Anda di halaman 1dari 7

PRAMADHANA GEMARIANTO / 10516077

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGETIKA KIMIA MODUL A1

I. Judul Percobaan
TERMOKIMIA

II. Tujuan Percobaan


Untuk memberikan pengertian dan pemahaman mengenai Termodinamika, dengan cara
memahami hal sebagai berikut:
- Menentukan kalor pembakaran nafgtalena dan paraffin cair dengan parr Adiabatik
Kalorimetri Bom

III. Dasar Teori


Kalorimeter bom bekerja secara adiabatik. Kalor yang
dilepaskan pada proses pembakaran di dalam kalorimeter bom akan
menaikan suhu kalorimeter dan dapat dijadikan sebagai dasar

Pereaksi
pada suhu T Hasil
reaksi
pada
suhu T’

Hasil reaksi
pada suhu T
penentuan kalor pembakaran menggunakan diagram berikut:

Gambar 1. Diagram penentuan kalor pembakaran

Berdasarkan diagram di atas, yang harus ditentukan ialah ΔU r


yaitu perubahan energi dalam bagi proses dengan pereaksi dan hasil
reaksi berada pada suhu yang sama. Berdasarkan hukum Hess
ΔUk = ΔUT + ΔU’
= ΔUT + C (T’ – T)
Dengan C ialah kapasitas kalor kalorimeter (ember + air + bom).
Karena proses berlangsung secara adiabatik, ΔUk = 0, maka
ΔUT = - C (T’ – T)

Perubahan energi dalam dapat dihitung dengan mengukur


kenaikan suhu dan kapasitas kalor, C. Kapasitas kalor ditentukan dari
pembakaran sejumlah zat yang telah diketahui kalor pembakarannya,
misalnya asam benzoat, C6H5COOH.

Pada penentuan ini perlu dilakukan koreksi karena terbentuk


asam nitrat dan ada kalor yang dilepaskan oleh pembakar kawat
pemanas. Jika zat yang dibakar juga

IV. Alat Dan Bahan


a. Alat
- Buret+klem buret 1 buah
- Stopwatch 1 buah
- Botol Semprot 1 buah
- Termometer 1 buah
- Air 2 gram
b. Bahan
- Asam Benzoat 2 gram
- Naftalena 2 gram
- Paraffin 2 gram
- Gas Oksigen
- Larutan baku Na1CO3 25mL
- Indikator Metil Merah
V. Cara Kerja
A. Penetuan kapasitas kalor kalorimeter

1. Timbang sejumlah tablet asam benzoat.


2. Masukkan asam benzoat ke dalam Bom dan pasang kawat
pemanas pada kedua elektroda (kawat harus menyentuh asam
benzoat).
3. Isi Bom dengan oksigen sampai tekanan pada manometer mencapai 30 atm.
4. Isi ember kalorimeter dengan air sebanyak 2 liter dan kemudian
atur suhu air dalam ember sampai ± 1,5 oC dibawah suhu kamar.
5. Masukkan ember ke dalam kalorimeter, kemudian letakkan Bom di dalam
ember.
6. Diamkan selama 5 menit sampai suhu dalam air setimbang.
7. Jalankan arus listrik untuk membakar cuplikan dan kemudian
amati perubahannya suhunya.
8. Catat suhu air dalam ember setelah 6 menit pembakaran dan
kemudian catat perubahan suhunya dalam setiap menit hingga
mencapai nilai maksimum yang konstan (selama 2 menit).
9. Setelah selesai, keluarkan Bom dan buang gas hasil reaksinya.
10. Cuci bagian dalam Bom dan tampung hasil cuciannya dalam Erlenmeyer.
11. Titrasi hasil cuciannya dengan larutan Na2CO3 menggunakan
indikator metil merah.
12. Lepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dari elektroda dan
ukur panjangnya untuk menentukan panjang kawat yang
terbakar.
13. Hitung kapasitas kalor kalorimeter.

B. Penentuan kalor pembakaran zat


Langkah yang dilakukan sama dengan yang di atas dengan
jumlah cuplikan yang dimasukkan sebanyak 1 gram. Jika zat berupa
padatan, maka zat tersebut harus ditekan menjadi tablet kemudian
ditimbang beratnya. Sedangkan bila zat berupa cairan yang mudah
menguap maka zat harus dimasukkan ke dalam kapsul kaca yang
tipis.
VI. Data Pengamatan
1. Penentuan kapasitas kalor Kalorimeter
- Timbanglah sejumlah Asam Benzoat (Asam Benzoat=0.9461 g)
- Asam Benzoat yang sudah ditimbang kemudian dipadatkan.
- Taruh asam benzoat di dudukan bom Kalorimeter.
- Kemudian, siapkan dan ukur panjang kawat yang akan digunakan.
- Lalu, pasang kawat pemanas pada kedua elektroda.
- Pastikan kawat pemanas menyentuh Asam Benzoat.
- Masukan dudukan ke dalam bom Kalorimeter.
- Tutup bom Kalorimeter dan kencangkan.
- Isi bom dengan Oksigen sampai tekanan pada Manometer mencapai 20 atm.
- Siapkan air sebanyak 2L, kemudian atur suhu air +- 1,5 o selsius di bawah suhu
kamar.
- Masukkan ember ke dalam Kalorimeter, kemudian letakkan bom ke dalam
ember.
- Lalu, isi ember calorimeter dengan air sebanyak 2 L yang suhunya sudah diatur.
- Nyalakan alat Kalorimeter.
- Atur suhu Kalorimeter hingga setimbang dengan cara menambahkan air dingin
dan air panas.
- Dengan memencet tombol yang ada pada Kalorimeter.
- Kemudian, jalankan arus listrik untuk membakar cuplikan.
- Dan kemudian amati perubahan suhunya.
- Catat suhu air setelah 6 menit pembakaran (21.15oC).
- Kemudian catat perubahan suhunya dalam setiap menit hingga mencapai nilai
maksimum yang konstan (tidak terlihat di video praktikum).
- Setelah selesai, keluarkan bom dan buang gas hasil reaksinya.
- Cuci bagian dalam bom dan tampumg hasil cuciannya dalam Erlenmeyer.
- Tambahkan beberapa tetes indikator metil merah.
- Titrasi hasil cucian dengan larutan Na2CO3
- Hingga larutan berubah dari merah muda menjadi bening tidak berwarna.
- Setelah bening, catat volume titran yang digunakan (…..grm – tidak terlihat di
video praktikum).
- Lepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dari elektroda dan ukur
panjangnya (…..cm – tidak terlihat di video prakitkum) untuk menentukan
Panjang kawat yang terbakar.
2. Penentuan kalor pembakaran zat
Untuk penentuan kalor pembakaran zat, langkah yang dilakukan, sama dengan
yang dilakukan sebelumnya. Dengan mengganti Asam Benzoat dengan zat yang ingin
ditentuksn dengan kalor pembakarannya.

VII. Pengolahan Data


Fungsi gelombang adalah suatu persamaan matematis yang menggambarkan keadaan
kuantum dari suatu system kuantum terisolasi.
Syarat-syarat fungsi gelombang adalah suatu persamaan matematis yang
menggambarkan keadaan kuantum dari suatu sistem kuantum terisoalasi. Fungsi
gelombang merupakan suatu amplitudo probablilitas bernilai kompleks dan
kebolehjadian untuk hasil yang mungkin dari pengukuran yang di buat oleh system
dapat di turunkan dari nya, secara umum, funsghi gelombang disimpilkan dengan huruf
PSI.
Fungsi gelombang angular orbital bergantung pada nilai 𝜃 dan 𝜙, kecuali orbital s. Oleh
karena itu, orbital s bentuknya simetri sferik terhadap inti atom. Fungsi 𝐴(𝜃,𝜙)dari
orbital pz hanya bergantung pada 𝜃, tidak bergantung pada 𝜙, sementara kedua orbital
p yang degenerasi dengan orbital pz, yaitu px dan py bergantung pada kedua sudut
tersebut.

VIII. Pembahasan
1. Apakah perbedaan ΔU dan ΔH?
Energi dalam (U) adalah total energi yang dikandung dalam sebuah sistem
dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan sistem sebagai satu
kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem akibat gaya-gaya dari luar. Oleh karena
itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan E = Ek + Ep. Namun karena
besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur,
maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat
ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem.
Perubahan energi dalam ΔU dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan
kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu,
perubahan energi dalam dirumuskan dengan persamaan E = q - wdapat
diketahui dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila suatu
sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan
persamaan E=q – w.
Penentuan perubahan entalpi ΔH suatu reaksi dapat dilakukan secara empirik
maupun secara semiempirik. Secara empirik, artinya melakukan pengukuran
secara langsung di laboratorium, sedangkan semiempirik adalah menggunakan
data termodinamika yang sudah ada di handbook. Perubahan entalpi reaksi
dapat ditentukan melalui pengukuran secara langsung di laboratorium
berdasarkan perubahan suhu reaksi karena suhu merupakan ukuran panas
(kalor). Jika reaksi dilakukan pada tekanan tetap maka kalor yang terlibat dalam
reaksi dinamakan perubahan entalpi reaksi (ΔH reaksi).
ΔUT adalah energi yang diukur dari suatu reaksi isotermoc (temperature
tetap/tidak ada ΔT) sedangkan ΔHT adalah perubahan energi yang diukur dari
reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, namun volune dan
temperaturnya berubah.

2. Mengapa ΔU pada persamaan (1) sama dengan nol?


Perubahan energi ΔU dalam bernilai 0 jika jumlah kalor yang masuk sama besar
dengan jumlah kerja yang dilakukan, dan jika kalor yang dikeluarkan sama besar
dengan kerja yang dikenakan pada sistem. Artinya, tidak ada perubahan energi
dalam yang terjadi pada sistem.
Karena reaksi berlangsung secara adiabatik sehingga tidak ada perubahan energi
dalam dan tidak ada kalor yang keluar dari dalam sistem akibatnya ΔUki=0

3. Turunkan persamaan (5)!


Persamaan (5): ΔHT=ΔUT + (Δn)RT
ΔUT=qp + W
ΔUT= qP – pΔV
Qp=ΔuT + pΔV …..(1)

U1-U2= qp - p (V1-V2)
qp= (U2-PV2)-(U1-PV1)
H=U+pV
qp=H2-H1
qp=ΔHT …. (2)

Sehingga, jika persamaan (1) dan (2) digabungkan,


ΔHT= ΔUT + p ΔV
P ΔV = (Δn)RT
ΔHT=ΔUT + (Δn) RT

4. Perkirakan kalor pembakaran naftalena dari energi ikatan dan data lain yang
diperoleh dari literatur.
Kalor pembakaran naftalena dari energi ikatan adalah -4144 kJ/mol
C10 + 12 O2 (g) 10CO2(g) + 4 H2O(l)

^Hco = [6(^Hc-c) + 8(^Hc-H) + 5(^Hc=c) + 12(^ho=o)] – (10 x 2(^hc=o] + 4 x 2(^HO-H)]


=[6(348) + 8(412) + 5(612) + 12(948)] – [10 x 2(743) + 4 x 4(463)]
=14420 – 18564
=-4144 kJ/mol
IX. Kesimpulan

X. Saran

XI. Daftar Pustaka


1. Yu, X., Zhou, C.R., Han, X.W., Li, G.P. Study on Thermodynamic Properties of
Glyphosate by Oxygen-bomb Calorimeter and DSC. J. Therm. Anal. Calorim. 2013,
111, 943-949.

Anda mungkin juga menyukai