SERTA PENJELASANNYA
Prodi : Theologi
M. Kuliah : Liturgika
Jakarta, 2020
A. SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA GERMITA
Pujian dan syukur kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus, yang
memampukan orang-orang percaya melalui pekerjaan Roh Kudus untuk hidup,
berkarya dan berbuah bagi dunia ini demi kemuliaan Tuhan Allah, sesuai kesaksian
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. (Yer. 17:7-8; Yoh. 15:5; Fil. 1:22)
Bahwasanya Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup, Tuhan dunia dan Kepala
Gereja, yang melalui pekerjaan Roh Kudus telah menghadirkan Gereja Masehi Injili
Talaud (GERMITA) di bumi porodisa, yang merupakan bagian integral dari gereja
yang esa, kudus, am dan rasuli, yang ada di segala zaman dan tempat. (Yoh. 1:1-3 ,
14 ; Ef. 1:22, 4:15 dan Kol. 1:14 ; 2:10) Bahwasanya dalam keberadaannya sebagai
tubuh Kristus, GERMITA dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia (Mat.
5:13,14); membaharui, membangun dan mempersatukan gereja (Yoh. 17:21);
memberitakan Injil kepada segala makhluk (Mrk 16:15); serta melayani dalam kasih
demi keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, sebagai perwujudan kuasa
Kristus yang adalah Raja, Imam dan Nabi. (Luk. 4:18-21; 1 Ptr. 2:9,10) Bahwasanya
GERMITA hadir dalam lintasan sejarah Allah melalui benih injil yang ditaburkan
ditanah Porodisa sejak tanggal 1 Oktober 1859 dan telah mengalami proses
pendewasaannya, yang dimulai dengan pembentukan Gereja Masehi Injili Talaud
(GMIT) tahun 1950; Gereja Protestan Indonesia Talaud (GPIT) tahun 1951; Dewan
Djemaat Masehi Talaud (DDMT) tahun 1952; dan setelah mengalami masa
kevakuman selama kurang lebih tiga puluh tahun disuarakan kembali dalam Sidang
Sinode Lengkap (SSL) XVII tahun 1981 di Ulu Siau dan dilanjutkan dalam Sidang
Sinode Lengkap (SSL) XVIII Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) tahun
1986 di Beo; kemudian pembentukan Tim Studi Kelayakan Sinode Talaud dalam
SSL XIX GMIST tahun 1991 di Tagulandang; maka dengan kuasa dan bimbingan
Roh Kudus dalam suatu keputusan SSL XX GMIST tahun 1996 di Moronge Talaud
menyatakan pembentukan Proto Sinode Talaud dan di dalam Sidang Komisi Kerja
Proto Sinode Talaud yang pertama pada tanggal 23 Oktober 1997, dibentuklah
Sinode Gereja Masehi Injili Talaud (GERMITA). Bahwasanya dalam kehadirannya,
GERMITA selalu terbuka untuk dibaharui dan membaharui diri di dalam terang
Firman Allah (Ekklesia Reformata Semper Reformanda), dan bertekad menciptakan
masyarakat syalom di Talaud dan dunia, yang ditandai oleh keadilan, kebenaran,
kesejahteraan dan perdamaian di dalan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia. Hingga sekarang ini GERMITA terus eksis di lingkungan kehidupan
warga Talaud.
1.Persiapan:
a. Berita Jemaat:
b. Nyanyian
Khadim:
Jemaat:
Terpujilah Tuhan, megahkanlah Dia, sebab kasih-Nya hebat atas kita dan
kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya.
Khadim:
Pertolongan kepada kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit
dan bumi, yang tetap setia sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan
perbuatan tangannytangan-Nya.
Jemaat:
Amin..
3. Nas Pembimbing:
4. a. Musik:
b. Nyanyian Bersama:
5. Amanat Agung:
Khadim:
Mari kita mendengar amanat Agung Tuhan Yesus seperti dalam Matius 22: 37-40."
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang terutama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi ".
Khadim :
Ya Yesus Kristus Anak Domba Allah, dengarkanlah doa pengakuan kami.
Amin.
Khadim :
Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah Kasih setia. Tidak
selalu ia menuntut dan tidak selamanya Iya Mendendam. Tidak dilakukannya kepada kita setimpal
dengan dosa kita dan tidak dibalas nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi
langit diatas bumi, demikian besarnya kasih setianya atas orang-orang yang takut akan dia; Sejauh
Timur Dari Barat demikian dijauhkannya daripada kita pelanggaran kita; Seperti Bapa sayang kepada
anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 103:8-13) ;
sekalipun dosamu merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba akan menjadi putih seperti bulu domba.(Yesaya 1:18).Amin.
8. Pelayanan Firman:
9. Pengakuan Iman
11.Doa Syafaat
14. Berkat
4. Pengakuan Dosa
5. Berita Anugerah
7. Pelayanan Firman
Inti pelayanan Firman adalah kisah Allah yang berkarya di dalam dan
sepanjang sejarah dunia, hingga menuju kepada pembaharuan seluruh
ciptaan. Dalam tradisi gereja-gereja reformasi, pelayanan firman mendapat
perhatian utama di samping pelayanan sakramen. Itulah sebabnya simbol
liturgis “Alkitab yang terbuka” menjadi salah satu simbol terpenting dalam
ibadah umat.
Demikian pula prosesi atau arak-arakan Alkitab yang dibawa oleh penatua
dan diserahkan kepada pendeta pada liturgi panggilan di awal ibadah
menegaskan akan hal ini. Saat penatua menyerahkan Alkitab kepada
pendeta, tersirat makna kepercayaan yang diberikan oleh penatua sebagai
representasi Majelis Jemaat yang merupakan
penyelenggara/penanggungjawab ibadah, kepada pendeta yang bertugas.
8. Doa Syafaat
Doa syafaat (“sofetim,” bahasa Ibrani) adalah doa umat bagi pergumulan
dunia. Umat memohon pengasihan dan pemulihan Allah agar dunia yang
tercemar dapat dipulihkan, keadilan Allah ditegakkan, serta kasih-Nya
dinyatakan di tengah-tengah dunia. Teologi doa syafaat berasal dari kitab
Hakim-hakim. Hakim-hakim adalah orang-orang yang diangkat oleh Allah
untuk mengantarai hubungan yang retak antara umat Israel dengan Allah
karena penyembahan berhala. Allah yang murka, membiarkan umat Israel
ditindas bangsa-bangsa lain. Hakim-hakim adalah para juru syafaat, yang
mendamaikan manusia dengan Allah dan membebaskan umat Allah dari
penindasan bangsa-bangsa lain.
9. Pelayanan Persembahan
Pelayanan persembahan adalah pengucapan syukur umat atas karya
penebusan Kristus yang dinyatakan melalui pemberitaan Firman Tuhan.
Pelayan Liturgi juga menghimbau umat untuk tidak sekedar memberikan
materi, tetapi juga mempersembahkan diri mereka sebagai ungkapan syukur
yang sejati kepada Tuhan (Roma 12:1).