Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi
Takikardi ditandai oleh ekstitasi tinggi yang regular dengan frekuensi denyut >100
kali/menit. Flutter ditandai dengan denyut nadi yang tinggi tetapi masih regular (>250
kali/menit). (Rendayu & Sukohar, 2018)
Ventricular tachycardia (VT) adalah aritmia dengan kecepatan melebihi 100 atau
120 denyut per menit dan denyut tidak teratur yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Takikardia fokal berasal dari proses masuk kembali bagian ventrikel (kiri atau
kanan) atau cabang fasikular. Dari rekaman EKG memberikan citra komposit QRS
yang luas (> 0,12 detik). Dalam situasi darurat, pengenalan VT sangat penting.
Pengenalan takikardia ventrikel juga harus mencakup identifikasi penyebab, sumber
lesi, pengobatan dan prognosis. Misalnya, takikardia ventrikel idiopatik dapat diobati
sepenuhnya dengan ablasi kateter, yang jarang menyebabkan kematian mendadak
dan memiliki prognosis yang baik. Di sisi lain, akibat aritmia yang fatal, iskemia VT
menyebabkan risiko tinggi kematian mendadak (kematian mendadak). Steven J
Compton (2014). Ventricular Tachycardia. emedicinemedscape. 2014:1-11
2. Epidemiologi

Dalam keadaan normal, jantung berdenyut sekitar 60-100 kali per menit dimana atria
berkontraksi terlebih dahulu disusul oleh ventrikel secara sinkron. Pada takikardia
ventrikel (TV), ventrikel berdenyut 120-300 kali per menit dan tidak terkoordinasi lagi
dengan atria. Bila denyut jantung melebihi 300 kali per menit dan tidak terkoordinasi
secara total, disebut fibrilasi. ventrikel yang menyebabkan sudden cardiac death.
Diperkirakan kejadian sudden cardiac death sekitar 450.000 setiap tahun di US
(Wangko & Jim, 2015)

3. Klasifikasi
Ventrikel takikardi terbagi menjadi monomorfik dan polimorfik. Selama ventrikel
takikardi monomorfik, semua denyut jantung sesuai antara satu dan lainnya, dan pada
ventrikel takikardi polimorfik terdapat morfologi gelombang yang bervariasi. Kedua jenis
ventrikel takikardi ini dapat memburuk menjadi fibrilasi ventrikel (Rendayu & Sukohar,
2018)
TV dibagi berdasarkan situasi menjadi 2 kategori, jika TV terjadi lebih dari 30 detik,
menyebabkan gejala berat seperti pingsan atau memerlukan terminasi dengan kardioversi dan
obat antiaritmia disebut sustained VT. Jika TV dapat berhenti tanpa intervensi dan tidak
menyebabkan gangguan hemodinamik disebut nonsustained VT. (Siagian, 2018)
TV juga dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu TV idiopatik pada
struktur jantung normal, bundle branch reentrant tachycardia. TV yang berhubungan dengan
penyakit jantung iskemik (PJK/infark miokard), TV pada penyakit jantung noniskemik
(kardiomiopati, setelah tindakan bedah, distrofi muskular atau penyakit neuromuskular), TV
pada chanellopathies (acquired long QT syndrome, sindrom Brugada, TV katekolaminergik)
(Siagian, 2018)
4. Patofisiologi
5. Faktor Risiko
6. Manifestasi Klinis
TV ditandai dengan ritme jantung cepat berasal dari ventrikel di bawah berkas His, pada
miokardium atau keduanya (Siagian, 2018)
7. Pemeriksaan Diagostik
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Siagian, 2018)
1. Penanganan emergensi dan evaluasi awal kardioversi emergensi dengan sedasi
adekuat harus dilakukan pada sustained VT yang menyebabkan hipotensi
simptomatik, edema paru, atau infark miokard tanpa terlebih dahulu menentukan
penyebab diberikan DC Shock dengan sinkronisasi energi tinggi 100-360 Joule.
Penyebab yang dapat diperbaiki harus segera dikoreksi seperti iskemi akut,
gangguan elektrolit, atau penyalahgunaan obat. Pada pasien TV dengan
hemodinamik stabil, dapat diberikan obat antiaritmia dengan pemantauan ketat dan
persiapan alat kardioversi jika tidak responsif.
2. Obat Antiaritmia
Biasanya sebagai terapi adjuvan pada pasien TV yang menggunakan implantable
cardioverter-defibrillator (ICD) untuk mengurangi episode TV. Pada penelitian,
pasien pengguna ICD tanpa obat anti-aritmia, 90% mengalami aritmia berulang
setelah 1 tahun; turun menjadi 64% setelah penggunaan anti-aritmia. Indikasi obat
anti-aritmia sebagai terapi adjuvan adalah menurunkun kejadian ICD shocks,
menurunkan episode TV untuk meningkatkan toleransi hemodinamik, mengatasi
gejala TV, meningkatkan kualitas hidup, dan menurunkan angka rawat inap akibat
aritmia berulang. Lidocaine merupakan terapi lini pertama pada pasien TV stabil dan
berguna untuk TV disebabkan infark miokard. Beta Blocker/Penghambat Beta
merupakan terapi lini pertama pada pasien TV polimorfik khususnya yang
disebabkan oleh iskemik.
3. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
ICD adalah perangkat elektronik untuk terapi aritmia ventrikel, yang diimplan secara
subkutan di regio pektoral dan berhubungan langsung dengan sistem endokardium.
Indikasi pemasangan ICD adalah sustained VT yang berhubungan dengan kelainan
struktur jantung, hilang kesadaran akibat TV, TV disebabkan infark miokard dan
fungsi ventrikel kiri menurun, serta TV yang menyebabkan henti jantung. ICD
merupakan pilihan pada pasien TV dengan kelainan genetik. ICD tidak disarankan
pada pasien dengan harapan hidup kurang dari 1 tahun dan kapasitas fungsi
jantung buruk karena dapat meningkatkan risiko efek samping pemasangan ICD.
ICD juga dapat mencetuskan aritmia, sehingga perlu diawasi ketat
4. Kateter Ablasi
Ablasi penting untuk menurunkan frekuensi TV. Kateter ablasi menurunkan kejadian
TV berulang pada pasien infark miokard, penurunan fraksi ejeksi, dan TV dengan
hemodinamik stabil
9. Asuhan Keperawatan

Rendayu, I., & Sukohar, A. (2018). Pemilihan Jenis Obat Antiaritmia yang Tepat untuk Penyembuhan
Pasien Aritmia. Majority, 7(3), 249–254.

Siagian, L. A. (2018). Tatalaksana Takikardia Ventrikel. Cermin Dunia Kedokteran, 45(9), 10–12.

Wangko, L. C., & Jim, E. L. (2015). Pemetaan Dan Ablasi Pada Takikardia Ventrikel Akibat Parut.
Jurnal Biomedik (Jbm), 7(3). https://doi.org/10.35790/jbm.7.3.2015.10438

Anda mungkin juga menyukai