Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337683199

STUDI KUALITATIF DAN KUANTITATIF MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN


OLEH PENJUAL GORENGAN DI KOTA SUMBAWA

Article  in  Jurnal Tambora · December 2017


DOI: 10.36761/jt.v2i3.173

CITATION READS

1 899

3 authors, including:

Sahri Yanti Dinar Saputri


Sumbawa University of Technology Universitas Teknologi Sumbawa
9 PUBLICATIONS   1 CITATION    10 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sahri Yanti on 02 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

STUDI KUALITATIF DAN KUANTITATIF MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN


OLEH PENJUAL GORENGAN DI KOTA SUMBAWA
Destri Ariani, Sahri Yanti, Dinar Suksmayu Saputri
Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
sahri.farwana@gmail.com

Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan oleh penjual gorengan sebagai
media pengolahan gorengan. Akan tetapi, penggunaan minyak goreng secara berulang dapat
mempengaruhi kualitas minyak goreng dan memberikan dampak negatif bagi tubuh apabila dikonsumsi
dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu minyak goreng dan
kelayakan konsumsi gorengan di Kota Sumbawa berdasarkan analisis fisiko-kimia meliputi uji warna,
uji organoleptik bau , uji kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida, dan cemaran logam
menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Dari penelitian ini diperoleh hasil uji kualitas
sampel minyak goreng untuk uji kadar air 0,1365-0,5156%, bilangan asam 0,482-3,444 mg KOH/gr,
bilangan peroksida 6-30,8 mek O2/kg, cemaran logam Kadmium (Cd) 0,0001-0,0003 mg/kg dan
cemaran logam Timbal (Pb) 0,0001-0,0011 mg/kg. Hasil penelitian terhadap 9 sampel yang diuji,
menunjukkan bahwa semua sampel uji tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng berdasarkan SNI
01-3741-2013, namun pada uji cemaran logam Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb), semuanya berada
dibawah maksimal cemaran logam.

Kata kunci: Minyak goreng, analisis fisiko-kimia, Sampel tidak memenuhi Standar SNI

Pendahuluan botol, derrigent maupun reffil (isi ulang).


Minyak goreng adalah bahan pangan Namun tidak dipungkiri, masyarakat yang
dengan komposisi utama dari trigliserida berpenghasilan menengah kebawah masih
dengan atau tanpa perubahan kimiawi. Pada banyak yang menggunakan minyak goreng
umumnya berbentuk cair pada suhu ruang dan curah yang harganya lebih murah.
digunakan untuk menggoreng makanan Akan tetapi munculnya masalah tentang
(Sugiati dalam Chairunisa, 2013). Sedangkan penggunaan minyak goreng jelantah atau
menurut Haryono et al (2010) minyak goreng penggunaan minyak goreng secara berulang
merupakan minyak yang telah mengalami cukup meresahkan masyarakatyang kadangkala
proses pemurnian yang meliputi degumming, tidak dapat dikenali dari tampilan produk
netralisasi, pemucatan, deodorisasi. Minyak gorengan. Apabila minyak goreng dipanaskan
goreng kebanyakan diperoleh dari tumbuhan berulang kali pada suhu tinggi (150-200°C)
seperti kelapa, kelapa sawit, kacang-kacangan, akan menyebabkan kerusakan minyak atau
jagung dan kanola. lemak sehingga mengakibatkan keracunan
Minyak goreng mengandung zat yang dalam tubuh dan munculnya berbagai macam
penting untuk menjaga kesehatan tubuh penyakit, misalnya pengendapan lemak dalam
manusia. Minyak goreng juga berperan pembuluh darah, kanker dan menurunkan nilai
memberi nilai kalori paling besar diantara zat cerna lemak (Khomsan dalam Fauziah, 2014).
gizi lainnya. Sebagian kecil minyak goreng Kecenderungan ini disebabkan oleh faktor
akan diserap oleh bahan pangan yang digoreng ekonomi, rasa sayang dan merasa rugi jika
sehingga m emberikan rasa gurih, kenampakan minyak goreng tersebut tidak digunakan karena
bahan bakanan menjadi lebih menarik, serta harus dibuang dan diganti dengan yang baru.
tekstur permukaan yang kering (Winarno dalam Sehingga, secara langsung kualitas minyak
Aminah, 2010). goreng yang digunakan akan mempengaruhi
Minyak goreng adalah salah satu cita rasa dan layak atau tidaknya gorengan itu
kebutuhan pokok masyarakat Sumbawa, selain dikonsumsi. Berdasarkan uraian diatas, untuk
untuk keperluan rumah tangga, juga banyak itu penelitian ini akan fokus pada “ Studi
gunakan oleh penjual gorengan di Kota Kualitas Minyak Goreng sebagai Analisis
Sumbawa. Minyak goreng yang digunakan Kelayakan Konsumsi Gorengan di Kota
bervariasi, seperti minyak goreng kemasan Sumbawa”. Analisis ini berdasarkan sifat

1
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

fisiko-kimia yang meliputi uji organoleptik, rasa gurih serta menambah nilai kalori pada
analisis kadar air, uji bilangan asam, bilangan bahan pangan yang digoreng. Setelah dilakukan
peroksida serta kandungan logam pada sampel penggorengan maka akan menghasilkan sisa
minyak goreng yang telah digunakan oleh minyak goreng yang lebih dikenal dengan
pedagang kaki lima dan penjual makanan cepat sebutan minyak jelantah. Minyak jelantah
saji. adalah minyak yang dihasilkan dari sisa
penggorengan dan dapat menyebabkan minyak
Tinjauan Pustaka berasap atau berbusa pada saat penggorengan,
Minyak goreng adalah minyak yang berasal berwarna coklat, serta flavour yang tidak
dari lemak tumbuhan atau lemak hewan yang disukai dari makanan yang digoreng (Hambali,
dimurnikan dan berbentuk cair pada suhu ruang 2007).
dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan (Sitepoe dalam Noriko dkk, 2012). Dalam minyak nabati terkandung asam-asam
Sedangkan menurut SNI (2013), minyak lemak yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh
goreng adalah bahan pangan dengan komposisi manusia yang dapat mencegah penyempitan
utama trigliserida yang berasal dari bahan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.
nabati, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, Lebih lengkapnya disajikan jenis-jenis asam
termasuk hidrogenesis, pendinginan dan telah lemak yang terdapat pada minyak nabati yang
melalui proses refinasi atau pemurnian yang dapat digunakan untuk menggoreng sesuai
digunakan untuk menggoreng. dengan Tabel
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar
panas, memberi tekstur renyah dan menambah

Tabel Komposisi Asam Lemak Dalam Tiga Minyak Nabati


Asam Lemak JumLah Minyak Minyak Minyak
Ataom C Sawit (%) Inti (%) Kelapa (%)
Asam Lemak Jenuh:
Oktanoat 8 - 2-4 8
Dekanoat 10 - 3-7 7
Laurat 12 1 41-55 48
Mirista 14 1-2 14-19 17
Palmitat 16 32-47 6-10 9
Stearat 18 4-10 1-4 2
Asam Lemak Tak Jenuh :
Oleat 18 38-50 10-20 6
Linoleat 18 5-14 1-5 3
Linolenat 18 1 1-5 -
Sumber: Majalah Sasaran No.4 dalam Noriko dkk, 2012

O R1 karbonnya. Asam lemak yang bersifat jenuh


C juga merupakan asam lemak dengan rantai
tunggal, biasanya terdapat dalam lemak atau
O minyak yang berasal dari hewan. Asam lemak
CH2 R2 jenuh seperti asam laurat, asam miristat, dan
asam stearat ini yang dapat menyebabkan
CH C penyumbatan pembuluh darah yang fatalnya
H2C O O menyebabkan serangan stroke. Berikut adalah
struktur kimia asam lemak jenuh sesuai dengan
R3 O
Gambar 2.2
C
O H H H H H H H
O
C C C C C C C C H
Gambar Struktur Kimia Minyak dan Lemak
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang HO H H H H H H H
tidak memiliki ikatan rangkap pada atom

2
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

Gambar 2.2 Struktur Kimia Asam Lemak O H


Jenuh H
HO C C
Asam lemak tak jenuh yaitu, bila rantai H
C C C C C C
hidrokarbonnya tidak dijenuhi oleh hidrogen
dan karena itu mempunyai satu ikatan rangkap H H
atau lebih. Asam lemak tak jenuh mudah rusak Gambar 2.3 Struktur Kimia Asam Lemak
apabila terkena panas tetapi sangat bermanfaat Tak Jenuh
bagi kesehatan. Contoh asam lemak tak jenuh
adalah linoleat, linolenat, dan arakidonat yang Berdasarkan rumusan yang ada dari Badan
berfungsi mencegah penyumbatan pembuluh Standarisasi Nasional (BSN) tentang mutu
darah. Berikut adalah struktur kimia asam minyak goreng berdasarkan Standar Nasional
lemak tak jenuh sesuai dengan Gambar 2.3 Indonesia (SNI) yaitu SNI 01-3741-2013
menetapkan bahwa standar mutu minyak
goreng seperti pada Tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Standar Mutu Minyak Goreng
Berdasarkan SNI 01-3741-2013
Kriteria Uji Persyaratan
Satuan Mutu
Keadaan
1. Bau Normal
2. Warna Normal
Kadar Air dan Bahan % (b/b) Maks 0,15
Menguap
Bilangan Asam mg KOH/gr Maks 0,6
Bilangan Peroksida mek O2/kg Maks 10
Cemaran Logam
1. Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1
2. Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,2
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2013).

Metodologi Penelitian 1 S20 Kuning Norma


Sampel dalam penelitian ini adalah minyak jernih l
goreng (bimoli) sebagai standar dan sampel uji 2 C1 Kuning Tidak
adalah minyak goreng yang telah digunakan kecoklata norma
(minyak jelantah) oleh pedagang kaki lima dan n l Normal
penjual cepat saji di sekitaran Kota Sumbawa, 3 C2 Kuning Tidak
seperti Labuhan Sumbawa, Terminal Sumer kecoklata norma
Payung, Lempeh, Brang Biji, Kampung Bugis, n l
Seketeng, Quick Chicken (samping Pragas), 4 C3 Kuning Tidak
Rocket Chicken, dan Amazy Chicken (Sumbawa kecoklata norma
Great Mall). Sampel kemudian diuji warna, n l
bau, bilangan asam, peroksida, kada air dan 5 C4 Kuning Tidak
cemaran logam. kecoklata norma
n l
Hasil dan Pembahasan 6 G1 Kuning Tidak
Hasil Uji Warna kecoklata norma
Tabel 4.4 Hasil Uji Warna Minyak Goreng n l
N Nama Warna Uji Standa 7 G2 Kuning Tidak
o Sampe Warn r SNI kecoklata norma
l a 01- n l
3471-
2013

3
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

8 G3 Kuning Tidak No Nama Bau Uji SNI 01-


kecoklata norma Sampel Bau 3471-
n l 2013
9 G4 Kuning Tidak 1 S20 Bau Normal
kecoklata norma khas
n l 2 C1 Bau Tidak
10 G5 Kuning Tidak tengik normal
kecoklata norma 3 C2 Bau Tidak Normal
n l tengik normal
4 C3 Bau Tidak
Sampel standar (S20) minyak goreng yang tengik normal
berwarna kuning jernih digunakan menjadi 5 C4 Bau Tidak
acuan sebagai sampel standar yang memiliki tengik normal
warna “normal” berdasarkan Standar Mutu 6 G1 Bau Tidak
Minyak Goreng SNI 01-3471-2013. Sehingga tengik normal
semua sampel uji dikatakan memiliki warna 7 G2 Bau Tidak
yang “tidak normal” karena memiliki warna tengik normal
lebih gelap dari sampel S20. 8 G3 Bau Tidak
Perubahan warna minyak goreng terjadi akibat tengik normal
proses penggorengan, kemudian disimpan dan 9 G4 Bau Tidak
dipanaskan kembali. Suhu pemanasan yang tengik normal
terlalu tinggi menyebabkan sebagian minyak 10 G5 Bau Tidak
teroksidasi. Selain itu minyak yang terdapat tengik normal
didalam suatu bahan, ketika dipanaskan akan
mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam Bau tengik pada sampel uji diketahui setelah
bahan tersebut (Putri, 2015). Selain itu senyawa dilakukan uji bau oleh panelis. Minyak goreng
volatil yang terkandung di dalam minyak yang terhidrolisis akan bereaksi menjadi
goreng akan menguap selama proses gliserol dan asam lemak bebas. Ketika
penggorengan berlangsung sehingga dipanaskan, gliserol akan menghasilkan
menyebabkan warna pada minyak goreng senyawa akrolein. Akrolein ini adalah senyawa
semakin gelap (Serjouie et al, 2010). aldehid yang bersifat volatil dan akan menguap
sehingga menyebabkan bau tengik.
Hasil Uji Bau
Tabel 4.7 Hasil Uji Organoleptik Bau Minyak
Goreng

Hasil Uji Kadar Air


0.6
0.5156
0.5
0.4216
Kadar Air (% b/b)

0.4189
0.3966
0.4 0.3589
0.3219
0.2915
0.3

0.2 0.1418 0.1578


0.1367
0.1

0
S20 C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel

Grafiik Uji Kadar Air Sampel Minyak Goreng

4
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

Berdasarkan grafik, hasil analisis menunjukkan R1


bahwa sebanyak 8 sampel uji minyak goreng COO
melebihi syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI O
OOC CH2
01-3741-2013 yaitu 0,15 % (b/b). Hasil analisis R CH -2H 2O CH
yang memenuhi Standar Mutu Minyak Goreng
SNI 01-3741-2013 adalah minyak goreng CH2
H2C + H2O
Panas
sampel standar (S20) dan G1 dengan nilai kadar COO CH3
airnya berturut-turut 0,1418 % (b/b) dan 0,1367 R
% (b/b). Sampel G1 memiliki kadar air lebih
rendah dibandingkan dengan standar Gliserol Akrolein Air
dimungkinkan karena minyak goreng yang
digunakan adalah minyak goreng sania. Selain Gambar 4.1 Reaksi Pembentukan Akrolein
itu bahan yang digoreng adalah keripik dan Air
singkong. Singkong yang diiris tipis
mengandung air yang lebih sedikit sehingga Uji Cemaran Logam
sedikit uap air yang dihasilkan. Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Logam Kadmium
Kadar air tertinggi adalah pada sampel uji C3 (Cd)
yaitu 0,5156 % (b/b). Berdasarkan rata-rata No Kode Logam Standar
nilai, kadar air tertinggi terdapat pada sampel Sampel Kadmium SNI 2013
C1 sampai C4 dari penjual makanan cepat saji. (Cd) mg/kg
Pada penjual makanan cepat saji bahan yang 1 S20 0,0002
digoreng adalah daging ayam yang dibalut 2 C1 0,0001
dengan adonan tepung. Secara alami 3 C2 0,0002
kandungan air pada daging ayam lebih banyak 4 C3 0,0003
daripada gorengan tahu, tempe, singkong dan 5 C4 0,0003 ≤ Maks
pisang. Dan proses pencelupan pada adonan 6 G1 0,0003 0,2 mg/kg
dilakukan 2 kali agar terbentuk tekstur yang 7 G2 0,0002
diinginkan. Ketika bahan digoreng, air di 8 G3 0,0002
permukaan dan dibagian dalam bahan akan 9 G4 0,0002
menjadi uap air. Semakin banyak kandungan 10 G5 0,0001
air bahan yang digoreng maka semakin banyak
uap air. Penguapan air bahan secara bersamaan Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Logam Timbal
bahan menyerap minyak goreng oleh bahan. (Pb)
Semakin sering penggunaan minyak goreng
No Kode Logam Standar
memberikan efek sinergis meningkatnya kadar
Sampel Timbal (Pb) SNI 2013
air pada minyak goreng yang disebabkan
mg/kg
adanya proses pencelupan bahan yang akan
1 S 20 0,0001
digoreng dengan adonan tepung yang telah
mengandung air (Chairunisa 2013). 2 C1 0,0011
Dengan adanya air, minyak goreng dapat 3 C2 0,0002
terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak 4 C3 0,0001
5 C4 0,0005 ≤ Maks 0,1
bebas. Setelah dipanaskan, ikatan pada gliserol
6 G1 0,0004 mg/kg
akan putus sehingga menyebabkan lepasnya
dua molekul air dan membentuk senyawa 7 G2 0,0005
akrolein dan air. Senyawa akrolein dapat 8 G 3 0,0009
mengiritasi mata dan menimbulkan rasa gatal 9 G4 0,0003
pada tenggorokan (Kusnandar, 2010). 10 G5 0,0006
Pembentukan akrolein dapat dilihat pada
reaksi: Hasil analisis cemaran logam kadmium (Cd)
dan timbal (Pb) sampel uji minyak goreng tidak
melebihi batas maksimal atau sudah memenuhi
Standar Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-
2013 yaitu ≤ 0,2 mg/kg untuk Kadmium (Cd)
dan ≤ 0,1 mg/kg untuk Timbal (Pb). Bahan
pangan berlemak umumnya mengandung

5
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

logam dalam jumlah yang sangat sedikit, logam digunakan untuk menggoreng (Djohan et al,
ini biasanya sudah terdapat secara alami dalam 2015). Rendahnya kandungan logam dalam
bahan namun tetap dalam jumlah aman sampel uji minyak goreng juga disebabkan oleh
(Widowati, 2011). Pada proses penggorengan alat-alat untuk menggoreng yang digunakan
pada daging ayam broiler menyebabkan protein oleh penjual gorengan dan cepat saji digunakan
yang mengikat logam Cd, Fe, Zn, Pb, dan Cu dalam keadaan bersih dan tidak terkontaminasi
akan terdenaturasi sehingga kandungan logam dengan alat atau bahan lain yang mengandung
akan mengendap didalam minyak goreng yang unsur logam.

Uji Bilangan Asam

4
3.444
3.5
3.029 2.917
3
Bilangan Asam
(mg KOH/g)

2.5 2.132
2.053
2 1.604
1.5 1.268
0.931 0.897
1
0.482
0.5
0
S20 C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel

Grafik 4.2 Uji Bilangan Asam Sampel Uji

Hasil analisis dari 9 sampel uji menunjukkan asam lemak jenuhnya akan menurun dan
bahwa bilangan asam yang dihasilkan dari meningkatkan kandungan asam lemak bebas.
semua sampel uji minyak goreng penjual Asam lemak bebas terbentuk karena proses
gorengan melebihi standar yang ditetapkan oleh oksidasi (Aminah, 2010) serta proses hidrolisis
SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 0,6 mg lemak yang disebabkan oleh air dengan katalis
KOH/g. Untuk hasil analisis pada sampel enzim atau panas pada ikatan trigliserida.
standar yang belum digunakan yaitu 0,482 mg Trigliserida mengandung air kemudian deberi
KOH/g. Namun setelah minyak goreng energi panas akan menghasilkan asam lemak
mengalami proses pemanasan, kandungan bebas dan gliserol seperti reaksi dibawah ini :
O R1
C

O
CH2 R2
O HO CH2
Energi
CH C + 3H2O C + CH OH
H2C O O Panas 3R OH
H2C
R3 O
OH
C

O Trigliserida Air Asam Lemak Bebas Gliserol Gambar


4.3 Reaksi Hidrolisis

Sedangkan proses oksidasi dapat berlangsung oksigen dengan minyak goreng. Terjadinya
akibat terjadinya kontak antara sejumlah reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik

6
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

pada minyak goreng (Ketaren dalam Sedangkan sampel uji dengan kandungan
Chairunisa, 2013). Meskipun tidak ada sampel bilangan asam lemak bebas paling tinggi yaitu
uji yang memenuhi Standar Mutu Minyak sampel uji G3 kemudian diikuti oleh sampel uji
Goreng SNI 01-3741-2013, namun smapel uji C3, G4, G5 dan G2. Rata-rata kandungan asam
G1 adalah sampel uji dengan kandungan lemak bebas rendah pada sampel uji adalah
bilangan asam lemak bebas paling rendah yaitu pada sampel C1, C2, dan C4 yang diambil dari
0,897 mg KOH/kg. Bahan yang digoreng penjual cepat saji . Hal ini dikarenakan jenis
adalah keripik singkong yang pada pengujian bahan yang digoreng lebih sedikit.
kadar air memiliki nilai kadar air paling rendah.

Hasil Uji Peroksida

35
30.8
30
Bilangan Peroksida
(Mek O2/Kg)

25
21.4
20 18 18
15.4 16
15
10.8 10
10
6
5

0
C1 C2 C3 C4 G1 G2 G3 G4 G5
Kode Sampel

Grafik 4.3 Uji Bilangan Peroksida Minya Goreng

Berdasarkan hasil analisis uji bilangan digoreng berbeda. Semakin tebal bahan yang
peroksida secara keseluruhan dari 9 sampel uji digoreng maka semakin lama proses
menunjukkan bahwa 7 sampel diantaranya penggorengan yang dilakukan. Rata-rata
mengandung bilangan peroksida melebihi bilangan peroksida tertinggi pada sampel Uji
standar yang ditetapkan oleh SNI 01-3741- G2, G3, dan G4 pada penjual gorengan. Hal ini
2013 yaitu maksimal 10 mek O2/kg. Sampel disebakan banyaknya jenis bahan yang
yang memenuhi standar SNI 01-3741-2013 digoreng dengan ketebalan yang berbeda-beda
yaitu sampel C4 dan G1. Bilangan peroksida sehingga makin lama waktu yang dibutuhkan
tertinggi pada sampel uji minyak goreng G2 untuk menggoreng.
yaitu sebesar 32,8 mek O2/kg. Bahan yang
digoreng adalah pisang molen, pisang goreng, Penutup
tahu isi, lumpia, dan roti goreng. Hal ini Kesimpulan
disebabkan karena penggorengan yang Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
dilakukan secara terus menerus hingga bahan minyak goreng adalah warna dan bau, kadar air,
yang digoreng habis. sedangkan kandungan bilangan asam, bilangan peroksida, dan
bilangan peroksida terendah adalah sampel uji cemaran logam pada minyak goreng.
minyak goreng G1 yaitu sebesar 6 mek O2/kg.
Sampel uji G1 menggoreng keripik singkong Sampel uji yang masih layak untuk digunakan
yang bahanya diiris tipis sehingga menggoreng adalah sampel G1 karena masih memenuhi
lebih cepat. Sedangkan pada sampel uji C4, Standar Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-
bahan yang digoreng adalah ayam krispi akan 2013 (uji kadar air, uji logam, dan uji bilangan
tetapi penjual hanya menggoreng 1 kali untuk peroksida) akan tetapi pada uji warna memiliki
produksi 1 hari. Bilangan peroksida juga warna yang lebih gelap dari sampel uji lainnya
dipengaruhi oleh karakteristik bahan yang dan pada uji bilangan asam lemak bebas tidak

7
I S S N 2527-970x
JURNAL TAMBORA Vol 2 No 3 Desember 2017

memenuhi Standar. Dalam uji bilangan asam Minyak Bekas Hasil Penggorengan
lemak bebas, semua sampel uji tidak memenuhi Makanan Jajanan di Workshop Unhas,
Standar SNI ; Uji bilangan peroksida hanya Jurnal Teknologi Pangan, Makassar.
sampel uji C4, G1 yang memenuhi Standar ; Hambali, E. (2007), Teknologi Bioenergi,
sedangkan uji cemaran logam semua sampel uji Agromedia Pustaka, Jakarta.
yang memenuhi Standar. Kelayakan minyak Haryono et al. (2010), Pengolahan Minyak
goreng yang dipakai oleh penjual gorengan dan Kelapa Sawit Bekas Menjadi Biodiesel
penjual cepat saji sudah mengalami penurunan Studi Kasus : Minyak Goreng Dari KFC
mutu yang dinalisis berdasarkan Standar Mutu Dago Bandung, Pengembangan
Minyak Goreng SNI 01-3741-2013. Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, Prosiding
Saran Seminar Nasional teknik Kimia
Perlunya penelitian lebih lanjut untuk meneliti “Kejuangan”, Yogyakarta.
sampel gorengan secara langsung dan Kusnandar, F. (2010), Kimia Pangan
mengetahui berapa kali maksimal penggunan Komponen Makro, Dian Rakyat, Jakarta
minyak goreng. Selain itu perlunya ada Noriko, N dkk. (2012), Analisis Penggunaan
penelitian lanjutan tentang cara menjernihkan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada
minyak goreng agar dapat dimanfaatkan Penjaja Makanan Di Fod Court UAI,
kembali tanpa memberi dampak negatif pada Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains
tubuh dan Teknologi, Universitas Al-Azhar
Indonesia, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Putri, Sarah. (2015), Efek Lama Pemanasan
Aminah, S. (2010), Bilangan Peroksida Minyak Terhadap Bilangan Peroksida Minyak
Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Goreng Yang Berpotensi Karsinogenik
Tempe pada Pengulangan Gorengan, Pada Pedagang Gorengan Di Kelurahan
Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 01, No. 01, Pasar Minggu, Skripsi, Universitas
Universitas Muhammadiyah Semarang, Islam Negeri Syarif Hidayatullah ,
Semarang. Jakarta.
BPS-Badan Pusat Statistik. (2017), Survey Serjouie et al. (2010), Effect Of Vegetasie-
Sosial Ekonomi Nasional, jakarta Based Oil On Psychochemical Properties
Chairunisa. (2013), Uji Kualitas Minyak of Oil During Deep Fat Frying,
Goreng Pada Pedagang Gorengan di American Journal Of Food Technologi,
Sekitar Kampus UIN Syarif Malaysia.
Hidayatullah Jakarta, Skripsi, UIN SNI-Standar Nasional Indonesia. (2009). Batas
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Maksimum Cemaran Logam Dalam
Djohan et al. (2015), Akumulasi Logam Berat Pangan, Badan Standarisasi Nasional
Dalam Daging Dan Tulang Ayam (BSN), Jakarta.
Kampung Dan Ayam Negeri, SNI-Standar Nasional Indonesia. (2013),
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Standar Mutu Minyak Goreng, Badan
Dwiloka dan Atmomarsono. (2010), Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta.
Kandungan Logam Berat Pb daging dada Widowati, H. (2011), Pengaruh Logam Cd dan
dan Paha Ayam Broiler yang Dipelihara Pb Terhadap Perubahan Warna Batang
dengan Sistem Kandang Panggung Sayuran, El-Hayah
Setelah Direbusdan Dikukus, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Fauziah, dkk. (2014), Analisis Kadar Asam
Lemak Bebas dalam Gorengan dari

8
I S S N 2527-970x

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai