net/publication/337683199
CITATION READS
1 899
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Sahri Yanti on 02 December 2019.
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan oleh penjual gorengan sebagai
media pengolahan gorengan. Akan tetapi, penggunaan minyak goreng secara berulang dapat
mempengaruhi kualitas minyak goreng dan memberikan dampak negatif bagi tubuh apabila dikonsumsi
dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu minyak goreng dan
kelayakan konsumsi gorengan di Kota Sumbawa berdasarkan analisis fisiko-kimia meliputi uji warna,
uji organoleptik bau , uji kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida, dan cemaran logam
menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Dari penelitian ini diperoleh hasil uji kualitas
sampel minyak goreng untuk uji kadar air 0,1365-0,5156%, bilangan asam 0,482-3,444 mg KOH/gr,
bilangan peroksida 6-30,8 mek O2/kg, cemaran logam Kadmium (Cd) 0,0001-0,0003 mg/kg dan
cemaran logam Timbal (Pb) 0,0001-0,0011 mg/kg. Hasil penelitian terhadap 9 sampel yang diuji,
menunjukkan bahwa semua sampel uji tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng berdasarkan SNI
01-3741-2013, namun pada uji cemaran logam Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb), semuanya berada
dibawah maksimal cemaran logam.
Kata kunci: Minyak goreng, analisis fisiko-kimia, Sampel tidak memenuhi Standar SNI
1
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
fisiko-kimia yang meliputi uji organoleptik, rasa gurih serta menambah nilai kalori pada
analisis kadar air, uji bilangan asam, bilangan bahan pangan yang digoreng. Setelah dilakukan
peroksida serta kandungan logam pada sampel penggorengan maka akan menghasilkan sisa
minyak goreng yang telah digunakan oleh minyak goreng yang lebih dikenal dengan
pedagang kaki lima dan penjual makanan cepat sebutan minyak jelantah. Minyak jelantah
saji. adalah minyak yang dihasilkan dari sisa
penggorengan dan dapat menyebabkan minyak
Tinjauan Pustaka berasap atau berbusa pada saat penggorengan,
Minyak goreng adalah minyak yang berasal berwarna coklat, serta flavour yang tidak
dari lemak tumbuhan atau lemak hewan yang disukai dari makanan yang digoreng (Hambali,
dimurnikan dan berbentuk cair pada suhu ruang 2007).
dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan (Sitepoe dalam Noriko dkk, 2012). Dalam minyak nabati terkandung asam-asam
Sedangkan menurut SNI (2013), minyak lemak yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh
goreng adalah bahan pangan dengan komposisi manusia yang dapat mencegah penyempitan
utama trigliserida yang berasal dari bahan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.
nabati, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, Lebih lengkapnya disajikan jenis-jenis asam
termasuk hidrogenesis, pendinginan dan telah lemak yang terdapat pada minyak nabati yang
melalui proses refinasi atau pemurnian yang dapat digunakan untuk menggoreng sesuai
digunakan untuk menggoreng. dengan Tabel
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar
panas, memberi tekstur renyah dan menambah
2
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
3
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
0.4189
0.3966
0.4 0.3589
0.3219
0.2915
0.3
0
S20 C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel
4
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
5
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
logam dalam jumlah yang sangat sedikit, logam digunakan untuk menggoreng (Djohan et al,
ini biasanya sudah terdapat secara alami dalam 2015). Rendahnya kandungan logam dalam
bahan namun tetap dalam jumlah aman sampel uji minyak goreng juga disebabkan oleh
(Widowati, 2011). Pada proses penggorengan alat-alat untuk menggoreng yang digunakan
pada daging ayam broiler menyebabkan protein oleh penjual gorengan dan cepat saji digunakan
yang mengikat logam Cd, Fe, Zn, Pb, dan Cu dalam keadaan bersih dan tidak terkontaminasi
akan terdenaturasi sehingga kandungan logam dengan alat atau bahan lain yang mengandung
akan mengendap didalam minyak goreng yang unsur logam.
4
3.444
3.5
3.029 2.917
3
Bilangan Asam
(mg KOH/g)
2.5 2.132
2.053
2 1.604
1.5 1.268
0.931 0.897
1
0.482
0.5
0
S20 C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel
Hasil analisis dari 9 sampel uji menunjukkan asam lemak jenuhnya akan menurun dan
bahwa bilangan asam yang dihasilkan dari meningkatkan kandungan asam lemak bebas.
semua sampel uji minyak goreng penjual Asam lemak bebas terbentuk karena proses
gorengan melebihi standar yang ditetapkan oleh oksidasi (Aminah, 2010) serta proses hidrolisis
SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 0,6 mg lemak yang disebabkan oleh air dengan katalis
KOH/g. Untuk hasil analisis pada sampel enzim atau panas pada ikatan trigliserida.
standar yang belum digunakan yaitu 0,482 mg Trigliserida mengandung air kemudian deberi
KOH/g. Namun setelah minyak goreng energi panas akan menghasilkan asam lemak
mengalami proses pemanasan, kandungan bebas dan gliserol seperti reaksi dibawah ini :
O R1
C
O
CH2 R2
O HO CH2
Energi
CH C + 3H2O C + CH OH
H2C O O Panas 3R OH
H2C
R3 O
OH
C
Sedangkan proses oksidasi dapat berlangsung oksigen dengan minyak goreng. Terjadinya
akibat terjadinya kontak antara sejumlah reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik
6
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
pada minyak goreng (Ketaren dalam Sedangkan sampel uji dengan kandungan
Chairunisa, 2013). Meskipun tidak ada sampel bilangan asam lemak bebas paling tinggi yaitu
uji yang memenuhi Standar Mutu Minyak sampel uji G3 kemudian diikuti oleh sampel uji
Goreng SNI 01-3741-2013, namun smapel uji C3, G4, G5 dan G2. Rata-rata kandungan asam
G1 adalah sampel uji dengan kandungan lemak bebas rendah pada sampel uji adalah
bilangan asam lemak bebas paling rendah yaitu pada sampel C1, C2, dan C4 yang diambil dari
0,897 mg KOH/kg. Bahan yang digoreng penjual cepat saji . Hal ini dikarenakan jenis
adalah keripik singkong yang pada pengujian bahan yang digoreng lebih sedikit.
kadar air memiliki nilai kadar air paling rendah.
35
30.8
30
Bilangan Peroksida
(Mek O2/Kg)
25
21.4
20 18 18
15.4 16
15
10.8 10
10
6
5
0
C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel
Berdasarkan hasil analisis uji bilangan digoreng berbeda. Semakin tebal bahan yang
peroksida secara keseluruhan dari 9 sampel uji digoreng maka semakin lama proses
menunjukkan bahwa 7 sampel diantaranya penggorengan yang dilakukan. Rata-rata
mengandung bilangan peroksida melebihi bilangan peroksida tertinggi pada sampel Uji
standar yang ditetapkan oleh SNI 01-3741- G2, G3, dan G4 pada penjual gorengan. Hal ini
2013 yaitu maksimal 10 mek O2/kg. Sampel disebakan banyaknya jenis bahan yang
yang memenuhi standar SNI 01-3741-2013 digoreng dengan ketebalan yang berbeda-beda
yaitu sampel C4 dan G1. Bilangan peroksida sehingga makin lama waktu yang dibutuhkan
tertinggi pada sampel uji minyak goreng G2 untuk menggoreng.
yaitu sebesar 32,8 mek O2/kg. Bahan yang
digoreng adalah pisang molen, pisang goreng, Penutup
tahu isi, lumpia, dan roti goreng. Hal ini Kesimpulan
disebabkan karena penggorengan yang Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
dilakukan secara terus menerus hingga bahan minyak goreng adalah warna dan bau, kadar air,
yang digoreng habis. sedangkan kandungan bilangan asam, bilangan peroksida, dan
bilangan peroksida terendah adalah sampel uji cemaran logam pada minyak goreng.
minyak goreng G1 yaitu sebesar 6 mek O2/kg.
Sampel uji G1 menggoreng keripik singkong Sampel uji yang masih layak untuk digunakan
yang bahanya diiris tipis sehingga menggoreng adalah sampel G1 karena masih memenuhi
lebih cepat. Sedangkan pada sampel uji C4, Standar Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-
bahan yang digoreng adalah ayam krispi akan 2013 (uji kadar air, uji logam, dan uji bilangan
tetapi penjual hanya menggoreng 1 kali untuk peroksida) akan tetapi pada uji warna memiliki
produksi 1 hari. Bilangan peroksida juga warna yang lebih gelap dari sampel uji lainnya
dipengaruhi oleh karakteristik bahan yang dan pada uji bilangan asam lemak bebas tidak
7
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017
memenuhi Standar. Dalam uji bilangan asam Minyak Bekas Hasil Penggorengan
lemak bebas, semua sampel uji tidak memenuhi Makanan Jajanan di Workshop Unhas,
Standar SNI ; Uji bilangan peroksida hanya Jurnal Teknologi Pangan, Makassar.
sampel uji C4, G1 yang memenuhi Standar ; Hambali, E. (2007), Teknologi Bioenergi,
sedangkan uji cemaran logam semua sampel uji Agromedia Pustaka, Jakarta.
yang memenuhi Standar. Kelayakan minyak Haryono et al. (2010), Pengolahan Minyak
goreng yang dipakai oleh penjual gorengan dan Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel
penjual cepat saji sudah mengalami penurunan Studi Kasus : Minyak Goreng Dari KFC
mutu yang dinalisis berdasarkan Standar Mutu Dago Bandung, Pengembangan
Minyak Goreng SNI 01-3741-2013. Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, Prosiding
Saran Seminar Nasional teknik Kimia
Perlunya penelitian lebih lanjut untuk meneliti “Kejuangan”, Yogyakarta.
sampel gorengan secara langsung dan Kusnandar, F. (2010), Kimia Pangan
mengetahui berapa kali maksimal penggunan Komponen Makro, Dian Rakyat, Jakarta
minyak goreng. Selain itu perlunya ada Noriko, N dkk. (2012), Analisis Penggunaan
penelitian lanjutan tentang cara menjernihkan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada
minyak goreng agar dapat dimanfaatkan Penjaja Makanan Di Fod Court UAI,
kembali tanpa memberi dampak negatif pada Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains
tubuh dan Teknologi, Universitas Al-Azhar
Indonesia, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Putri, Sarah. (2015), Efek Lama Pemanasan
Aminah, S. (2010), Bilangan Peroksida Minyak Terhadap Bilangan Peroksida Minyak
Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Goreng Yang Berpotensi Karsinogenik
Tempe pada Pengulangan Gorengan, Pada Pedagang Gorengan Di Kelurahan
Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 01, No. 01, Pasar Minggu, Skripsi, Universitas
Universitas Muhammadiyah Semarang, Islam Negeri Syarif Hidayatullah ,
Semarang. Jakarta.
BPS-Badan Pusat Statistik. (2017), Survey Serjouie et al. (2010), Effect Of Vegetasie-
Sosial Ekonomi Nasional, jakarta Based Oil On Psychochemical Properties
Chairunisa. (2013), Uji Kualitas Minyak of Oil During Deep Fat Frying,
Goreng Pada Pedagang Gorengan di American Journal Of Food Technologi,
Sekitar Kampus UIN Syarif Malaysia.
Hidayatullah Jakarta, Skripsi, UIN SNI-Standar Nasional Indonesia. (2009). Batas
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Maksimum Cemaran Logam Dalam
Djohan et al. (2015), Akumulasi Logam Berat Pangan, Badan Standarisasi Nasional
Dalam Daging Dan Tulang Ayam (BSN), Jakarta.
Kampung Dan Ayam Negeri, SNI-Standar Nasional Indonesia. (2013),
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Standar Mutu Minyak Goreng, Badan
Dwiloka dan Atmomarsono. (2010), Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta.
Kandungan Logam Berat Pb daging dada Widowati, H. (2011), Pengaruh Logam Cd dan
dan Paha Ayam Broiler yang Dipelihara Pb Terhadap Perubahan Warna Batang
dengan Sistem Kandang Panggung Sayuran, El-Hayah
Setelah Direbusdan Dikukus, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Fauziah, dkk. (2014), Analisis Kadar Asam
Lemak Bebas dalam Gorengan dari
8
I S S N 2527-970x