Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN IV

RANGKAIAN OP-AMP DASAR

4.1 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui karakterirstik penguat operasional (op-amp)
2. Mengetehaui rangkaian op-amp dasar

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1 Operational Amplifier (Op Amp)

Operasional Amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat


berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki
dua input inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal output,
dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan
karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional Amplifier (Op-
Amp). Pada dasarnya operasional operasional Amplifier (Op-Amp)
merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Dalam skema rangkaian, op-amp biasa dilambangkan seperti
tampak pada gambar 4.1. kaki utama dari op-amp terdiri dari kaki
masukan inverting, kaki masukan non-inverting, dan kaki keluaran.
Namun karena op-amp termasuk dalam kategori komponen aktif, op-amp
membutuhkan koneksi catu daya yang terdiri dari koneksi dengan
tegangan positif dan negatif.

Gambar 4.1. Rangkaian OP-AMP


Beberapa op-amp yang umum berada di pasaran adalah IC
LM741, OP177, AD8041, TL061, TL 071, dan TL081. Beberapa jenis IC
ada yang memiliki lebih dari satu op-amp diskret dalam satu IC, antara
lain IC TL082 dan TL 084 yang masing-masing memiliki 2 dan op-amp
dalam satu IC.

4.2.2 Fungsi OP – AMP


1.Memilih suatu kawasan frekuensi tertentu dan menolak kawasan
frekuensi selainnya (sebagai filter akitf).
2.Memperkuat tegangan pada bagian inverting maupun non-inverting
(sebagai voltage amplifier)
3.Sebagai penyangga dari satu bagian ke bagian lainnya (buffer).
4.Memperkuat jumlah atau selisih pada kedua tegangan sumber
(summing/subtracting amplifier)

4.2.3 Karakteristik Operational Amplifier


Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
karena beberapa keunggulan yang dimilikinya. Salah satu contohnya adalah
penguatan yang tinggi. Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang
ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL =  (tak
terhingga)
2. Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0 (nol)
3. Hambatan masukan (input resistance) RI =  (tak terhingga)
4. Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0 (nol)
5. Lebar pita (bandwidth) BW =  (tak terhingga)
6. Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik
7. Karakteristik tidak berubah dengan suhu atau tidak bergantung pada suhu
atau temperatur.

4.2.4 Prinsip Kerja OP-AMP


Cara kerja op-amp secara umum adalah sebagai alat penguat
diferensial dengan penguatan yang tak hingga. Perbedaan sinyal
masukan yang sangat kecil pada kedua kaki masukan op-amp dapat
membuat keluaran dari op-amp langsung tersaturasi pada rangkaian op-
amp menjadi tidak linier atau tidak searah dan menjadi tidak stabil.

Gambar 4.2 Perbedaan Masuk yang Kecil pada Kaki Op-Amp


Untuk membuat keluarannya menjadi stabil, dibutuhkan rangkaian
umpan balik negatif yang akan memberikan sebagai fraksi sinyal dari kaki
keluaran menuju kaki masukan inverting dari op-amp. Dengan membuat
jalur umpan balik negatif ini akan membuat sinyal yang masuk ke kaki
inverting menjadi sama dengan sinyal yang masuk ke kaki non-inverting.
Dengan menggunakan asumsi ini, maka proses analisis rangkaian pada
op-amp akan menjadi mudah. Akibat penggunaan umpan balik negatif
inilah op-amp dapat bekerja sebagai sebagai penguat sinyal.
4.2.5 Inverting Amplifier
Gambar 4.3. Inverting Amplifier

Pada Gambar 4.3 adalah gambar rangkaian penguat pembalik (inverting


amplifier). Inverting op-amp (penguat pembalik) adalah penguat yang memiliki
karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan dengan phase
sinyal input. Contohnya jika rangkaian inverting op-amp memiliki input Vin = -3V,
maka outpunya akan menjadi Vout = +3V. Hal ini dikarenakan rangkaian
terhubung dengan kutub negatif op-amp. Pada dasarnya penguat operasional
(Op-Amp) memiliki faktor penguatan yang sangat tinggi (100.000) pada kondisi
tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi
pemasangan resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk
mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat pembalik) tersebut.
Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka faktor
penguatan dari penguat pembalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali.
Secara teori, persamaan dari inverting Op-Amp adalah sebagai berikut.
Rf
Vout=Vin .− ..........................................(4.1.)
Rin

4.2.6 Non Inverting Amplifier


Non Inverting Amplifire (Non Inverting Amplifier) merupakan
penguat sinyal denga karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan,
dimana memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Rangkaian penguat
tak membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat arus AC maupun
DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya.
Impedansi masukan dari rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting
amplifire) berharga sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar 100 M
ohm.

Gambar 4.4. Non Inverting Amplifier

Rangkaian di atas merupakan salah satu contoh penguat tak-


membalik menggunakan operasional amplifier (Op-Amp) dan menggunakan
sumber tegangan DC simetris. Dengan sinyal input yang diberikan pada terminal
input non-inverting, maka besarnya penguatan tegangan rangkaian penguat tak
membalik tergantung pada harga Rin dan Rf yang dipasang. Besarnya penguatan
tegangan output dari rangkaian penguat tak membalik diatas dapat dilihat pada
persamaan dibawah :
.
Rf
Av= +1.............................................(4.2.)
Rin
Vout= Av x Vin ......................................... (4.3)

4.2.7 Voltage Follower (Buffer)


Rangkaian buffer adalah rangkaian yang menghasilkan tegangan output
sama dengan tegangan inputnya. Dalam hal ini seperti rangkaian common
colektor yaitu berpenguatan = 1. Fungsi dari rangkaian buffer pada peralatan
elektronika adalah sebagai penyangga. Pada gambar 4.5. merupakan contoh
dari rangkaian buffer dari op-amp.
Gambar 4.5. Rangkaian Buffer Dari Operasional Amplifier (Op-Amp)
Gambar diatas menghubungkan jalur input inverting ke jalur output
operasional amplifier maka rangkaian buffer pada gambar diatas akan
memberikan kemampuan mengalikan arus secara maksimal sesuai kemampuan
maksimal op-amp mengalirkan arus output. Dengan metode hubung singkat
antara jalur input inverting dan jalur output operasional amplifier (op-amp) maka
diperoleh perhitungan matematis seperti persamaan dibawah :

V out
Av= =¿ 1 ...........................................(4.4.)
V¿

4.2.8 Adder
Rangkaian adder penjumlah sinyal sinyal dengan op-amp adalah
konfigurasi op-amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari
satu untuk menghasilkan sinyal output yang linear sesuai dengan nilai
penjumlahan sinyal input dan faktor penguatan yang ada pada umumnya
rangkaian adder / penjumlah dengan op-amp adalah rangkaian penjumlah
dasar yang disusun dengan penguat inverting atau non inverting yang
diberikan input lebih dari satu line. Contohnya pada gambar dibawah.
Gambar 4.6. Rangkaian Penjumlah Inverting
Pada Gambar 4.6. adalah rangkaian Adder. Pada operasi
adder/penjumlah sinyal secara inverting, sinyal input (V1, V2, V3) diberikan ke line
input penguat inverting berturut-turut melalui R1, R2, R3. Besarnya penjumlahan
sinyal input tersebut bernilai negatif karena penguat operasional dioperasikan
pada mode membalik (inverting). Besarnya penguatan tegangan (Av) tiap sinyal
input mengikuti nilai perbandingan Rf dan Resistor input masing-masing (R1, R2,
R3). Besarnya tegangan output (Vout) dari rangkaian adder diatas sebagai
berikut :

Rf Rf Rf Rf
((
Vout=− V 1 .
R1 )(
+ V 2.
R2 )(
+ V 3.
R3 ))
… … … Vn . (
Rn )
...................(4.4.)

4.3 Alat-alat Percobaan


1. Modul Praktikum Elektronika Dasar
2. Multimeter analog dan digital
3. Osiloskop 2 channel
4. Simetric Variable Power Supply
5. Datasheet Op Amp yang digunakan
6. Kertas milimeter blok, penggaris/mistar, dan polpen aneka warna
7. ESR Meter / Smart Component Tester
4.4 Cara Kerja

4.4.1 Penguatan Tegangan DC lup Tertutup (Membalik)


1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 4.7.
2. Sambungkan jumper pada modul sesuai dengan Gambar 4.7 dengan
tegangan +12V dan -12V.

Gambar 4.7. Penguatan Tegangan DC lup Tertutup (Membalik)

3. Ukur tegangan dengan multimeter (mode tegangan)


4. Ukur tegangan output Vout sesuai dengan tegangan input Vin seperti
pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Pengukuran tegangan input positif untuk Penguatan Tegangan DC lup
tertutup (Membalik)
Vin 0.1 0.3 0.5 0.7 1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout -10 Volt

5. Selanjutnya hubungkan Vin dengan -12V dan ulangi langkah


percobaan sebelumnya dan catat hasilnya pada Tabel 4.3.
Gambar 4.8. Penguatan Tegangan DC lup Tertutup (Membalik)

Tabel 4.3. Pengukuran tegangan input negatif untuk Penguatan Tegangan DC


lup tertutup (Membalik)
Vin -0.1 -0.3 -0.5 - 0.8 -1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout -10 Volt
Tabel 4.x. Pengukuran Penguatan Tegangan DC Lup Tertutup (Membalik)
- - - - - 0. 0, 0.3 0, 0, 1,
Vin (Volt) 1,0 0.8 0. 0, 0, 0 1 5 7 0
5 3 1
Potensiometer (Ω)
peng
Vout =
ukura
RF n
− Vin perhit
R in
unga
(Volt)
n

4.4.2 Penguatan Tegangan DC lup Tertutup (Tak Membalik)


1. Buatlah Rangkaian Seperti Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Penguatan tegangan DC lup tertutup (not inverting).

2. Hubungkan potensiometer pada VCC +12V.


3. Naikkan tegangan input Vin dengan mengoperasikan potensiometer
dan ukur Vout serta catat hasil pengamatan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Pengukuran Penguatan Tegangan DC lup tertutup (not inverting).


Vin 0.1 0.3 0.5 0.7 1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout Volt

4. Hubungkan Vin pada Vcc -12V dan lakukan percobaan seperti


sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan Tabel 4.5.
Gambar 4.10. Penguatan tegangan DC lup tertutup (not inverting).

Tabel 4.5. Pengukuran penguatan tegangan DC lup tertutup (tak membalik)


Vin -0.1 -0.3 -0.5 - 0.8 -1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout Volt
Tabel 4.y. Pengukuran penguatan tegangan DC lup tertutup (tak membalik)
- - - - - 0. 0, 0.3 0, 0, 1,
Vin (Volt) 1,0 0. 0.5 0,3 0, 0 1 5 7 0
8 1
Potensiometer
(Ω)
Vout = pengu
kuran
RF
( ) R in
+1 Vin
perhit
(Volt) ungan

4.4.3 Pengikut Tegangan


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Rangkaian Percobaan untuk Pengikut Tegangan

2. Hubungkan potensio dengan VCC +12V


3. Naikkan tegangan inputVin dengan mengoperasikan potensiometer
dan ukur Voutserta isikan hasil pengamatan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Pengukuran tegangan input positif untuk pengikut tegangan


Vin 0.1 0.3 0.5 0.7 1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout Volt

4. Hubungkan potensio pada VCC -12V dan lakukan percobaan seperti


sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan Tabel 4.7.

Gambar 4.12. Rangkaian Percobaan untuk Pengikut Tegangan

Tabel 4.7. Pengukuran tegangan input output (negatif ) untuk pengikut tegangan
Vin -0.1 -0.3 -0.5 - 0.8 -1.0 Volt
Potensiomete Ω
r
Vout Volt

4.4.4 Amplifier Penjumlah


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.13
Gambar 4.13. Rangkaian Percobaan Amplifier Penjumlah

2. Hubungkan potensiometer 10K ke +12V dan potensio 5K ke +12V


3. Selanjutnya putar potensio meter agar voltmeter untuk setiap
tegangan input sesuai dengan tegangan yang ditentukan pada tabel
4.8.
4. Amati tegangan keluaran dari rangkaian tersebut, catat hasilnya pada
Tabel 4.7

Tabel 4.8 Adder OP – AMP


V1 V2 Vout
1V 2V
2V 3V
3V 4V
4V 5V
5V 6V

4.5 Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP?
2. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP!
3. Buatlah simbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing
– masing bagiannya!
4. Jelaskan fungsi dari masing-masing kaki OP-AMP (pada OP – AMP
741) menurut datasheet yang anda peroleh!
5. Tentukan besarnya gain bagi amplifier membalik dan tak membalik!
6. Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (voltage follower)!
7. Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan op-amp
nyata!
8. Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari amplifier
penjumlah/adder!

Anda mungkin juga menyukai