(DIFERENSIAL)
Edi Sutomo, M.Pd
e_mail: edisutomo1985@gmail.com
twitter: @ed_1st
A. PENDAHULUAN
1
pembagian bilangan dengan nol ataupun jumlah dari deret takterhingga.
Seorang filsuf Yunani kuno memberikan beberapa contoh terkenal seperti
paradoks Zeno. Kalkulus memberikan solusi, terutama di bidang limit dan
deret tak terhingga, yang kemudian berhasil memecahkan paradoks
tersebut.
B. PENGERTIAN DASAR
Secara umum sebelum mendiskusikan tema tentang turunan, perlu diingat
kembali konsep tentang limit, hal ini cukup diperlukan mengingat turunan
merupakan kelanjutan dari kajian tentang limit. Teori tentang limit sebuah
fungsi merupakan “akar” dari aljabar kalkulus. Oleh sebab itu uraian
mengenai kalkulus selalu diawali dengan bahasan tentang limit. Untuk
selanjutnya, kajian tentang diferensiasi dan integral merupakan dua
operasi matematis yang saling berkebalikan, seperti halnya antara
penjulmahan dan pengurangan atau antara perkalian dan pembagian. Pada
intinya,diferensial (teori tentang diferensiasi) berkenaan dengan penentuan
tingkat perubahan suatu fungsi, sedangkan integral (teori tentangintegrasi)
berkenaan dengan pembentukan persamaan sutau fungsi apabila tingkat
perubahan fungsi yang bersangkutan diketahui
2
Untuk memahami konsep dasar turunan, tinjaulah dua masalah yang
kelihatannya berbeda. Masalah pertama adalah masalah garis singgung
atau gradien, sedangkan masalah kedua adalah masalah kecepatan sesaat.
Satu dari kedua masalah itu menyangkut geometri dan lainnya yang
menyangkut mekanika seolah – olah terlihat seperti tidak ada hubungan.
Sebenarnya, kedua masalah itu merupakan persoalan yang identik. Agar
lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.
∆𝑦 ƒ( 𝑥 + ∆𝑥) − ƒ(𝑥)
∆𝑥 = ∆𝑥 ,
ƒ( 𝑥 + ∆𝑥) −
lim ƒ( 𝑥 )
∆𝑥→0 .
∆𝑥
3
Nilai limit ini disebut sebagai turunan (derivative) fungsi ƒ(𝑥). Nilai
turunan ini muncul sebagai perbandingan diferensial (perubahan) atau
pergerakan perubahan nilai fungsi ƒ(𝑥). Untuk selanjutnya notasi turunan
disimbolkan dengan 𝑑𝑦 atau 𝑦′ atau ƒ′(𝑥), dan secara formal dituliskan
𝑑𝑥
dengan
𝑑𝑦
ƒ′(𝑥) = = 𝑦′ = lim ƒ( 𝑥 + ∆𝑥) − ƒ(𝑥)
… ( 1)
𝑑𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
merupakan gradien tali busur 𝐴𝐵 dan nilai gradien tersebut tak lain adalag
tan 𝛼. Apabila ∆𝑥 → 0 maka tali busur 𝐴𝐵 akan menjadi garis singgung
pada titik 𝐴, sehingga secara geometris nilai turunan tak lain adalah
gradien garis singgung pada kurva 𝑦 = ƒ(𝑥) di titik (𝑥, ƒ(𝑥)). Untuk
masalah selanjutnya adalah pada perubahan laju suatu objek terhadap
perubahan waktu. Untuk lebih jelasnya, diberikan sebuah kasus yang
berkaitan dengan kecepatan sesaat suatu objek. Diberikan suatu fungsi
yang mewakili pergerakan suatu objek yaitu 𝑦 = 15𝑥2 + 20𝑥, sedemikian
sehingga 𝑦 mewakili jarak yang ditempuh dan 𝑥 mewakili satuan waktu.
Dalam hal ini nilai 𝑥 berada pada interval 0 ≤ 𝑥 ≤ 2. Di kajian tentang
persamaan kecepatan suatu benda diberikan bahwa kecepatan rata – rata
suatu benda merupakan perbandingan antara perubahan jarak terhadap
∆ƒ
perubahan waktu atau . Sehingga kecepatan rata – rata objek tersebut
∆𝑥
4
Tabel 1. Tabel kecepatan rata – rata
5
𝑣 = lim 𝑣rata−rata = lim ƒ(𝑎 + ∆𝑥) − ƒ(𝑎) ( )
∆𝑥→0 ∆𝑥→0 ∆𝑥 … 2
ƒ′(𝑎) = lim ƒ(𝑎 + ∆𝑥) − ƒ(𝑎) atau ƒ′(𝑎) = lim ƒ(𝑥) − ƒ(𝑎)
∆𝑥→0 ∆𝑥 𝑎→0 𝑥−𝑎
𝑑ƒ 𝑑𝑦
= = 𝑦′ = ƒ′(𝑥).
𝑑𝑥 𝑑𝑥
cara lain untuk memperoleh nilai limit dengan cara lain. Diberikan suatu
fungsi ƒ(𝑥) = 𝑎𝑥𝑛, dengan 𝑛𝑁 (𝑛 anggota bilangan Asli).
Jika 𝑛 = 1, maka diperoleh ƒ(𝑥) = 𝑎𝑥 sehingga turunan fungsinya
adalah:
6
ƒ′(𝑥) = lim
ƒ(𝑥 + ∆𝑥) − ƒ(𝑥) 𝑎(𝑥 + ∆𝑥) − 𝑎𝑥
= lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
= lim 𝑎∆𝑥
𝑎𝑥 + 𝑎∆𝑥 − 𝑎𝑥 = 𝑎 … … … (3)
= lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
Jika 𝑛 = 2, maka diperolah ƒ(𝑥) = 𝑎𝑥2 sehingga turunan
fungsinya adalah:
= 2𝑎𝑥 … … (4)
Jika 𝑛 = 3, maka diperolah ƒ(𝑥) = 𝑎𝑥3 sehingga turunan
fungsinya adalah:
7
diperoleh bentuk umum turunannya adalah:
ƒ′(𝑥) = 𝑛𝑎𝑥𝑛−1
8
D. TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI
Trigonometri merupakan salah satu kajian dalam ilmu matematika yang
berkaitan erat dengan garis dan sudut suatu segitiga. Hubungan antara
garis dan sudut ini lah yang selanjutnya menjadi pelbagai fungsi-fungsi
trigonometri. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa terdapat 3
(tiga) fungsi dasar dalam trigonometri yaitu sinus, cosinus, tangen. Dalam
kajian fungsi trigonometri, hanya fungsi sinus dan cosinus yang
merupakan fungsi kontinu. Sehingga kedua fungsi tersebut memiliki nilai
dan turunan di setiap titik.
Fungsi yang memiliki turunan adalah fungsi sinus dan cosinus, untuk
fungsi tangen di beberapa titik tertentu tidak memiliki turunan karena di
titik – titik tersebut tak kontinu. Seperti pada sudut 90° fungsi tangen tak
kontinu karena nilai tan 90° = 𝑢𝑛𝑑eƒ𝑛e𝑑 sehingga dikatakan fungsi tangen
bukanlah fungsi yang kontinu.
∆𝑥
in 𝑎 ((1 − 2in2 ) − 1) + co 𝑎 in ∆𝑥
= lim 2
∆𝑥→0 ∆𝑥
9
∆𝑥
in 𝑎 (−2in2 ) + co 𝑎 in ∆
= lim 2
∆𝑥→0 ∆𝑥
∆𝑥
in2 in ∆𝑥
= [ lim in 𝑎 ∙ lim −2 ∙ 2
] + [ lim co 𝑎 ∙ lim ]
∆𝑥→0 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥→0 ∆𝑥
= [in 𝑎 ∙ 0] + [co 𝑎 ∙ 1] = co 𝑎
= [co 𝑎 ∙ 0] − [in 𝑎 ∙ 1] = − in 𝑎
Jadi 𝑓(x) = os x m 𝑓′ (x) = − sn x
10
Turunan bentuk 𝑓(x) = 𝑡𝑎𝑛 x
Nilai tangen merupakan perbandingan antara sinus dan cosinus sehingga
diperoleh bahwa tan 𝑥 = , dan apabila fungsi tersebut memiliki nilai
sin 𝑥
cos 𝑥
11
Operasi turunan berbentuk 𝑓(x) = 𝑐 ∙ 𝑢(x)
Jika diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥) dengan ƒ(𝑥) = 𝑐 ∙ 𝑢(𝑥) dalam hal ini 𝑐
adalah konstanta dan 𝑢(𝑥) fungsi yang terdiferensialkan (dapat
diturunkan) di 𝑥 = 𝑎 atau fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ
sedemikian sehingga
Jika diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥) dengan ƒ(𝑥) = 𝑢(𝑥) ± 𝑣(𝑥) dalam hal ini
𝑢(𝑥) dan 𝑣(𝑥) adlah fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di
𝑥 = 𝑎 atau fungsi tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ. Sebagaimana
diuraikan sebelumnya, bahwa bentuk umum turunan adalah ƒ′(𝑥) =
lim ƒ(𝑥+∆𝑥)−ƒ(𝑥)
, dengan demikian untuk ƒ(𝑥 ) = 𝑢 (𝑎) + 𝑣 (𝑎), diperoleh:
∆𝑥→0 ∆𝑥
= lim 𝑢(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑢(𝑎) += lim 𝑣(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑣(𝑎) = 𝑢′(𝑎) + 𝑣′(𝑎)
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
12
Uraian tersebut mendeskripsikan jika ƒ(𝑥) = 𝑢(𝑥) + 𝑣(𝑥) maka diperoleh
turunannya ƒ′(𝑥) = 𝑢′(𝑥) + 𝑣′(𝑥), dengan cara yang sama jika ƒ(𝑥) =
𝑢(𝑥) − 𝑣(𝑥) maka ƒ(𝑥) = 𝑢′(𝑥) − 𝑣′(𝑥). Sehingga bisa disimpulkan
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan dari 𝑓(x) = x3 + x2!
Solusi
Dengan menggunakan sifat ƒ(𝑥) = 𝑢(𝑥) + 𝑣(𝑥) maka
ƒ′(𝑥) = 𝑢′(𝑥) + 𝑣′(𝑥)
Diperoleh
ƒ′(𝑥) = 𝑑 (𝑥3 + 5𝑥2).
𝑑𝑥
= 𝑑
(𝑥3) + 𝑑
(5𝑥2).............(penjumlahan turunan)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 𝑑
(𝑥3 ) + 5 𝑑
(𝑥2)..............(turunan fungsi yang dikalikan dengan
𝑑𝑥 𝑑𝑥
konstanta)
= 3𝑥2 + 10𝑥.......................(sifat ƒ′(𝑥) = 𝑛𝑎𝑥𝑛−1)
13
= lim 𝑣(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑣(𝑎) 𝑢(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑢(𝑎)
𝑢(𝑎 + ∆𝑥) + lim 𝑣(𝑎)
∆𝑥→0 (𝑎 + ∆𝑥) ∆𝑥→0 ∆𝑥
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan fungsi dari ƒ(𝑥) = (5𝑥2 − 1)(3𝑥 − 2)!
Solusi
Jika diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥) dengan ƒ(𝑥) = 𝑢(x), 𝑢(𝑥)dan 𝑣(𝑥) adalah
𝑣(x)
14
𝑢(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑢(𝑎) 𝑣(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑣(𝑎)
𝑣(𝑎) { ∆𝑥 } − 𝑢 (𝑎) { ∆𝑥 }
= ∆𝑥→0
lim 𝑣(𝑎 + ∆𝑥) ∙ 𝑣(𝑎)
lim 𝑣(𝑎) ∙ lim 𝑢(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑢(𝑎) 𝑣(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑣(𝑎)
− lim 𝑢(𝑎) lim
= ∆𝑥→0 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥→0 ∆𝑥
lim 𝑣(𝑎)𝑣(𝑣 + ∆𝑥)
∆𝑥→0
𝑢′(𝑎) ∙ 𝑣(𝑎) − 𝑢(𝑎) ∙ 𝑣′(𝑎)
𝑢′(𝑎) ∙ 𝑣(𝑎) − 𝑢(𝑎) ∙ 𝑣′(𝑎)
𝑣(𝑎) ∙ 𝑣(𝑎) 2
(𝑣(𝑎))
=
𝑢𝘍(𝑎)∙𝑣(𝑎)−𝑢(𝑎)∙𝑣𝘍(𝑎)
(𝑣(𝑎))
2 ,
Jadi,
𝑢(x)
𝑢′(x) ∙ 𝑣(x) − 𝑢(x) ∙ 𝑣′
𝑓(x) = m𝑓 ′
(x) = 2
𝑣(x) (x) (𝑣(x))
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan fungsi dari ƒ(𝑥) = cc 𝑥
Solusi
Bentuk ƒ(𝑥) = cc 𝑥 tak lain adalah ƒ(𝑥) = 1
sin𝑥 sehingga
𝘍( ) ( )
dengan
( ) 𝘍( )
𝑢 𝑥 ∙𝑣 𝑥 −𝑢 𝑥 ∙𝑣 𝑥
menggunakan sifat ƒ(𝑥) = 𝑢(𝑥)
maa ƒ (𝑥) =
′
perlu
2
𝑣(𝑥) (𝑣(𝑥))
co 𝑥
1
=− ∙ = − cot 𝑥 cc 𝑥
in 𝑥 in 𝑥
Jadi turunan dari ƒ(𝑥 ) = cc 𝑥 adalah ƒ ′(𝑥 ) = − cot 𝑥 cc 𝑥
15
Operasi turunan berbentuk 𝑓(x) = 𝑢𝑛(x)
Jika diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥) dengan ƒ(𝑥) = 𝑢𝑛(𝑥), 𝑢(𝑥) adalah fungsi
yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di 𝑥 = 𝑎 sehingga fungsi
tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga
sehingga,
∆𝑦 ∆𝑢
lim ∙ lim = ƒ′(𝑢) ∙ 𝑢′(𝑥)
∆𝑢→0 ∆𝑢 ∆𝑥→0 ∆𝑥
∆𝑦 ∆𝑢
lim ∙ = ƒ′(𝑢) ∙ 𝑢′(𝑥)
∆𝑢→0 ∆𝑢 ∆𝑥
∆𝑦
lim = ƒ′(𝑢) ∙ 𝑢′(𝑥)
∆𝑢→0 ∆𝑥
Contoh Pemakaian
Tentukan turunan fungsi dari
(i) ƒ(𝑥) = (2 + 3𝑥2)9!
(ii)ƒ(𝑥) = 3in3 1 + 2co2 𝑥!
𝑥 2
16
Solusi
(i) Sebelum menyelesaikan bentuk ƒ(𝑥) = (2 + 3𝑥2)9
𝑛−1
menggunakan sifat ƒ(𝑥) = 𝑢𝑛(𝑥) maa ƒ′(𝑥) = 𝑛 ∙ (𝑢(𝑥)) ∙
𝑢′(𝑥)
maka perlu diidentifikasi terlebih dahulu 𝑢(𝑥), yaitu 𝑢(𝑥) = 2 +
3𝑥2, maka 𝑢′(𝑥) = 6𝑥. Sehingga ƒ(𝑥) = 𝑢9(𝑥), maka diperoleh
bentuk turunannya
ƒ′(𝑥) = 9𝑢8(𝑥) ∙ 𝑢′(𝑥) = 9(2 + 3𝑥2)8 ∙ 6𝑥 = 54𝑥(2 + 3𝑥2)8
(ii) Bentuk ƒ(𝑥 ) = 3in3 1 + 2co2 𝑥 menggunakan sifat
𝑥 2
𝑛−1
ƒ(𝑥) = 𝑢𝑛(𝑥) maa ƒ′(𝑥) = 𝑛 ∙ (𝑢(𝑥)) ∙ 𝑢′(𝑥) maka bentuk
ƒ(𝑥 ) = 3in3 1 + 2co2 𝑥 juga menggunakan sifat operasi
𝑥 2
* untuk 3in 31
maka 𝑢 (𝑥 ) = 3in sehingga diperoleh 𝑢 ′ (𝑥 ) =
1
𝑥 𝑥
1 1
3 (co ) (− ) , 𝑠ehingga turunan dari 3in3 1 adalah
𝑥 𝑥2 𝑥
21 1 1
3 (3in ) (co ) (− )
𝑥 𝑥 𝑥2
** untuk 2co 2𝑥
maka 𝑣(𝑥) = 2 co 𝑥 diperoleh 𝑣′(𝑥) =
2 2
− in . Sehingga turunan dari 2co
𝑥 2𝑥
adalah
2 2
−2 in 𝑥 co 𝑥 dengan menggunakan sifat persamaan
2 2
17
(ƒ o 𝑔)(𝑥). Fungsi komposisi merupakan penggabungan dua fungsi
dimana daerah hasil fungsi pertama merupakan domain pada fungsi kedua
atau manakala ƒ(𝑔(𝑥)) dimaknai dengan Range (daerah hasil) dari 𝑔(𝑥)
merupakan Domain (daerah asal) untuk ƒ(𝑥).
Apabila diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥) dengan ƒ(𝑥) = ƒ(𝑔(𝑥)), 𝑔(𝑥) adalah
fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di 𝑥 = 𝑎 sehingga fungsi
tersebut kontinu di 𝑥 = 𝑎 untuk 𝑎 ∈ ℝ dan ƒ(𝑔(𝑥)) merupakan fungsi
yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) di 𝑔(𝑥) sedemikian sehingga
sehingga diperoleh
ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ lim ∆𝑥
∆𝑥→0 𝑔(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑔(𝑎)
ƒ(𝑔(𝑎 + ∆𝑥)) − ƒ(𝑔(𝑎)) ∆𝑥
= lim ∙ lim
∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 𝑔(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑔(𝑎)
1
ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ ( ) = lim ƒ(𝑔(𝑎 + ∆𝑥)) − ƒ(𝑔(𝑎))
𝑔′(𝑎) ∆𝑥→0
𝑔(𝑎 + ∆𝑥) − 𝑔(𝑎)
1
ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ ( ) = ƒ′(𝑔(𝑎))
′
𝑔 (𝑎)
kemudian, kedua ruas dikalikan dengan 𝑔′(𝑎)
1
ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ ( ) ∙ 𝑔′(𝑎) = ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ 𝑔′(𝑎)
𝑔′(𝑎)
ƒ′(𝑔(𝑎)) = ƒ′(𝑔(𝑎)) ∙ 𝑔′(𝑎)
Jadi,
Contoh Pemakaian
6
Tentukan turunan fungsi dari ƒ(𝑥) = (√𝑥 − 3) !
18
Solusi
Untuk menyelesaikan permasalahan ini bisa menggunakan aturan rantai.
6
Hal ini mempertimbangkan bahwa bentuk ƒ(𝑥) = (√𝑥 − 3) memenuhi
𝑛
kriteria bentuk fungsi komposisi ƒ(𝑔(𝑥)) = (𝑔(𝑥)) . Diperoleh fungsi
1 1 1 1
′ −
𝑔(𝑥) = √𝑥 − 3 = 𝑥2 − 3 sehingga 𝑔 (𝑥) = 𝑥 2 = . Untuk turunan
2 2√𝑥
6 5
dari (𝑔(𝑥)) sendiri adalah 6(𝑔(𝑥)) . Dengan semikian turunan dari
6
ƒ(𝑥) = (√𝑥 − 3) sesuai dengan kaidah aturan rantai yaitu
ƒ(𝑔(𝑥)) maa ƒ′(𝑔(𝑥)) = ƒ′(𝑔(𝑥)) ∙ 𝑔′(𝑥) diperoleh
5
ƒ′(𝑥) 5 3(√𝑥−3)
= 6(√𝑥 − 3) ∙ 1
√𝑥
=
2√𝑥
19
yaitu aturan rantai. Jika diberikan fungsi 𝑦 = ƒ(𝑥), maka 𝑥 merupakan
invers dari 𝑦 sehingga:
𝑦 = ƒ(𝑥), 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 = ƒ−1(𝑦).
Jika ƒ(𝑥)dikomposisikan terhadap ƒ(𝑥)tak lain adalah 𝑥 itu sendiri
sehingga ditulis
ƒ(ƒ−1(𝑥)) = 𝑥,
ƒ ƒ −1
atau dengan kata lain 𝑥 → 𝑦 →→ 𝑥.
Dengan menggunakan notasi Leibniz dan berbantuan aturan rantai
diperoleh
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑑𝑥 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥
Turunan 𝑑𝑥 terhadap 𝑥 adalah 1, sehingga berlaku
𝑑𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑦
1 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑑 𝑑𝑦
𝑥𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
20
Untuk lebih teknisnya perhatikan contoh berikut ini. Diberikan sebuah
persamaan 𝑥2 + 𝑦2 = 9 yang tak lain adalah persamaan sebuah lingkaran
dengan jari – jari 3 dan berpusat di titik (0,0).
Gambar 2. Lingkaran 𝑥2 + 𝑦2 = 9
Perlu diperhatikan kembali, bahwa bentuk 𝑥2 + 𝑦2 = 9 bukanlah sebuah
fungsi melainkan suatu relasi. Hal ini dibuktikan manakala diberikan
sebuah nilai 𝑥 maka akan diperoleh dua nilai 𝑦 yang berbeda:
21
𝑑𝑦
Namun perlu digaris bawahi, bahwa persamaan yang terdapat bentuk
𝑑𝑥
Apabila diketahui koordinat titik (𝑎, ƒ(𝑎)) dan gradien (𝑚) kurva di titik
tersebut maka persamaan garis singgung yang terbentuk di titik tersebut
adalah
𝑦 − ƒ(𝑎) = ƒ′(𝑎)(𝑥 − 𝑎)
Contoh Pemakaian
Tentukan persamaan garis singgung fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 yang:
a. Melalui titik (1,2)
b. Melalui titik (0,3)
c. Sejajar dengan garis 𝑦 = −𝑥 + 3
d. Tegak lurus pada garis 𝑦 = 3𝑥 + 10
Solusi
a. Titik (1,2) terletak pada fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 karena 2 = 2 +
1 − 12 merupakan pernyataan yang benar. Sehingga ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 −
𝑥2 ⟹ ƒ′(𝑥) = 1 − 2𝑥. Karena 𝑚 = ƒ′(𝑎) maka 𝑚 = ƒ′(1) = 1 −
2 = −1, sehingga Persamaan Garis Singgung:
𝑦 − ƒ(𝑎) = ƒ′(𝑎)(𝑥 − 𝑎)
𝑦 − 2 = −1(𝑥 − 1)
𝑦 = −𝑥 + 3
b. Titik (0,3) tidak terletak pada fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 karena 3 =
2 + 0 − 02 merupakan pernyataan yang salah.
22
Salah satu bentuk persamaan garis adalah 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 dan garis ini
melalui titik (0,3). Langkah selanjutnya perlu diperoleh dahulu nilai 𝑐
yaitu dengan mensibstitusikan nilai 𝑥 = 0 dan 𝑦 = 3 pada 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
sehingga,
(0,3) ⟹ 𝑦 = 𝑚𝑥 +
𝑐 3 = 𝑚(0) + 𝑐
𝑐 = 3.
Sehingga persamaan garis sunggung yang dimaksud 𝑦 = 𝑚𝑥 + 3.
Garis 𝑦 = 𝑚𝑥 + 3 dan fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 memiliki setidaknya
sebuah titik singgung sedemikian sehingga
𝑦 = ƒ(𝑥)
𝑚𝑥 + 3 = 2 + 𝑥 − 𝑥2
𝑥2 + (𝑚 − 1)𝑥 + 1 = 0
Syarat agar garis 𝑦 = 𝑚𝑥 + 3 menyinggung kurva fungsi ƒ(𝑥) = 2 +
𝑥 − 𝑥2 adalah 𝐷 = 𝑏2 − 4𝑎𝑐 = 0 dengan persamaan yang digunakan
adalah
𝑥2 + (𝑚 − 1)𝑥 + 1 = 0
maka
𝐷 = 𝑏2 − 4𝑎𝑐 = 0
(𝑚 − 1)2 − 4 ∙ 1 ∙ 1 =
0
𝑚2 − 2𝑚 + 1 − 4 = 𝑚2 − 2𝑚 − 3 = 0
(𝑚 − 3)(𝑚 + 1) = 0
𝑚 = −1 atau 𝑚 = 3
Karena terdapat dua nilai 𝑚 atau dua gradien, maka persamaan garis
singgung kurva ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 di titik (0,3) yaitu
𝑦 = −𝑥 + 3 dan 𝑦 = 3𝑥 + 3
c. Misal persamaan garis singgung pada fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2
adalah (𝑐, ƒ(𝑐)). Karena garis singgung pada 𝑐 terhadap fungsi ƒ(𝑥)
sejajar dengan garis 𝑦 = −𝑥 + 3 maka gradien garis singgungnya
𝑚g𝑠 = −1.
Selanjutnya, turunan dari ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 adalah ƒ′(𝑥) = 1 − 2𝑥.
23
Nilai 𝑐 ditentukan dengan 𝑚g𝑠 = ƒ′(𝑐) = −1, maka:
ƒ′(𝑐) = −1
1 − 2𝑐 = −1 ⟹ 𝑐 = 1
Karena 𝑐 = 1 ⟹ ƒ(1) = 2 + 1 − 12 = 2
Sehingga diperolah titik singgung yang dimaksud adalah (1,2). Jadi
persamaan garis singgung yang diminta sesuai dengan
𝑦 − ƒ(𝑐) = ƒ′(𝑐)(𝑥 − 𝑐) adalah
𝑦 − 2 = −1(𝑥 − 1)
𝑦 = −𝑥 + 3
d. Misal titik singgung pada fungsi ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 adalah (𝑐, ƒ(𝑐)).
Karena garis singgungnya tegak lurus terhadap garis 𝑦 = 3𝑥 + 10,
maka gradien garis singgungnga 𝑚g𝑠 = − 1.
3
Kemudian dicari turunan dari ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2 adalah ƒ′(𝑥) = 1 −
2𝑥.
Langkah selanjutnya adalah mencari nilai 𝑐 melalui ƒ′(𝑐) = − 1, maka
3
1 2
1 − 2𝑐 = − ⟹𝑐=
3 3
Setelah memperoleh nilai 𝑐 kemudian diperlukan nilai ƒ(𝑐). Maka
2 2
ƒ(𝑐) = ƒ ( ) = 2 + 2 − (2 ) = 20
3 3 3 9
Sehingga diperoleh koordinat titik singgung (𝑐, ƒ(𝑐)) = (2 , 20).
3 9
24
𝑦 = 3𝑥 + 3
𝑦 = − 1 𝑥 + 22
39
𝑦 = −𝑥 + 3
ƒ(𝑥) = 2 + 𝑥 − 𝑥2
J. APLIKASI TURUNAN
Sebagaimana kajian matematika secara umum, ilmu matematika sangat
terkait dengan cabang ilmu lain baik yang sifatnya eksak maupun sosial.
Sebagaimana matematika yang di beberapa bagian tertentu menjadi
landasan bagi perkembangan fisika begitu juga sebaliknya. Secara umum,
matematika dan ilmu lain saling mengisi dan bersinergi sebagai
penyokong perkembangan ilmu pengetahuan. Seperti pada bidang Tekhnik
penggunaan turunan dapat membantu programer dalam pembuatan
aplikasi dari mesin – mesin yang mutakhir.
Beberapa sub kajian Ilmu ekonomi juga menggunakan aplikasi turunan.
Pada bidang ekonomi fungsi turunan dipakai untuk mencari biaya marjinal
atau biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu unit produk
yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan produksi yang
dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang
dihasilkannya, yaitu dengan cara menurunkannya dari persamaan biaya
total. Bisa ditulis biaya marjinal = biaya total’. Para matematikawan
𝑑𝑐
mengenal biaya marjinal sebagai , perbandingan perubahan 𝐶 (cost)
𝑑𝑥
25
Elastisitas merupakan perbandingan perubahan proporsional dari sebuah
variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas
mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap
perubahan harga. Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini
adalah untuk meramalkan barang/jasa apa yang akan dinaikkan. Bagi
produsen, pengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa besar ia
harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan
seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh.
Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat
sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya.
Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan
menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah
yang kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga
produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga
ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan
keuntungan yang diperoleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat
menutupi biaya produksinya, sehingga produsen menderita kerugian. Jelas
di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang
produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Produsen harus
memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar
konsumen akan bereaksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen,
dua puluh persen, dan seterusnya. Definisi matematisnya, koefesien
elastisitas diukur dari persentase perubahan kuantitas barang dibagi
dengan persentase perubahan harga. Secara sederhana kalimat tersebut
dapat dirumuskan bahwa elastisitas “𝑦 terhadap 𝑥” kemudian Elastisitas
biasa disimbolkan sebagai ‘𝐸’, ‘e’ atau .
Dalam kajian fisika sangat banyak ditemukan aplikasi turunan. Hal yang
paling sering ditemui adalah rumus jarak yang ditempuh oleh suatu objek
yang bergerak, yaitu 𝑦 = 1 𝑔𝑥2 + 𝑣0𝑥 + 𝑦0 dengan ketentuan 𝑦0 adalah
2
jarak awal dari titik 0. Apabila persamaan ini didiferensialkan 𝑦′ = 𝑑𝑦
𝑑𝑥
26
2
𝑦
Persamaan ini masih bisa diturunkan menjadi turunan yang kedua 𝑑 ,
𝑑𝑥 2
27
Menggambar Grafik Fungsi
Grafik suatu fungsi merupakan komponen penting untuk mencari baik
penyelesaian fungsi itu sendiri maupun berbagai kecenderungan yang
diakibatkan oleh bentuk fungsinya secara grafis. Setidaknya ada 3 (tiga)
komponen utama untuk menggambar suatu fungsi, yaitu:
i. Titik potong terhadap sumbu X dan sumbu 𝑌
ii. Interval kemonotonan fungsi
iii. Titik kritis, dan
iv. Nilai ekstrim (Maksimum dan minimum lokal)
𝑥2 − 2𝑥 + 4 = 0
(𝑥 − 1)2 + 3 = 0
(𝑥 − 1)2 = −3
Karena tidak ada bilangan kuadrat yang senilai dengan
−3 maka fungsi tersebut tidak memiliki titik potong terhadap
sumbu 𝑥.
Selanjutnya dicari titik potong terhadap sumbu 𝑦, hal ini
dipenuhi manakala nilai 𝑥 = 0, sehingga 𝑦 = ƒ(𝑥) =
02−2∙0+4 2
𝑥 −2𝑥+4
= −2. Maka fungsi ƒ(𝑥) = berpotongan di
0−2 𝑥−2
28
2
𝑥 −2𝑥+4
Fungsi ƒ(𝑥) = diperolah turunan pertamanya
𝑥−2
′
( ) (2𝑥 − 2)(𝑥 − 2) − (𝑥2 − 2𝑥 + 4)(1) 𝑥(𝑥 − 4)
ƒ 𝑥 =
=
(𝑥 − 2)2 (𝑥 − 2 )2
Selanjutnya fungsi untuk turunan pertama dicari titik potong
terhadap sumbu 𝑥 yang bertujuan untuk mencari batas – batas
kemonotonan fungsi, sehingga
𝑥(𝑥 − 4)
ƒ′(𝑥) = = 0, maa
(𝑥 − 2 )2
Diperoleh titik – titik yang akan digunakan sebagai batas
interval yaitu 𝑥 = 0, 𝑥 = 4 dan 𝑥 ≠ 2.
Kemudian, dicari kemonotonan fungsi tersebut dengan
mengambil titik uji yang disbustitusikan ke fungsi ƒ′(𝑥),
untuk 𝑥 = 1, nilai ƒ′(𝑥) = 1(1−4) = −3 = −3
(1−2)2 1
29
ii. Monoton turun apabila ƒ′(𝑥) ≤ 0, yaitu pada
interval
0 ≤ 𝑥 < 2 atau 2 < 𝑥 ≤ 4
b) Titik kritis, yaitu:
i. Titik stasioner, ƒ′(𝑥) = 0 berada pada 𝑥 = 0 dan
𝑥=4
ii. Titik singular, ƒ′(𝑥) 𝑡𝑑𝑎 𝑎𝑑𝑎 yaitu pada 𝑥 = 2
c) Nilai Ekstrem (Nilai Maksimum dan Minimum
Lokal), yaitu nilai ƒ(𝑐) manakala di titik (𝑐, ƒ(𝑐))
terjadi
2
𝑥 −2𝑥+4
perubahan kemonotonan. Untuk fungsi ƒ(𝑥) =
𝑥−2
30
Cekung ke bawah manakala ƒ"(𝑥) ≤ 0, yaitu pada
(−∞, 2) (silakan dibuktikan dengan menggunakan
titik uji)
ii. Titik belok, terjadi manakala terdapat sebuah titik
yang merupakan batas interval, namun tidak
mengalami perubahan tanda pada nilai yang lebih
kecil maupun yang lebih besar dari titik tersebut atau
secara matematis disimbolkan dengan
ƒ"(𝑥) = 0 atau ƒ"(𝑥) 𝑛𝑙𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 (tidak terjadi
perubahan kemonotonan). Karena ƒ"(2) 𝑡𝑑𝑎𝑘
𝑎𝑑𝑎 𝑛𝑙𝑎𝑛𝑦𝑎 maka titik belok terjadi pada 𝑥 = 2.
31
lim
𝑥→±∞ ƒ(𝑥) dan lim ƒ(𝑥) eta ƒ(𝑐) = 𝑡𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎
𝑥→𝑐
a. Asimtot Tegak
𝑥2 − 2𝑥 + 4
lim ƒ(𝑥) = lim = +∞
𝑥→2+ 𝑥→2+
𝑥−2
( ) 𝑥2 − 2𝑥 + 4
lim ƒ 𝑥 = lim = −∞
𝑥→2 − 𝑥→2 − 𝑥−2
2
−2𝑥+4
Sehingga fungsi ƒ(𝑥) = 𝑥
𝑥−2 memiliki Asimtot
Tegak pada garis 𝑥 = 2
b. Asimtot Datar
𝑥2 − 2𝑥 + 4
lim ƒ(𝑥) = lim = ±∞
𝑥→±∞ 𝑥→±∞ 𝑥−2
2−2𝑥+4
Sehingga fungsi ƒ(𝑥) = 𝑥 tidak memiliki
𝑥−2
Asimtot Datar
c. Asimtot Miring
𝑥−2+
lim ƒ(𝑥) = lim 4
𝑥→±∞
𝑥 𝑥→±∞
𝑥
𝑥−2 =
𝑥2 − 2𝑥 + 4
lim ƒ(𝑥) − 𝑥 = lim −𝑥
𝑥→±∞ 𝑥→±∞ 𝑥−2
2
𝑥2 − 2𝑥 + 4 𝑥 − 2𝑥
= lim −
𝑥→±∞ 𝑥−2 𝑥−2
4
= lim =0
𝑥→±∞ 𝑥 − 2
2
−2𝑥+4
Jadi ƒ(𝑥) = 𝑥
32
Asymtot Miring
𝑦=𝑥
𝑥2 − 2𝑥 + 4
ƒ (𝑥 )= 𝑥−2
Asymtot Tegak
𝑥=2
2−2𝑥+4
Gambar 6. Fungsi ƒ(𝑥) = 𝑥
𝑥−2
Aturan L’Hopital
Dalil Guillaume de l'Hospital atau lebih dikenal dengan aturan
L'Hôpital merupakan suatu dalil yang sangat berguna dan menjadi salah
satu sumbangan dalam kajian kalkulus. Terdapat perbedaan tentang
penemuan dalil ini. Salah satu sumber menyatakan bahwa Dalil L’ Hopital
ini ditemukan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Perancis yang
bernama Guillaume de L’ Hopital. Dalil ini pertama kali diperkenalkan
melalui bukunya yang berjudul Infiniment L’Analyse des Petits pour
l’Intelligence des Lignes Courbes. Jika diterjemahkan sederhananya judul
buku ini adalah Analisa Mendalam Pemahaman Kurva dan Garis. Buku
tersebut dikenal sebagai buku acuan pertama dalam pelajaran Kalkulus
diferensial. Di lain kesempatan, aturan ini juga ditemukan oleh ahli
matematika dari Swiss yang bernama Johan Bernaoulli. Penemuan yang
dilakukan oleh Bernaoulli ini sama dengan yang ditemukan L’Hopital, dari
pengakuannya Bernaoulli mengatakan dia tidak meniru L’ Hopital. Hal
33
tersebut juga dikuatkan dengan pembuktian dengan melakukan cara yang
bebeda oleh Bernaoulli tentang dalil ini
Dalil L’Hôpital menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu, limit
(𝑥)
dari pembagian ƒ
maka
(𝑐)
lim ƒ(𝑥) = lim ƒ′(𝑥) = ƒ ′
′
34
ƒ(𝑥) − ƒ(𝑐) (𝑥 − 1 𝑐) ƒ( 𝑥 ) − ƒ( 𝑐 )
= lim ∙ = (𝑥 − 𝑐)
lim
𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐) 1 𝑥→𝑐 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐)
(𝑥 (𝑥 − 𝑐)
− 𝑐)
ƒ(𝑥) − ƒ(𝑐)
lim
(𝑥 − 𝑐)
𝑥→𝑐
= ƒ′(𝑐)
𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐) = ′
lim 𝑔 (𝑐)
𝑥→𝑐 (𝑥 − 𝑐)
Terbukti bahwa
jika
lim ƒ(𝑥) = ƒ (′ 𝑐)
′
Contoh Pemakaian
Tentukan limit dari:
a. 1−cos 2𝑥
lim
𝑥→0 𝑥2
b. lim 𝑥2+𝑥+1
𝑥→∞ 𝑥2+3𝑥+5
c. lim 𝑥 2 cc 𝑥
𝑥→0
d. lim(cc 𝑥 − cot 𝑥)
𝑥→0
Solusi
a. 1−cos
lim
2𝑥 apabila langsung disubstitusikan langsung maka akan
𝑥→0 𝑥2
menghasilkan bentuk 0. Untuk mencari nilai limitnya menggunakan
0
aturan L’Hôpital, maka
1 − co 2𝑥 2 in 2𝑥 4 co 2𝑥 4 ∙ co 0
lim = lim = lim = =2
𝑥→0
𝑥2 𝑥→0 2𝑥 𝑥→0 2 2
1 − co 2𝑥
* Catatan: dai bentu Lim dituunan eali eina menailan
𝑥→0
𝑥2
2 in 2 0
lim namun bila diubtituian mai menailan
𝑥→0 2𝑥 , maa
0
35
4 co 2𝑥
pelu dituunan eali lai eina menadi lim
𝑥→0 2
36
b. lim
𝑥2+𝑥+1 bila disubstitusikan merupakan bentuk ∞
, maka perlu
𝑥→∞ 𝑥2+3𝑥+5 ∞
dturunkan sekali sehingga
𝑥2 + 𝑥 + 1 2𝑥 + 1 2
lim = lim = lim = 1
𝑥→∞ 𝑥2 + 3𝑥 + 5 𝑥→∞ 2𝑥 + 𝑥→∞ 2
3
c. lim 𝑥 2 cc 𝑥 merupakan bentuk limit yang menghasilkan 0 ∙ ∞
𝑥→0
sehingga bentuk ini perlu diubah menjadi bentuk 0
atau ∞
agar
0 ∞
memenuhi syarat untuk penggunaan Dalil L’Hôpital. Sehingga proses
pengerjaannya adalah:
lim 𝑥2
cc 𝑥 = lim 𝑥2 = lim 2 = 2 ∙ 0 = 0
𝑥
𝑥→0 𝑥→0 in 𝑥→0 co 𝑥 co 0
d. lim(cc 𝑥 − cot 𝑥) merupakan bentuk limit ∞ − ∞ bila disubstitusikan
𝑥→0
langsung. Sehingga proses penyelesaiannya
1 adalah,
( )
lim cc 𝑥 − cot 𝑥 = lim ( co 𝑥 1 − co 𝑥
𝑥→0 𝑥→0 in − in ) = lim𝑥→0 in 𝑥
in 𝑥
= lim =0
𝑥→0 co 𝑥
Contoh Pemakaian
Tentukan ukuran segi empat yang dibuat dari kawat sepanjang 100 𝑐𝑚
sehingga diperoleh luas yang maksimum!
Solusi
Guna menyelesaikan persoalan ini, perlu dibuat terlebih dahulu model
matematikanya, yaitu:
Misal 𝑥 = panan dan 𝑦 = leba, sehingga dengan mengacu pada luas
persegi panjang yaitu 𝐿 = 𝑝𝑙 = 𝑥 ∙ 𝑦. Persoalan ini memiliki dua acuan,
yaitu kawat sepanjang 100 cm dan akan dibuat sebuah segi empat. Maka
panjang dan lebar harus diketahui terlebih dahulu menggunakan
pendekatan keliling. Keliling persegi panjang adalah
2𝑝 + 2𝑙 = 100𝑐𝑚 atau 2𝑥 + 2𝑦 = 100
K. KESIMPULAN
Uraian diatas menunjukan secara analitik tentang turunan dan
beberapa aplikasinya. Berdasarkan uraian yang dijelaskan dapat diambil
beberapa point penting, yaitu:
𝑑𝑦 ƒ( 𝑥+∆𝑥)−ƒ(𝑥)
a. ƒ ′(𝑥 ) = 𝑑𝑥 = 𝑦 ′ = ∆𝑥→0
lim ∆𝑥
38
𝑢( 𝑥 ) 𝑢𝘍(𝑥)∙𝑣(𝑥)−𝑢(𝑥)∙𝑣𝘍(𝑥)
i. ƒ(𝑥) = 𝑣(𝑥)
maa ƒ′(𝑥) = 2
(𝑣(𝑥))
𝑛−1
j. ƒ(𝑥) = 𝑢𝑛(𝑥) maa ƒ′(𝑥) = 𝑛 ∙ (𝑢(𝑥)) ∙ 𝑢′(𝑥)
k. ƒ(𝑔(𝑥)) maa ƒ′(𝑔(𝑥)) = ƒ′(𝑔(𝑥)) ∙ 𝑔′(𝑥)
L. DAFTAR PUSTAKA
Alders, CJ. 1989. Ilmu Ljabar Untuk SMA. Jakarta: Paramita
Australian Government Department of Education 2013. Introduction to
differential calculus – A guide for teachers (Years 11–12).The
University of Melbourne (www.amsi.org.au)
Bartle R.G., Sherbert D.R., 2011. Introduction to Real Analysis (Fourth
Edition). University of Illinois, Urbana-Champaign: JohnWiley &
Sons
Purcell, E.J., Varberg, D., Rigdon, S.E.,. 2007. Kalkulus Edisi Kesembilan
Jilid 2 (Ed.9 Cet.2). Jakarta: Erlangga.
Tampomas, Husein. 2008. Seribu Pena Matematika SMA Kelas XI.
Jakarta: Erlangga
39