Anda di halaman 1dari 4

ADA APA DENGAN OMNIBUS LAW?

Latar Belakang lahirnya Omnibus law


1. Problemnya terletak pada Carut marutnya legislasi dan regulasi
2. Obesitas regulasi dan tumpang tindihnya beberapa peraturan perundang-undanga yang
dianggap menghambat investasi masuk ke Indonesia
3. Kampanye dan janji Jokowi dalam Debat Pilpres 2019 untuk memudahkan investasi di
indonesia dengan regulasi yang tidak ribet
4. Pidato Pelantikan pelantikan presiden
Omnibus Law suatu rancangan undang-undangg yang mencakup lebih dari satu aspek yang
digabung menjadi satu undang-undang
Secara singkatnya omnibuslaw dapat diartikan sebagai metode menangani problem legislasi dan
regulasi secara cepat
Konsep hukum ini awalnya di praktikkan di negara yang menganut Tradisi Coomon law
omnibuslaw Bukan Peraturan Perundang-undangan baru Tapi berupa UU
RUU( Omnibus Law ) yang diusulkan oleh pemerintah :
1. RUU Cipta Kerja
2. RUU Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan
3. RUU Ibu Kota Baru
4. RUU Kefarmasian
Dampak Positif-Negatif Omnibus Law
 Akselerasi Proses legislasi
 legislator tidak mengubah/mencabut UU secara Parsial
 simplikasi regulasi dan legislasi
 efisien dan efektifitas
 percepatan ekonomi

 ada tidaknya dukungan politik


 ego sektoral pemerintah, kementrian
 metode pembahasan di DPR
 putusan Pengadilan (MA,MK)
RUU CIPTA KERJA
Latar Belakang Omnibus Law RUU Cipta Kerja
1. akselerassi Ekonomi-Investasi-penciptaan Lapangan Kerja-Pengangguran Menurun
2. Materi Muatan : 11 Cluster yakni : Penyederhanaan perizinan, Persyaratan Investasi,
Ketenagakerjaan, Pemberdayaan UMK-M, Kemudahan Berusaha, Dukungan Riset &
Inovasi, Administrasi Pemerintah, Pengenaan Sangsi, Pengadaan lahan, Investasi &
Proyek Pemerintah, Kawasan Ekonomi
3. Jumlah UU yang menjadi objek Perubahan : 82 UU 1.194 Pasal
Pasal-pasal bermasalah RUU Cipta Kerja
Aspek Yuridis/ Hukum
Pasal 170 Peraturan Pemerintah dapat mengubah ketentuan Undanh-undang
(1) Pemerintah pusat berwenang mengubah ketentuan dalam undang-undang ini dan/atau
mengubah ketentuan undang-undang yang tidak diubah dalam undang-undang Ini.
(2) perubahan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
(3) Dalam rangka penetapan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pemerintah Pusat dapat berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal ini diangggap menghina Kedaulatan Rakyat dan Kewenangan MK serta memberi ruang
munculnya Pemerintah otoritarianisme baru
Penjelasan Pasal 1 ;
Padahal perubahan atas ketentuan undang-undang merupakan wewenang DPR Selaku lembaga
legislatif
Pemerintah pusat selaku lembaga eksekutif hanya memiliki wewenang mengajukan dan
membahas RUU, membentuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan
mengesahkan Undang Undang bersama DPR –RI . hal ini pemerintah pusat bermaksud
mengambil alih wewenang konstitusi legislai dalam tata hukum negara.
Penjelasan Pasal 2 : berasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 Jo UU No 15 Tahun
2019 jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan :
a. UUD Tahun 1945;
b. Ketetapan MPR
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU);
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Perda Provinsi
g. Perda Kabupaten/Kota
perubahan Undang-undang hanya dapat dilakukan melalui undang-undang juga atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya dalam hierarki hukum. Pengaturan bahwa
peraturan pemerintah dapat nebgubah ketentuan undang-undang adalah suatu gagasan yang tidak
relevan dan melawan sistem hukum negara kita.

Pasal 170 RUU Cipta kerja telah menyalahi asas pembentuan peraturan perundang-gundangan
terkait denan kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis,
hierarki, materi muatan dan tata cara pembentukannya
Pasal 170 Ini Justru Menghina Kedaulatan Rakyat dan kewenangan MK serta menimbulkan
potensi munculnya pemerintah otoriter gaya baru
Pasal 251
(1) Presiden dapat membatalkan Perda Provinsi, Kabupaten Kota atau peraturan Kepala
Daerah yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang lebih
tinggi dan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dapat dibatalkan
(2) Presiden dapat membatalkan perda yang dianggap bertentangan dengan Peraturan PerUU
hanya dengan peraturan presiden.
Presiden dapat mencabut perda hanya dengan Perpres tanpa adanya mekanisme pembuktian di
Peradilan melalui mekanisme Judicial Review Padahal kewenangan ini jelas merupakan
kewenangan yang diberikan kepada MA selaku lembaga Yudikatif untuk melakukan pengujian
Peraturan dibawah UU terhadap UU (Misal :Perda terhadap UU) Perda hanya dapat dikatakan
bertentangan dengan UU melalui Mekanisme Judicial Review di MA jelas ini melanggar Putusan
MK No 137 Tahun 2105.
Hilangnya otonomi Daerah dengan kewenangan Presiden dapat membatalkan Perda.
Konsep seperti ini justru menjadikan Pemerintah yang otoriter sebab ingin mengontrol negara
dengan mengambil kewenangan pada lembaga lain (legislatif dan yudikatif) Jika ini diterapkan
maka Indonesia berada dalam darurat otoriter gaya Baru
Serikat Pekerja mengungkapkan beberapa Kekhawatiran mereka
Pekerja atau buruh berpotensi kehilangan Kepastian Upah pemerintah hendak menerapkan
sistem upah perjam
1. Menghilangkan Upah Minimum diganti dengan upah padat karya serta upah minimum
mnejadi upah tertinggi
Pasal 88B RUU Cipta Kerja ditetapkan berdasarkan :
a. Satuan waktu
b. Satuan Hasil
UMK dihilangkan=upah perjam=menghilangkan pesangon
Pekerja juga berpotensi kehilangan jaminan kepastian Pekerjaan:
Fleksibilitas Pasar kerja atau penggunaan atau Penggunaan outsorcing dan buruh kontrak
diperluas
Kerja Kontrak bisa diterapkan untuk semua jenis pekerjaan dan tanpa batasan waktu (Pasal 89
angka 9,12 16 dan 17 RUU Cipta Kerja)
Hanya akan ada buruh harian lepar dan borongan ini jelas akan menjadikan Buruh kontrak
selamanya.
Adanya potensi masuknya Tenaga Kerja Asing yang Unskill yang menggantikan pekerja dalam
negeri ha ini di akbitkan oleh:
a. Kewajiban TKA bisa berbahasa Indonesia di hapus
b. Rasio perbandingan 1/10 dihapus
c. TKA dengan kompetensi khusu dihapus

Kehilangan Jaminan sosial pekerja:


Hak cuti berbaya karena Haid, hajatan, istri melahirkan, anggota keluarga meninggal,
melaksanakan ibadah, kegiatan serikat buruh dihilangkan ( Pasal 89 agka 31 RUU Cipta Kerja)
Batas kerja lembur diperpanjang 4 jam atau menjadi 18 Jam perminggu yang semula 14
Jam/minggu
Dengan sistem kerja fleksibel maka akan berpotensi menghilangkan jaminan sosisal, seperti
jaminan pensiun dan jaminan hari tua.

Dalam RUU Cipta kerja Juga dihilangkan nya sangsi pidana 1 s.d. 4 Tahun bagi pengusaha yang
Hak-hak buruh hanya diganti dengan membayar denda. Hal ini akan unculnya potensi pengusaha
nakal dan perbudakan pada buruh dengan memberi beban kerja berat tetapi membayar lebih
rendah atau dalam kata lain RUU ini akan berpotensi menjadi eksploitasi terhadap kaum buruh.

Dengan dihapuskannya IMB dan AMDA bagi pengusaha akan berpotensi timbulnya kerusakan
lebih parah

Sumber: Kajian dan Analisis Departemen KP KAMMI Bandung pada diskusi internal Selasa,03
Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai