BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Belajar
kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada
ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar,
dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun
waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak
dikatakan bahwa tanpa belajar, sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar
adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi
peserta didik, kata "belajar" merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam
perilaku peserta didik yang kompleks. Peserta didik adalah penentu terjadi atau
tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik
8
9
Namun, kegiatan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik saja, tetapi
dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara
tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Menurut William
Burton (Rokhayati, 2010:10) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku,
baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada individu berkat adanya
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia
yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang
2. Hakikat Matematika
bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal tersebut. Untuk
matematika merupakan belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan
yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep dan struktur.
umum, hal ini disebabkan karena jangkauan matematika yang sangat luas. jika
masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu adalah
adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu sekaligus
adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi
symbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah
Menurut Hudoyo (Roslina 2005: 15) karakteristik yang dimaksud antara lain
11
dipertahankan adanya konsistensi atau taat asas, (3) Obyek matematika bersifat
abstrak, (4) Susunan atau struktur matematika bersifat hirarkis, (5) Penalaran
pendidikan formal.
hakekatnya adalah kegiatan psikologis, yakni kegiatan aktif dalam memahami dan
berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang diberi simbol-simbol itu
itu terlebih dahulu kita harus memakai ide-ide yang terkandung di dalamnya.
pendidikan. Komponen guru dan siswa merupakan dua subjek yang sangat
12
dan kesiapan yang memadai untuk belajar. Kualitas diartikan sebagai mutu,
yang memberi nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara
optimal.
kualitas hidup kita. Pembelajaran yang baik tentu akan memperoleh kualitas yang
baik pula.
dalam belajar harus mendapatkan perubahan perilaku yang positif pada tiap
barulah kualitas pembelajaran dinilai cukup baik. Menurut Achjar Chalil, jika
ingin memperoleh kualitas pembelajaran yang tepat, peserta didik dan pendidik
harus terlibat dalam suatu interaksi dalam lingkungan mereka belajar. Munif
kualitas pembelajaran. Transfer informasi harus dilakukan oleh kedua belah pihak,
dikatakan memiliki kualitas yang baik jika peserta didik sudah tergornisasi demi
benar harus melibatkan peserta didik secara langsung. Peserta didik juga harus
menggunakan semua panca indra nya untuk mengalami proses pembelajaran itu.
dapat diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai, yang meliputi kualitas proses dan
kualitas hasil sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dari segi proses
tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya
pada diri sendiri. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya kehadiran dan
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan
semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat membelajarkan sesama siswa lainnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Lie (Warni, 2011: 11) mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam
Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan
sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu
baik.
proses belajar. Keterampilan sosial yang perlu dan sengaja diajarkan seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya anggota kelompok dapat
dan mana yang tidak, dan mambuat keputusan terhadap tindakan yang bisa
sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
kelompok kooperatif.
17
belajarnya.
dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang
pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:
c. Memperbaiki kehadiran;
beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang
pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered
Heads Together (NHT) (Trianto, 2007: 49). Namun dalan penelitian ini penulis
(NHT) karena pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
Kagen (Ibrahim 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
masing-masing anggota kelompok, dimana nomor ini akan menjadi alat bagi guru
terdiri dari 4-5 orang anggota heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
(Berfikir Bersama)
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
5. Guru dan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
Heads Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
b. Memperbaiki kehadiran;
memgeluarkan pendapatnya.
h. Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif dan efisien.
seperti ini.
23
b. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa,
B. Hipotesis Tindakan
sebagai berikut:
Together (NHT), maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP