Anda di halaman 1dari 60

Kelompok 6

“Diferensial dan Integral


Kompleks”
DISUSUN OLEH :

I Gusti Agung Jiwa Prabawa Suryadinata (1905541120)


I Komang Rio Yudha Tama (1905541127)
Alfian Fahrul Yuliansyah (1905541133)
I Putu Indra Pratama (1905541137)
MATERI

DIFERENTIAL
APLIKASI DAN PENGGUNAAN TURUNAN
PEMAHAMAN DASAR
Secara umum sebelum mendiskusikan tema tentang
turunan, perlu diingat kembali konsep tentang limit, hal ini
cukup diperlukan mengingat turunan merupakan kelanjutan
dari kajian tentang limit. Teori tentang limit sebuah fungsi
merupakan “akar” dari aljabar kalkulus. Oleh sebab itu
uraian mengenai kalkulus selalu diawali dengan bahasan
tentang limit. Untuk selanjutnya, kajian tentang diferensiasi
dan integral merupakan dua operasi matematis yang saling
berkebalikan, seperti halnya antara penjulmahan dan
pengurangan atau antara perkalian dan pembagian. Pada
intinya,diferensial (teori tentang diferensiasi) berkenaan
dengan penentuan tingkat perubahan suatu fungsi,
sedangkan integral (teori tentangintegrasi) berkenaan
dengan pembentukan persamaan sutau fungsi apabila
tingkat perubahan fungsi yang bersangkutan diketahui
apabila titik 𝐵 bergerak menuju
titik 𝐴 maka nilai perbandingan
fungsi yang diperoleh adalah

Gambar 1. Perubahan Nilai Fungsi

apabila pergerakan titik 𝐵 mendekati 𝐴 sehingga “delta” atau


perubahan yang terjadi semakin kecil atau mendekati nol
mengakibatkan titik 𝐵 berimpit dengan 𝐴, maka diperolehlah
nilai limit yang diwakili oleh persamaan berikut ini:
Nilai limit ini disebut sebagai turunan (derivative) fungsi 𝑓(𝑥).
Nilai turunan ini muncul sebagai perbandingan diferensial
(perubahan) atau pergerakan perubahan nilai fungsi 𝑓(𝑥). Untuk
selanjutnya notasi turunan disimbolkan dengan 𝑑𝑦
𝑑𝑥 atau 𝑦′ atau 𝑓′(𝑥), dan secara formal dituliskan dengan

Jika diperhatikan lebih lanjut, nilai perbandingan diferensiasi ∆𝑦


∆𝑥 merupakan gradien tali busur 𝐴𝐵 dan nilai gradien tersebut tak
lain adalag
tan 𝛼. Apabila ∆𝑥 → 0 maka tali busur 𝐴𝐵 akan menjadi garis
singgung pada titik 𝐴, sehingga secara geometris nilai turunan tak
lain adalah gradien garis singgung pada kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) di titik (𝑥,
𝑓(𝑥)).
 Diberikan suatu fungsi yang mewakili pergerakan suatu objek
yaitu 𝑦 = 15𝑥2 + 20𝑥, sedemikian sehingga 𝑦 mewakili jarak
yang ditempuh dan 𝑥 mewakili satuan waktu. Dalam hal ini
nilai 𝑥 berada pada interval 0 ≤ 𝑥 ≤ 2. Di kajian tentang
persamaan kecepatan suatu benda diberikan bahwa kecepatan
rata – rata suatu benda merupakan perbandingan antara
perubahan jarak terhadap perubahan waktu atau
Sehingga kecepatan rata – rata objek tersebut selama
melakukan pergerakan dengan interval 0 ≤ 𝑥 ≤ 2 adalah
 =

Sekarang, perhatikan kecepatan rata – rata pergerakan


objek dalam interval 0 ≤ 𝑥 ≤
2 yang ditunjukan pada tabel berikut ini:
Jika dinotasikan dalam notasi matematika, maka
kecepatan sesaat pada 𝑥 = 1 adalah
Sehingga kecepatan objek pada saat 𝑥 = 1 adalah 50 satuan
jarak/waktu. Dengan demikian, uraian tersebut
mendeskripsikan kecepatan sesaat (𝑣) di 𝑥 = 𝑎, sehingga
diperoleh:

Uraian diatas menyebutkan bahwa formula (1) yang mewakili


kemiringan suatu garis dan (2) yang mendeskripsikan
kecepatan sesaat merupakan dua hal yang identik namun berada
pada situasi yang berbeda. Untuk selanjutnya, jika fungsi 𝑦 =
𝑓(𝑥) terdefinisi pada 𝑥 = 𝑎 sehingga diperoleh
dan menghasilkan sebuah nilai (terdefinisi) maka nilai tersebut
dikatakan sebagai turunan fungsi 𝑓(𝑥)di 𝑥 = 𝑎. Sehingga turunan
fungsi tersebut juga berupa fungsi yang selanjutnya dilambangkan
dengan 𝑓′(𝑥), manakala fungsi turunan digunakan untuk menunjukan
nilai di 𝑥 = 𝑎 maka nilai ditentukan oleh 𝑓′(𝑎). Sehingga

Selain notasi tersebut terdapat beberapa variasi


penulisan limit, diantaranya
MENENTUKAN TURUNAN
FUNGSI

 Secara umum, proses mendapatkan turunan suatu fungsi secara


langsung menggunakan definisi turunan, yaitu dengan menyusun
hasil bagi selisih

kemudian dilanjutkan menghitung nilai limitnya. Namun ada


cara lain untuk memperoleh nilai limit dengan cara lain. Diberikan
suatu fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥𝑛, dengan 𝑛𝜖𝑁 (𝑛 anggota bilangan Asli).
Jika 𝑛 = 1, maka diperoleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 sehingga turunan fungsinya
adalah:
Jika 𝑛 = 2, maka diperolah 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥2 sehingga turunan
fungsinya adalah:

Jika 𝑛 = 3, maka diperolah 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥3 sehingga turunan fungsinya


adalah:
Jika dicermati lebih jauh, uraian yang menghasilkan (3), (4)
dan (5) diperoleh sebuah kesimpulan untuk 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥𝑛, yaitu
Jika 𝑛 = 1 diperoleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 maka 𝑓′(𝑥) = 𝑎
Jika 𝑛 = 2 diperoleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥2 maka 𝑓′(𝑥) = 2𝑎𝑥
Jika 𝑛 = 3 diperoleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥3 maka 𝑓′(𝑥) = 3𝑎𝑥2
Jika 𝑛 ∈ ℕ diperoleh 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥𝑛 maka 𝑓′(𝑥) = 𝑛𝑎𝑥𝑛−1
sehingga untuk 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥𝑛 untuk 𝑛 ∈ ℝ (𝑛 anggota bilangan
Riil) diperoleh bentuk umum turunannya adalah:
𝑓′(𝑥) = 𝑛𝑎𝑥𝑛−1
TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

Trigonometri merupakan salah satu kajian dalam ilmu matematika


yang berkaitan erat dengan garis dan sudut suatu segitiga.
Hubungan antara garis dan sudut ini lah yang selanjutnya menjadi
pelbagai fungsi-fungsi trigonometri. Sebagaimana telah diketahui
bersama bahwa terdapat 3 (tiga) fungsi dasar dalam trigonometri
yaitu sinus, cosinus, tangen. Dalam kajian fungsi trigonometri,
hanya fungsi sinus dan cosinus yang merupakan fungsi kontinu.
Sehingga kedua fungsi tersebut memiliki nilai dan turunan di
setiap titik. Fungsi yang memiliki turunan adalah fungsi sinus dan
cosinus, untuk fungsi tangen di beberapa titik tertentu tidak
memiliki turunan karena di titik – titik tersebut tak kontinu.
Seperti pada sudut 90° fungsi tangen tak kontinu karena nilai tan
90° = 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑒𝑑 sehingga dikatakan fungsi tangen bukanlah fungsi
yang kontinu.
Turunan bentuk 𝒇(𝒙) = 𝒔𝒊𝒏 𝒙
Sebagaimana telah diuraikan bahwa fungsi sinus 𝑓(𝑥) merupakan
fungsi yang kontinu sehingga fungsi sinus memiliki nilai untuk setiap
titik 𝑥 =
𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga
Turunan bentuk 𝒇(𝒙) = 𝒄𝒐𝒔 𝒙
Sebagaimana turunan untuk fungsi 𝑓(𝑥) = sin 𝑥, fungsi cosinus
juga merupakan fungsi yang kontinu. Sehingga fungsi cosinus
memiliki nilai untuk setiap 𝑥 = 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga
Turunan bentuk 𝒇(𝒙) = 𝒕𝒂𝒏 𝒙
Nilai tangen merupakan perbandingan antara sinus dan cosinus
sehingga
diperoleh bahwa tan 𝑥 = sin 𝑥, dan apabila fungsi tersebut memiliki
nilai
cos 𝑥
OPERASI ALJABAR TURUNAN FUNGSI

Operasi turunan berbentuk 𝒇(𝒙) = 𝒄 ∙ 𝒖(𝒙)


 
Jika diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) dengan 𝑓(𝑥) = 𝑐 ∙ 𝑢(𝑥) dalam hal ini 𝑐
adalah konstanta dan 𝑢(𝑥) fungsi yang terdiferensialkan (dapat
diturunkan) di 𝑥 = 𝑎 atau fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈
ℝ sedemikian sehingga

sehingga, apabila diberikan fungsi 𝑓(𝑥) dan fungsi tersebut


terdiferensialkan pada 𝑎 ∈ ℝ serta terdapat 𝑐 ∈ ℝ sehingga
berakibat 𝑦 = 𝑓(𝑎) = 𝑐 ∙ 𝑢(𝑎) maka berlaku 𝑓′(𝑎) = 𝑐 ∙ 𝑢′(𝑎).
 
𝒇(𝒙) = 𝒄 ∙ 𝒖(𝒙) 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝒇′(𝒙) = 𝒄 ∙ 𝒖′(𝒙).
 Operasi turunan berbentuk 𝒇(𝒙) = 𝒖(𝒙) ± 𝒗(𝒙)
 
Jika diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) dengan 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) ± 𝑣(𝑥) dalam hal ini
𝑢(𝑥) dan 𝑣(𝑥) adlah fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan)
di
𝑥 = 𝑎 atau fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ. Sebagaimana
diuraikan sebelumnya, bahwa bentuk umum turunan adalah 𝑓′(𝑥)
=

lim 0
∆𝑥→
dengan demikian untuk 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑎) + 𝑣(𝑎), diperoleh:
Uraian tersebut mendeskripsikan jika 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) + 𝑣(𝑥) maka
diperoleh turunannya 𝑓′(𝑥) = 𝑢′(𝑥) + 𝑣′(𝑥), dengan cara yang sama
jika 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) − 𝑣(𝑥) maka 𝑓(𝑥) = 𝑢′(𝑥) − 𝑣′(𝑥). Sehingga bisa
disimpulkan
jika 𝒇(𝒙) = 𝒖(𝒙) ± 𝒗(𝒙) maka𝒇′(𝒙) = 𝒖′(𝒙) ± 𝒗′(𝒙)
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan dari 𝒇(𝒙) = 𝒙𝟑 + 𝟓𝒙𝟐!
 
Operasi turunan berbentuk 𝒇(𝒙) = 𝒖(𝒙) ∙ 𝒗(𝒙)
Jika diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) dengan 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) ∙ 𝑣(𝑥) , 𝑢(𝑥)dan
𝑣(𝑥) adalah fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di
𝑥=
𝑎 sehingga fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ sedemikian
sehingga
sehingga, apabila diberikan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) ∙ 𝑣(𝑥) dan fungsi
tersebut terdiferensialkan pada 𝑎 ∈ ℝ serta 𝑓(𝑎) = 𝑢(𝑎) ∙ 𝑣(𝑎) maka
berlaku
𝑓′(𝑎) = 𝑢(𝑎) ∙ 𝑣′(𝑎) + 𝑢′(𝑎) ∙ 𝑣(𝑎)
𝒇(𝒙) = 𝒖(𝒙) ∙ 𝒗(𝒙) 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝒇′(𝒙) = 𝒖(𝒙) ∙ 𝒗′(𝒙) + 𝒖′(𝒙) ∙ 𝒗(𝒙)
 
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan fungsi dari 𝑓(𝑥) = (5𝑥2 − 1)(3𝑥 − 2)!
 
Solusi
Bentuk 𝑓(𝑥) = (5𝑥2 − 1)(3𝑥 − 2) merupakan salah satu contoh dari
bentuk umum 𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) ∙ 𝑣(𝑥), yaitu perkalian dua fungsi
sehingga
𝑢(𝑥) = (5𝑥2 − 1) dan 𝑣(𝑥) = (3𝑥 − 2) sehingga diperolah 𝑢′(𝑥) = 10𝑥
dan 𝑣′(𝑥) = 3
Menggunakan sifat
𝑓(𝑥) = 𝑢(𝑥) ∙ 𝑣(𝑥) maka 𝑓′(𝑥) = 𝑢(𝑥) ∙ 𝑣′(𝑥) + 𝑢′(𝑥) ∙ 𝑣(𝑥)
Diperoleh
𝑓′(𝑥) = (5𝑥2 − 1) ∙ 3 + (3𝑥 − 2) ∙ 10𝑥 = 15𝑥2 − 3 + 30𝑥2 − 20𝑥
2
Operasi turunan berbentuk 𝒇(𝒙) = 𝒖(𝒙)
𝒗(𝒙)

 Jika
diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) dengan 𝑓(𝑥) = (, 𝑢(𝑥)dan 𝑣(𝑥) adalah
fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di 𝑥 = 𝑎 sehingga
fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga
MATERI

INTEGRAL FUNGSI
KOMPLEKS
INTEGRAL KOMPLEKS
Andaikan t adalah variable real.
F(t) fungsi bernilai complex dari variabel real dan ditulis
F(t) = u(t) + i v(t)
dengan u, v fungsi real dari variabel real t.

Definisi :
Untuk fungsi bernilai kompleks dari variabel real
F(t) = u(t) + iv(t) dengan a ≤ t ≤ b didefiniskan.

b b b
a F ( t ) d t  a u ( t ) d t  ia v ( t ) d t
Sifat-sifat:
b  b

1.
Re  a F (t)dt  a R e ( F
(t))dt
 b  b

2. I m   F ( t ) d t    Im(F
 a a

(b t ) ) d t b

3. a k F (t)dt  k 
a
F (t)dt, dimana k
konstanta kompleks
sembarang
b b

4.
 F (t)dt   F ( t ) d t , dimana a ≤ b
a a

b a

5.  F (t )dt    F (t )
dt
a b
Lintasan
 g(t) dan h(t) bernilai nol dan kontinu
dititik  a , 
x  g(t)
(x, y)  (g(t),h(t))dan z  x 
y  h(t)
iy
Untuk satu nilai t, (x, y) = (g(t)), h(t))
menyatakan satu titik pada bidang z.
Suatu kurva himpunan titik z=x+iy
dengan x = g(t), y = h(t) masing-masing
fungsi real dan konstanta dari variabel
treal   a, b 
(g(a), h(a)) adalah titik awal
(g(b), h(b)) adalah titik akhir
Jika t1 ≠ t 2 sehingga (g(t1), h(t1))
tidak berimpit dengan (g(t2 ),
h(t2 )).
(g(a), h(a)) dan (g(b), h(b))
berimpit maka akan
membentuk kurva tertutup .
Tidak boleh karena kurva tidak
tunggal

Tertutup tidak tunggal

Tertutup tunggal
Kurva C:z  g(t)  i h(t),dimana a≤t≤b.
g’(t) dan h’(t) ada dan kontinu di  a,b 
untuk t   a , b  , g’ dan h’ tidak bersama-sama
nol maka C disebut kurva mulus
Kurva C merupakan rangkaian kurva
mulus C1, C2, C3, . . ., Cn
titik akhir Cj berimpit dengan titik awal
Cj+1 untuk j = 1, 2, . . .,n–1. Maka C
disebut lintasan
C1
C3
C5 C = C 1 + C 2 + C3 + C 4 + C 5 + C 6
C2
C4

C6

Jika titik awal C1 berimpit dengan titik Cn ,


maka C lintasan tertutup.

Lintasan tertutup tunggal


C1
P(x, y)dx   Q(x,y)dy  P(x, y)dx 
Q(x,y)dy
c integral lintasan
c tertutupc

Contoh:

 x 2 ydx  xy2 dy  ?
c

C adalah garis patah yang berawal dari (0, 1) melalui (1, 1)


dan berakhir (1, 0)
 Jawab:

C = C1 + C2
C1 (1, 1) C1: x = t
(0, 1)
C2 y = 1 dimana 0 ≤ t ≤ 1
C2: x = 1
(1, 0)
y = t dimana 1≥ t
≥0

x 2
y dx  xy 2 dy  x 2
y dx  xy 2 dy  x 2
y dx  xy
2
dy
c c1 c2
1 1
0 0

 t 2
dt   0 dt   0 dt   t 2 dt
0 0
1 1
Integral lintasan kompleks juga disebut
integral kontur kompleks.
Fungsi f(z) = u(x, y) + i v(x, y) yang
didefinisikan kontinu sepotong-sepotong
pada lintasan di bidang kompleks
dengan C = {z=x + iy / x = g(t), y = h(t), a
≤ t ≤ b} dengan titik awal α dan titik
akhir β berturut-turut
berkorespondensi dengan t = α dan t =
β.

C
f(z)dz  C u(x,y)dx v(x,y)dy iC v(x,y)dx
u(x,y)dy

dapat ditulis dalam integral t yang dinyatakan dengan


b b

 C
f(z)dz   (ug'vh')dt  i  (vg'uh')dt
a a

Jika z pada C dengan z(t) = x(t) + i y(t) dan x(t) = g(t),


y(t) = h(t), a ≤ t ≤ b sehingga dz = z’(t) = dx + i dy

 C
f(z)dz   f(z(t))z' (t)dt
a
1 C f(z)dz   
. f(z)dz
αβ Cβα

2.  C
kf(z)dz  k  C
f(z)dz , k konstanta

3. 
C
f(z)dz 
C1 f(z)dz  C2
f(z)dz


4.
 f (z)  f
C 1 2 (z)dz  C f1(z)dz C f2 (z)dz , C = C1

+ C2
Contoh:

Hitunglah  f ( z ) d z
jika f(z) = y – x + 6ix 2
C
dan lintasan C terdiri atas dua penggal
garis dan z = 0 sampai z = i dan z = i
sampai z =1+ i.


C
f(z)dz 
C1 f(z)dz 
f(z)d
C 2 z

 C
f(z)dz  C u(x,y)dx v(x,y)dy iC v(x,y)dx
u(x,y)dy
y
C2 C = C1 + C2
i C1: x = 0
y = t dimana 0 ≤ t ≤ 1
C1
C2: x = t
y = 1 dimana 0 ≤
O x
t≤1
1 1

 C1 
f(z)dz  0 ( t - 0 ) 0  i t dt 
1
i
0
1 1 2
f(z)dz   (1 t) dt 1

C2
 i 6 t 2 d t 2  2i
0 
0

 C
1 1
f (z)dz  2 i  2  2i  2
1 1
 2 2 i
 Jika C lintasan tertutup tunggal dengan arah
positif dan E daerah tertutup yang terdiri
atas titik di dalam dan pada C.
 P(x, y) dan Q(x, y) fungsi real terdefinisi pada E
beserta derivatif-derivatif parsial dari tingkat
pertama kontinu pada E maka:

c P(x, y) dx  Q(x,y) dy   Q P 

  dx dy
 y 

E
x
C : arah positif
Bukti:
C lintasan tertutup tunggalyang
mempunyai bentuk garis-garis //
sumbu koordinat memotong C di dua titik
Akan dibuktikan
y
P
D
c P ( x, y ) d x   E
y
dxdy d

Kurva ABC, y = A C

α1(x) Kurva ADC, y = c


B
α2(x)
O b x
a
b
  P dxdy  
E
y  a
α 2 ( x)
α 1( x)
P dydx
y

P ( x , y)
b 2
   a
( x1 )( x ) dx

  P(x,α (x))  P ( x , α (x)) 


b
 1 2
a
dx
b b
  P(x, 1 (x)dx   P(x,  2 (x)dx   P( x,
a a C
y)dx
Dengan jalan yang sama dapat ditunjukkan

Q

E
y
dxdy   C
Q( x, y)dy

Dengan mengambil
Kurva BCD, x = β2(y)
Kurva BAD, x =
β1(y)

P(x, y)dx  Q(x,  Q  Pdxdy   Q  P dxdy


c y)dy  E1  y  E2 y
 x
x Q P Q P
   dxdy   
   dxdy
E3 
 x y 
 E4 y 
 
x
Perluasan:

E2
Catatan,
E1 Lintasan yang saling berlawanan
meniadakan

E4

E3

c P(x, y)dx  Q(x, 


Q P 
E1 
   dxdy

E 

Q P 
  
y 
dxdy
y  2

y)dy  x x Q P 

  
E3 
Q P
dxdy  
E4  x y  dxdy
y 

x
2. Untuk suatu titik Z0 dan sebarang lingkaran C
yang berpusat di Z0 yang ditentukan, dan C
berarah positif berlaku
dz
 2i
1.  z - z
C
Z0
0
dz
2. 
C
 0; n  2,
(z  z 0 ) 3, ...
n

Bukti: z0 = a + bi
r = jari-jari Z
r Sin θ θ
z dilingkaran
z = x + iy Z0

x = a + r cos θ b
y = b + r sin θ
z = z0 + (r cos θ + i r sin θ) a
r Cos θ
z - z0 = r cos θ + i r sin θ
1 1
 
1
(cos  i sin
z  z0 r(cos   i sin 
) )
1  sin  
dz   cos  r(r sin  ) 
2
 z  z0
.r cos  )
0  r ( r
d 

2 sin cos 
i  (r sin ) .r cos )
0
r 
(
r d
2 2

 0  i 0 d   i  0  2  i

3. Jika C lingkaran |z| = 1 dengan arah positif dan


f(z) = suatu cabang dari z-1+i = e(-1+i) ln z
(| z | > 0, ) 0 < arg z <2π). Hitunglah C f(z)dz
Untuk z pada C berlaku z = eiθ dengan 0 ≤ θ ≤ 2π.

2 2π

C
f (z)dz 
 f ( z ( ) ) z ' ( ) d    e ( 1i)
ie iθ

0 0


e d θ   ie
 θ θ 2π
 i

0
0

 i(1 e2π )
Misal: z – z0 = r eiθ yang dapat
dibuat dalam bentuk:
z – z0 = r (cos θ + i sin θ)
z = z0 + r.eiθ, 0 ≤ θ ≤ 2π
dz = i.r.eiθ dθ
1 2π i.r.eiθ

z 0 dz  0 r.e iθ


  i dθ
z 0

 iθ

0

 2πi
Petunjuk 2

z – z0 = r eiθ sehingga (z – z0)n = rn einθ

1 2 irei 
dz   d 
 (z  z )
0 n
0 r n
e in

2
 i  r
n1 i ( 
e
n1)
d 
0
TEOREMA CAUCHY

Jika f analitik dan f ’ kontinu di dalam


f (z)dz  0
dan pada lintasan tertutup tunggal C, maka C
Contoh: dz
Jika C keliling lingkaran | z | = 2 maka C z 2  9
sama dengan nol. Buktikan!
Bukti:
1
f (z) adalah fungsi yang analitik pada dan di dalam C.
 z2  9

 2z
f '(z) 
(z 2  9)2
juga kontinu pada dan di dalam C

menurut teorema Cauchy maka C f (z)dz  0


TEOREMA CAUCHY-GOURSAT

Jika f(z) analitik pada D, himpunan titik-titik di


lintasan tertutup tunggal C dan titik interiornya
f (z)dz  0
maka C
Contoh pada hal. 76

Bentuk lain dari Teorema CAUCHY-GOURSAT


Jika f fungsi analitik suatu domain terhubung tunggal D
maka untuk setiap lintasan tertutup C
f (z)dz  0
yang seluruhnya di dalam D berlaku C
Teorema
Jika C lintasan tertutup tunggal yang berarah positif
dan Cj lintasan tertutup tunggal berarah positif di
dalam interior C, sedemikian sehingga
Int(Cj) ∩ Int(Ck) = Ø untuk j ≠ k (j, k = 1, 2, ..., n) dan
jika f analitik pada daerah D dan didalam C kecuali
di dalam daerah Int(Cj), j = 1, 2, ..., n
Maka

C f ( z)dz  j 1C
C j f (z)dz

Teorema ini dikenal sebagai perluasan teorema C-G


(CAUCHY-GOURSAT).
Akibat perluasan teorema CAUCHY-GOURSAT,
diberikan lintasan tertutup tungal C1 dan C2 terletak
pada Int C.
Jika f analitik pada C1 , C2 dan pada daerah diantara
mereka maka sebarang lintasan tertutup tunggal C
pada Int C1 mengelilingi C2 berlaku:
f (z)dz  C f (z)dz   f (z)dz
C
1 2

C
C

C1
C2
Contoh:
Buktikan bahwa jika C suatu lintasan tertutup
sepanjang bujur sangkar dengan titik sudut
1 1 1 1 1
 i,  i 1
1 1 
2 2 2 2 , 2  2 i, dan 2 2 i.
dz
dengan arah positif maka C z  2πi

Penyelesaian:
y

 1 1 1 1
Dibuat lingkaran γ dengan pusat

i
i
O jari-jari lebih kecil ½ dengan
2 2 2
2 γ arah positif
Dengan mengambil z0 = 0 dan
O x
1
R= 4
 1 1 1 1
 i
i
dz  2πi
γ z
2 2 2
2
1
Fungsi f(z) = adalah fungsi analitik kecuali di O, f(z)
z
analitik di C dan γ daerah diantara kedua lintasan
menurut perluasan Teorema CAUCHY-GOURSAT

dz dz

C z
 γ z  2πi
Integral Cauchy
Teorema
Jika fungsi f analitik di suatu titik, maka f
mempunyai derivatif dari semua tingkat yang
juga analitik dititik itu.

Teorema
Jika f di definisikan dan analitik di dalam dan
pada lintasan tertutup tunggal C yang berarah
positif dan z0 titik sebarang dalam C sehingga
berlaku.
f (z 0 ) 1 f (z)
dz
 2πi  z  z
0
Teorema
Jika f didefinisikan dan analitik di dalam dan
pada lintasan tertutup tunggal C yang berarah
positif, maka untuk semua z di dalam fungsi f
mempunyai derivatif dari segala tingkat yang
juga analitik di dalam C. Untuk setiap n positif
bulat nilai turunan f(n)(z) dengan C arah positif
berlaku

f (z0 ) 
n f (z)
n! dz
2i
 
C
 z0 n  1
z
Contoh:
z
dz
Tentukan  C ( z  1)( z  3 ) 2
C adalah:

(a) lingkaran C1 dengan persamaan | z | = 2


(b) lingkaran C2 dengan persamaan | z – 4 | = 2
Penyelesaian:

(a) lingkaran C1 dengan persamaan | z | = 2


C: lingkaran | z | = 2, dengan fungsi f(z) diambil
y
z
C r=2 analitik pada C dan di dalam
f (z) 
z  1
O x
f(zo) = 4 untuk zo= 1
3 2

f
f ( z0 )  2i C z ( z) dz
1
  z0
z 2i 1
dz  2i. f (1)  
 i
C (z 1)( z  4
(b) lingkaran C2 dengan persamaan | z – 4 | = 2 z
C: lingkaran | z – 4 | = 2 dengan f(z) diambil f (z) 
z 1
y 1
maka f ' (z)
C
 (z 1)
2

O 4 x terdefinisi dan analitik di C

1
z0 = 3 dan f’(3 )   4

f ' ( z 0 )  1! f (z) dz
2i  z 
C
z0
2

z 2i 1
d z  2  i. f ' ( 3 )     i

C ( z  1)( z  3 ) 2
4
2

Anda mungkin juga menyukai