RAKYAT RAJA/PENGUASA
- Dipaksakan
- Harus Dilaksanakan
- Ada Tekanan
RAKYAT RAJA/PENGUASA
- Dipaksakan
- Harus Dilaksanakan
- Ada Tekanan
- Ada Unsur Keadilan
Ada Imbalan/Prestasi :
- Menjaga Keamanan
- Memelihara Jalan
- Membangun Irigasi
- Sarana Sosial Lainnya
2
Akhirnya ………………………..
PAJAK
Dibuat
Aturan-Aturan
Undang-Undang
(Mengatur tata cara pemungutan, jenis
pajak yang dipungut, siapa yang
membayar dan berapa besarnya
REFORMASI PERPAJAKAN
I. TAHUN 1983
Pada tanggal 5 Oktober 1983 pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh
Menteri Keuangan (Radius Prawiro) untuk pertama kalinya mengajukan tiga
buah Rancangan Undang-Undang Perpajakan (RUU Perpajakan) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), yaitu :
1. RUU Ketentuan Umum Perpajakan
2. RUU Pajak Penghasilan
3. RUU PPN & PPn BM
Dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kemandirian dalam membiayai
pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan segenap potensi dan
kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan
negara melalui perpajakan dari sumber-sumber diluar MIGAS.
4
3. UU No. 8 Th’83 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPN & PPn BM).
V. TAHUN 2000
Pada tahun Ini Menteri Keuangan (Dr. Bambang Sudibyo) mengajukan RUU
kepada DPR, yaitu :
1. RUU Perubahan atas UU No. 9 Th’94 tentang KUP.
2. RUU Perubahan atas UU No. 10 Th’94 tentang PPh.
3. RUU Perubahan atas UU No. 11 Th’94 tentang PPN & PPn BM.
4. RUU Perubahan atas UU No. 19 Th’97 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
5. RUU Perubahan atas UU No. 21 Th’97 tentang BPHTB.
Pada tanggal 2 Agustus 2000 disahkan dan diundangkan, yaitu dengan :
1. UU No. 16 Th’00 tentang KUP.
5
2. UU No. 17 Th’00 tentang PPh.
3. UU No. 18 Th’00 tentang PPN & PPn BM.
4. UU No. 19 Th’00 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
5. UU No. 20 Th’00 tentang BPHTB.
PAJAK :
1. Pajak Pusat/Negara:
1. Dirjen Pajak :
a. PPh
b. PPN
c. PPn BM
d. PBB
e. Bea Materai
f. BPHTB
2. Pajak Daerah :
1. Propinsi DT. Tk I :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
a. Aspek Ekonomi
b. Aspek Hukum
c. Aspek Keuangan
d. Aspek Sosiologi
a. Aspek Ekonomi
Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan
kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan masyarakat. Pajak sebagai sumber
motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.
b. Aspek Hukum
6
Pajak merupakan masalah keuangan negara, adapun dasar yang digunakan
untuk mengatur masalah keuangan negara tersebut yaitu pasal 23 (2) UUD
1945, dan untuk teknis pelaksanaan perpajakan yang mengatur masalah
perpajakan terdapat UU Perpajakan.
c. Aspek Keuangan
Pajak dipandang sebagai aspek penting dalam penerimaan negara yang
menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara.
d. Aspek Sosiologi
Pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan, bearti pembangunan ini
dibiayai oleh masyarakat.
A. Peran Pajak
Terdapat tiga sumber penerimaan pemerintah dalam penyusunan APBN, yaitu :
1. Dari Sektor Pajak
2. Dari Sektor Migas
3. Dari Sektor Bukan Pajak & Non Migas
Dari tabel tersebut dapat dilihat, ternyata sektor pajak merupakan sumber
penerimaan terbesar negara dan menunjukan teramat penting dan strategisnya peran
penerimaan pajak dalam mengisi kas APBN dalam rangka pembangunan nasional.
B. Fungsi Pajak
Ada 2 fungsi pajak :
- Fungsi Budgeter
- Fungsi Regulerend
Fungsi Budgeter
7
Adalah fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan
uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku
yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara, yaitu pengeluaran rutin & pengeluaran pembangunan, bila ada sisa
(surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi
pemerintah.
Fungsi Regulerend
Adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu
alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang letaknya diluar bidang keuangan.
Fungsi Demokrasi
Adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem
gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi
kemaslahatan manusia yang sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan
memperoleh pelayanan dari pemerintah.
Fungsi Distribusi
Adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan
dalam masyarakat.
3. Efisiensi
Artinya pengenaan pajak harus mempertimbangkan aspek efisiensinya karena
dengan adanya pengenaan pajak maka akan menaikan harga barang atau jasa
tersebut.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Artinya sistem perpajakan yang baik harus dapat mengacu pada pertumbuhan
ekonomi, dapat memberi dorongan bagi pembukaan lapangan kerja yang
mendorong pertumbuhan secara bersaing diberbagai sektor ekonomi.
5. Kecukupan Penerimaan
Artinya penerapan jenis pajak harus layak dan memadai sebagai sumber dana
untuk membiayai pengeluaran pemerintah, jangan sampai cost of collection
lebih besar dari perolehan pajaknya.
8
6. Stabilitas
Artinya dalam pengenaan pajak perlu adanya stabilitas penerimaan pajak karena
jika penerimaan pajak bersifat fluktuatif, maka program pemerintah yang telah
direncanakan dalam APBN dapat terganggu.
7. Kesederhanaan
Artinya suatu sistem perpajakan haruslah sederhana dan mudah dipahami
masyarakat, terutama wajib pajak.
9. Netralitas
Artinya sistem perpajakan yang baik harus dapat menghilangkan terjadinya
distorsi dalam prilaku konsumsi dan produksi oleh masyarakat, yang dapat
membantu menarik investor lain untuk melakukan investasi.
1. Pengertian Retribusi
Retribusi adalah jenis pungutan yang diberikan atas pembayaran berupa jasa
atau pemberian izin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
kepada setiap orang atau badan.
Sifat paksanaan pada retribusi lebih mengarah pada hal yang bersifat ekonomis.
Jenis-Jenis Retribusi :
1. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari :
a. Pelayanan kesahatan
b. Pelayanan persampahan/kebersihan
c. Penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil
d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
e. Parkir ditepi jalan umum
f. Pasar
g. Air bersih
h. Pengujian kendaraan bermotor
i. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
j. Penggantian biaya cetak peta
k. Pengujian kapal perikanan
2. Pengertian Sumbangan
Sumbangan adalah jenis pungutan sukarela yang dilakukan oleh dan untuk
kepentingan sekelompok masyarakat tertentu dan tidak memerlukan dasar
hukum.
10
kepentingan
masyarakat umum.
11
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Tugasnya : memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur
dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
12
Tugasnya : menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis, evaluasi dan pelaksanaan dibidang perencanaan, potensi dan sistem
perpajakan.
f. Direktorat Pajak Bumi Dan Bangunan Dan Bea Perolehan Atas Tanah Dan
Bangunan
Tugasnya : menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis serta evaluasi dibidang pelaksanaan pajak bumi dan bangunan dan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan.
13
l. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
Tugasnya : melaksanakan pelayanan dibidang pajak bumi dan bangunan dan
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Menurut Sasaran/Objeknya
a. Pajak Subjektif
Adalah Jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan
keadaan wajib pajak (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya
barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat
dikenakan pajak atau tidak, misalnya, pajak penghasilan.
b. Pajak Objektif
Adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memperhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah
diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan
hukum dengan objek yang telah diketahui,misalnya, pajak pertambahan nilai.
HUKUM TATA
NEGARA
HUKUM
NEGARA
HUKUM ADM HUKUM
NEGARA PAJAK
HK. PERDATA
MATERIAL
HUKUM
HUKUM PERDATA
HK. PERDATA
FORMAL
HK. PIDANA
MATERIAL
HUKUM
PIDANA
HK. PIDANA
FORMAL
Dari struktur diatas dapat dilihat, ternyata hukum pajak merupakan bagian
dari hukum administrasi negara yang merupakan segenap peraturan hukum yang
15
mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta wewenang dari lembaga-lembaga
negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugas administrasi negara.
Penafsiran dalam hukum pajak ditujukan untuk mngetahui arti dari peraturan dalam
undang-undang perpajakan.
2. Penafsiran Otentik
Adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang dengan melihat
pada apa yang telah dijelaskan dalam undang-undang tersebut.
3. Penafsiran Historis
Adalah penafsiran atas suatu undang-undang dengan melihat pada sejarah
dibuatnya suatu undang-undang.
4. Penafsiran Sistematik
Adalah penafsiran dalam suatu ketentuan dalam undang-undang dengan
mengaitkannya dengan ketentuan (pasal-pasal) lain dari undang-undang yang
dimaksud (dalam satu undang-undang) atau dengan mengaitkannya dangan
ketentuan (pasal-pasal) lain dari undang-undang yang lainnya.
5. Penafsiran Sosiologis
Adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang yang disesuaikan
dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
16
Maksudnya penafsiran dilakukan berdasarkan syarat-syarat dalam kehidupan
masyarakat, karena peristiwa dan kenyataan turut serta dalam menentukan
hukum dan hukum pun mempunyai fungsi dalam masyarakat.
6. Penafsiran Analogi
Adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang dengan cara
memberi kiasan pada kata-kata yang tercantum dalam undang-undang,
sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak termasuk dalam suatu
ketentuan jadi termasuk berdasarkan analog yang dibuat.
7. Penafsiran A Contrario
Adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang yang didasarkan
pada perlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur
dalam suatu pasal undang-undang.
SUBJEK PAJAK
a. Subjek PPh
1. Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
2. Badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma,
Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana
pensiun, dan bentuk badan usaha lainnya.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal diIndonesia atau berada diIndonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan diIndonesia, untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan diIndonesia.
b. Subjek PPN
Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yaitu pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN, tidak termasuk pengusaha kecil
yang batasannya ditetapkan MenKeu, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih
untuk dikukuhkan menjadi PKP.
c. Subjek PBB
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang mempunyai
kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan UU PBB.
OBJEK PAJAK
a. Objek PPh
Objek PPh adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang digunakan baik untuk investasi maupun konsumsi.
a.1 PPh Pasal 21
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur,
18
uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan
anak, tunjangan kehamilan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
pendidikan anak, bea siswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi
kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,
tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis
lainnya yang sifat tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
4. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua,
uang pesangon dan pembayaran lainnya yang sejenis.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, komisi, bea siswa dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
wajib pajak dalam negeri.
6. Gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima
oleh pejabat negara, pegawai negeri sipil, serta uang pensiun dan
tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang
diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.
19
Pasal 26 UU PPh mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Pada dasarnya objek PPh Pasal 26 sama dengan objek PPh 23 hanya saja
dalam PPh Pasal 26 yang menerima penghasilan tersebut adalah Wajib Pajak Luar
Negeri, sedangkan PPh Pasal 23 yang menerima penghasilan adalah WP dalam
negeri. Selain itu sifat pemotongan PPh Pasal 26 adalah besifat final ( tidak dapat
dikreditkan ) sedangkan PPh 23 dapat dikreditkan/ tidak final.
b. Objek PPN
Objek dalam PPN adalah penyerahan atau kegiatan yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak, yaitu :
1. Penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
2. Impor barang kena pajak
3. Penyerahan jasa kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
pengusaha.
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean
didalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah
pabean.
6. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
c. Objek PBB
Objek PBB adalah benda tidak bergerak yaitu berupa bumi dan bangunan.
1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan stu kesatuan
dengan komplek bangunan tersebut.
2. Jalan TOL
3. Kolam Renang
4. Pagar Mewah
5. Tempat olah raga
6. Galangan kapal, dermaga
7. Taman Mewah
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
d. Objek BPHTB
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang dapat
berupa tanah (termasuk tanaman diatasnya), tanah dan bangunan, yang
meliputi:
1. Pemindahan hak
2. Pemberian hak baru
20
4. Wasiat
5. Waris
6. Pemasukan dlm perseroan atau badan hukum lainnya
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peraliahan
8. Penunjukkan pembeli dalam lelang
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. Penggabungan usaha
11. Pemekaran usaha
12. Hadiah.
Badan Adalah Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha atau daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
b. Kewajiban Fiskus
1. Kewajiban untuk membina wajib pajak.
2. Menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.
3. Merahasiakan data wajib pajak.
2. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, wajib pajak harus
mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar,
serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-
saat yang tidak menyulitkan wajib pajak,
22
4. Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak
bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula dengan
beban yang dipikul wajib pajak.
2. Teori Kepentingan
Artinya negara yang melindungi kepentingan harta benda dan jiwa warga
negara dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus
dipungut dari seluruh penduduknya.
5. Teori Bakti
Artinya pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara merupakan bakti
dari masyarakat kepada negara, karena negaralah yang bertugas
menyelenggarakan kepentingan masyarakatnya.
2. Asas Kebangsaan
Adalah suatu azas pemungutan pajak yang didasarkan pada kebangsaan
suatu negara.
3. Asas Sumber
Adalah suatu azas pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber atau
tempat penghasilan berada.
Hukum Pajak
Dalam penerapan pajak, pemerintah/fiskus dan wajib pajak diatur dengan
hukum.
Hukum Pajak :
Hukum yang mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan wajib pajak.
23
Hukum Pajak Dibedakan Menjadi 2 :
1. Hukum Pajak Materiil
Hukum yang memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa hukum yang dikenakan pajak/objek, siapa yang dikenakan
pajak/subjek, berapa pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
2. Kompensasi
Kompensasi terjadi apabila WP mempunyai tagihan berupa kelebihan
pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima WP
sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.
3. Daluwarsa
Hak fiskus untuk melakukan penagihan telah lampau/lewat batas waktu apabila
telah melebihi sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan.
4. Pembebasan
Pembebasan diberikan terhadap sanksi administrasi, tidak terhadap pokoknya.
5. Penghapusan
Diberikan karena keadaan wajib pajak yang bisa disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
- WP meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak
mempunyai ahli waris tau ahli waris tidak dapat ditemukan.
24
- WP tidak mempunyai harta kekayaan lagi, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari Pemda setempat.
- WP tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen tidak dapat ditemukan lagi
disebabkan kebakaran, bencana alam dsb.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditunjukan kepada pemerintah (Fiscus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak
Penagihan Pajak
Yang menjadi dasar penagihan pajak adalah ; STP, SKPKB, SKPKBT, Surat
keputusan Pembetulan, Surat keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Setelah dalam jangka satu bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan tsb
diatas, WP tetap tidak melunasinya, barulah dilakukan suatu tindakan penagihan
aktif dengan :
1. Surat Teguran
Dimaksudkan untuk menegur atau memperingatkan WP untuk melunasi utang
pajaknya.
2. Surat Paksa
Adala surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
3 hal yang menyebabkan diterbitkannya Surat Paksa (SP), yaitu :
a. Penanggung pajak (PP) tidak melunasi utang pajak s/d tanggal jatuh tempo
dan telah diterbitkan Surat Teguran.
b. PP telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.
c. PP tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
Surat Paksa disampaikan kepada PP paling lambat setelah lewat waktu 21 hari
setelah Surat Teguran.
25
3. Penyitaan
Adalah suatu tindakan yan dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang
PP guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak.
Penyitaan dilakukan setelah Surat Paksa yang hanya dapat dilakukan setelah
batas waktu 2 x 24 jam.
4. Pelelangan
Adalah setiap penjualan barang dimuka umum yang dipimpin oleh pajabat lelang
dengan cara penawaran harga secara terbuka/lisan dan atau tertutup/tertulis
yang didahului dengan pengumumam lelang.
Lelang dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari setelah pengumuman lelang, dan
pengumuman lelang dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari setelah pelaksanaan
penyitaan.
e. Withholding System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga
untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang.
27
c. Stelsel Campuran
Yaitu merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
Tarif Pajak
1. Tarif Progresif (Meningkat)
Adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
a. Untuk WP Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp. 25 juta 5%
Diatas Rp. 25 juta s/d Rp. 50 juta 10%
Diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta 15%
Diatas Rp. 100 juta s/d Rp. 200 juta 25%
Diatas Rp. 200 juta 35%
28
Rp. 1.000.000,- 10% Rp. 100.000,-
Rp. 5.000.000,- 10% Rp. 500.000,-
4. Tarif Tetap
Adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini
diterapkan dalam UU No. 13 Th 1985 (UU Bea Materai).
5. Tarif Advalorem
Adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/diterapkan pada
harga atau nilai suatu barang.
Misalnya : PT. KITA mengimpor barang jenis X sebanyak 1000 unit dengan harga
perunit Rp. 100.000,-. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang tersebut 10%,
maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah :
Nilai Barang Impor = 1000 x Rp. 100.000,-= Rp. 100.000.000,-
Tarif Bea Masuk 10%
Bea Masuknya= 10%xRp. 100.000.000,-= Rp.10.000.000,-
6. Tarif Spesifik
Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atas
suatu satuan jenis barang tertentu.
Misalnya : PT. KITA mengimpor barang jenis X sebanyak 1000 unit dengan harga
Rp. 100.000,-. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp. 100.000,- per unit,
maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah :
Jumlah Barang Impor = 1000 unit
Tarif Rp. 100.000,-, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp.100.000x1000 =Rp. 100.000.000,-
Fungsi NPWP :
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
NPWP terdiri dari 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak, 6 digit
berikutnya merupakan kode administrasi perpajakan.
Contoh : 04.071.098.0.428.000
29
- Mendaftarkan diri, pada KPP wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan.
- Secara Jabatan, apabila berdasarkan data yang diperoleh telah memenuhi
syarat untuk diberikan NPWP.
Penghapusan NPWP :
- WP Pribadi meninggal dunia & tidak meninggalkan warisan.
- WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan UU yang berlaku.
Perpindahan WP :
- Pindah tempat tinggal
- Pindah tempat kedudukan
- Pindah tempat kegiatan usaha
- Perubahan status perusahaan.
WP Pribadi
PKP = Penghasilan Sebagai Objek Pajak – Biaya - PTKP
30
Tanggungan : tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semendah
dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Norma Penghitungan : Persentase yang telah ditetapkan oleh dirjen pajak sesuai
dengan bidang usaha dan lokasi WP.
Contoh :
Tuan Q-Ta di Jakarta status kawin dan mempunyai 3 org anak, bekerja sebagai
seorang Dokter dengan penghasilan bruto setahun Rp. 30.000.000, besarnya
persentase norma untuk dokter di Jakarta adalah 45%, maka penghasilan kena
pajaknya sbb :
31
SSP terdiri dari 5 Rangkap
1. Arsip WP
2. Untuk KPP melalui KPKN
3. U/ dilaporkan ke KPP
4. U/ Bank persepsi/Kantor Pos
5. Arsip WP wajib pungut atau pihak lain
2. SPT Masa
Disampaikan dalam suatu masa pajak atau suatu saat
33
d. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar)
e. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil)
f. SPPT
b. Karena Kesengajaan
Merupakan tindak pidana pajak dan akan dilakukan penyidikan, penuntutan
& putusan BPSP.
34