Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH GERMITA DAN TATA CARA IBADAH

SERTA PENJELASANNYA

Nama : Fernando Kelwulan

NIM : 77. 3080

Prodi : Theologi

Tkt/ Smtr : III / V

M. Kuliah : Liturgika

Dosen : Dr. Maria M Tonahati M.Th

Sekolah Tinggi Theologi “IKAT”

Jakarta, 2020
A. SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA GERMITA

Pujian dan syukur kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus, yang
memampukan orang-orang percaya melalui pekerjaan Roh Kudus untuk hidup,
berkarya dan berbuah bagi dunia ini demi kemuliaan Tuhan Allah, sesuai kesaksian
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. (Yer. 17:7-8; Yoh. 15:5; Fil. 1:22)
Bahwasanya Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup, Tuhan dunia dan Kepala
Gereja, yang melalui pekerjaan Roh Kudus telah menghadirkan Gereja Masehi Injili
Talaud (GERMITA) di bumi porodisa, yang merupakan bagian integral dari gereja
yang esa, kudus, am dan rasuli, yang ada di segala zaman dan tempat. (Yoh. 1:1-3 ,
14 ; Ef. 1:22, 4:15 dan Kol. 1:14 ; 2:10) Bahwasanya dalam keberadaannya sebagai
tubuh Kristus, GERMITA dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia (Mat.
5:13,14); membaharui, membangun dan mempersatukan gereja (Yoh. 17:21);
memberitakan Injil kepada segala makhluk (Mrk 16:15); serta melayani dalam kasih
demi keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, sebagai perwujudan kuasa
Kristus yang adalah Raja, Imam dan Nabi. (Luk. 4:18-21; 1 Ptr. 2:9,10) Bahwasanya
GERMITA hadir dalam lintasan sejarah Allah melalui benih injil yang ditaburkan
ditanah Porodisa sejak tanggal 1 Oktober 1859 dan telah mengalami proses
pendewasaannya, yang dimulai dengan pembentukan Gereja Masehi Injili Talaud
(GMIT) tahun 1950; Gereja Protestan Indonesia Talaud (GPIT) tahun 1951; Dewan
Djemaat Masehi Talaud (DDMT) tahun 1952; dan setelah mengalami masa
kevakuman selama kurang lebih tiga puluh tahun disuarakan kembali dalam Sidang
Sinode Lengkap (SSL) XVII tahun 1981 di Ulu Siau dan dilanjutkan dalam Sidang
Sinode Lengkap (SSL) XVIII Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) tahun
1986 di Beo; kemudian pembentukan Tim Studi Kelayakan Sinode Talaud dalam
SSL XIX GMIST tahun 1991 di Tagulandang; maka dengan kuasa dan bimbingan
Roh Kudus dalam suatu keputusan SSL XX GMIST tahun 1996 di Moronge Talaud
menyatakan pembentukan Proto Sinode Talaud dan di dalam Sidang Komisi Kerja
Proto Sinode Talaud yang pertama pada tanggal 23 Oktober 1997, dibentuklah
Sinode Gereja Masehi Injili Talaud (GERMITA). Bahwasanya dalam kehadirannya,
GERMITA selalu terbuka untuk dibaharui dan membaharui diri di dalam terang
Firman Allah (Ekklesia Reformata Semper Reformanda), dan bertekad menciptakan
masyarakat syalom di Talaud dan dunia, yang ditandai oleh keadilan, kebenaran,
kesejahteraan dan perdamaian di dalan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia. Hingga sekarang ini GERMITA terus eksis di lingkungan kehidupan
warga Talaud.

Contoh Liturgi GERMITA

Tata ibadah bentuk II

1.Persiapan:
a. Berita Jemaat:

b. Nyanyian

2. Salam dan Tahbisan

Khadim:

Sejahterlah kamu! Orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti


gunung Sion yang tidak goyah, yang tetap teguh untuk selama-lamanya

Jemaat:

Terpujilah Tuhan, megahkanlah Dia, sebab kasih-Nya hebat atas kita dan
kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya.

Khadim:

Pertolongan kepada kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit
dan bumi, yang tetap setia sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannytangan-Nya.

Jemaat:

Amin..

3. Nas Pembimbing:

4. a. Musik:

b. Nyanyian Bersama:

5. Amanat Agung:

Khadim:
Mari kita mendengar amanat Agung Tuhan Yesus seperti dalam Matius 22: 37-40."
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang terutama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi ".

Jemaat: (Berdoa masing-masing)

Khadim :
Ya Yesus Kristus Anak Domba Allah, dengarkanlah doa pengakuan kami.
Amin.

Khadim + Jemaat : Menyanyi


7. Berita Pengampunan: (Mazmur 103)

Khadim :
Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah Kasih setia. Tidak
selalu ia menuntut dan tidak selamanya Iya Mendendam. Tidak dilakukannya kepada kita setimpal
dengan dosa kita dan tidak dibalas nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi
langit diatas bumi, demikian besarnya kasih setianya atas orang-orang yang takut akan dia; Sejauh
Timur Dari Barat demikian dijauhkannya daripada kita pelanggaran kita; Seperti Bapa sayang kepada
anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 103:8-13) ;
sekalipun dosamu merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba akan menjadi putih seperti bulu domba.(Yesaya 1:18).Amin.

8. Pelayanan Firman:

9. Pengakuan Iman

10. Pelayanan Persembahan

11.Doa Syafaat

13. Nyanyian Penutup

14. Berkat

B. Unsur-unsur penting dalam liturgi GERMITA


1. Panggilan Beribadah

Panggilan beribadah menegaskan bahwa ibadah terjadi karena undangan


dari Allah, yang berinisiatif untuk berdialog dengan manusia. Panggilan
beribadah merupakan suatu peristiwa di mana umat datang dan berkumpul
dalam persekutuan bersama Allah dan sesama manusia.

2. Votum dan Salam


Votum merupakan sebuah keterangan khidmat yang membedakan ibadah
dengan pertemuan lain. Votum adalah sebuah pernyataan bahwa pertemuan
ibadah berlangsung “dalam nama Tuhan” (Kolose 3:17) atau “Allah
Tritunggal” (2 Korintus 13:14). Sekali lagi, bukan manusia yang berinisiatif
atas sebuah ibadah, melainkan Tuhan sendiri. Umat menyambut Votum
dengan mengucapkan “Amin.” Pelayan Liturgi kemudian menyampaikan
salamnya kepada umat dengan kalimat, “Damai Tuhan besertamu” atau
“Damai Tuhan beserta kita”. John Calvin (tokoh reformasi gereja abad XVI)
memulai kebaktian pemberitaan Firman dengan sebuah kutipan dari Mazmur
124:8.

3. Doa Pembukaan/Kata Pembuka


Doa pembukaan (invocation) merupakan doa permohonan kepada Tuhan
yang menghantarkan umat kepada hadirat Tuhan. Doa ini juga berisi
permohonan untuk pimpinan, tuntunan, sentuhan, serta petunjuk Tuhan.
Doa dalam Liturgi Minggu pada dasarnya adalah doa komunal (public
praying), bukan doa pribadi (personal praying). Oleh karena itu pemimpin
atau pelayan liturgi bukanlah sekadar berdoa untuk umat, tetapi memimpin
umat dalam berdoa. Doa dinaikkan dengan sederhana, namun dengan
pemilihan kata yang baik dan dapat dimengerti umat.…aku akan berdoa
dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; …
1 Korintus 14:15 TB
Kata Pembuka memuat petunjuk tentang tema yang berhubungan dengan
tahun liturgi atau penekanan khusus lainnya. Misalnya penekanan tema
Alkitab, acara-acara tertentu di gereja lokal maupun tujuan-tujuan lainnya,
atau membacakan nas pendahuluan yang diambil dari bacaan pertama atau
Mazmur tanggapan menurut panduan leksionari pada Minggu terkait.

4. Pengakuan Dosa

Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, pengakuan dosa ditandai dengan


imam yang membacakan bagian Mazmur 43. Tradisi gereja-gereja reformasi
melanjutkan pengakuan dosa dengan pengampunan di dalam ibadah.
Rumusan/teologi pengakuan dosa antara lain terdapat dalam Mazmur 25, 51,
130; Yesaya 59:12-13; 63-64; Daniel 9; Roma 7. Pengakuan dosa ini
biasanya berupa doa pengakuan dosa. Pengakuan dosa diawali dengan doa
umat yang dipimpin oleh pelayan liturgi, kemudian umat diberikan
kesempatan untuk menaikkan doa secara pribadi atau sebaliknya.

5. Berita Anugerah

Setelah doa pengakuan dosa oleh umat maka pelayan liturgi


menyampaikan pengampunan dari Allah dalam bentuk berita anugerah.
Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah dan pengampunan dosa
terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu
salib. (lihat Mazmur 103; Efesus 2:4-7; Roma 5:1-5; Yohanes 3:16)
6. Doa Pelayan Firman

Pembacaan Sabda Tuhan didahului oleh doa pelayanan Firman, yaitu


permohonan akan pertolongan Roh Kudus, agar Firman yang hidup itu dapat
dimengerti, dihayati, dan dilakukan umat dalam kehidupannya sehari-hari
(Lukas 11:28). Doa ini menjadi penting karena ia menunjukkan kesadaran
manusia akan kelemahan dan keterbatasannya untuk menerima kebenaran
Firman Tuhan.

7. Pelayanan Firman

Inti pelayanan Firman adalah kisah Allah yang berkarya di dalam dan
sepanjang sejarah dunia, hingga menuju kepada pembaharuan seluruh
ciptaan. Dalam tradisi gereja-gereja reformasi, pelayanan firman mendapat
perhatian utama di samping pelayanan sakramen. Itulah sebabnya simbol
liturgis “Alkitab yang terbuka” menjadi salah satu simbol terpenting dalam
ibadah umat.

Demikian pula prosesi atau arak-arakan Alkitab yang dibawa oleh penatua
dan diserahkan kepada pendeta pada liturgi panggilan di awal ibadah
menegaskan akan hal ini. Saat penatua menyerahkan Alkitab kepada
pendeta, tersirat makna kepercayaan yang diberikan oleh penatua sebagai
representasi Majelis Jemaat yang merupakan
penyelenggara/penanggungjawab ibadah, kepada pendeta yang bertugas.

8. Doa Syafaat

Doa syafaat (“sofetim,” bahasa Ibrani) adalah doa umat bagi pergumulan
dunia. Umat memohon pengasihan dan pemulihan Allah agar dunia yang
tercemar dapat dipulihkan, keadilan Allah ditegakkan, serta kasih-Nya
dinyatakan di tengah-tengah dunia. Teologi doa syafaat berasal dari kitab
Hakim-hakim. Hakim-hakim adalah orang-orang yang diangkat oleh Allah
untuk mengantarai hubungan yang retak antara umat Israel dengan Allah
karena penyembahan berhala. Allah yang murka, membiarkan umat Israel
ditindas bangsa-bangsa lain. Hakim-hakim adalah para juru syafaat, yang
mendamaikan manusia dengan Allah dan membebaskan umat Allah dari
penindasan bangsa-bangsa lain.

9. Pelayanan Persembahan
Pelayanan persembahan adalah pengucapan syukur umat atas karya
penebusan Kristus yang dinyatakan melalui pemberitaan Firman Tuhan.
Pelayan Liturgi juga menghimbau umat untuk tidak sekedar memberikan
materi, tetapi juga mempersembahkan diri mereka sebagai ungkapan syukur
yang sejati kepada Tuhan (Roma 12:1).

10. Pengutusan dan Berkat

Bagian ini menyatakan pengutusan terhadap umat untuk pergi dan


melayani sebagai saksi-saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Umat
diajak untuk mengarahkan hatinya kepada Tuhan, sebagai saksi-saksi Kristus
yang berkomitmen dengan tugas panggilan-Nya untuk menyatakan
pekerjaan-pekerjaan Allah di tengah dunia melalui karya umat sehari-hari.
(Matius 28:19-20, Kisah Para Rasul 1:8).

Nyanyian yang dipakai dalam ibadah

GERMITA sebagai gereja pada awalnya menggunakan Dua Sahabat


Lama, Kidung Jemaat, dan Selain itu Lagu-lagu Pop Rohani perlahan-lahan
mulai dipakai sebagai bagian yang dinyanyikan dalam ibadah.
Selanjutnya Nyanyian Kidung Baru kemudian dijadikan bagian yang
diikutsertakan dalam penyelenggaraan ibadah untuk dinyanyikan.
Perkembangan terakhir khusus untuk kreativitas penyelenggaraan ibadah,
mulai ada ibadah yang menggabungkan seluruh unsur nyanyian yang
disebutkan di atas tadi.

Anda mungkin juga menyukai