Anda di halaman 1dari 9

70

Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W


Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi


Kelompok Suportif Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan
Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

Berlian Nurtyashesti Kusumadewi1, Novy H.C. Daulima2, Ice Yulia. W3


1)
Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Parakan
2)
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Korespondensi penulis: berlian.kusumadewi87@gmail.com

Abstrak
Gangguan mental emosional dapat terjadi pada individu yang mengalami kondisi kesehatan
yang kronis. Pasien yang sedang menjalani pengobatan medis ditemukan 25% diantaranya
mengalami depresi dengan berbagai variasinya. Proses penyakit yang melemahkan juga
merupakan hal yang berperan menyebabkan ketidakberdayaan klien dengan penyakit kronis.
Ketidakberdayaan dan gejala depresi menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif
dengan ide untuk bunuh diri. Hasil pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif,
psikoedukasi keluarga dan terapi suportif dapat menurunkan tanda gejala dan
meningkatkan kemampuan klien penyakit kronis dengan ketidakberdayaan beserta
keluarganya. Perlunya optimalisasi dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa kepada
klien dengan masalah psikososial terkhusus klien dengan ketidakberdayaan di tatanan
pelayanan puskesmas.

Kata kunci: penyakit kronis; pelaku rawat; dukungan keluarga; dukungan sosial; depresi

PENDAHULUAN juga mengugkapkan jika miokard


Beberapa penelitian infark dan diabetes mellitus
memaparkan bahwa penyakit fisik merupakan penyakit fisik kronis yang
umumnya menimbulkan gangguan menjadi predisposisi terjadinya
mental emosional seperti depresi dan depresi. WHO pada tahun 2012
ansietas (Matcham, Rayner, Steer & melaporkan bahwa depresi
Hotopf, 2013; Mitchell et al, 2011; mempengaruhi 350 juta orang di
Reijinders, Ehrt, Weber, Aarslag & seluruh dunia dan sekitar 1 juta orang
Leentjens, 2008). Gangguan mental bunuh diri setiap tahun yang sebagian
emosional dapat terjadi pada individu besar disebabkan oleh depresi yang
yang mengalami kondisi kesehatan tidak diketahui dan tidak terobati.
yang kronis. Pasien yang sedang Klien yang menderita penyakit
menjalani pengobatan medis kronis memicu terjadinya stres bagi
ditemukan 25% diantaranya klien. Klien yang menderita penyakit
mengalami depresi dengan berbagai kronis cenderung memiliki tingkat
variasinya. Prevelensi depresi tinggi kecemasan tinggi dan cenderung
pada penyakit-penyakit kronis seperti mengembangkan perasaaan
penyakit arteri koroner (18-23%), ketidakberdayaan dan keputusasaan
infark miokard 25%, stroke 37,8%, karena berbagai macam pengobatan
diabetes mellitus 9-27%, penyakit yang tidak dapat menyembuhkan
parkinson 2-51%, HIV/AIDS 4-18%, penyakit kronis yang dialami
kanker 6-25 % dan epilepsi 40-60% (Sarafino, 2006). Masalah lain yang
(Surkesnas Depkes, 2009). Mental dialami oleh klien yaitu kehilangan
Health Action Plan WHO (2013-2020) pekerjaan yang berpengaruh terhadap

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


71
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

berkurangnya penghasilan klien (9%), post stroke sejumlah 6 klien


padahal biaya pengobatan klien (13%), gagal jantung kongestif
meningkat (Sarafino, 2006). sejumlah 2 klien (4%), dan gagal
Ketidakberdayaan yang ginjal kronik sejumlah 1 klien (2%).
diakibatkan oleh penyakit kronik Masalah keperawatan fisik dan
terjadi karena faktor fisiologis (gejala masalah psikososial ditemukan pada
penyakit dan gejala penyerta), klien yang mengalami penyakit kronis
manajemen pengobatan, proses tersebut. Penulis disini hanya berfokus
kehilangan, kurangnya pengetahuan, membahas pada masalah keperawatan
sistem perawatan kesehatan, stigma psikososial saja. Masalah keperawatan
terhadap penyakit yang diderita, psikososial yang dialami oleh klien
kurangnya sumber-sumber diluar meliputi ansietas 46 klien (100%),
individu, ketidakpastian dan ketidakberdayaan 36 klien (78%),
pandangan budaya terhadap penyakit harga diri rendah situasional 36 klien
yang diderita (Lubkin & Larsen, (78%), gangguan citra tubuh 13 klien
2013). Proses penyakit yang (28%) dan keputusasaan 2 klien (4%).
melemahkan juga merupakan hal yang Masalah ketidakberdayaan yang
berperan menyebabkan dialami oleh sejumlah 36 klien (78%)
ketidakberdayaan klien dengan yang secara keseluruhan ditemukan
penyakit kronis (Carpenito, 2010). pada klien dengan penyakit kronis.
Individu yang menderita Keterbatasan fisik yang banyak
penyakit kronis dan mengalami dialami oleh klien dengan penyakit
ketidakberdayaan tersebut ada yang kronis mengakibatkan klien menjadi
tidak menjalani perawatan di rumah tergantung kepada orang lain untuk
sakit dan hanya menjalani perawatan melakukan kebutuhan dasarnya.
di rumah dengan mengkonsumsi obat Ketergantungan klien kepada orang
yang diberikan oleh dokter. Maka lain tersebut seringkali mengakibatkan
disinilah keperawatan kesehatan jiwa klien merasa menjadi beban bagi
komunitas berperan. Keperawatan orang lain yang diikuti, hilangnya
kesehatan jiwa komunitas adalah harapan hidup dan memandang diri
pelayanan keperawatan yang dengan rendah. Beberapa klien dengan
komprehensif, holistik, dan paripurna penyakit kronis pada kondisi yang
yang berfokus pada masyarakat yang buruk bahkan mengungkapkan jika
sehat jiwa, rentan terhadap stress lebih baik dirinya mengakhiri hidup
(resiko gangguan jiwa) dan dalam daripada harus menjadi beban dan
tahap pemulihan serta pencegahan merepotkan orang lain akibat harus
kekambuhan (gangguan jiwa) (Stuart, mengurus mereka.
2013). Klien yang mengalami penyakit
Berdasarkan survei serta kronis juga menjadi pesimis dengan
pengalaman penulis selama menjalani masa depannya dan merasa tidak
praktik residensi di komunitas, dari berdaya pada saat menerima hal
sejumlah 72 klien kelolaan yang negatif dari lingkungan sekitarnya
mengalami penyakit kronis sejumlah yang tidak memberikan dukungan
46 klien. Penyakit kronis yang dialami pada saat klien mengalami stres akibat
oleh klien diantaranya adalah penyakit kronis yang dideritanya.
hipertensi sejumlah 46 klien (100%), Kondisi tersebut mengakibatkan klien
diabetes mellitus sejumlah 4 klien memandang dirinya adalah orang tidak

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


72
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

berguna yang akan menuntun kepada psikoterapi selama menjalani praktik.


kondisi depresi dan gangguan mood. Pada karya ilmiah ini, penulis
Beberapa klien yang mengalami memfokuskan pada penerapan
penyakit kronis juga membandingkan pemberian terapi kognitif,
riwayat penyakit yang dialaminya psikoedukasi keluarga dan terapi
dengan penyakit yang diderita oleh kelompok suportif dalam mengatasi
anggota keluarga yang lain atau orang masalah keperawatan
lain di sekitar mereka. Apabila mereka ketidakberdayaan pada klien dengan
mengetahui informasi tentang penyakit kronis. Pendekatan yang
kegagalan dalam suatu pengobatan dilakukan dalam mengatasi masalah
penyakit biasanya mereka akan ini adalah model transisional Meleis.
menolak pemberian pengobatan yang
sama tersebut dan lebih memilih METODE
pengobatan yang memiliki riwayat Karya ilmiah ini dilakukan di
efektif dalam menyembuhkan suatu masyarakat dalam program
penyakit. Community Mental Health nursing
Hal tersebut menunjukkan jika (CMHN).
klien dengan penyakit kronis tidak
mengembangkan pemikiran positif, HASIL
overgeneralisasi terhadap satu hal Presentase terbesar rentang usia
buruk yang terjadi dan menyimpulkan klien adalah lanjut usia (61-70 tahun)
jika mereka dikelilingi oleh hal-hal sebesar 55,6%. Jenis kelamin
yang negatif. Kondisi tersebut akan perempuan merupakan presentase
mengakibatkan depresi pada klien terbanyak yaitu sebanyak 32 orang
(Bano & Riaz, 2015). (88,9%). Sebanyak 33 orang klien
Keyakinan individu jika setiap tidak bekerja (91,7%). Presentase
hal yang dilakukannya akan terbanyak pendidikan klien adalah
menghasilkan sesuatu yang buruk dan tamat SMA yaitu 14 klien (38,9%) dan
penilaian negatif terhadap diri sendiri status pernikahan klien yang paling
menjadi penyebab terjadinya depresi. banyak yaitu menikah sebanyak 22
Individu yang kurang mendapat klien (61,1%). Pelaku rawat klien
dukungan sosial selama mengalami dengan ketidakberdayaan paling
kejadian yang buruk dalam hidupnya banyak berusia 51-60 tahun yaitu
seringkali akan meningkatkan rasa sebanyak 14 pelaku rawat (38,9%) dan
putus asa, tidak berdaya dan depresi berjenis kelamin perempuan sebanyak
(Fortinash & Worret, 2012). Miranda 19 pelaku rawat (52,8%). Pelaku rawat
& Roman (2013) mengemukakan jika klien sebagian besar bekerja sebagai
ketidakberdayaan dan gejala depresi wiraswasta yaitu sejumlah 17 (47,2%)
menunjukkan hubungan yang dan berpendidikan terakhir tamat
signifikan dan positif dengan ide SMA yaitu sejumlah 29 (80,6%).
untuk bunuh diri. Sejumlah 30 pelaku rawat (83,3%)
Hal-hal tersebut yang membuat berstatus menikah dan paling banyak
penulis tertarik untuk membahas memiliki hubungan keluarga sebagai
masalah ketidakberdayaan pada klien anak klien yaitu sejumlah 18 (50%).
dengan penyakit kronis yang berada di Faktor predisposisi terbanyak
area komunitas. Penulis juga telah pada klien dengan ketidakberdayaan
menerapkan berbagai macam yaitu adanya riwayat menderita

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


73
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

penyakit fisik kronis sebelumnya merasakan dada berdebar sebagai


sebanyak 36 klien (100%). Sebanyak bentuk respon fisiologis dari
24 klien (66,7%) berkepribadian ketidakberdayaan yang dialami.
tertutup sehingga klien cenderung Semua klien dengan masalah
menyimpan sendiri masalah yang ketidakberdayaan (100%)
dihadapi dan jarang untuk mengungkapkan jika dirinya menjadi
menceritakan perasaannya kepada tergantung dengan orang lain dan
orang lain. Klien sebagian besar sebanyak 24 klien (66,7%)
memiliki status ekonomi yang rendah mengemukakan jika dirinya jadi
yaitu sejumlah 29 klien (80,6%). menarik diri dari lingkungan sekitar
Stresor presipitasi biologis maupun kegiatan sosial
terbanyak pada klien yaitu kondisi kemasyarakatan. Sebanyak 21 klien
fiski akibat penyakit yang diderita dengan masalah ketidakberdayaan
sebanyak 36 klien (100%). Kondisi (58,3%) telah mempunyai kemampuan
fisik tersebut meliputi keluhan fisik untuk mengidentifikasi situasi
seperti pusing, tengkuk kaku, mudah kehidupan yang tidak mampu
lelah, kelemahan anggota gerak, nyeri dikontrol oleh klien. Kemampuan
sendi dan adanya ulkus diabetikum. untuk mengidentifikasi pikiran negatif
Stresor tersebut dialami oleh klien yang muncul telah dimiliki oleh 13
kurang dari 6 bulan. klien (36,1%).
Faktor presipitasi psikologis Semua pelaku rawat dari klien
pada klien semuanya bersumber dari (100%) mampu mendiskusikan
internal klien (100%). Hal tersebut masalah yang dialami selama merawat
disebabkan karena klien belum klien dengan masalah
mampu menerima adanya perubahan ketidakberdayaan. Pelayanan
bentuk/fungsi/struktur tubuh akibat kesehatan (puskesmas/RS/klinik
penyakit fisik kronis yang diderita. dokter praktik) terjangkau aksesnya
Keterbatasan dalam melakukan oleh semua klien dengan masalah
aktifitas sehari-hari merupakan stresor ketidakberdayaan (100%). Sebanyak
sosiokultural yang dialami oleh klien. 31 klien dengan masalah
Stresor tersebut sudah dialami klien ketidakberdayaan (86,1%) memiliki
kurang dari 6 bulan dan bersumber keyakinan untuk sembuh dan percaya
dari internal klien. Seluruh klien dengan pelayanan kesehatan yang ada.
(100%) mengalami lebih dari 2 Semua klien (100%) yang mengalami
stresor. ketidakberdayaan menggunakan
Pada aspek kognitif, semua klien mekanisme koping
dengan masalah ketidakberdayaan berdoa/sholat/dzikir sebagai suatu cara
(100%) mengungkapkan untuk mengatasi masalah
ketidakpastian tentang perubahan ketidakberdayaan yang dialami.
energi, mengungkapkan keraguan Pada saat pelaksanaan terapi
terhadap penampilan peran dan kognitf penulis harus melatih ulang
mengungkapkan bahwa tidak punya penggunaan tanggapan rasional
kendali atau pengaruh. Perasaan terhadap pikiran negatif yang pertama
khawatir dialami oleh semua klien dan yang kedua kepada sebanyak 22
dengan masalah ketidakberdayaan klien (61,1%). Hal tersebut
tersebut (100%). Sebanyak 28 klien dikarenakan klien yang sudah lanjut
(77,8%) mengungkapkan jika usia lupa cara untuk melawan pikiran

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


74
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

otomatis negatif sehingga klien harus tindakan keperawatan Ners.


mengulang kembali cara untuk Didapatkan hasil setelah kemudian
melawan pikiran otomatis negatif dilakukan pemberian terapi kognitif
tersebut. dan psikoedukasi keluarga bahwa
Hasil dari pemberian tindakan tinggal 4 klien (25%) yang masih
keperawatan ners kepada 36 klien merasa tertekan dan 2 klien (12,5%)
dengan masalah ketidakberdayaan yang merasa khawatir. Pada aspek
berdampak pada penurunan tanda fisiologis, sebanyak 5 klien (31,3%)
gejala yang dialami oleh klien. Pada masih mengalami perubahan denyut
aspek kognitif, sebanyak 8 klien jantung dan dada yang berdebar
(22,2%) tidak lagi mengungkapkan setelah dilakukan pemberian tindakan
ketidakpastian tentang perubahan keperawatan Ners.
energi. Sebanyak 6 orang klien Pemberian tambahan terapi
(16,6%) mengemukakan tidak lagi kognitif dan psikoedukasi keluarga
mengalami rasa takut. Kondisi sulit menunjukkan hasil hanya tinggal 1
tidur sudah tidak lagi dialami oleh 8 klien (6,3%) yang mengalami
orang klien (22,2%). Klien sejumlah 6 perubahan denyut jantung dan dada
orang (16,7%) mengemukakan jika yang berdebar. Sebanyak 10 klien
sudah tidak lagi tergantung pada orang (62,5%) masih menunjukkan perilaku
lain dan tidak lagi menarik diri dari tergantung dengan orang lain setelah
lingkungan sekitar maupun kegiatan dilakukan pemberian tindakan
sosial kemasyarakatan. keperawatan Ners.
Pemberian tindakan Pemberian tambahan terapi
keperawatan Ners ditambah kognitif dan psikoedukasi keluarga
pemberian tindakan keperawatan menunjukkan hasil bahwa tinggal 5
spesialis berupa terapi kognitif dan klien (31,3%) yang menunjukkan
psikoedukasi keluarga menurunkan perilaku tergantung dengan orang lain.
tanda gejala yang dialami oleh klien. Disisi lain, 5 klien (31,3%) yang telah
Pada aspek kognitif, sejumlah 16 klien mendapatkan tindakan keperawatan
(100%) yang telah mendapat tindakan Ners, terapi kognitif dan psikoedukasi
keperawatan Ners masih keluarga masih menunjukkan perilaku
mengungkapkan tentang pasif, acuh terhadap kondisi kesehatan
ketidakpastian tentang perubahan dan tidak memantau kemajuan
energi, keraguan terhadap penampilan pengobatan.
peran dan tidak punya kendali atau Sejumlah 8 klien (50%) yang
pengaruh. Setelah dilakukan menarik diri dari lingkungan sekitar
pemberian tindakan keperawatan maupun kegiatan sosial
spesialis berupa terapi kognitif dan kemasyarakatan walaupun telah
psikoedukasi keluarga, tinggal 8 klien dilakukan pemberian tindakan
(50%) yang masih mengungkapkan keperawatan Ners menunjukkan
tentang ketidakpastian tentang perubahan setelah dilakukan tambahan
perubahan energi, keraguan terhadap terapi kognitif dan psikoedukasi
penampilan peran dan tidak punya keluarga menjadi tinggal 3 klien
kendali atau pengaruh. (18,8%) yang masih menarik diri dari
Sejumlah 13 klien (81,3%) lingkungan sekitar.
masih merasa tertekan dan 11 klien Pada pemberian tindakan
khawatir (68,8%) setelah pemberian keperawatan Ners, sejumlah 36 klien

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


75
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

yang pada awalnya tidak ada yang stres, memanajemen beban dan
mampu (0%) untuk mengendalikan melakukan pemberdayaan komunitas.
situasi yang masih bisa dilakukan
bertambah menjadi mampu PEMBAHASAN
mengendalikan situasi yang masih bisa Miranda & Roman (2013)
dilakukan yaitu sebanyak 29 klien mengungkapkan jika umur, jenis
(80,6%). Klien yang pada awalnya kelamin, ras/etnis individu dan tempat
tidak mempunyai kemampuan (0%) kelahiran tidak secara signifikan
untuk mengidentifikasi pikiran menjadi penyebab ketidakberdayaan
otomatis negatif dan penggunaan individu. Identitas diri individu
tanggapan rasional terhadap pikiran sebagai bagian dari etnis tertentu tidak
negatif yang muncul dan berhubungan dengan
mengungkapkan manfaat tanggapan ketidakberdayaan, gejala depresi dan
rasional terhadap pikiran otomatis ide untuk bunh diri. Koping yang
negatif menjadi mampu untuk digunakan oleh klien dengan penyakit
melakukan hal tersebut setelah kronis juga tidak selalu bersifat
pemberian terapi kognitif yaitu maladaptif. Penelitian yang dilakukan
sebanyak 31 klien (86,1%). di Pakistan menunjukkan bahwa klien
Kemampuan dalam yang didiagnosis menderit penyakit
menggunakan sistem pendukung juga kronis dan berada dalam situasi yang
meningkat, klien yang pada awalnya penuh dengan tekanan masih mampu
tidak memiliki kemampuan (0%) untu menggunakan koping maladaptif
untuk menggunakan sistem dalam hal keagamaan dan mengubah
pendukung dalam keluarga, sudut pandangnya dalam melihat dan
menggunakan sistem pendukung mengatasi stres yang dialami. Klien
diluar keluarga dan mengevaluasi hasil dengan penyakit kronis di Pakistan
dan hambatan penggunaan sistem memaknai penyakit yang diderita
pendukung. Setelah klien mendapat sebagai suatu hal yang wajib untuk
pemberian terapi suportif, sebanyak 20 dijalani, bisa jadi penyakit tersebut
klien (100%) menjadi mampu untuk sebagai penghapus dosa kepada Tuhan
menggunakan sistem pendukung yang (Bano & Riaz, 2015).
ada. Terapi kognitif telah dibuktikan
Kemampuan keluarga sebagai dengan penelitian bahwa berpengaruh
pelaku rawat klien dengan menurunkan respon ketidakberdayaan
ketidakberdayaan meningkat setelah pada klien stroke (Ramadia, Keliat dan
pemberian tindakan keperawatan Ners Wardhani, 2013). Klien usia dewasa
dan spesialis. Sejumlah 36 keluarga yang mengalami depresi menunjukkan
(100%) setelah pemberian tindakan kemajuan yang lebih baik dalam hal
keperawatan spesialis menjadi mampu penurunan gejala depresi setelah
untuk melatih cara mengontrol rasa dilakukan pemberian terapi kognitif
tidak berdaya dengan melatih klien dibandingkan dengan psikoterapi
berkegiatan sesuai kondisi dan individu lain yang diberikan untuk
menjelaskan waktu untuk kontrol atau klien dewasa yang mengalami depresi
rujukan. Setelah pemberian (Arntz, DeRubeis, Huibers, Lemmens
psikoedukasi keluarga, sejumlah 36 Dan Peeters, 2015).
keluarga (100%) menjadi mempunyai Terapi kognitif yang diberikan
kemampuan untuk memanajemen pada klien dengan gangguan bipolar

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


76
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

juga menunjukkan jika terapi kognitif dianggap sebagai harapan, komunitas


lebih efektif dalam mengatasi terbuka, sarana sumber informasi,
ketidakberdayaan yang dialami oleh sarana peningkatan harga diri,
klien dibandingkan dengan pemberian pengembangan lingkungan dan
terapi suportif Rogerian (Bonasee et dukungan sosial, sumber pembelajaran
al, 2009). Kondisi ketidakberdayaan mekanisme koping berdasarkan
yang dialami oleh klien lebih tinggi pengalaman orang lain, wahana
pada kelompok yang tidak mengekspresikan emosi dan perasaan
menunjukkan kemajuan pada awal serta menjadi tempat pembelajaran
pemberian terapi kognitif. Klien yang terhadap kemungkinan terjadinya
berespons terhadap pemberian terapi kejadian yang baik maupun buruk di
kognitif lebih sedikit yang pada kemudian hari (Varcarolis dan Halter,
akhirnya mengarah kepada kondisi 20120).
depresi dibandingkan dengan Penelitian menunjukkan setelah
kelompok yang tidak berespons dilakukan terapi kelompok suportif
terhadap pemberian terapi kognitif. ketidakberdayaan yang dialami oleh
Klien yang berespons terhadap klien dengan kanker payudara
pemberian terapi kognitif jika mengalami penurunan. Klien juga
mengalami kondisi depresi mengalami peningkatan kemampuan
menunjukkan tingkat keparahan dalam untuk membangun komunikasi yang
hal gejala yang dialami dibandingkan terbuka dengan keluarga tentang
dengan klien yang tidak menunjukkan kondisi penyakit yang diderita
kemajuan pada awal pemberian terapi (Biancosino, Grassi, Marmai, Rossi
kognitif (Kuyken, 2004). dan Sabato, 2009). Hasil penelitian
Chan, Chan & Leow (2015) Lestari, Daulima dan Astari (2013)
mengemukakan jika pemberian juga menyatakan jika terapi kelompok
psikoedukasi pada keluarga sebagai suportif dapat menurunkan respon
pelaku rawat klien kanker ketidakberdayaan pada klien dengan
menunjukkan beberapa hal yaitu: hasil kanker.
terhadap kualitas hidup yang lebih
baik pada pelaku rawat, pemberian KESIMPULAN
dukungan sosial yang lebih baik Rentang usia klien dengan
kepada klien, jumlah anggota keluarga masalah ketidakberdayaan paling
bertambah menjad lebih banyak dalam banyak adalah lanjut usia, berjenis
memberikan dukungan kepada klien, kelamin perempuan, tidak bekerja,
pelaku rawat menjadi lebih dekat berpendidikan tamat SMA dan telah
dengan klien, berpengaruh terhadap menikah. Pelaku rawat klien dengan
efikasi diri klien dalam kemampuan masalah ketidakberdayaan paling
merawat diri sendiri, pelaku rawat banyak berusia dewasa akhir, berjenis
merasa lebih dihargai, menambah kelamin perempuan, bekerja sebagai
pengetahuan pelaku rawat, dan wiraswasta dan berpendidikan terakhir
mengurangi kondisi stres serta depresi tamat SMA. Semua pelaku rawat
yang dialami oleh pelaku rawat. berstatus menikah dan paling banyak
Terapi kelompok merupakan memiliki hubungan keluarga sebagai
terapi yang ideal bagi klien dengan anak klien. Faktor predisposisi
penyakit kornis. Hal tersebut terbanyak pada klien dengan
dikarenakan terapi kelompok dapat ketidakberdayaan yaitu adanya

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


77
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

riwayat menderita penyakit fisik Jumlah klien ketidakberdayaan


kronis sebelumnya, berkepribadian yang mengalami penurunan tanda
tertutup dan sebagian besar memiliki gejala lebih banyak pada klien yang
status ekonomi yang rendah. mendapat paket tindakan keperawatan
Stresor presipitasi biologis generalis, terapi kognitif, psikoedukasi
terbanyak pada klien yaitu kondisi keluarga dan terapi suportif
fisik akibat penyakit yang diderita dibandingkan dengan klien yang
Kondisi fisik tersebut meliputi keluhan hanya mendapat paket tindakan
fisik seperti pusing, tengkuk kaku, keperawatan generalis saja maupun
mudah lelah, kelemahan anggota klien yang mendapat pemberian
gerak, nyeri sendi dan adanya ulkus tindakan keperawatan generalis, terapi
diabetikum. Stresor tersebut dialami kognitif dan psikoedukasi keluarga.
oleh klien kurang dari 6 bulan. Faktor Kemampuan klien mengalami
presipitasi psikologis pada klien peningkatan setelah mendapatkan
semuanya bersumber dari internal paket tindakan keperawatan generalis,
klien. Hal tersebut disebabkan karena terapi kognitif dan terapi suportif.
klien belum mampu menerima adanya Kemampuan pelaku rawat mengalami
perubahan bentuk/fungsi/struktur peningkatan setelah mendapatkan
tubuh akibat penyakit fisik kronis tindakan keperawatan generalis untuk
yang diderita. Keterbatasan dalam keluarga dan psikoedukasi keluarga.
melakukan aktifitas sehari-hari
merupakan stresor sosiokultural yang DAFTAR PUSTAKA
dialami oleh klien. Stresor tersebut Arntz, A., DeRubeis, RJ., Huibers,
sudah dialami klien kurang dari 6 MJH., Lemmens, LHJM.,
bulan dan bersumber dari internal Peeters, FPML. (2015).
klien. Seluruh klien mengalami lebih Sudden Gains In Cognitive
dari 2 stresor. Therapy And Interpersonal
Semua klien dengan masalah Psychoterapy For Adult
ketidakberdayaan mengungkapkan Depression. Behaviour
ketidakpastian tentang perubahan Research And Therapy 77:
energi, mengungkapkan keraguan 170-176.
terhadap penampilan peran dan Balbag, Z., Cemrek, F., Mutlu, T.
mengungkapkan bahwa tidak punya (2010). The Role Of Self
kendali atau pengaruh. Perasaan Esteem, Locus Of Control And
khawatir dialami oleh semua klien Big Five Personality Traits In
dengan masalah ketidakberdayaan. Predicting Hopelessness.
Sebagian besar klien mengungkapkan Procedia Social And
jika merasakan dada berdebar sebagai Behavioral Sciences 9: 1788-
bentuk respon fisiologis dari 1792.
ketidakberdayaan yang dialami. Bano, N., Riaz, Z. (2015). Self Esteem
Semua klien dengan masalah As A Determinant Of
ketidakberdayaan mengungkapkan Depression In Women With
jika dirinya menjadi tergantung Chronic Illness. Pakistan
dengan orang lain dan menarik diri Journal Of Clinical
dari lingkungan sekitar maupun Psychology 14: 53-66.
kegiatan sosial kemasyarakatan. Biancosino, B., Grassi, L., Marmai, L.,
Rossi, E., Sabato, S. (2009).

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


78
Berlian Nurtyashesti Kusumadewi, Novy H.C. Daulima, Ice Yulia. W
Efektifitas Terapi Kognitif, Psikoedukasi Keluarga Dan Terapi Kelompok Suportif Pada Klien Dengan
Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Model Transisional Meleis

Effects Of Supportive Predictors In Han Chinese


Expressive Group Therapy In Women.Psychological
Breast Cancer Patients With Medicine 43: 2265-2275.
Affective Disorders: A Pilot Fields, SA., Hale, LR. (2011).
Study. Psychotherapy And Psychoeducational Groups For
Psychosomatics 79: 39-47. Youth Attention Deficit
Bonasee, F et al. (2009). Cognitive Hyperactivity Disorder: A
Therapy Versus Rogerian Family Medicine Pilot Project.
Supportive Therapy In Mental Health In Family
Borderline Personality Medicine 8: 157-165.
Disorder. Psychoterapy And
Psychosomatics 78: 307-316.
Boyd, M. A. (2012). Psychiatric
nursing: Contamporary
practice (5th ed.).
Philadelphia: Lippincot
William & Wilkins.
Chan, MF., Chan, S., Leow, M.
(2015). A Pilot Randomized,
Controlled Trial Of The
Effectiveness Of A
Psychoeducational
Intervention On Family
Caregivers Of Patients With
Advanced Cancer. Oncology
Nursing Forum Vol. 42, No. 2:
63-72.
DeRubeis, RJ., German, RE., Luaces,
LL. (2015). It’s Complicated:
The Relation Between
Cognitive Change Procedures,
Cognitive Change, And
Symptom Change In Cognitive
Therapy For Depression.
Clinical Psychology Review
41: 3-15.
Miranda, R., Roman, L.P. (2013).
Culturally Related Stress,
Hopelessness, and
Vulnerability to Depressive
Symptoms and Suicidal
Ideation In Emerging
Adulthood. Journal Of
Behaviour Therapy 44: 75-87.
Wang, L et al. (2013). Cognitive Trio:
Realtionship With Major
Depression And Clinical

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X

Anda mungkin juga menyukai