memasukkan biaya barang cacat ke dalam overhead total. Sebelum tarif yang ditentukan sebelumnya dihitung, biaya Yang tidak

tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya diestimasi dan dimasukkan dalam total anggaran Overhead pabrik untuk periode itu.

Pendekatan ini meningkatkan tarif yang ditentukan sebelumnya untuk periode itu, yang pada akhirnya meningkatkan biaya Overhead

yang dibebankan ke setiap produk.


Rework adalah unit produksi yang tidak memenuhi spesifikasi
yang dibutuhkan oleh customers, tapi yang kemudian diperbaiki
dan dijual sebagai unit selesai baik. Sebagai contoh, cacat unit
produk (seperti pager, komputer, dan telepon) terdeteksi selama
atau setelah proses produksi. Tetapi sebelum unit dikirim ke
pelanggan, kadangkadang bisa diulang dan dijual sebagai produk
yang baik.

Menurut businessdictionary.com, biaya pengerjaan ulang


adalah biaya standar atau aktual yang dihabiskan untuk
memperbaiki pekerjaan cacat. Mengolah biaya adalah biaya yang
tidak perlu dan tambahan, yang memengaruhi biaya operasional
secara keseluruhan. Mengolah dalam proses produksi mengacu
pada penciptaan produk tambahan, ketika sejumlah item dari
produksi awal ternyata rusak atau di bawah standar.

Rework yang terjadi karena kesalahan yang berulang bisa


mempengaruhi waktu pelaksanaan produksi karena akan
mengakibatkan keterlambatan. Di samping itu, barang yang
diproduksi dari kesalahan pengerjaan akan terbuang percuma dan
tidak bermanfaat (biaya tak terduga). Oleh sebab itu, teliti dan
konsisten dalam proses pemeriksaan produk sangat penting agar
dapat meminimalkan lolosnya produk cacat yang akhirnya bisa
menurunkan biaya rework. Selain itu, perlu kiranya mengambil
serangkaian langkah untuk melacak biaya rework dan
menentukan hubungan yang lemah dalam proses produksi.
Langkah-langkahnya di antaranya sebagai berikut:

• Tentukan tahap individual dari proses produksi secara


rinci. Catat tindakan yang terjadi setiap tahap, seperti
lukisan vas atau menambahkan kaki dari action figure.
Juga, memiliki gambaran yang jelas tentang fitur produk
ketika keluar tahap produksi. Ini akan membantu Anda
menentukan tahap di mana kesalahan produksi yang
terjadi.
• Tentukan biaya harian produksi, menyimpulkan biaya bahan
baku Yang digunakan, upah pekerja, dan pemeliharaan mesin.
Bagilah biaya produksi harian Oleh jumlah produk yang dibuat
dalam satu hari untuk mengetahui biaya produksi per unit. Anda
memerlukan informasi ini untuk menentukan uang terbuang
pada produk rusak.

• Kumpulkan produk rusak dalam dua kolam renang: daerah yang


berbeda di pabrik. Satu kolam (pool A) harus berisi produk yang
rusak dengan kesalahan kecil, yang bisa masuk /oop ulang,
diperbaiki, dan dikirim kembali ke jalur produksi. Sementara
kolam Iain (pool B) harus terdiri dari produk yang sama sekali
tidak berguna, hanya bisa dibuang. Produk poo/ B tidak dapat
dikerjakan ulang, sehingga perlu membuang atau mendaur ulang
mereka.

• Kalikan jumlah kolam renang produk A dengan biaya produksi


per unit untuk menentukan jumlah kehilangan uang yang Anda
derita karena produk rusak. Produk harus tetap di kolam renang
selama 24 jam. Sehingga, Anda dapat merekam jumlah mereka
dan biaya finansial, sebelum mereka memasuki loop ulang.

• Simpan catatan sehari-hari jumlah rework dan biaya mereka.


Anda bisa menggunakan perangkat lunak spreadsheet, seperti
Microsoft Excel atau OpenOffice Calc. untuk tugas ini. Karena
biaya bahan baku atau upah pekerja berfluktuasi, biaya rework
dapat berubah, bahkan jika jumlah rework tetap stabil.

• Periksa kesalahan produk sebelum mereka memasuki loop


ulang. Sehingga, ketika keluar dari tahap produksi, Anda
dapat dengan mudah mengetahui di mana harus mencari
akar penyebab kesalahan itu. Sebagai contoh, jika beberapa
botol tidak memiliki labet kembali dan Anda tahu label
kembali terpasang selama tahap 5, maka Anda tahu di mana
masalah yang paling mungkin
Rework adalah proses untuk membetulkan barang cacat.
Pengerjaan kembali yang disebabkan pelanggan, biaya pengerjaan
kembali dibebankan ke pesanan dan pelanggan harus membayarnya.
Idealnya, ditutUP Oleh peningkatan harga jual. Namun, jika pengerjaan
kembali (rework) disebabkan Oleh kegagalan internal:

• Biaya pengerjaan kembali sebaiknya dibebankan ke


pengendalian overhead pabrik dan dilaporkan secara
periodik kepada manajemen.

• Barang cacat sebaiknya dibetulkan jika biaya pengerjaan


kembali lebih kecil dari peningkatan dalam nilai realisasi
bersih yang akan dihasilkan. Jika tidak, sebaiknya dijual
begitu saja. Tapi, bagi perusahaan yang sangat menjaga mutu
dan Citra produk akan memutuskan memperbaiki barang
cacat atau memusnahkannya.

3. Scrap

Scrap adalah bahan baku sisa, terdiri atas bahan baku Sisa atau
tertinggal sewaktu pelaksanaan proses produksi dan bahan baku
cacat atau bahan baku yang rusak karena kecerobohan atau kelalaian
karyawan. Bahan baku Sisa yang mempunyai nilai ekonomis
sebaiknya disimpan dan dikumpulkan walapun tidak ada biaya yang
dibebankan ke persediaan bahan baku Sisa tersebut.

Hasil penjualan persediaan bahan baku Sisa dapat


dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara. Misalnya, sebagai
penambah penjualan, berupa penjualan bahan baku Sisa atau bahan
Sisa hasil dari manufaktur produk. Contohnya adalah panjang pendek
dari operasi kayu, tepi dari operasi Plastik molding, dan usang kain
serta akhir pemotongan dari operasi sesuai keputusan. Scrap kadang
bisa dijual dengan jumlah yang relatif kecil. Dalam arti bahwa memo
mirip dengan produk sampingan. Perbedaannya adalah bahwa memo
muncul sebagai Sisa dari manufaktur proses dan bukan merupakan
produk yang ditargetkan untuk pembuatan atau penjualan Oleh
perusahaan.
Bahan baku sisa terdiri dari bahan-bahan berikut:

• Serbuk atau sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses.


• Bahan baku cacat tidak dapat digunakan maupun diretur ke
pemasok. • Bagian rusak akibat kecerobohan karyawan atau
kegagalan mesin.

Meskipun kadang tidak mudah menentukan atau membebankan


biaya bahan baku sisa, tapi catatan jumlah bahan baku sisa sebaiknya
disimpan. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu
dan dianalisis untuk menentukan apakah terjadi karena penggunaan
bahan baku yang tidak efisien dan bagaimana menghilangkannya.
Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa yang tidak
signifikan dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, seperti
berikut:

• Jum/ah yang diakumulasikan di "penjualan bahan baku sisa" ditutup


ke ikhtisar laba rugi dan ditampilkan di laporan laba rugi sebagai
"penjualan bahan baku sisa" atau "pendapatan Iain-lain". Jurnalnya
sebagai berikut:
Kas/piutang RP xxx
Penjualan bahan baku sisa/perbaikan RP
xxx
• Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke "harga pokok
penjualan", sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke
"pendapatan penjualan" untuk periode itu. Sehingga,
meningkatkan laba periode itu. Jurnalnya sebagai berikut:
Kas/piutang RP xxx
Harga pokok penjualan RP
xxx
. Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke pengendali
overhead Pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik
untuk periode itu. Jurnalnya sebagai berikut:
Kas/piutang RP xxx
Pengendalian overhead pabrik RP
xxx
• jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke pesanan
individual, jumlah realisasi penjualan bahan baku sisa dapat
diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang
dibebankan ke pesanan itu. Jurnalnya sebagai berikut:

Kas/piutang RP xxx
Barang dalam proses RP xxx

• Jika nilai bahan baku sisa teridentifikasi signifikan, maka:

Persediaan bahan baku sisa RP xxx


Barang dalam proses RP xxx

Jadi, bahan baku sisa dicatat sebagai persediaan sampai


menunggu dijual. Jika bahan baku sisa merupakan hasil bahan baku
cacat atau bagian Yang rusak, maka harus dianggap biaya kegagalan
internal yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Sebaiknya,
dilaporkan secara periodik ke manajemen agar dapat diambil tindakan
yang diperlukan untuk perbaikan mutu. Jika bahan baku bermutu
rendah dideteksi sebelum dikeluarkan ke YOduksi, sebaiknya
dikembalikan ke pemasok. Atau untuk menjaga mutu bahan baku,
sebaiknya dilakukan kerja sama dengan pemasok. Sehingga, dapat
menghilangkan biaya inspeksi bahan baku sebelum masuk ke proses
Produksi dan dengan sendirinya mengurangi biaya menjaga mutu.
B. Pengaruh Kegagalan Produksi untuk Akuntansi Biaya

Pada saat ini, tuntutan konsumen terhadap suatu produk berubah


secara dinamis. Perusahaan dituntut untuk selalu menghasilkan produk
baru demi memenuhi kebutuhan konsumen yang senantiasa berubah.
Terlambat sebentar saja, pesaing akan mengambil peluang itu dan
langsung menghujani pasar dengan produk baru. Di saat seperti itu, inovasi
produk muncul ke permukaan dan menjadi salah satu strategi yang paling
serine diterapkan, khususnya di industri yang padat teknologi.

Kemajuan teknologi yang sangat pesat pun memberi peluang


bagi perusahaan untuk menghasilkan produk-produk baru. Hasil
penelitian Cooper (2011) menunjukkan bahwa 27,5% total penjualan
disumbangkan oleh produk baru (produk yang berumur kurang dari tiga
tahun). Bahkan, di perusahaan inovatif kontribusi penjualan produk baru
bisa mencapai 38%. Walaupun produk baru merupakan suatu keharusan,
namun hanya perusahaan yang sukses melahirkan produk baru.
Penelitian Cooper juga menunjukkan bahwa hanya satu dari tujuh
konsep produk baru yang sukses hingga diluncurkan ke pasar.

Hasil penelitian Iainnya menunjukkan bahwa ada enam hal pokok


yang menyebabkan kegagalan produk baru, yaitu sebagai berikut:

• Produk baru tersebut tidak memiliki keunggulan bersaing, gagal


memuaskan kebutuhan konsumen, dan gagal membedakan diri secara
signifikan dengan produk kompetitor.

• Produk baru tersebut lemah di tahap awal pengembangan produk.


Akibatnya, perusahaan tidak memiliki informasi yang memadai
mengenai studi kelayakan pengembangan produk baru dan konsep
produk baru yang unggul.
• Produk baru tersebut kurang mendapat masukan dan wawasan dari
konsumen, sebagai akibatnya produk baru yang dihasilkan tidak
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
• spesifikasi produk tidak stabil dan lamban dalam penentuan definisl produk.
Hal ini bisa disebabkan oleh tim proyek vang kurang merniliki informasi
lengkap di awal proses, sehingga sering terpengaruh oleh

. perusahaan tidak fokus. Hal ini terjadi di antaranya karena perusahaan


tidak memperhitungkan ketersediaan sumber daya vang ada ketika
memutuskan untuk menjalankan proyek. Akibatnya, kualitas produk

• Kurangnya kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan anggota tim proyek,


sehingga menyulitkan pelaksanaan proyek pengembangan

Berdasarkan kajian terhadap produk sukses, ditemukan 15 kunci


kesuksesan pengembangan produk baru, yaitu sebagai berikut:

Produk yang unggul dan unik


Produk yang berorientasi pasar
Produk berorientasi internasional
Melaksanakan tahap prapengembangan
Memiliki konsep produk yangjelas, tajam, dan mendahului
pesaing Peluncuran produk yang terencana dan terlaksana
dengan baik Struktur organisasi proyek pengembangan produk
baru yang tepat
Dukungan oleh para pemimpin puncak
Mendayagunakan kompetensi inti dan kapabilitas perusahaan
Memilih pasar yang menarik (memiliki potensi profitabilitas tinggi)
Fokus pada proyek yang unggul
Pelaksanaan proyek dikendalikan dengan baik
Kecukupan sumber daya
Kecepatan pengembangan produk baru
Menggunakan sistem pengembangan proyek baru dengan disiplin
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, akuntansi
biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-
cara tertentu, serta penafsiran terhadapnva, Objek kegiatan akuntansi
biaya adalah biaya, termasuk memperhitungkan biaya yang diakibatkan
Oleh kegagalan produksi. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
penyajian, dan penafsiran informasi biaya dalam akuntansi biaya
tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan, Proses akuntansi biaya
dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai Iuar perusahaan.
Dalam hal ini, proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik
akuntansi keuangan. Dengan demikian, akuntansi biaya dapat merupakan
bagian dari akuntansi keuangan.

Pengembangan produk baru bukan suatu proses trial and error,


tetapi suatu proses yang harus diatur dan direncanakan dengan baik serta
didukung Oleh riset yang mumpuni. Tentunya, proses ini juga memerlukan
dukungan dan komitmen dari para pemimpin puncak serta ketersediaan
sumber daya.

Selama berlangsungnya aktivitas produksi tidak luput dari


adanya kesalahan, kelalaian, kealpaan, dan kelupaan yang bisa
menyebabkan kerugian tak terhindarkan, baik kerugian yang bersifat
materiil maupun kerugian waktu. Sebagaimana kita maklumi dalam
metode pesanan, maka kerugian Yang terjadi lebih banyak datang dari
perusahaan sendiri, bukan dari pelanggan. Pelanggan dalam hal ini
sebagai pihak Iuar dapat saja melakukan intervensi atas pekerjaan yang
sedang diselesaikan dengan berbagai macam alasan.

Pembebanan biaya karena adanya kerugian produksi amat


tergantung pada pihak mana yang menimbulkan kegagalan tersebut. Kalau
kegagalan produksi datang dari pihak luar atau pelanggan, maka biaya
dibebankan ke pelanggan. Namun, bila kegagalan datang dari dalam
perusahaan sendiri (internal), maka biayanya pun dibebankan ke
perusahaan. Mungkin Anda masih ingat mengenai produk Tara Nasiku
keluaran Unilever?

Merek ini merupakan salah satu yang gagal di pasaran. Mengapa? Tara
Nasiku kurang bisa diterima oleh pasar. Kualitas yang tidak sejalan
dengan gencarpromosi ditengarai menjadi salah satu sumber
kekecewaan konsumen. gemudian setelahnya, ada juga produk nasi
instan dari Garudafood. sukseskah? Yang jetas, produk tersebut sulit
ditemui. Kedua produk tersebut disebut-sebut sebagai produk yang gagal
di pasaran.

Tahukah Anda bahwa tingkat kegagalan produk baru mencapai 99%?


Oleh karena itu, sebenarnva terdapat banyak risiko datam sebuah
pengembangan produk baru. Risiko-risiko yang terdapat dalam pengembangan
produk baru antara lain sebagai berikut:

1. Risiko
Yaitu risiko yang terjadi karena produk yang sudah dikembangkan
ditolak atau tidak disetujui oleh pihak yang berwenang. Biasanva, risiko
ini banyak dihadapi oleh perusahaan farmasi yang mengembangkan
obat-obatan dan perusahaan makanan/minuman.

2. Risiko Pemasaran

Yaitu risiko bahwa produk tersebut gaga! di pasaran. Hal ini terjadi
karena kurang adanya pemahaman yang mendalam mengenai pasar
yang menjadi sasaran. Kemudian, bagaimana cara meminimalkan risiko
kegagalan produk baru? Caranya adalah dengan memanfaatkan riset
pemasaran. Di balik kesuksesan suatu produk terdapat pemahaman
yang baik mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen, serta
pemaharnan mengenai bagaimana produk Anda dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan baik.

Langkah dalam meminimalkan risiko kegagalan produk antara lain


adalah menguasai market understanding (pemahaman pasar), misalnya
dengan riset kualitatif, pengategorian dan segmentasi untuk mengetahui
peta persaingan dalam industri tersebut, alasan mengapa konsurnen
membeli produk tertentu, bagaimana mereka menggunakan suatu
produk, dan kebutuhan mana yang belum terpenuhi. Metode riset
yang dilakukan antara lain adalah focus group discussion, in-depth
interview, dan kunjungan langsung yang dapat membantu Anda
untuk memperoleh informasi ini. Riset kualitatif akan membantu
Anda dalam hal-hal seperti berikut:

Mengetahui pendapat/perasaan konsumen mengenai suatu produk,


pekerjaan dan gaya hidup.
Memperoleh insight mengenai konsumen yang tidak didapatkan
sebelumnya.
Memperoleh manfaat dari kreativitas konsumen.

Ketika melakukan pendekatan category assessment research,


Anda meneliti perilaku konsumen terhadap produk dan penggunaan
produk dalam suatu kategori, bagaimana konsumen mengevaluasi
merek berdasarkan atribut produk, apa yang mendorong konsumen
untuk melakukan pembelian, serta mengidentifikasi kebutuhan
konsumen dan pemenuhan kebutuhan mereka.

Kemudian, segmentasi akan membantu dalam mengidentifikasikan


target pasar. Beberapa segmen memang menawarkan potensial laba
yang lebih besar dibandingkan yang Iainnya. Segmentasi juga
membantu dalam membuat positioning produk yang tepat. Sehingga,
pemahaman pasar yang baik yang diperoleh melalui riset kualitatif,
category assessment, dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi
dapat meminimalisir risiko pemasaran

Anda mungkin juga menyukai