Anda di halaman 1dari 13

SUPERVISI KLINIS

Disusun dan Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah

SUPERVISI DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Dr. RAIS HIDAYAT, M.Pd.

Disusun Oleh :

IRMA HAMIDAH (072118008)


RENI HERAWATI (072118015)
WAWAN KURNIAWAN (072118024)

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019

1
SUPERVISI KLINIS

Oleh:
Irma Hamidah1, Reni Herawati2, Wawan Kurniawan3,
1Tutor Sekolah Ibu Kota Bogor Jawa Barat,2Guru SMA Kosgoro Kota Bogor Jawa Barat,
3SDIT Mentari Ilmu Karawang, Kota Bogor Jawa Barat
Program Pascasarjana Administrasi Pendidikan Universitas Pakuan
Jalan Pakuan Nomor 1, Bogor Jawa Barat Indonesia
*Korespondensi: irmaprawiradireja73@gmail.com

ABSTRAK

Supervisi klinis adalah upaya yang dirancang untuk memperbaiki performa guru di kelas dengan
tujuan untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Supervisi klinis
merupakan suatu proses membantu guru mengatasi kesulitannya dalam mengajar. Karakteristik
supervisi klinis dapat memotivasi guru untuk menjadi individu yang aktif dalam merespon
sesuatu, tidak pasif sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Artikel ini bertujuan
untuk menggambarkan pelaksanaan supervisi klinis dalam proses pembelajaran di sekolah
Metode penulisan artikel ini adalah studi literatur melalui studi pustaka. Hasil kajian
menunjukkan bahwa pelakasanaan supervisi klinis dapat meningkatan kinerja guru dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Kata kunci: Supervisi Klinis

ABSTRACT

Clinical supervision is an effort designed to improve teacher’s performance in the classroom


with the goal of developing professional teacher and improving professional teachers and
improving teaching. Clinical supervision is a process of helping the teacher overcome his
difficulties in teaching. Clinical characteristics of supervision can motivate teachers to be active
individuals in response to something, not passive so as solve the problem. The article aims to
describe the clinical supervision of the school learning process the method or writing this article
is literature study through a literature study. Studies show that administering clinical
supervision can improve the teacher’s performance during the school learning process.

Keywords: clinical supervision

2
PENDAHULUAN

Guru merupakan komponen yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan,


karena guru langsung berinteraksi dengan siswa. Pada kenyataannya dilapangan menunjukkan
adanya guru yang mengalami kesulitan dalam menerapkan proses pembelajaran, kondisi inilah
yang mendasari perlunya guru memperoleh bantuan dan bimbingan dari kepala sekolah berupa
kegiatan supervisi.

Supervisi merupakan istilah yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi konsepnya
lebih manusiawi. Sagala dalam Yuni Siregar (2010) menyatakan bahwa menurut konsep kuno
supervisi dilaksanakan dalam bentuk “inspeksi“ atau mencari kesalahan (Ii and Tentang 2003).
Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional
kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan
proses pembelajaran secara efektif dan efisien (Bafadal, 2004:46)(大谷強 n.d.)

Mulyasa, (2002:135), mendefinisikan supervisi sebagai segala usaha pejabat sekolah


dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru,
menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode
mengajar serta evaluasi pengajaran(山口 and 口田 2013). Supervisi diartikan sebagai pelayanan
yang disediakan oleh pemimpin untuk membawa guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru
atau personil yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar dapat meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran di sekolah ( 山 口 and 口 田 2013). Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan
mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang
diawasi diketahui kekurangnnya untuk dapat diberi tahu bagaimana cara peningkatannya.
Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran (Rahmat 2013). Namun berdasarkan
fenomena yang terjadi terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan
supervisi, berdasarkan pengamatan terdapat ketidak konsistenan antara pandangan normatif dan
dengan pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya supervisi harus memperbaiki
pengajaran tetapi kenyataannya supervisor lebih menekankan pada tanggung jawab administasi
guru, hal ini berimplikasi terbalik pada tidak terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan
langsung dari supervisor untuk memperbaiki pengajaran. Misi utama supervisi pendidikan adalah
memberikan pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran,
memfasilitaskan guru agar dapat mengajar dengan efektif (Rahmat 2013).

Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai


fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan.
Supervisi di sini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang

3
instruksional, belajar dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah(Pendahuluan
1981). Dengan supervisi akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah yang lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah dan
hasil lebih baik. Pada hakekatnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan
profesional bagi guru- guru, bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang
memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka
lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar murid-murid(Pendahuluan 1981).

Tujuan dari supervisi pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran dengan cara memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas
mengajar guru di kelas sehingga membantu guru mengmbangkan profesi, pribadi dan membantu
kepala sekolah menyesuaikan program pendidikan yang sesuai dengan kondisi masyarakat (大谷
強 n.d.).

Sehingga bisa disimpulkan bahwa supervisi merupakan pembinaan yang berupa tuntunan
atau pembinaan kearah perbaikan pembelajaran melalui beberapa tahap untuk meningkatkan
mutu belajar mengajar. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua
program, untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan. Salah satu model supervisi
yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis.

Pengertian Supervisi Klinis

Banyak guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran pada mata
pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata
pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek metodologis sehingga
bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis dapat diartikan proses pertemuan tatap
muka antara supervisor dan guru, membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan
pembelajaran dan pengembangan profesi dengan cara kolegial atau kesejawatan antara
supervisor dan guru (Sergiovanni, 1979 dalam Imron, 2011)(Ansori, Supriyanto, and
Burhanuddin 2016).

Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara


tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Hal tersebut sangat
mendukung PP 22 Tahun 2006, tentang Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, yang mengharuskan guru taat asas terhadap isi mata pelalajaran yang diajarkannya
(Klinis, Pengantar, and Robert 2007). Supervisi klinis adalah upaya yang dirancang secara
rasional dan praktis untuk memperbaiki performan guru di kelas dengan tujuan mengembangkan
profesional guru dan perbaikan pengajaran. Supervisi klinis merupakan satu model supervisi
untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui. Richard Willer (dalam Bolla, 1982)
memberikan batasan supervise klinis sebagai layanan yang memfokuskan pada perbaikan

4
pengajaran dengan menjalankan siklus yang sistimatis sari tahap perencanaan, pengamatan, dan
analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan pengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
modifikasi yang rasional (Klinis et al. 2007). Supervisi klinis dirancang untuk memberikan
bantuan kepada guru dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan guru memecahkan
persoalan. Supervisi klinis difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional berdasarkan atas bukti pengamatan .

Dalam pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar
lebih baik dalam belajar. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan sebagai hubungan tatap muka
antara supervisor dengan guru yang berfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yang
mengajar di kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya untuk terselenggaranya
pendidikan yang efektif, diperlukan upaya pembinaan secara teratur terhadap aspek-aspek
personal, organisasional, operasional dan material (Ii and Tentang 2003). Supervisi Klinis
menurut Richard Weller yang dikutip oleh Acheson dan Gall, mendefinisikan bahwa supervisi
klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
sarana siklus yang sistematis dalam perencanan, pengamatan, serta analisis yang intelektual dan
intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan
cara yang rasional.(Sarjana and Islam 2016)

Ada beberapa alasan mengapa supervise klinis perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam
rangka membantu guru mengatasi masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran yang terkait
dengan kualitas pembelajaran, profesionalisme guru, tanggung jawab kepala sekolah , dan
peningkatan mutu pendidikan. Pada konsepnya supervisi klinis dianalogikan dengan seorang
pasien yang sakit dan menginginkan kesembuhan dari penyakitnya, lalu ia datang ke dokter
untuk diobati (Prasojo dan Sudiyono, 2011). Begitu juga seorang guru, memiliki kesadaran akan
masalah yang dihadapi dalam tugasnya dan meminta kepala sekolah (supervisor) untuk
membantunya. Oleh karena itu, supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademik.
Perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif supervisor, sedangkan
supervisi klinis inisiatif awal datangnya dari kesadaran guru.(Ansori et al. 2016)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah selaku supervisor hendaknya dapat
memilih dan menggunakan model supervisi yang sesuai dengan kebutuhan guru yang
keterampilan dasar mengajarnya lemah melalui proses tatap muka antara supervisor dengan guru
membahas proses mengajar dalam kelas demi memperbaikan pembelajaran dan pengembangan
profesi. Supervisi klinis merupakan upaya yang dirancang secara rasional dan praktis untuk
memperbaiki pengajaran dan mengembangkan pengajaran melalui pengembangan profesional
guru.

Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

5
Prinsip supervisi klinis meliputi : (1) dilaksanakan dalam hubungan yang demokratik,
interaktif, dan harmonis; (2) terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru untuk memperbaiki
kelemahannya dalam mengajar; (3) observasi dan analisis umpan balik didasarkan pada
kesepakatan yang dibuat sebelumnya.

Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah:

1. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, adalah mitra kerja
yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.
2. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil
pengamatan.
3. Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.
4. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
5. Hasil tidak untuk disebarluaskan
6. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang
lingkup pembelajaran.
7. Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
(pengamatan) dan tahap siklus balikan.

Tujuan supervisi Klinis

Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis
mulai tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan
pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :

1. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas


proses pembelajaran.
2. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
3. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam
proses pembelajaran
4. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan
dalam proses pembelajaran
5. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara
berkelanjutan.

Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual


dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1)
keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2)
6
keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3)
keterampilan dalam proses pembelajaran.
3. Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan
penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas
kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.

Langkah-langkah Supervisi Klinis

Glickman dkk (2010:288-289) menjelaskan lima langkah supervisi klinis, yaitu: (1) pra
konferensi dengan guru; (2)observasi kelas; (3) analisis interpretasi observasi dan menetapkan
pendekatan konverensi; (4) pertemuan yang di- lakukan setelah melakukan observasi; (5)
Melaku- kan kritik empat langkah sebelumnya.(Rugaiyah 2017)

Prosedur supervisi klinis ada tiga tahap atau aktivitas dalam proses supervisi klinis, yaitu:
(1) tahap perencanaan (tahap pertemuan awal); (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap
evaluasi dan analisis (pertemuan balikan).

Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut:

1. Tahap perencanaan awal.

Pada tahap pertemuan awal (preconverence) dilakukan sebelum melaksanakan observasi


kelas. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (a) menciptakan suasana
yang intim dan terbuka, (b) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode,
waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (c)
menentukan fokus obsevasi, (d) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (e)
menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.

2. Tahap pelaksanaan observasi. Perhatian observasi ini pada ditujukan pada aktivitas guru
dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan guru. Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain: (a) harus luwes, (b) tidak mengganggu proses pembelajaran,
(c) tidak bersifat menilai, (d) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses
pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (e) menentukan teknik pelaksanaan
observasi.
3. Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain: (a) memberi penguatan; (b) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (c) mengulas
kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (d) mengkaji data hasil pengamatan, (e)
tidak bersifat menyalahkan, (f) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (g)
penyimpulan, (h) hindari saran secara langsung, dan (i) merumuskan kembali kesepakatan-
kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

INSTRUMEN SUPERVISI KLINIS DAN EVALUASI

7
Nama Sekolah : ………………………………………

Nama Guru : ………………………………………

Mata Pelajaran : ………………………………………

No Aspek Tanggapan Alasan & Kendala Saran & Solusi

A. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Satu jam pelajaran 40 (….) Ya


menit
(….) Tidak

2. Kegiatan pembelajaran (….) Selalu ………………………………


dilaksanakan sesuai
(….) Sering ………………………………
dengan Silabus dan
RPP yang telah (.....) Kadang-kadang ………………………………
disusun.
(.....) Tidak sesuai ………………………………

3. Siswa mudah (….) Sangat mudah ………………………………


diarahkan untuk
(….) Mudah ………………………………
mengikuti kegiatan
pembelajaran (….) Tidak Tentu ………………………………

(.....) Tidak mudah ………………………………

4. Siswa aktif dalam (….) Sangat aktif ………………………………


mengikuti kegiatan
(….) Aktif ………………………………
pembelajaran
(….) Tidak tentu ………………………………

(…. ) Tidak aktif ………………………………

5. Siswa belajar sambil (….) Sangat mungkin ………………………………


mengerjakan
(….) Mungkin ………………………………
(Learning by doing)
(.....) Tidak tentu ………………………………

(.....) Tidak mungkin ………………………………

6. Komponen-komponen (….) Sangat mungkin ………………………………


pembelajaran CTL

8
No Aspek Tanggapan Alasan & Kendala Saran & Solusi

dapat diterapkan (….) Mungkin ………………………………


secara proporsional
(.....) Tidak selalu ………………………………
sesuai tujuan
pembelajaran (.....) Tidak dapat ………………………………

7. Siswa dapat (….) Sangat mungkin ………………………………


mengkonstruk
pemahamannya (….) Mungkin ………………………………
terhadap substansi (.....) Tidak selalu ………………………………
yang dipelajari
(.....) Tidak dapat ………………………………

8. Penilaian Berbasis (….) Sangat memadai ………………………………


Kelas dapat
dilaksanakan secara (….) Memadai ………………………………
memadai (.....) Kurang memadai ………………………………

(.....) Tidak memadai ………………………………

9. Tujuan pembelajaran (….) Sangat sesuai ………………………………


dapat dicapai sesuai
rencana (….) Sesuai ………………………………

(.....) Kurang sesuai ………………………………

(.....) Tidak sesuai ………………………………

10. Target materi (dalam (….) Sangat tuntas ………………………………


satu semester) yang
seharusnya dibahas (….) Tuntas ………………………………
dalam pembelajaran (.....) Kurang tuntas ………………………………
dapat tuntas
(.....) Tidak tuntas ………………………………

11. Prestasi belajar siswa (….) Sangat tinggi ………………………………

(….) Tinggi ………………………………

(......) Sedang ………………………………

9
No Aspek Tanggapan Alasan & Kendala Saran & Solusi

(….) Rendah ………………………………

12. Kegiatan remidi (….) Selalu ………………………………


diselenggarakan bagi
siswa yang belum (…..) Sering ………………………………
mencapai ketuntasan (….) Kadang-kadang ………………………………
penguasaan sesuai
target kompetensi (......) Tidak pernah ………………………………

13. Pengayaan (….) Selalu ………………………………


diselenggarakan bagi
siswa yang lebih cepat (….) Sering ………………………………
dalam mencapai (….) Kadang-kadang ………………………………
ketuntasan
penguasaan sesuai (….) tidak pernak ………………………………
target kompetensi

METODE PENELITIAN
Artikel ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi literatur atau
tinjauan kepustakaan (literature study). Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka.
Secara umum studi literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain istilah studi
literatur ini juga sangat dikenal dengan sebutan studi pustaka.
Sumber data dalam makalah ini adalah dengan menggunakan data sekunder yaitu semua
hal yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu bersumber dari jurnal-jurnal ilmiah, buku bacaan,
dan website. Semua informasi yang didapat sumber utama yaitu jurnal ilmiah kemudian
dianalisis isinya dan dituangkan dalam artikel ini.

PEMBAHASAN

10
Menurut Cogan (dalam Sagala, 2012), bahwa supervisi klinis sebagai upaya yang
dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas dengan
tujuan untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Jadi, supervisi klinis
dirancang untuk memperbaiki dan mengembangkan pengajaran melalui pengembangan
profesional guru. dan dapat melaksanakan aktivitas supervisi klinis. Guru di sekolah setempat
kegiatan supervisi ini memilki dampak positif yaitu berupa motivasi yang kuat untuk
meningkatakan kualitas pembelajaran sebagai indikator meningkatnya kinerja guru. Proses
supervisi klinis lebih mudah dilaksanakan dengan dasar keterbukaan antara guru dan supervisor
dalam mencari solusi permasalahan pembelajaran. Pada kegiatannya juga antara guru dan
supervisor bersifat kolegial sehingga terhindar dariketegangan dalam tindakannya. Menurut
Imron (2011), asumsi pendekatan supervisi klinis adalah bahwa para guru dalam proses
pembelajaran, berdasarkan atas hasil riset, lebih suka dikembangkan melalui supervisi klinis
yang bersifat kolegial dibandingkan dengan supervisi yang lain, apalagi dengan cara-cara yang
otoriter. Dalam supervisi klinis lebih banyak muatan kolegial sehingga dapat
dijadikan suatu pendekatan yang lebih efektif digunakan.
Pertemuan awal, guru dan kepala sekolah mengadakan pertemuan awal guna membahas
persiapan dalam supervisi klinis. Dalam hal ini guru harus terbuka tentang masalah pembelajaran
yang dihadapinya. Begitu juga dengan supervisor mengenai kesiapan dan kemampuannya dalam
kegiatan supervisi yang dilakukannya. Dalam tahap ini guru dan supervisor merencanakan
kegiatan dan sekaligus membuat instrumen untuk kegiatan observasi kelas. Observasi kelas, guru
mulai melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP dan kepala sekolah mulai melakukan
pengamatan pada apa yang dilakukan guru sesuai dengan instrument obsevasi, mengamati
kondisi kelas, apa yang dilakukan siswa, dan merekam kegiatan tersebut sampai selesai.
Pertemuan balikan, dalam hal ini guru dan supervisor mengadalkan refleksi untuk membahas
hasil observasi kelas yang telah dilaksanakan. Guru mengungkapkan perasaanya ketika proses
pembelajaran berlangsung. Supervisor memberikan apresiasi terhadap guru dan memberikan
saran serta masukan guna perbaikan pembelajaran berikutnya.

Contoh study kasus yaitu permasalahan dan solusi dalam Proses Pembelajaran Aktivitas
supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah tidak terlapas dari permasalahan yang mengganggu
kelancaran kegiatan pelaksanaaan pembelajaran khususnya di kelas 5 dan kelas 6, guru

11
mengalami permasalahan yaitu: (1)guru kurang menguasai dalam memimpin diskusi kelas, (2)
keterampilan guru dalam menjelaskan kurang efektif. Ini karena setiap guru tentu tidaklah mahir
dalam menguasai keterampilan mengajar. Maka kegiatan supervisi ini dapat memberikan
pengalaman dan perubahan terhadap gaya mengajar guru. Peran supervisor disini sangat
dominan untuk memberikan masukan dan solusi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
Guru diberikan arahan dalam hal keterampilan mengajaran yang dilaksanakan. Guru diharapkan
menguasai semua keterampilan mengajar dengan mahir. Supervisor selalu memberikan motivasi
dan pembinaan secara berkala guna meningkatkan penguasaan keterampilan guru dalam proses
pembelajaran. Dengan pendekatan klinis, supervisi akan memberikan hasil pembelajaran yang
dinamis menuju perbaikan.
Guru diharapkan menguasai semua keterampilan mengajar dengan mahir. Supervisor
selalu memberikan motivasi dan pembinaan secara berkala guna meningkatkan penguasaan
keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan klinis, supervisi akan
memberikan hasil pembelajaran yang dinamis menuju perbaikan. Supervisor atau kepala sekolah
perlu memfasilitasi guru dalam meningkatkan ketrampilan mengajarnya. Melalui berbagai
kesempatan setiap guru berhak mendapatkan pembinaan dan menambah pengetahuannya. Guru
wajib mengikuti kegiatan pengembangan diri untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses
pembelajaran. Kepala sekolah wajib membantu guru yang mengalami permasalahan dalam
proses pembelajaran di kelas. Kepala sekolah wajib untuk membantu para guru dalam
meningkatkan kinerjanya. Berhubungan dengan peningkatan kinerja guru, supervisi klinis dapat
menjadi solusinya. Dengan pelaksanaan supervisi klinis di sekolah dasar dapat membuat
perubahan yang positif pada keterampilan mengajar guru. Supervisi klinis dilaksanakan secara
kolegial antara guru dan supervisor sehingga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan
dirinya. Guru lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya dengan masukan dan saran yang
berharga dari supervisor dan rekan sejawat dengan perasaan terbuka menerima saran dan
masukan guna perubahan yang dinamis. Guru lebih memiliki peluang dalam peningkatan
keterampilan mengajarnya dengan supervisi klinis

KESIMPULAN
Supervisi klinis adalah suatu pendekatan yang dianggap efektif untuk meningkatkan keterampilan guru
dalam pembelajaran. Kinerja guru akan lebih meningkat dengan pembinaan yang tepat. Jadi, supervisi
klinis dapat dijadikan solusi dalam rangka meningkatkan kinerja guru.

12
Prinsip supervisi klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah harus konstruktif, menolong guru
agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada supervisor. Supervisi harus realistis dan
didasarkan pada kenyataan yang sebenarnya. . Pelaksanaan supervisi klinis lebih efektif jika antara
guru dan supervisor memiliki sifat keterbukaan. Kepala sekolah harus selalu menjaga hubungan yang
baik dengan bawahannya sehingga tercipta suasana yang harmonis di lingkungan sekolah.

REFERENSI

Ansori, Aan, Ahmad Supriyanto, and Burhanuddin. 2016. “Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian Dan
Pengembangan 1(12):2321–26.
Ii, B. A. B. and A. Tinjauan Tentang. 2003. “Tinjauan Pustaka.” 15–74.
Klinis, Supervisi, A. Pengantar, and L. Logan Robert. 2007. “Supervisi Klinis.” (16):152–73.
Pendahuluan, A. 1981. “A . Fungsi-Fungsi Dan Tujuan Supervisi Pendidikan 1 . Fungsi
Supervisi Pendidikan.”
Rahmat, Sutrisno. 2013. “Supervisi Pendidikan.” Tadris Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Islam
1(1):1–18.
Rugaiyah, Rugaiyah. 2017. “Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Informasi Dan
Teknologi.” Jurnal Cakrawala Pendidikan 35(3):421–31.
Sarjana, Gelar and Pendidikan Islam. 2016. “PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DI SD
ISLAM PLUS MASYITHOH KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan IAIN Puwokerto Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh JURUSAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM.”
大谷強. n.d. “No Title 日本における介護サ ビス 市場の 特徴 経済学的分析の 前提の 検
討.” 167–89.
山口悠 and 口田圭吾. 2013. “No Title 消費者型官能評価によ る食味との関連性.” 日本畜
産学会報 84:487–92.

13

Anda mungkin juga menyukai