Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

SURVEILANS BENCANA DAN DOKUMENTASI DAN PELAPORAN HASIL


PENILAIAN BENCANA

OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS B-12A

1. A.A AYU DESNI PRATIWI (193223053)


2. I KADEK CAESAR ARYANTANA (193223064)
3. I MADE OKA ARISTANA (193223068)
4. I WAYAN EDDY WIRAWINATA (193223070)
5. NI KOMANG LESTARI (193223083)
6. NI MADE PUTRI ARIASTINI (193223094)
7. AYU DHARMANING (193223102)
8. PUTU EKA AMBARAWATI (193223104)
9. PUTU EKA ARI REDANI (193223105)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Bencana.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                

         
Denpasar, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 latar belakang...............................................................................................................1
1.2 rumusan masalah..........................................................................................................2
1.3 tujuan............................................................................................................................3
1.4 manfaat.........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4
2.1 Surveilans Bencana......................................................................................................4
2.2 Dokumentasi dan Pelaporan Hasil Penilaian Bencana..................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia.
Bencana dapat berdampak kepada individu, keluarga dan komunitas. Bencana
adalah gangguan serius yang mengganggu fungsi komunitas atau penduduk yang
menyebabkan manusia mengalami kerugian, baik kerugian materi, ekonomi atau
kehilangan penghidupan yang mana berpengaruh terhadap kemampuan koping
manusia itu sendiri (International Strategy for Disaster Reduction [ISDR], 2009).
Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
bencana, baik disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin putting beliung dan kekeringan,
maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengolahan sumber daya dan
lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, kecelakaan
transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror bom) serta konflik antar
kelompok masyarakat (Departemen Kesehatan [DepKes], 2006).
Bencana memiliki dampak yang sangat merugikan manusia. Rusaknya sarana
dan prasarana fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, pelayanan
kesehatan, sekolah, tempat ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah
sebagian kecil dari dampak terjadinya 2 bencana disamping masalah kesehatan
seperti korban luka, penyakit menular tertentu, menurunnya status gizi masyarakat,
stress, trauma dan masalah psikososial, bahkan korban jiwa. Bencana dapat pula
mengakibatkan arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman.
Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru di wilayah yang
menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai dari munculnya kasus penyakit dan
masalah gizi serta masalah kesehatan reproduksi hingga masalah penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi serta penurunan
kualitas kesehatan lingkungan (DepKes, 2006).
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2012
terdapat 1.811 kejadian dan terus meningkat hingga pada tahun 2016 terdapat 1.986
kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2013,

1
Gaffar, 2015 ; BNPB, 2016). Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di
Indonesia yang menjadi 5 provinsi tertinggi kejadian bencana. Kondisi ini
disebabkan karena geografis Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan
sehingga beresiko terhadap bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama
daerah yang paling beresiko tinggi (BNPB, 2014).
Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana sehingga
membutuhkan upaya penanggulangan. Penanggulangan bencana adalah upaya
sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan mengurangi dampak bencana,
diantaranya penetapan kebijakan dalam bencana, pengelolaan resiko berupa usaha
pencegahan dan mitigasi, 3 kesiapsiagaan, tanggap darurat serta upaya pemulihan
berupa rehabilitasi dan rekontruksi. Penanggulangan bencana oleh perawat pada
tahap tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban
bencana serta pemberian bantuan hidup dasar (Loke, 2014; Veenema, 2016).
Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana di bidang kesehatan,
pelayanan kesehatan harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional.
Tenaga kesehatan dalam sebuah rumah sakit yang paling banyak adalah perawat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran sebagai responden pertama dalam
menangani korban bencana di rumah sakit. Semua perawat mempunyai tanggung
jawab dalam perencanaan dan keterlibatan dalam menangani korban. Perawat harus
mengetahui apa yang akan mereka lakukan baik ketika mereka sedang bekerja atau
tidak bekerja sewaktu bencana terjadi. Perawat harus mengetahui bagaimana
memobilisasi bantuan, mengevakuasi pasien-pasien dan mencegah penyebaran
bencana. Perawat juga harus mengenal diri mereka sendiri dan perencanaan-
perencanaan rumah sakit dalam mengatasi bencana (Rokkas, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah yaitu :
1. apa surveilan bencana ?
2. bagaimana dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana ?
3. apa persiapan dan mitigasi bencana ?
4. bagaimana pemberdayaan masyarakat ?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Fungsi keperawatan bencana.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui surveilan bencana.
2. Mengetahui bagaimana dokumentasi dan pelaporan hasil penilaian bencana.
3. Mengetahui bagimana persiapan dan mitigasi bencana.
4. Mengetahui pemberdayaan masyarakat.

1.4 manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Fungsi keperawatan bencana.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Surveilans Bencana

2.1.1 Definisi Surveilans

Definisi surveilans menurut WHO adalah kegiatan pemantauan secara cermat

dan terus menerus terhadap berbagai dfaktor yang menentukan kejadian dan

penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang meliputi pengumpulan, analisis,

interpretasi dan penyebarluasan data sebagai bahan untuk penganggulangan dan

pencegahan. Dalam definisi ini, surveilans mempunyai arti seperti sistem informasi

kesehatan rutin. Menurut CDC (Center of Disease Control), surveilans adalah

pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus

menerus yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya

kesehatan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini dipadukan dengan diseminasi data

secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans adalah pengamatan

secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan

maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan

pencegahan dan penganggulangannya

2.1.2 Tujuan Surveilans

1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.

2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan

penyebarannya.

3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan

akibat bencana(misalnya perbaikan sanitasi).

4
2.1.3 Kegunaan Surveilans

Surveilans mempunyai manfaat/kegunaan sebagai berikut :

1. Dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung, dikaitkan dengan

tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.

2. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi

dampak penyakit di masa mendatang.

3. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit,

khususnya untuk mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.

4. Memberikan informasi dan data dasar untuk penentuan prioritas, pengambilan

kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.

2.1.4 Surveilans Bencana

Surveilans bencana meliputi :

1. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.

Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-

penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya

ada tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut.

a. Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :

- Kolera

- Diare berdarah

- Thypoid fever

- Hepatitis

 Penyakit dalam program pengendalian nasional

- Campak

- Tetanus

5
 Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana

- Malaria

- DBD

b. Penyebab Utama Kesakitan & Kematian

1) Pnemonia

2) Diare

3) Malaria

4) Campak

5) Malnutrisi

6) Keracunan pangan

Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya

penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,

pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas

publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak

balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu hamil.

2. Surveilans data pengungsi.

Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di

tempat pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis

kelamin. Data dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.

3. Surveilans kematian.

Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak,

umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.

4. Surveilans rawat jalan.

5. Surveilans air dan sanitasi.

6
6. Surveilans gizi dan pangan.

7. Surveilans epidemiologi pengungsi.

2.1.5 Peran Surveilans Bencana

1. Saat Bencana: Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja

yang ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-barang apa

saja yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa banyak

pengungsi lansia,anak-anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi

sanitasi lingkungan.

2. Setelah Bencana: Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus

dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan,

misalnya apa saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari

pengungsian,rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.

3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan

respon/evaluasi. Manajemen penanggulangan bencana meliputi fase I untuk

tanggap darurat, fase II untuk fase akut, fase III untuk recovery (rehabilitasi dan

rekonstruksi). Prinsip dasar penaggunglangan bencana adalah pada tahap

Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.

2.2 Dokumentasi dan Pelaporan Hasil Penilaian Bencana


Penilaian kondisi adalah suatu proses mengumpulkan informasi atau data yang

dilakukan secara sistematis, yang selanjutnya akan dianalisa untuk menentukan dan

menilai kondisi-kondisi tertentu. Assessment dalam arti yang lebih luas merupakan

proses monitoring dan refleksi yang berlangsung terus menerus yang akan

membantu kita merencanakan dan menyesuaikan program agar tetap cocok dengan

kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Dalam hal ini kegiatan assessment

7
menjadi sesuatu yang dilakukan setiap waktu dan bukan suatu gambaran tetap

mengenai kondisi masyarakat kebutuhan dan sumber daya yang ada pada suatu saat

tertentu.

Assessment penting dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan suatu

kondisi krisis dan memutuskan langkah-langkah penanganan yang tepat. Informasi

yang perlu dikumpulkan pada waktu melakukan assessment mencakup informasi

awal suatu kondisi bencana dan informasi perubahan yang terjadi.

1) Tim Penilai Kondisi Darurat

Assessment dapat dilakukan oleh orang per orang, tetapi bisa juga oleh Tim

yang terdiri dari 2 atau 3 orang. Anggota tim sebaiknya tidak terlalu banyak

untuk mencegah masuknya informasi yang melebar yang sebenarnya tidak perlu,

juga untuk menghemat waktu.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan tim penilai antara

lain :

a) Pemahaman tentang daerah bencana. Sebaiknya tim melibatkan orang yang

benar-benar memahami kondisi sehari-hari dalam daerah bencana. Dengan

demikian keterlibatan orang lokal sangat direkomendasikan. Tetapi juga perlu

diwaspadai kemungkinan terjadi bias individu dalam penilaian, terutama ketika

ada kepentingan tertentu dari orang lokal terhadap hasil penilaian kondisi.

b) Keseimbangan gender. Seluruh tim sebaiknya memiliki sensitivitas gender.

Ketimpangan gender yang kemungkinan besar sudah terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, jangan sampai menjadi lebih parah dalam kondisi bencana, dan

jangan sampai diperparah juga dalam pemberian bantuan kemanusiaan. Selain

itu penting untuk mengetahui pendapat kelompok perempuan dalam berbagai

8
hal, termasuk dalam menilai akar masalah bencana, dampaknya serta kebutuhan

yang ada. Dalam banyak kelompok masyarakat, perempuan hanya bisa bicara

terbuka dengan perempuan, sehingga untuk bisa mendengarkan suara

perempuan dalam proses penilaian kondisi, maka penting untuk menjaga

menyeimbangkan komposisi laki-laki dan perempuan dalam tim.

c) Kebijakan-kebijakan yang ada di dalam wilayah bencana

 Kebijakan pembangunan yang berdampak pada resiko bencana

 Kebijakan penanganan bencana yang ada

d) Kepemimpinan. Kepemimpinan dalam tim penilai kondisi darurat adalah hal

yang sangat krusial, dimana pimpinan tim harus bertangungjawab atas proses

penilaian, mampu merangkum dan menganalisis penilaian-penilaian anggota tim

dalam waktu cepat dan setepat-tepatnya.

e) Mengintegrasikan perencanaan dengan implementasi.

2) Informasi yang Dibutuhkan

a) Sumber informasi

Untuk mengetahui keadaan wilayah bencana, perlu ada pendekatan dengan

sumber-sumber local seperti :

 Komunitas korban

 Tokoh masyarakat : adat, agama, dll.

 Aparat pemerintah, baik pemda (administratif), instansi sektoral maupun

instansi teknis yang berkaitan dengan dampak bencana dan kebutuhan

komunitas korban.

 Secara khusus dari kaum perempuan korban

9
 Masyarakat lokal di sekitar penampungan korban

 Media massa

 Orang yang baru kembali dari wilayah bencana

 Organisasi kemanusiaan lain

Prioritas utama sumber informasi tetap dari komunitas korban sendiri. Sumber-

sumber lain berfungsi sebagai pelengkap dan atau alat perbandingan dengan

kondisi lapangan yang kasat mata. Prioritas sumber lain sangat tergantung pada

akar masalah dan dampak bencana yang terjadi, serta jenis informasi yang

diinginkan.

b) Jenis Informasi

Informasi-informasi yang perlu diketahui dalam sebuah assessment adalah :

a) Informasi tentang kondisi darurat

b) Informasi tentang wilayah bencana

c) Informasi tentang bantuan dari pihak lain

3) Metode Pengumpulan Informasi

Informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara :

a) Review informasi yang sudah ada. Bisa bersumber dari file kantor, organisasi

lain, lembaga pemerintah, lembaga agama, contact person yang memahami

wilayah bencana dengan baik.

b) Mengunjungi langsung daerah yang terkena bencana. Selain pengamatan

lapangan, juga dibangun percakapan-percakapan terbuka langsung dengan para

korban dalam suasana informal. Karena biasanya situasi informal akan

membantu mendapatkan informasi yang lebih dalam daripada dalam suasana

formal.

10
4) Manfaat Informasi

a) Perencanaan program. Informasi yang diperoleh dari hasil penilaian kondisi

menjadi dasar untuk membuat rekomendasi ataupun keputusan mengenai

aktifitas yang perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan kelayakan, sentivitas

konteks, dan dampaknya secara jangka panjang terhadap wilayah tersebut serta

masyarakat sekitarnya.

b) Bahan Komunikasi. Sebagai bahan komunikasi, informasi yang diperoleh bisa

digunakan untuk tujuan pendidikan, penggalangan dana, lobi atau advokasi

kebijakan (lokal maupun internasional).

c) Monitoring. Informasi yang diperoleh bisa dimanfaatkan untuk membangun

basis ukuran kemajuan dan capaian dalam pelaksanaan kegiatan.

Kebutuhan akan laporan dalam situasi darurat tidak semata-mata dapat dipenuhi

dengan laporan pelaksanaan kegiatan. Kejadian yang biasanya mendadak dan

perkembangan situasi yang cepat menuntut adanya sistem pelaporan yang

mengakomodir kebutuhan akan update informasi. Beberapa jenis laporan dalam

situasi darurat adalah :

a) Laporan situasi

b) Laporan kegiatan

c) Laporan situasi perkembangan keamanan

11
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang

terkait dengan kejadian bencana. Tujuan dibangunnya surveilans pada situasi

bencana yaitu mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana secara

keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang lebih besar. Karakteristik sistem

surveilans yang dibangun pada situasi bencana ialah sistem harus sederhana,

mencakup yang sangat prioritas, dilakukan secara aktif dan intensif,

melibatkan semua pihak, mengutamakan unsur kecepatan, dan didukung juga

adanya respon yang cepat. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana,baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran

dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Penilaian kondisi adalah suatu proses mengumpulkan informasi atau data yang

dilakukan secara sistematis, yang selanjutnya akan dianalisa untuk menentukan dan

menilai kondisi-kondisi tertentu. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada

masyarakat.

1.2 Saran

1.2.1 Mahasiswa Keperawatan : Diharapkan agar mahasiswa keperawatan lebih

mendalami pemahamannya tentang manajemen bencana agar menjadi

pedoman dalam menjalankan tugasnya kelak sebagai seorang perawat.

12
1.2.2 Pembaca : Diharapkan agar pengetahuan yang terdapat pada pembahasan

makalah ini dapat menambah wawasan pembacanya, tidak hanya menjadi

bahan bacaan melainkan juga dapat memberi petunjuk serta akan lebih baik

jika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Priambodo, S.A. 2009, Panduan Praktis Menghadapi bencana. Yogyakarta : Kanisius

Widyastuti, P. 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC

Suharto, Edi. 2005. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat. Bandung: Refika


Aditama.

Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat.


Bandung: Humaniora.

Najiati, Sri, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands
International.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosial Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali press.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)(Tanggungjawab


Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.

Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora

14
http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/11/disaster-sistem-manajemen-
bencana.html

15

Anda mungkin juga menyukai