Pasal 170 RUU Cipta kerja telah menyalahi asas pembentuan peraturan perundang-gundangan
terkait denan kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis,
hierarki, materi muatan dan tata cara pembentukannya
Pasal 170 Ini Justru Menghina Kedaulatan Rakyat dan kewenangan MK serta menimbulkan
potensi munculnya pemerintah otoriter gaya baru
Pasal 251
(1) Presiden dapat membatalkan Perda Provinsi, Kabupaten Kota atau peraturan Kepala
Daerah yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang lebih
tinggi dan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dapat dibatalkan
(2) Presiden dapat membatalkan perda yang dianggap bertentangan dengan Peraturan PerUU
hanya dengan peraturan presiden.
Presiden dapat mencabut perda hanya dengan Perpres tanpa adanya mekanisme pembuktian di
Peradilan melalui mekanisme Judicial Review Padahal kewenangan ini jelas merupakan
kewenangan yang diberikan kepada MA selaku lembaga Yudikatif untuk melakukan pengujian
Peraturan dibawah UU terhadap UU (Misal :Perda terhadap UU) Perda hanya dapat dikatakan
bertentangan dengan UU melalui Mekanisme Judicial Review di MA jelas ini melanggar Putusan
MK No 137 Tahun 2105.
Hilangnya otonomi Daerah dengan kewenangan Presiden dapat membatalkan Perda.
Konsep seperti ini justru menjadikan Pemerintah yang otoriter sebab ingin mengontrol negara
dengan mengambil kewenangan pada lembaga lain (legislatif dan yudikatif) Jika ini diterapkan
maka Indonesia berada dalam darurat otoriter gaya Baru
Serikat Pekerja mengungkapkan beberapa Kekhawatiran mereka
Pekerja atau buruh berpotensi kehilangan Kepastian Upah pemerintah hendak menerapkan
sistem upah perjam
1. Menghilangkan Upah Minimum diganti dengan upah padat karya serta upah minimum
mnejadi upah tertinggi
Pasal 88B RUU Cipta Kerja ditetapkan berdasarkan :
a. Satuan waktu
b. Satuan Hasil
UMK dihilangkan=upah perjam=menghilangkan pesangon
Pekerja juga berpotensi kehilangan jaminan kepastian Pekerjaan:
Fleksibilitas Pasar kerja atau penggunaan atau Penggunaan outsorcing dan buruh kontrak
diperluas
Kerja Kontrak bisa diterapkan untuk semua jenis pekerjaan dan tanpa batasan waktu (Pasal 89
angka 9,12 16 dan 17 RUU Cipta Kerja)
Hanya akan ada buruh harian lepar dan borongan ini jelas akan menjadikan Buruh kontrak
selamanya.
Adanya potensi masuknya Tenaga Kerja Asing yang Unskill yang menggantikan pekerja dalam
negeri ha ini di akbitkan oleh:
a. Kewajiban TKA bisa berbahasa Indonesia di hapus
b. Rasio perbandingan 1/10 dihapus
c. TKA dengan kompetensi khusu dihapus
Dalam RUU Cipta kerja Juga dihilangkan nya sangsi pidana 1 s.d. 4 Tahun bagi pengusaha yang
Hak-hak buruh hanya diganti dengan membayar denda. Hal ini akan unculnya potensi pengusaha
nakal dan perbudakan pada buruh dengan memberi beban kerja berat tetapi membayar lebih
rendah atau dalam kata lain RUU ini akan berpotensi menjadi eksploitasi terhadap kaum buruh.
Dengan dihapuskannya IMB dan AMDA bagi pengusaha akan berpotensi timbulnya kerusakan
lebih parah
Sumber: Kajian dan Analisis Departemen KP KAMMI Bandung pada diskusi internal Selasa,03
Maret 2020