Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE DAN

THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP


SIRKULASI DARAH PERIFER PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2

CRITICAL ANALYSIS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :
ANNISHA ALLAMA NOPTIKHA
161211156

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
ANALISIS PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE DAN
THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP
SIRKULASI DARAH PERIFER PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2

CRITICAL ANALYSIS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Oleh :
ANNISHA ALLAMA NOPTIKHA
161211156

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2020
A. ANALISIS PERMASALAHAN

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia atau tingginya kadar gula dalam darah dan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, resistensi

insulin, atau akibat dari keduanya (American Diabetes Association, 2015). Diabetes

melitus ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi glukosa darah serta biasanya

disertai dengan munculnya gejala utama yang khas, seperti terbuangnya glukosa bersama

dengan urin atau dikenal dengan glukosuria (Kemenkes RI, 2014).

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019 melaporkan bahwa jumlah

pasien DM didunia pada tahun 2019 mencapai 463 juta (IDF, 2019). Angka kejadian DM

di Indonesia mengalami peningkatan dari 6,9 % pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,5

% pada tahun 2018 (RISKESDAS, 2018). Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi DM

di Sumatera Barat yaitu 1,3 % dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 1,6%

(RISKESDAS, 2018). Pada Laporan Kunjungan dan Kasus PTM Kota Padang tahun

2018 mencatat 23794 kunjungan (0,2%) dan 5252 (0,16%) kasus dengan diabetes

melitus.

DM tipe 2 adalah jenis DM yang terbanyak terjadi. Kejadian DM tipe 2 mencapai

90-95% dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus (ADA, 2017). Secara global

sekitar 425 juta (8,8%) orang di seluruh dunia diperkirakan menderita DM tipe 2.

Diperkirakan penderita DM tipe 2 usia 20-79 tahun di Indonesia sebanyak 10,3 juta jiwa

(IDF, 2017). Sumatera Barat pada tahun 2018 berada diurutan ke 22 diseluruh provinsi di

Indonesia dengan prevalensi pasien diabetes mellitus tipe II yang mengalami peningkatan
dari tahun 2013, dan sebanyak 1,7% di tahun 2018 [ CITATION Ris18 \l 1033 ] . Dinas

kesehatan Padang mencatat penduduk berusia ≥ 15 tahun pada tahun 2019 ditemukan

penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 17.017 orang.

DM tipe 2 merupakan diabetes yang tidak tergantung pada insulin. DM ini terjadi

akibat adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin yang disebut dengan resistensi

insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. DM tipe 2 ini lebih sering

ditemukan pada usia dewasa dan obesitas meskipun dapat terjadi pada semua umur,

ketosis jarang terjadi kecuali dalam keadaan stres atau mengalami infeksi (PERKENI,

2015).

DM tipe 2 apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan berbagai

komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 berhubungan dengan disfungsi makrovaskular akibat

gangguan pembuluh darah besar dan mikrovaskular akibat gangguan pembuluh darah

kecil. Komplikasi makrovaskular diawali oleh aterosklerosis dan manifestasinya, seperti

penyakit pembuluh darah perifer atau peripheral artery disease (PAD), stroke dan

penyakit arteri koroner. Retinopati, neuropati diabetik dan nefropati merupakan

komplikasi mikrovaskular dan penyebab utama terjadinya kebutaan dan gagal ginjal

(Paneni et al., 2013).

Peripheral artery disease (PAD) merupakan salah satu komplikasi makrovaskuler

yang sangat sering dari DM tipe 2 (ADA, 2008). Penelitian menemukan bahwa seseorang

yang menderita DM tipe 2 memiliki risiko terkena PAD 11,6 kali lebih besar dibanding

yang tidak menderita DM (Rahman et al., 2012). PAD umumnya tidak terdiagnosis dan
kurang mendapat perawatan optimal. Hanya 40% pasien mengalami gejala ini dan hanya

1/3 nya melaporkan gejala ke dokter (O’Donnell et al., 2011).

PAD merupakan suatu penyakit yang menyebabkan gangguan sirkulasi darah

pada ekstremitas yang biasanya disebabkan oleh proses aterosklerosis (Abdulhannan et

al., 2012). Gangguan sirkulasi darah perifer tersebut akan menyebabkan tersumbatnya

pembuluh darah sehingga akan menghambat aliran darah, menganggu suplai oksigen, dan

nutrisi dalam darah sehingga tidak sampai ke perifer (Bare & Smeltzer, 2010). Gangguan

sirkulasi ke perifer menyebabkan nekrosis jaringan dan iskemik perifer sehingga berisiko

terjadi ulkus kaki diabetik (Ningsih, 2015).

Pemeriksaan penunjang yang paling sederhana untuk mendeteksi gangguan

sirkulasi perifer adalah dengan menilai ankle brachial index (ABI). Ankle brachial index

adalah pemeriksaan non invasive pembuluh darah dan merupakan sebuah metode

sederhana yang berfungsi untuk mendeteksi adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi

perifer seperti iskemia (AHA, 2012). Menurut Mahameed (2009) nilai ABI 0,91-1,30

menunjukkan kategori normal. Peningkatan nilai ankle brachial index kemungkinan

terjadi karena memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu melancarkan peredaran

darah pada kaki, dan menggunakan gerakan-gerakan sederhana pada daerah kaki

sehingga merangsang kontraksi otot. Pembuluh darah akan berdilatasi akibat kontraksi

otot tersebut, hal ini menyebabkan peredaran darah di daerah kaki menjadi lancar,

sehingga nilai ankle brachial index dapat meningkat.

Upaya untuk meningkatkan sirkulasi darah perifer dan mengontrol kadar gula

darah dapat dilakukan dengan latihan fisik (Katsilambros, 2010). Latihan fisik merupakan
prinsip dasar yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit arteri perifer pada

pasien DM tipe 2 (Mellisha, 2016). Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan

menjaga kadar gula darah tetap normal serta memperlancar aliran darah terutama pada

daerah perifer (Black & Hawks, 2014). Menurut Turan (2015) latihan fisik yang

melibatkan berbagai gerak sendi atau peregangan di segala arah dapat meningkatkan

aliran darah ke ekstremitas bawah. Latihan fisik merupakan prinsip dasar yang bisa

dilakukan untuk mencegah terjadinya PAD pada pasien DM.

Salah satu bentuk latihan fisik adalah buerger allen exercise (Mellisha, 2016).

buerger allen exercise merupakan sistem latihan untuk mengatasi insufisiensi arteri

tungkai bawah dengan menggunakan perubahan gravitasi pada posisi yang diterapkan

dan muscle pump yang terdiri dari dorsofleksi dan plantarfleksi melalui gerakan aktif dari

pergelangan kaki untuk kelancaran otot pembuluh darah. Muscle pump dengan

dorsofleksi dan plantarfleksi dapat merangsang endotel untuk mengeluarkan atau

melepaskan nitrit oksida sehingga akan memberikan sinyal ke otot polos vaskular untuk

relaksasi maka pembuluh darah akan vasodilatasi sehingga aliran darah ke perifer kaki

menjadi lancar (Purnawarman & Nurkhalis, 2014). Perubahan postural (gravitasi pada

posisi yang diterapkan) pada buerger allen exercise akan membantu mengosongkan dan

mengisi kolom darah secara bergantian sehingga dapat meningkatkan transportasi darah

melalui pembuluh darah (Sherwood, 2016).

Penelitian Supriyadi et al (2018) yang berjudul “ Nilai Ankle Brachial Index Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sesudah Melakukan Buerger allen exercise Di

Puskesmas Wilayah Kecamatan Nganjuk” menyatakan bahwa buerger allen exercise

diberikan selama 15 hari menunjukkan hasil terjadi peningkatan perfusi ekstremitas


bawah yaitu nilai ABI. Menurut penelitian Jannaim et al (2018) terjadi peningkatan nilai

ankle brachial index (ABI) setelah diberikan latihan buerger allen exercise pada

penelitian ini adalah sebesar 0,1, dimana nilai ABI setelah latihan berada dalam rentang

normal. Buerger allen exercise memiliki pengaruh dan efektif dalam meningkatkan nilai

ABI, namun dari beberapa penelitian memiliki responden dengan peningkatan nilai ABI

yang masih rendah.

Latihan fisik pada DM tipe 2 juga berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah

(Agus et al., 2008). Latihan fisik memicu ambilan glukosa darah dalam otot sehingga

kadar glukosa darah menjadi menurun dan dapat terkontrol (Fitriani, 2007). Salah satu

latihan fisik untuk meningkatkan ambilan glukosa darah adalah therapeutic walking

exercise.

Therapeutic walking exercise merupakan salah satu jenis latihan fisik aerobik

yang ringan, aman dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Simanjuntak, 2019).

Menurut Barnes (2011) saat melakukan therapeutic walking exercise terjadi penggunaan

glukosa yang tersimpan didalam otot. Otot akan mengambil glukosa dari darah jika

jumlah glukosa dalam otot berkurang. Hal ini menyebabkan penurunan glukosa darah

sehingga pengendalian glukosa darah meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Hermawan & Falahi, 2013), menunjukkan bahwa setelah dilakukan jalan

kaki 30 menit terjadi penurunan kadar glukosa darah sebesar 14,150 mg/dl.

Penelitian ini menyatakan bahwa setelah dilakukan therapeutic walking exercise

nilai ABI yang diperoleh sebelum melakukan latihan yaitu 0,87 dan meningkat setelah

dilakukan therapeutic walking exercise menjadi 1,04. Hasil ini menyatakan terjadi
peningkatan nilai ABI dengan therapeutic walking exercise sebesar 0.17. Menurut

Yollanda & Widayati (2016) rata-rata nilai ABI setelah dilakukan therapeutic walking

exercise mengalami peningkatan sebesar 0,095. Hasil ini didapat dari selisih rerata

sebelum melakukan latihan yaitu 0,806 dan setelah melakukan latihan yaitu 0,901.

Therapeutic walking exercise terbukti mampu meningkatkan nilai ABI. Namun dari

beberapa penelitian peningkatan nilai ABI dengan Therapeutic walking exercise memiliki

selisih nilai yang cukup rendah.

Upaya untuk meningkatkan sirkulasi darah perifer dilakukan dengan teknik

kombinasi antara therapeutic walking exercise dan buerger allen exercise. Buerger allen

exercise menunjukkan hasil terjadi peningkatan nilai ABI karena adanya perbedaan

mekanisme dari perlakuan yang diberikan. Buerger allen exercise merupakan latihan

gabungan dari muscle pump yaitu dorsofleksi dan plantarfleksi yang membuat sel otot-

otot polos relaksasi maka pembuluh darah akan vasodilatasi sehingga aliran darah ke

perifer kaki menjadi lancer. Perubahan gravitasi yaitu elevasi kaki 45̊, penurunan kaki,

tidur telentang akan membantu mengosongkan dan mengisi kolom darah secara

bergantian sehingga dapat meningkatkan transportasi darah melalui pembuluh darah (Sari

et al., 2019).

Beberapa penelitian membuktikan latihan kombinasi efektif untuk meningkatkan

sirkulai darah perifer. Menurut Kurniawan & Wuryaningsih (2016) penggabungan

latihan aerobik dan resistensi dianjurkan. Kombinasi latihan pada individu dengan PAD

akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengendalian kadar glukosa darah

dibandingkan dengan latihan aerobik atau resistensi saja. Pada penelitian Cofiana (2018)

teknik kombinasi therapeutic walking exercise dan rendam kaki air hangat efektif
meningkatkan nilai ABI dari 0,67 menjadi 0,77 dengan selisih mean terdapat peningkatan

sebesar 1,06.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan critical analysis tentang analisis pengaruh buerger allen exercise dan

therapeutic walking exercise terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien DM tipe 2.

B. TUJUAN

Tujuan dari critical analysis ini adalah untuk menganalisis dan memaparkan

secara ilmiah bagaimana pengaruh buerger allen exercise dan therapeutic walking

exercise terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien DM tipe 2 dengan melakukan

penelurusan berbagai sumber atau referensi ilmiah.

C. METODE ANALISIS

Waktu pelaksanaan analisis ini adalah tanggal 3 Agustus sampai 12 Agustus

2020. Strategi penelusuran sumber atau referensi ilmiah adalah dengan cara mencari buku

dan jurnal penelitian. Penelusuran dilakukan dengan cara mencari sumber atau referensi

dalam bentuk cetak melalui perpustakaan dan lainnya serta melalui database elektronik

seperti Science Direct, Portal Garuda dan google scholar. Sumber dan referensi ilmiah

yang ditelusuri dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta dalam bentuk buku, full

text, bukan case study. Buku yang digunakan dengan waktu penerbitan 10 tahun terakhir

dan jurnal penelitian dengan waktu penerbitan 5 tahun terakhir.

Berdasarkan proses pencarian yang telah dilakukan oleh penulis ditemukan

beberapa buku dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan pengaruh buerger allen
exercise dan therapeutic walking exercise terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien

DM tipe 2. Adapun sumber atau referensi ilmiah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Cofiana, N. (2018). Pengaruh therapeutic exercise walking dan rendam kaki air

hangat terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Padang.

2. Guraya, S. Y., & London, N. J. M. (2016). The prevalence and management

strategies for peripheral artery disease associated with diabetes mellitus in the Arab

world. Journal of Taibah University Medical Sciences, 11(4), 310–316.

https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2015.12.003

3. Jannaim, J., Dharmajaya, R., & Asrizal, A. (2018). Pengaruh Buerger Allen Exercise

Terhadap Sirkulasi Ektremitas Bawah Pada Pasien Luka Kaki Diabetik. Jurnal

Keperawatan Indonesia. https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.652

4. Kurniawan, A. A., & Wuryaningsih, Y. N. S. (2016). Rekomendasi Latihan Fisik

Untuk Diabetes Melitus Tipe 2. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 1(3), 197.

https://doi.org/10.21460/bikdw.v1i3.22

5. Low Wang, C. C., Blomster, J. I., Heizer, G., Berger, J. S., Baumgartner, I., Fowkes,

F. G. R., Held, P., Katona, B. G., Norgren, L., Jones, W. S., Lopes, R. D., Olin, J.

W., Rockhold, F. W., Mahaffey, K. W., Patel, M. R., & Hiatt, W. R. (2018).

Cardiovascular and Limb Outcomes in Patients With Diabetes and Peripheral Artery

Disease: The EUCLID Trial. Journal of the American College of Cardiology, 72(25),

3274–3284. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2018.09.078

6. Mina, S. Z., Widayati, N., & Hakam, M. (2017). Pengaruh Therapeutic Exercise

Walking terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. E-Jurnal Pustaka

Kesehatan, 5(1), 84–90.

7. Nadrati, B., Hadi, M., Rayasari, F., Iii, S. D., Stikes, K., & Mataram, Y. (2020).

Pengaruh Buerger allen exercise terhadap sirkulasi ekstremitas bawah bagi

penyandang diabetes melitus. 14(2), 248–256.

8. Nasution, W. W., Heryaman, H., Martha, J. W., & Ridwan, A. A. (2019). Clinical

Manifestation of Peripheral Artery Disease in Type 2 Diabetes Melitus with Ankle

Branchial Index Measurement. Journal of Medicine & Health, 2(3), 847–855.

https://doi.org/10.28932/jmh.v2i3.1224

9. Rahayu, I. P. W. (2018). Pengaruh Active Lower Range Motion (ROM) dan Heel

Raise Exercise terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

10. Rondhianto, Widayati Nur, Y. A. (2016). Pengaruh Therapeutic Exercise Walking

terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kelurahan

Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Komunitas, 4(3),

1–8.

11. Salam, A. Y., & Laili, N. (2020). Efek Buerger allen exercise terhadap Perubahan

Nilai ABI (Ankle Brachial Index) Pasien Diabetes Tipe II. JI-KES (Jurnal Ilmu

Kesehatan), 3(2), 64–70. https://doi.org/10.33006/ji-kes.v3i2.149

12. Simanjuntak, M. S., Br.Kaban, K., Satria, M. Y., Waruwu, D. S., & Fandu, B. A. .

(2019). Pengaruh Theurapetic Exercise Walking Terhadapsirkulasi Darah Perifer

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Royal Prima Medan Tahun

2019. Fakultas Keperawatan Dan KebidananUniversitas Prima Indonesia, 190.


13. Tasman. (2017). Pengaruh Latihan Fisik Jalan Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Kota Padang. Menara Ilmu, XI(77),

130–135.

14. Tresierra-Ayala, M. Á., & García Rojas, A. (2017). Association between peripheral

arterial disease and diabetic foot ulcers in patients with diabetes mellitus type 2.

Medicina Universitaria, 19(76), 123–126. https://doi.org/10.1016/j.rmu.2017.07.002

15. Yollanda, A., & Widayati, N. (2016). Pengaruh Therapeutic Exercise Walking

terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kelurahan

Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4.

D. HASIL ANALISIS

DM tipe 2 adalah akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan

resistensi insulin (Corwin, 2009). Resistensi insulin yang terjadi pada DM tipe 2

mengakibatkan pengaturan glukosa yang tidak terkontrol sehingga terjadi peningkatan

kadar glukosa darah atau hiperglikemia (IDF, 2017). Hiperglikemia yang tidak terkontrol

menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kronik, baik makrovaskuler maupun

mikrovaskuler salah satunya adalah gangguan sirkulasi jaringan perifer (Salam & Laili,

2020). Gangguan sirkulasi perifer pada kaki yang tidak ditangani dengan benar dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi pada vena dan neuropati. Terhambatnya aliran darah

(blood flow) pada vena dapat menyebabkan obstruksi arus balik vena dalam melawan

gravitasi. Disfungsi aliran balik vena pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya

komplikasi luka diabetes (diabetic ulcer) bahkan jika perawatan tidak segera dilakukan

akan mengakibatkan amputasi yang menambah kualitas hidup penderitanya semakin

menurun (Rosales, Velderrain, Padilla, Choe, dan Hargens, 2013).


Gangguan sirkulasi perifer pada kaki yang diderita pasien DM tipe 2 yang

berkepanjangan menyebabkan kematian saraf (neuropati) pada kaki penderita DM

sehingga menyebabkan berkurangnya dan atau hilangnya sensasi peraba pada kakinya.

Sebagian besar diabetesi yang berkurang atau bahkan hilang sensasi perabanya di kaki

tidak sadar bahwa kakinya telah terluka dan menimbulkan terjadinya ulkus (Salam &

Laili, 2020).

Pada pasien diabetes, penurunan sirkulasi darah perifer disebabkan oleh

insufisiensi insulin, sehingga terjadi gangguan-gangguan berupa penimbunan sorbitol

dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan darah (Price &

Wilson, 2005). Pada akhirnya, gangguan pada sirkulasi darah perifer akan menyebabkan

komplikasi penyakit vaskuler perifer dan neuropati diabetik. Hal tersebut jika tidak

dicegah, maka akan terjadi luka gangren yang dapat berujung pada tindakan amputasi

(Black & Hawks, 2009).

PAD terjadi akibat adanya plak aterosklerosis yang menyebabkan gangguan aliran

di dalam pembuluh darah sehingga aliran darah ke daerah perifer terutama ke ekstremitas

bawah berkurang (Nasution et al., 2019). PAD adalah salah satu faktor yang

menyebabkan ulkus kaki diabetic pada psien DM tipe 2 (Tresierra-Ayala & García Rojas,

2017). Penderita diabetes dan PAD memiliki risiko infark miokard, stroke iskemik dan

iskemik limb yang lebih tinggi (Hiatt dkk, 2017).

Latihan fisik merangsang sintesis glikogen otot, meningkatkan sensitivitas insulin,

menurunkan kadar glukosa darah dan memiliki manfaat lainnya dalam hubungan dengan

stimulasi produksi β-endorphin (Gordon et. al., 2008). Pada latihan fisik akan terjadi
peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga

lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif (Sudoyo, 2006).

Intervensi keperawatan dalam bentuk exercise dapat diberikan pada penyandang

DM untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi perifer, serta dapat diberikan pada

penyandang DM dengan komplikasi gangguan sirkulasi perifer ditujukan untuk

meningkatkan sirkulasi kearah perifer. Latihan fisik akan memicu penggunaan glukosa

darah dalam otot sehingga kadar glukosa darah menjadi menurun dan dapat terkontrol.

Kadar glukosa darah yang terkontrol akan membantu meningkatkan protein NO yaitu

dengan meningkatkan protein eNOS sehingga NO plasma meningkat. Ketika NO

meningkat maka peran dalam profilaksis aterosklerosis akan berjalan maksimal dan hasil

akhirnya akan memperbaiki penyempitan akibat aterosklerosis dengan cara plak yang

menempel di dinding pembuluh darah menipis, maka suplai darah oksigen pada jaringan

akan meningkat (Yollanda & Widayati, 2016)

Salah satu cara exercise dalam meningkatkan sirkulasi perifer adalah dengan

buerger allen exercise. Buerger allen exercise adalah sistem latihan untuk insufisiensi

arteri tungkai bawah dengan menggunakan prubahan gravitasi pada posisi yang

diterapkan dan muscle pump melalui gerakan aktif dari pergelangan kaki untuk

kelancaran otot pembuluh darah. Gravitasi membantu secara bergantian untuk

mengosongkan dan mengisi kolom darah, yang akhirnya dapat meningkatkan transportasi

darah melalui pembuluh darah (Freire & Karina, 2015).

Menurut penelitian Nadrati et al (2020) perbedaan ABI sebelum & setelah

buerger allen exercise pada kelompok intervensi tampak signifikan pada hari ke 4 yaitu

pada pengukuran ke-8 dengan p-value = 0.001 < 0.050 pada nilai ABI kaki kanan, dan p-
value=0.002 < 0.050 pada nilai ABI kaki kiri, sedangkan pada kelompok kontrol tidak

terdapat perbedaan yg signifikan: p-value > 0.050. Perbedaan rata-rata nilai ABI antara

kelompok intervensi & kontrol setelah diberikan perlakuan: p-value 0.000<0.050. selisih

rata-rata nilai ABI pada kelompok intervensi lebih tinggi daripada selisih rata-rata ABI

kelompok kontrol. Hasil penelitian (Salam & Laili, 2020) menunjukan adanya perbedaan

selisih rata-rata nilai ABI setelah diberikan BAE pada kedua kelompok dengan nilai p

value 0.00. Penelitian (Lamkang, 2017) menyatakan bahwa efek dari BAE secara efektif

meningkatkan sirkulasi darah perifer.

Therapeutic walking exercise merupakan salah satu jenis latihan fisik aerobik

yang ringan, aman dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Therapeutic walking

exercise dapat berfungsi untuk melancarkan sirkulasi darah karena latihan ini

menyebabkan pembuluh darah banyak yang terbuka dan meningkatkan kapasitas

oksidatif otot (Simanjuntak et al., 2019). Dengan berjalan kaki setiap hari, selama 30

menit sampai satu jam, penderita diabetes bisa mendapatkan banyak manfaat, yaitu salah

satunya peningkatan kontrol glukosa. Latihan membantu otot menyerap gula darah dan

mencegahnya bertambah dalam aliran darah (Stoltz, 2010). Menurut hasil penelitian

(Simanjuntak et al., 2019) setelah dilakukan therapeutic walking exercise terhadap

sirkulasi darah perifer dengan aspek pengukuran yang dikategorikan dengan nilai ABI

maka diperoleh nilai rata-rata 0,87 sebelum dilakukan therapeutic walking exercise (pre

test) ada peningkatan setelah dilakukan therapeutic walking exercise dengan nilai rata-

rata 1,04. Menurut hasil penelitian Yollanda (2016) Rata-rata nilai ABI pada kelompok

perlakuan setelah dilakukan therapeutic walking exercise mengalami peningkatan sebesar

0,095.
Menurut Kurniawan & Wuryaningsih (2016) gabungan latihan pada individu

dengan PAD akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengendalian kadar

glukosa darah dan sirkulasi darah dibandingkan dengan latihan aerobik atau resistensi

saja. Beberapa penelitian membuktikan latihan kombinasi efektif untuk meningkatkan

sirkulai darah perifer. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018) menyimpulkan

teknik latihan kombinasi active lower range of motion (ROM) dan heel raise efektif

dalam meningkatkan nilai ABI dengan selisih mean 0,1687. Pada penelitian Cofiana

(2018) teknik kombinasi therapeutic walking exercise dan rendam kaki air hangat efektif

meningkatkan nilai ABI dengan selisih mean sebesar 1,06.

Buerger allen exercise merupakan salah satu variasi gerakan aktif pada area

plantar dengan menerapkan gaya gravitasi sehingga setiap tahapan gerakan harus

dilakukan dengan teratur. Gerakan yang baik dan teratur membantu meningkatkan aliran

darah arteri dan vena dengan cara pembukaan kapiler, gerakan ini meningkatkan

vaskularisasi pembuluh darah sehingga meningkatkan penyediaan darah dalam jaringan

(Jannaim et al., 2018). Therapeutic walking exercise berperan dalam pengaturan kadar

glukosa darah. Saat otot berkontraksi terjadi peningkatan permeabilitas membrane

terhadap glukosa karena kontraksi otot bersifat seperti insulin. Glukosa dalam otot

digunakan saat aktivitas fisik. Jika tidak mencukupi maka otot akan mengisi kekosongan

dengan mengambil glukosa dari darah. Hal tersebut menurunkan glukosa darah sehingga

meningkatkan pengendalian glukosa darah (Mina et al., 2017). Kombinasi dari kedua

latihan ini dapat bekerja sama dalam meningkatkan sirkulasi darah ke perifer dan

meningkatkan pengendalian glukosa darah sehingga peningkatan nilai ABI lebih efektif.
Berdasarkan pemaparan hasil analisis yang telah penulis lakukan dengan merujuk

kepada berbagai sumber yang ilmiah dan terpercaya, latihan buerger allen exercise dan

therapeutic walking exercise dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah perifer pada

pasien DM tipe 2. Disamping itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperkuat

teori yang ada. Penelitian diharapkan dapat memberikan bukti yang nyata bahwa latihan

buerger allen exercise dan therapeutic walking exercise dapat membantu meningkatkan

sirkulasi darah perifer pada pasien DM tipe 2.

E. DAFTAR PUSTAKA

Abdulhannan, P., Russell, D. A., & Homer-Vanniasinkam, S. (2012). Peripheral arterial

disease: A literature review. In British Medical Bulletin.

https://doi.org/10.1093/bmb/lds027

ADA. (2008). Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care.

ADA. (2017). Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care.

Agus, H., Dwi, B., & Enny, V. (2008). Pengaruh walking exercise terhadap penurunan

kadar gula darah pada diabetes melitus tipe 2 unit rawat jalan poliklinik penyakit

dalam BRSD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto. Universitas Airlangga.

AHA. (2012). What is peripheral vascular disease? American Heart Association.

American Diabetes Association. (2015). Classification and diagnosis of diabetes. Sec. 2.

In Standards of Medical Care in Diabetes 2015. Diabetes Care 2015.

Bare, G. B., & Smeltzer, C. S. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-

Surgical Nursing. Volume 1. In Journal of Chemical Information and Modeling.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Barnes, D. (2011). Program olahraga diabetes. Citra Aji Parama.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan. Alih Bahasa Edisi 8 (Edisi 8). Salemba Medika.

Cofiana, N. (2018). Pengaruh therapeutic exercise walking dan rendam kaki air hangat

terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan

Kubu Dalam Parak Karakah Padang.

Corwin, E. . (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC.

Fitriani, L. (2007). Atherosclerosis. Universitas Sumatera Utara.

Hermawan, R., & Falahi, H. (2013). Pengaruh Jalan Kaki Selama 30 Menit Terhadap

Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah

Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan.

IDF. (2017). Diabetes Atlas Eighth edition 2017. In International Diabetes Federation.

IDF Diabetes Atlas, 8th edn. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation,

2017. http://www.diabetesatlas.org.

Jannaim, J., Dharmajaya, R., & Asrizal, A. (2018). Pengaruh Buerger Allen Exercise

Terhadap Sirkulasi Ektremitas Bawah Pada Pasien Luka Kaki Diabetik. Jurnal

Keperawatan Indonesia. https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.652

Katsilambros, N. (2010). Atlas of the diabetic foot (2nd ed.). British Library.

Kemenkes RI. (2014). Situasi Dan Analisis Diabetes Melitus. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kurniawan, A. A., & Wuryaningsih, Y. N. S. (2016). Rekomendasi Latihan Fisik Untuk

Diabetes Melitus Tipe 2. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 1(3), 197.

https://doi.org/10.21460/bikdw.v1i3.22

Mahameed, A. (2009). Peripheral Arterial Disease. Cleve Clin J Med.

Mellisha, M. E. S. (2016). Effectiveness of Buerger Allen Exercise on Lower Extremity

Perfusion and Pain among Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Selected

Hospitals in Chennai. International Journal of Science and Research (IJSR).

Mina, S. Z., Widayati, N., & Hakam, M. (2017). Pengaruh Therapeutic Exercise

Walking terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2

di Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. E-Jurnal Pustaka

Kesehatan, 5(1), 84–90. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=478546&val=5039&title=Pengaruh Therapeutic Exercise Walking terhadap

Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kelurahan

Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember (The Effect of

Nadrati, B., Hadi, M., Rayasari, F., Iii, S. D., Stikes, K., & Mataram, Y. (2020).

Pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap sirkulasi ekstremitas bawah bagi

penyandang diabetes melitus. 14(2), 248–256.

Nasution, W. W., Heryaman, H., Martha, J. W., & Ridwan, A. A. (2019). Clinical

Manifestation of Peripheral Artery Disease in Type 2 Diabetes Melitus with Ankle

Branchial Index Measurement. Journal of Medicine & Health, 2(3), 847–855.


https://doi.org/10.28932/jmh.v2i3.1224

Ningsih, D. . (2015). Pemberian Elevasi Ekstremitas Bawah Terhadap Proses

Penyembuhan Ulkus Diabetik Pada Asuhan Keperawatan Tn.S Dengan Diabetes

Mellitus Di Bangsal Melati 1 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

O’Donnell, M. E., Reid, J. A., Lau, L. L., Hannon, R. J., & Lee, B. (2011). Optimal

management of peripheral arterial disease for the non-specialist. Ulster Medical

Journal.

Paneni, F., Beckman, J. A., Creager, M. A., & Cosentino, F. (2013). Diabetes and

vascular disease: Pathophysiology, clinical consequences, and medical therapy: Part

i. In European Heart Journal. https://doi.org/10.1093/eurheartj/eht149

PERKENI. (2015). Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di

Indonesia 2015. In PERKENI.

Purnawarman, A., & Nurkhalis. (2014). Pengaruh Latihan Fisik terhadap Fungsi

Endotel. Jurnal Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Rahayu, I. P. W. (2018). Pengaruh Active Lower Range Motion (ROM) dan Heel Raise

Exercise terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

Rahman, A., Limantoro, C., & Purwoko, Y. (2012). Faktor-Faktor Risiko Mayor

Aterosklerosis Pada Berbagai Penyakit Aterosklerosis Di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro.

RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus di


Indonesia 2018. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Melitus Di

Indonesia 2018.

Salam, A. Y., & Laili, N. (2020). Efek Buerger Allen Exercise terhadap Perubahan Nilai

ABI (Ankle Brachial Index) Pasien Diabetes Tipe II. JI-KES (Jurnal Ilmu

Kesehatan), 3(2), 64–70. https://doi.org/10.33006/ji-kes.v3i2.149

Sari, A., W, A. W., & Sofiani, Y. (2019). Efektifitas Perbandingan Buerger Allen

Exercise dan Senam Kaki terhadap Nilai ABI pada Penderita DM Tipe II. Journal

of Telenursing (JOTING). https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.492

Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem (Edisi 8). Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Simanjuntak, M. S. (2019). Pengaruh Therapetic Excercie Walking terhadap Sirkulasi

Darah Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Royal Prima

Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED, 13.

Simanjuntak, M. S., Br.Kaban, K., Satria, M. Y., Waruwu, D. S., & Fandu, B. A. .

(2019). Pengaruh Theurapetic Exercise Walking Terhadapsirkulasi Darah Perifer

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Royal Prima Medan Tahun

2019. Fakultas Keperawatan Dan KebidananUniversitas Prima Indonesia, 190.

Supriyadi, Makiyah, N., & Sari, N. K. (2018). Nilai Ankle Brachial Index Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 Sesudah Melakukan Buerger Allen Exercise Di Puskesmas

Wilayah Kecamatan Nganjuk. JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN.

https://doi.org/10.32660/jurnal.v4i1.344
Tresierra-Ayala, M. Á., & García Rojas, A. (2017). Association between peripheral

arterial disease and diabetic foot ulcers in patients with diabetes mellitus type 2.

Medicina Universitaria, 19(76), 123–126.

https://doi.org/10.1016/j.rmu.2017.07.002

Turan, Y. (2015). Does physical therapy and rehabilitation improve outcomes for

diabetic foot ulcers? World Journal of Experimental Medicine.

https://doi.org/10.5493/wjem.v5.i2.130

Yollanda, A., & Widayati, N. (2016). Pengaruh Therapeutic Exercise Walking terhadap

Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kelurahan Gebang

Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4.

Anda mungkin juga menyukai