Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MATEMATIKA TERAPAN

GRAFIK DIFFERENSIAL DAN GRAFIK INTEGRAL

Disusun Oleh :

1. Ardista Artemisia O 21030116060053


2. Nur Annida R 21030116060054
3. Septyan Eka W 21030116060055
4. Idam Hafid 21030116060056
5. Noviana Rahmawati 21030116060057
6. Chusnul W 21030116060059

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalkulus
B. Prinsip-Prinsip Dasar Kalkulus
a. Turunan
b. Integral
C. Bentuk-Bentuk Kalkulus
a. Manipulasi Digit
b. Generalisasi
D. Pengembangan Kalkulus
a. Kalkulus Dalam Dunia Pendidikan
b. Kalkulus Dunia Popule

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya batu kecil, untuk menghitung)
adalah cabang ilmu matematika yang mencangkup limit, turunan, integral, dan
deret tak terhingga. Kalkulus adalah ilmu mengenai perubahan, sebagaimana
geometri adalah ilmu mengenai bentuk dan aljabar adalah ilmu mengenai
pengerjaan untuk memecahkan persamaan serta aplikasinya. Kalkulus memiliki
aplikasi yang luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik, serta dapat
memecahkan berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar
elementer.
Kalkulus mempunyai dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus
integral yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran
kalkulus adalah pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih
tinggi, yang khusus mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan
analisis matematika.
Turunan merupakan salah satu bagian dari kalkulus yang mempunyai
peranan yang sangat besar baik dalam bidang-bidang lain maupun dalam
matematika itu sendiri. Dengan mempelajari turunan, maka dapat mempermudah
kita dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi,
integral dan bidang kalkulus lainnya. Turunan juga dapat menggambarkan grafik
suatu fungsi aljabar yaitu dengan menggunakan penerapannya. Untuk menentukan
turunan suatu fungsi biasanya digunakan konsep limit.

B. Rumusan masalah
Makalah ini memiliki berbagai masalah yang perlu diselesaikan dalam rumusan
masalah adalah sebagai berikut.
1. Diferensial/Turunan
2. Aplikasi Diferensial
3. Integral
4. Aplikasi Integral

C. Tujuan Penulisan
Makalah diatas tadi mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian Diferensial dan Integral
2. untuk mengetahui macam-macam bentuk Turunan/Integral
3. untuk mengetahui kegunaan Turunan/Integral dalam kehidupan sehari-hari
D. Manfaat Penulisan
Dengan dituliskannya makalah mengenai materi ini, penulis berharap dapat
memberikan informasi tambahan kepada pembaca dan dapat menambah wawasan
pengetahuan mengenai materi kalkulus Diferensial dan Integral.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DIFERENSIAL
A.1 Pengertian Turunan Fungsi
Limit dapat digunakan untuk menentukan gradien dari suatu kurva. Selain
itu, limit juga digunakan untuk mendefinisikan salah satu operasi yang
fundamental pada kalkulus, yaitu turunan

Definisi
Turunan fungsi f adalah fungsi fyang nilainya di c adalah.
( + ) ()
() = lim
0
Asalkan limit ini ada

Jika f mempunyai turunan disetiap x anggota domain maka

( + ) ()
() = lim
0


Jika y = f(x) turunan y atau turunan f dinotasikan dengan y, atau , atau f, atau

()

A.2 Turunan Fungsi Konstan dan Fungsi Pangkat

1. jika f(x) = k dengan k konstan untuk setiap x (f fungsi konstan), maka f(x) = 0.

lim (+)()
Bukti: () = 0

lim
= 0

=0
2. jika f(x) = x dengan x (f fungsi identitas), maka f(x) = 1.

lim (+)()
Bukti: () = 0

lim (+)
= 0

lim
= 0

=1

3. jika f(x) = xn dengan n bilangan bulat positif, untuk setiap x, maka f(x) = nxn-1.

lim (+)()
Bukti: () = 0

(+)
= lim
0
(1) 2 2
lim + 1 + + +1 +
2
= 0

(1 2
( 1 + + ... +2 +1 )
2
= lim
0

(1)
= lim ( 1 + 2 + . . . +2 + 1 )
0 2

= lim 1
0

= 1

Contoh 1

Jika () = 5 , maka turunan f adalah () = 5 4


A.3 Sifat-sifat Turunan

Jika k suatu konstanta, f dan g fungsi-fungsi yang terdiferensialkan, u dan v


fungsi-fungsi dalam x sehingga u = f(x) dan v = g(x) maka berlaku:

1. Jika y = ku maka y = k(u )


2. Jika y = u+v maka y = u+v
3. Jika y = u-v maka y = u-v
4. Jika y = u.v maka y = uv+uv

5. Jika y = maka y = 2

6. Jika y =[()] maka y = . ()[()]1

A.4 Aturan Rantai (untuk Turunan Fungsi Komposisi)

untuk menentukan turunan y = (3 4 +7 8)9 dengan cara mengalikan


bersama kesembilan faktor (3 4 + 7 8) kemudian mencari turunan polinom
berderajat 36 tentulah sangat melelahkan. Cara yang mudah untuk menentukan
turunan = 3 4 + 7 8)9 adalah dengan menggunakan aturan rantai.

Aturan Rantai
misalkan y = f(u) dan u = g(x) menentukan fungsi komposisi yang dirumuskan
dengan y = f(g(x)) = (f g)(x) jika terdiferensialkan di x dan f terdiferensialkan di
u = g(x) maka y = (f g)(x) terdiferensialkan di x dan g
= ( ) ()

= (()) ()

atau


=

Fungsi komposisi dapat diperluas menjadi komposisi 3 fungsi, 4 fungsi dan
seterusnya

Jika y = f(u)
u = g(v)
v = h(x)

Yakni y = (f g h)(x)

maka =

A.5 Turunan Fungsi Invers

Misalkan y = f(x) dan f mempunyai invers 1 sehingga x = 1 (y).


Dengan menggunakan aturan rantai pada = 1 () diperoleh

1 ()
=


1=

1
=

A.6 Turunan Fungsi Implist

Fungsi implist secara umum dapat ditulis sebagai (, ) = 0 dengan y


sebagai fungsi dalam x

Contoh fungsi implist: 1) 2 3 8 = 0


2) 2 3 7 2 + 1 = 0
A.7 Turunan Tingkat Tinggi

Jika fungsi diturunkan maka turunannya, yaitu juga berupa fungsi


sehingga boleh jadi mempunyai turunan tersendiri yang dinyatakan oleh
( ) = . Fungsi yang baru ini disebut turunan kedua dari karena dia
merupakan turunan dari turunan . Dengan notasi Leibniz kita tuliskan turunan
kedua dari = () sebagai

2
( )= 2

Notasi lain adalah () = 2 ()

A.8 Turunan Fungsi Aljabar dan Fungsi Trasenden


{





{ {

A.8.1 Turunan Fungsi Rasional

Contoh-contoh tentang turunan yang diuraikan sebelumnya (contoh 1)


adalah contoh-contoh turunan fungsi rasional. Jadi turunan fungsi rasional ini
tidak perlu dibahas kembali.

A.8.2 Turunan Fungsi Irrasional

Fungsi irrasional adalah akar dari fungsi-fungsi rasional


A.8.3 Turunan Fungsi Trigonometri

Akan dicari turunan fungsi kosinus sebagai berikut.


Ingat : cos (a + b) = cos a cos b sin a sin b.

Jika () = cos , maka

( + ) ()
() = lim
0

cos( + ) cos
= lim
0

cos cos sin sin cos


= lim
0

cos (cos 1) sin sin


= lim
0

cos (cos 1) sin sin


= lim lim
0 0

(cos 1) sin
= lim cos lim lim sin lim
0 0 0 0

= cos . 0 sin . 1

= sin

Jadi, Jika () = cos , maka () = sin

Analog :

Jika () = sin maka, () = cos

Jika () = tg maka, () = sec 2

Jika () = ctg maka, () = cosec

Jika () = sec maka, () = sec tg

Jika () = cosec maka, () = cosec ctg

A.8.4 Turunan Fingsi Siklometri


Fungsi siklometri adalah invers fungsi trigonometri.
akan dicari turunan invers fungsi sinus (arcus sinus) berikut.

= sin = sin
1
x
y

1 2


= cos

1
= cos = 1 2
cos

1
=
1 2

1
jadi, Jika = sin , maka =
1 2

Analog:
1
Jika = cos , maka =
1 2

1
Jika = tg , maka =
1+ 2

1
Jika = ctg , maka =
1+ 2

1
Jika = sec , maka =
2 1

1
Jika = cosec , maka =
2 1

A.8.5 Turunan Fungsi Logaritma


Akan dicari turunan () = ln berikut.
( + ) ()
() = lim
0

ln( + ) ln
= lim
0

+
ln ( )
= lim
0


ln (1 + )
= lim
0


ln (1 + )
= lim
0
.


ln (1 + )
= lim
0


ln (1 + )
= lim
0


ln (1 + )
= lim
0 lim
0



Mengingat (1) lim ln () = ln lim () dan (2) lim (1 + ) =
0 0 0

Sehingga diperoleh :



lim ln(1+)
0
( ) =
lim
0



ln lim (1 + )
0
=
lim
0
ln
=

1
=

1
Jadi, Jika () = ln , maka () =

Selanjutnya jika = log maka turunannya dapat dicari sebagai berikut.

ln
= log =
ln

1
= ln
ln

1 1
Sehingga =
ln

1
=
x ln

Jadi, 1
Jika = log , maka =

A.8.6 Turunan Fungsi Eksponensial


Akan dicari turunan = sebagai berikut
= ln = ln
ln = x ln

ln
x = ln

1
x = ln ln

1 1
Sehingga =
ln


Diperoleh = ln

= ln

Jadi, Jika = , maka = ln

Khususnya untuk = , jika = , maka = ln


=

Jadi, Jika = , maka =


B. APLIKASI DIFERENSIAL
B.1 Nilai Maksimum dan Minimum
Definisi
Andaikan S daerah asal dari f, mengandung titik c, kita katakan bahwa:
f(c) adalah nilai maksimum f pada S jika f(c) f(x) untuk semua x di S

f(c) adalah nilai minimum f pada S jika f(c) f(x) untuk semua x di S

f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika ia adalah nilai maksimum atau nilai
minimum

Fungsi yang ingin kita maksimumkan atau minimumkan adalah fungsi objektif

Teorema : Keberadaan Maksimum-Minimum


Jika f kontinu pada selang tutup [a,b] maka f mencapai nilai maksimum dan
minimum di sana. Keberadaan minimum dan maksimum pasti ada pada suatu
selang tertutup. Ini sangatlah jelas, apalagi kurva yang ada di dalamnya adalah
kurva naik atau kurva turun. Untuk kurva yang datar, di semua titik adalah
maksimum dan minimum.

Teorema : Titik Kritis


Andaikan f terdiferensiasikan pada selang I yang memuat titik c. Jika f(c) adalah
nilai ekstrim, maka c haruslah berupa suatu titik kritis, yakni c berupa salah satu

Titik ujung dari I

Titik stasioner dari f (f(c) = 0)

Titik singular dari f (f(c)) tidak ada


Contoh Soal

Carilah titik-titik kritis dari f(x) = -2x3 + 3x2 pada [-1/2 , 2]

Penyelesaian

Titik-titik ujungnya adalah -1/2 dan 2.

Untuk mencari titik stasioner kita selesaikan f(x) = -6x2 + 6x = 0, sebagai berikut:

f(x) = -6x2 + 6x = 0

-6x (x - 1) = 0

-6x = 0 atau x1=0

x=0 atau x=1

Sehingga titik-titik stasionernya adalah 0 dan 1.

Tidak ada titik-titik singular pada fungsi ini.

Jadi, titik-titik kritisnya adalah -1/2, 0, 1, 2

Teorema : Turunan Kedua dan Kecekungan

Andaikan f terdiferensiasikan dua kali pada selang buka I

Jika f (x) > 0 untuk semua x dalam I, maka f cekung ke atas pada I

Jika f (x) < 0 untuk semua x dalam I, maka f cekung ke bawah pada I

Contoh Soal

x2 2x 4
Tentukan selang kecekungan dari f ( x)
x2

Penyelesaian
x2 4x
f ' ( x)
( x 2) 2

(2 x 4)( x 2) 2 2( x 2)( x 2 4 x)
f ' ' ( x)
( x 2) 4
( x 2)(( 2 x 4)( x 2) 2( x 2 4 x))

( x 2) 4
2 x 2 8x 8 2 x 2 8x
8

( x 2)3 ( x 2)3

Grafik f cekung keatas pada selang (2,) dan cekung kebawah pada selang (-,2)

Titik Belok
Andaikan f(x) kontinu di x = b. Maka (b,f(b)) disebut titik belok dari kurva f(x)
jika :
terjadi perubahan kecekungan di x = b, yaitu di sebelah kiri dari x =b, fungsi f
cekung ke atas dan di sebelah kanan dari x =b fungsi f cekung ke bawah atau
sebaliknya x = b adalah titik belok, jika f (b) = 0 atau f(b) ada.

Contoh Soal
Tentukan titik belok (jika ada) dari

1. f ( x) 2 x 3 1 2. f ( x) x 4

Penyelesaian

1. f ( x) 2 x 3 1
f ' ( x) 6 x 2 , f ' ' ( x) 12 x

-------------------++++++++++
0
Di x = 0 terjadi perubahan kecekungan, dan f(0)= -1 maka (0,-1) merupakan titik
belok

2. f ( x) x 4
f ' ' ( x) 12 x 2

--------------- ++++++++++
0
Tidak ada titik belok, karena tidak terjadi perubahan kecekungan

B.3 Nilai Maksimum dan Minimum Lokal


Definisi

Andaikan S daerah asal dari f mengandung titik c. Kita katakana bahwa

f(c) adalah suatu nilai maksimum lokal dari f jika terdapat sebuah interval (a,b)
yang berisi c sehingga f(c) adalah nilai maksimum dari f pada (a,b) S

f(c) adalah suatu nilai minimum lokal dari f jika terdapat sebuah interval
(a,b) yang berisi c sehingga f(c) adalah nilai minimum dari f pada (a,b) S

f(c) adalah suatu nilai ekstrim lokal local dari f jika kedua-duanya adalah sebuah
nilai maksimum local atau sebuah nilai minimum local.

Teorema
Andaikan f kontinu pada selang buka (a,b) yang memuat titik kritis c
Jika f (x) > 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f (x) > 0 untuk semua x
dalam (c,b) maka f(c) adalah nilai maksimum lokal f

Jika f (x) < 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f (x) > 0 untuk semua x
dalam (c,b) maka f(c) adalah nilai minimum lokal f

Jika f (x) bertanda sama pada kedua pihak c, maka f(c) bukan nilai ekstrim local
f

Teorema : Uji Turunan Kedua


Andaikan f dan f ada pada setiap titik selang buka (a,b) yang memuat c, dan
andaikan f(c) = 0
Jika f (x) < 0 maka f(c) adalah nilai maksimum local f

Jika f (x) > 0 maka f(c) adalah nilai minimum local f

B.4 Limit di Ketakhinggaan, Limit Tak Terhingga

Definisi

(Limit bila x ). Andaikan f terdefinisikan pada [c, ) untuk suatu bilangan c,


kita katakan bahwa lim x f(x) = L jika untuk masing-masing > 0, terdapat
bilangan M yang berpadanan sedemikian sehingga.

X > M |f (x) L | <

Definisi
(Limit bila x -). Andaikan f terdefinisikan pada ( -, c] untuk suatu bilangan
c, kita katakan bahwa lim x - f(x) = L jika untuk masing-masing >0, terdapat
bilangan M yang berpadanan sedemikian sehingga
X < M f(x) L <

Definisi
(Limit-limit tak- terhingga). Kita katakan bahwa lim xc+ f(x) = jika untuk tiap
bilangan positif M, berpadanan suatu >0 demikian sehingga
0 < x c < f(x) > M

Hubungan Terhadap Asimtot


Garis x = c adalah asimtot vertical dari grafik y = f(x). Misalkan garis x = 1 adalah
asimtot tegak. Sama halnya garis-garis x = 2 dan x = 3 adalah asimtot vertical.
Dalam nafas yang serupa, garis y = b adalah asimtot horizontal dari grafik y = f(x)
jika
Lim x f(x) = b atau Lim x - f(x) = b
Garis y = 0 adalah asimtot horizontal.
B.5 Teorema Nilai Rata-Rata
Teorema A
(Teorema Nilai rata-rata untuk Turunan). Jika f kontinu pada selang tertutup
[a,b] dan terdeferensial pada titik-titik dalam dari (a,b), maka terdapat paling
sedikit satu bilangan c dalam (a,b) dimana
(b) (a)
= (c) atau f(b) f(a) = f(c) (b-a)
ba

Teorema B
Jika F(x) = G(x) untuk semua x dalam (a,b), maka terdapat konstanta C
sedemikian sehingga F(x) = G(x) + C
Untuk semua x dalam (a,b)
B.6 Aplikasi Turunan dalam Berbagai Bidang
Dalam Bidang Matematika
1. Tentukan ukuran persegi panjang yang dapat dibuat dari kawat sepanjang 100 cm
agar luasnya maksimum !
Jawab
Misal panjang persegi panjang = y, lebar persegi panjang = x

Luas = L = x . y
Karena 2x + 2y = 100 y = 50 - x
Sehingga, L =x.y
= x (50 - x)
= 50x x2 , 0 x 50
L(x) = 50 2x
x = 25
Karena L(x) = -2 < 0, maka di x = 25 maksimum.
Karena L(0) = 0, L(25) = 625, L(50) = 0 agar luas maksimum maka
haruslah
x = 25 dan y = 25
2. Tentukan persamaan garis singgung dari y = x3 - 2x2 - 5 pada titik (3,2).
Jawab
y = f(x) = x3 - 2x2 - 5
y = f(x) = 3x2 - 4x f (3) = 3(3)2 - 4(3) = 15 ; m = 15.
Rumus Persamaan Garis Singgung :
y - yo = m (x - xo)
maka garis singgung fungsi diatas adalah :
y 2 = 15 (x 3) atau y = 15x 43

Dalam Bidang Fisika


1. Sebuah roket yang diluncurkan vertikal diamati dari menara kontrol yang berjarak
3 km dari tempat peluncuran. Tentukan kecepatan vertikal roket pada saat
jaraknya dari tempat peluncuran 5 km dan dan jarak ini bertambah dengan
kecepatan 5000 km/jam
Jawab
Misal ketinggian roket y dan jarak dari menara z
Diketahui

= 5000 Saat z = 5000

Dengan menggunakan dalil Pythagoras diperoleh


y2 + 9 = z2
Pada saat z = 5 maka y = 4
Dengan menggunakan turunan fungsi implisit didapatkan

2y = 2z


Dengan mensubstitusikan y = 4, z = 5 dan = 5000 maka diperoleh


2y = 2z


2 (4) = 2 (5) (5000)


8 = 50.000


= 50.000/8


= 6250


Sehingga kecepatan vertikal roket = = 6250 km/jam

Dalam Bidang Ekonomi
Dalam mempelajari banyak masalah ekonomi sebenarnya kita menggunakan
konsep kalkulus. Misalkan dalam suatu perusahaan, PT ABC. Jika ABC menjual
x satuan barang tahun ini, ABC akan mampu membebankan harga, p(x) untuk
setiap satuan. Kita tunjukkan bahwa p tergantung pada x. pendapatan total yang
diharapkan ABC diberikan oleh R(x) = x p(x), banyak satuan kali harga tiap
satuan.
Untuk memproduksikan dan memasarkan x satuan, ABC akan mempunyai biaya
total C(x). Ini biasanya jumlah dari biaya tetap ditambah biaya variable. Konsep
dasar untuk sebuah perusahaan adalah total laba P(x), yakni selisih antara
pendapatan dan biaya.
P(x) = R(x) C(x) = x p(x) C(x)
Umumnya, sebuah perusahaan berusaha memaksimumkan total labanya.
Pada dasarnya suatu produksi akan berupa satuan-satuan diskrit. Jadi R(x), C(x)
dan P(x) pada umumnya didefinisikan hanya untuk x= 0,1,2,3,..dan sebagai
akibatnya, grafiknya akan terdiri dari titik-titik diskrit. Agar kita dapat
mempergunakan kalkulus, titik-titik tersebut kita hubungkan satu sama
lainsehingga membentuk kurva. Dengan demikian, R,C, dan P dapat dianggap
ebagai fungsi yang dapat dideferensialkan.
Andaikan ABC mengetahui fungsi biayanya C(x) dan ntuk sementara
direncanakan memproduksi 2000 satuan tahun in. ABC ingin menetapan biaya
tambahan tiap satuan. Jika fungsi biaya adalah seperti pada gambar A, Direktur
Utama ABC `menanyakan nilai C/X pada saat x = 1. tetapi kita
mengharapkan bahwa ini akan sangat dekat terhadap nilai Lim
Pada saat x = 2000. ini disebut biaya marjinal. Kita mengenalnya sebagai dc/dx,
turunn C terhadap x. dengan demikian, kita definisikan harga marjinal sebagai
dp/dx, pendapatan marjinal dR/dx, dan keuntungan marjinal sebagai dP/dx.
B.7 Contoh Soal Aplikasi Diferensial dan Pembahasannya

C. INTEGRAL
C.1 Pengertian Integral
Integral yang biasa disebut juga hitung integral atau kalkulus integral
dapat digunakan untuk mencari luas suatu daerah. Dalam kalkulus integral dapat
diartikan sebagai operasi invers dari turunan disebut juga anti turunan atau anti
diferensial. Integral dilambangkan oleh yang merupakan lambang untuk
menyatakan kembali ()dari ().
Suatu fungsi disebut anti turunan dari suatu fungsi pada selang , jika
untuk setiap nilai di dalam , berlaku () = ().
Berdasarkan pengertian bahwa integral adalah invers dari operasi
pendiferensialan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Apabila terdapat fungsi () yang dapat di diferensialkan pada interval I,
()
sedemikian sehingga = () = (), maka anti turunan dari f(x) adalah

f(x) + C dengan C konstanta sembarang.

C.2 Jenis-Jenis Integral


C.2.1 Integral Tak Tentu
Antipendiferensialan adalah operasi untuk mendapatkan himpunan semua
antiturunan dari suatu fungsi yang diberikan. Secara umum, integral tak tentu dari
f(x) didefinisikan sebagai berikut.

() = () +

Keterangan :
= operasi antiturunan atau lambang integral
C = konstanta integrasi
f(x)dx = fungsi integral, fungsi yang akan dicari anti turunannya
f(x) = fungsi hasil integral

C.2.1.1 Integral Tak Tentu Fungsi Aljabar


Rumus-rumus integral tak tentu fungsi Aljabar :
1) dx = x + c
2) a dx = ax + c

3) axn dx = +1 xn+1 + C, C 1

4) a f(x) dx = a f(x) dx
5) [ f(x) g(x) ] dx = f(x) dx g(x) dx

Contoh :
o 2x dx
2
2x dx = 1+1 x1+1 + c

o (4x + 6 ) dx
(4x + 6 ) dx = 4x dx + 6x dx
2x2 + 6x + C

C.2.1.2 Integral Tak Tentu Fungsi Trigonometri


Rumus-rumus integral tak tentu fungsi trigonometri :
1) cos x dx = sin x + c
2) sin x dx = - cos x + c
3) tan x dx = - ln cos x + c
1
4) cos (ax + b) dx = sin (ax + b) + c
1
5) sin (ax + b) dx = - cos (ax + b) + c

Contoh :
o (3 sin x) dx
(3 sin x) dx = - 3 cos x + c
o (x + tan x) dx
1
(x + tan x) dx = 2 x2 + ln sec x + c

C.2.2 Integral Tertentu


Integral tertentu adalah integral yang memiliki batas. Jika f suatu fungsi
yang didefinsikan pad selang tutup (a,b) maka integral tentu (integral Riemann)
dari f dari a sampai b dinyatakan oleh :



() = lim ( )

=1
Jika limit itu ada, dengan f(x) disebut integran, a disebut batas bawah, b disebut
batas atas, dan disebut tanda integral tentu.
Berikut sifat-sifat integral tertentu :

1)
f (x) dx = 0

2)
f (x) dx = - f (x) dx

3)
k dx = k (b - a)

4)
k f(x) dx = k f (x) dx

5)
[f (x) g (x)] dx = f (x) dx g (x) dx

6)
f (x) dx = f (x) dx + f (x) dx; a<b<c

7) f (x) dx g (x) dx; jika f (x) dx g (x) dx



8)
f (x) dx 0, jika f (x) 0

C.3 Cara Menghitung Integral


C.3.1 Cara Subtitusi
Cara subtitusi pada integral dilakukan apabila satu bentuk integral tidak
dapat langsung diselesaikan dengan menggunakan rumus-rumus dasar integral.
Integral bentuk ini terlebih dahulu diubah menjadi bentuk integral yang dapat
diselesaikan dengan rumus integral, yaitu dengan cara mensubtitusikan variabel
baru, yaitu dengan mensubtitusikan u = f (x).

1
f(x)n d[f(x)] = un du = +1 un-1 + c, dengan n 1

Contoh :
Tentukan integral dari 6x2 (2x3 - 4)2 dx
Misal u = 2x3 4 du = 6x2 dx

dx = 6 2

Sehingga, 6x2 (2x3 - 4)2 dx = 6x2u4 6 2
1 1
= u2 du = 5 u5 = (2x3 - 4)5 + c
5

C.3.2 Cara Parsial


Cara parsial digunakan apabila bentuk suatu integral tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan rumus-rumus dasar integral dan dengan cara
subtitusi. Menghitung integral parsial didefinisikan sebagai berikut.

u dv = uv - v du

Contoh :
Tentukanlah x2 +
Misal u = x du = dx
dv = 2 + v = 2 + dx
= (2 + x)1/2 d(2 + x)
2
= 3 (2 + x)3/2 + c
2 2
Sehingga, x2 + = x 3 (2 + x)3/2 - (2 + x)3/2 dx
3
2 2
= 3x (2 + x) - (2 + x) d(2 + x)
3
2 2 2
= 3x (2 + x) - 3 5 (2 + x)5/2 + c
2 4
= 3x (2 + x) 3/2 - 15 (2 + x)5/2 + c

C.3.2 Cara Rasional


()
Fungsi rasional yang dimaksud adalah fungsi-fungsi bentuk (), dengan

() dan () masing-masing suatu polinom derajat dan , ( < ).

() = 0 + 1 + 2 2 + + . 0 disebut polynomial derajat

Teknik-teknik pengintegralan fungsi rasional didasarkan pada penguraian bentuk


()
menjadi bentuk yang lebih sederhana berdasarkan faktor dari polinomial
()

(). Bentuk inilah yang lalu diintegralkan.

Contoh :
2+1 2+1
23+2 = (1)(2)

= +
1 2
A dan B dapat dicari melalui hubungan :
2+1
= +
2 3+2 1 2
(2)+(1)
= (1)(2)

2 + 1 = ( 2) + ( 1)
2 + 1 = ( + ) 2
( + ) = 2 dan 2 = 1
= 3 dan = 5
3 5
= 1 + 2

Misal : = 1 =
= 2 =
3 5
= +

=3 ln() + 5 ln() +
=3 ln( 1) + 5 ln( 2) +
(2)5
=ln (1)3 +

()
Aturan yang dapat dipedomi untuk penguraian bentuk () sebagai berikut :

1. Untuk setiap faktor dari () berbentuk ( + ) , maka penguraian faktor


tersebut berbentuk :
1 2
+ (+) 2
+ + (+)
+

2. Untuk setiap faktor dari () berbentuk ( 2 + + ) , maka pengurain


faktor tersebut berbentuk :
1 +1 +2 +
+ ( 22 + + ( 2
2 ++ ++)2 ++)

Agar lebih jelas tentang aturan tersebut, diberikan contoh-contoh berikut :


Contoh :
2 3 + 2 +21 2 3 + 2 +21
1. = (1)(+1)(1)
4 1
+
= + + 2
1 +1 +1
dengan = = = 1 dan = 0

3 3 813
2. (+3)(1)2
= + +
+3 1 (1)2

dengan = 4, = 1, dan = 2

6 3 13+22
3. (+3)( 2 2)2
= + + ( 2
+3 2 +2 2)2

dengan = 1, = 1, = 3, = 5 dan = 0

Untuk kasus nbm yaitu derajat polinomial () tidak kurang dari derajat
polinomial (), maka sebelum diterapkan aturan penguraian diatas, perlu
dilakukan penyederhanaan lebih dahulu.
Contoh :
3 1
3 =
+
Dalam

Anda mungkin juga menyukai