Anda di halaman 1dari 59

PRAKTIKUM I

PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium, sepertilayaknyatempatbekerjaharusdapatmemberikankenyamanan,
kesehatan dan keamanankepadasemua orang yang bekerjadidalamnya,
termasukpengenalanalatpraktikumlaboratoriumitusendiri.
Pengenalanalatpraktikumsangatpentingdilakukangunauntukmenjagakeselamatankerjadalamra
ngkapenelitian. Selainitupengenalanalatpraktikumbertujuan agar mahasiswamengetahuinama
dan fungsidarialat-alattersebut, agar tidakterjadikesalahan yang dapatmembahayakan.

Makakarenaitudiperlukanpengenalanalat-alatpraktikum agar penggunamengetahui dan


dapat di pergunakansesuaidenganfungsi dan prosedur yang baik dan benar.
Sehinggakesalahan yang terjadidapatdiminimalisir,yangakanberpengaruh pada
hasildaripraktikum tersebut.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengoperasikan dan mengetahui cara penanganan agar dapat
berfungsi dengan baik lagi
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi beberapa peralatan labooratorium yang
dibutuhkan

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa bias mengenal alat-alat praktikum
yang akan digunakan atau dimanfaatkan dalam penelitian

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja serta
fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya,
dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat
melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).

Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-namanya,


memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang atau dibuat
dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi yang sangat
spesifik. Kebanyakan peralatan untuk percobaan–percobaan di dalam laboraturium terbuat
dari gelas. Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam
pemasangan alat untuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-sambungan
dengan gelas atau membuat peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imamkhasani, 2000).

Teori pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan mengetahui


fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium, oleh karena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat
akan dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami secara jelas kegunaan alat-
alat laboratorium yang akan dipakai. Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang
menunjukkan kegunaan alat tersebut, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat
digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat
yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer,
hygrometer, spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis,
biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph (Moningka, 2008).

Nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan prinsip kerja pada
alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi,
sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Moningka, 2008).

2
Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat yang akan
digunakan. Untuk alat-alat gelas dalam penggunaannya memerlukan ketelitian dan kehati-
hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada yang cacat atau rusak. Untuk
memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita sering menghadapi suatu kesulitan yang
mungkin disebabkan oleh tekanan biasa yang mempengaruhi dalam menentukan volume
cairan itu dengan tepat. Maka dari itu dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk
memindahkan volume cairan (Arifin, 1996).

Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja serta
fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan
bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat
melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).

Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau
pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun
sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari
rasa khawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman,
produktif, dan efesien (Khasani, 1990).

Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas.


Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat
berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan
apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium
untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi
dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari praktikum
pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas yang sering digunakan
dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2000).

3
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Waktu dan tempat pelaksanaan pratikum :

Hari/Tanggal : Kamis, 2 Oktober 2019

Tempat : Laboratorium Gedung AD Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Dalam praktikum ini, kita sebagai mahasiswa dikenalkan masing-masing alat yang
terdapat dalam laboratorium yaitu ada 19 jenis alat berupa :

1. Tabung Reaksi 8. Batang Bengkok 15. Hemocytometer


2. Rak Tabung Reaksi 9. Pipet Tetes 16. Pipet Manual
3. Cawan Petri 10. Pipet Otomatis 17. Oven
4. Erlenmeyer 11. Blue Tip 18. Inkubator
5. Bejana 12. Bola Hisap 19. Autoclap
6. Lampu Bunsen 13. Pipet X
7. Lengan Ose 14. Vortex / Voltage

3.2. Metode

Metode atau cara kerja pengenalan alat ini ialah,

1. Ke-19 jenis alat yang ada di laboraturium di tunjukan untuk di amati bagaimana
bentuknya.
2. Lalu dijelaskan fungsi alat itu dan apa saja bagian – bagian yang ada di alat tersebut.
3. Kemudian alat – alat tersebut digambar dan dicatat fungsinya sesuai apa yang sudah di
amati dan dijelaskan.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabelhasilpraktikumpengenalanalat-alatpraktikum

N NAMA GAMBAR
O
1 TabungReaksi

2 Rak
TabungReaksi

3 Cawan Petri

4 Erlenmeyer

5 Bejana

6 Lampu Bunsen

7 Lengan Ose

8 Batang Bengkok

5
9 Pipet Tetes

10 Pipet Otomatis

11 Blue Tipe

12 Pipet Manual

13 Bola Hisap

14 Pipet X

15 Vortex

6
16 Hemositometer

17 Oven

18 Incubator

19 Autoklaf

4.2 Pembahasan

Pada Praktikum kali inimembahastentangalat-alat yang akan di pergunakan pada


praktikummikrobiologi. Pada praktikum yang pertama ini, kami di perkenalkan pada alat-alat
yang nantinyadapatmenunjangkegiatanpraktikum kami kedepannya. Alat-alat praktikum di tabel
memilikifungsi dan kegunaansebagaiberikut:

1. Tabung Reaksi yang berfungsi untuk tempat isolate, membuat tingkat pengenceran dan
membuat media miring
2. Rak Tabung Reaksi yang berfungsi untuk menyimpan tabung-tabung reaksi
3. Cawan Petri yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri dan tempat media stray
4. Erlenmeyer yang berfungsi sebagai tempat bahan tempat aquades, dan sebagai tempat
membuat media
5. Gelas Bejana berfungsi untuk menampung cairan

7
6. Lampu Bunsen berfungsi untuk memfiksasi kaca preparat, sebagai sterilisasi lingkungan
kerja dalam sekala lab dan sebagai sterilisasi alat-alat kecil
7. Lengan Ose berfungsi untuk mengambil isolate atau bakteri dan untuk melakukan proses
identifikasi
8. Batang Bengkok berfungsi untuk meratakan inokulan atau isolate pada metoda sebar
9. Pipet Tetes berfungsi untuk mengambil cairan
10. Pipet Otomatis berfungsi untuk mengambil cairan dan biasanya digunakan saat penelitian
11. Blue Tipe berfungsi untuk menyimpan sampel
12. Bola Hisap berfungsi untuk mengambil zat berbahaya
13. Pipet X berfungsi untuk mengambil sampel
14. Vortex berfungsi untuk menghomogenkan inokulan
15. Hemocytometer berfungsi untuk menghitung bakteri maupun protozoa
16. Pipet Manual berfungsi untuk pemupukan dan membuat tingkat pengenceran
17. Oven berfungsi untuk mensterilkan alat yang kering dengan suhu 160C selama 2 jam
18. Inkubator berfungsi untuk menumbuhkan koloni bakteri dengan suhu 37C atau 37,5C
selama 24 jam atau 48 jam
19. Autoclap berfungsi untuk sterilisasi basa dengan suhu 121C selama 20 menit untuk alat,
15 menit untuk bahan. Alat-alat yang bias disterilisasikan di autoclap yaitu dari bahan
kaca, kayu dan plastik

BAB V
8
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam pratikum pengenalan alat ini, dapat disimpulkan betapa pentingnya peran alat dan
manusia dalam melakukan penelitian. Karena dengan pemanfaatan alat dengan baik sesuai
fungsinya, pratikum akan berjalan lancar dan dapat menemukan hasil pratikum yang
sesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

5.2 Saran

Saya menyadari dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa kekurangan yang baikn
disengaja maupun tidak disengaja, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, agar kesalahan yang sama tidak terulang pada penulisan laporan
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

9
Bellco, Glass. 2019. “Erlenmeyer Flask Narrow Mouth Academic Line”,
https://bellcoglass.com/product/brl-erl-flask-grad125ml-ac-academic-line/, diakses pada
18 November 2019 pukul 20.02 Wita.
Dwi Sulistiyo. 2016. Pengenalan Alat – Alat Laboratorium. Dikutip
darihttps://www.dwisulistiyo.id/2018/09/laporan-praktikum-pengenalan-alat-alat-
laboratorium.html, diakses pada 18 November 2019 pukul 21.37 Wita.

Eka Widianti. 2016. Laporan Pratikum Mikrobiologi Pengenalan Alat. Dikutip


darihttp://ekawidianti16.blogspot.com/,diakses pada 18 November 2019 pukul 21.21
Wita.

Kucari.com. 2018. “Berbagai Alat Laboraturium untuk penelitian”,


https://www.kucari.com/alat-laboratorium-untuk-melakukan-penelitian/, diakses pada 18
November 2019 pukul 13.34 Wita.
Miicho. 2013. “Instrumen Laboratorium (Alat-Alat Gelas) Part-1”,
https://ayamgorengmicho.wordpress.com/2013/03/02/instrumen-laboratorium-alat-alat-
gelas-part-1/, diakses pada 18 November 2019 pukul 20.02 Wita.
Nano, Tech 877. 2019. “Bahan dan Alat yang digunakan di Laboraturium Kimia”,
http://nanotech877.blogspot.com/2017/04/bahan-dan-alat-yang-digunakan-di.html,
diakses pada 18 November 2019 pukul 20.02 Wita.
Sulaiman. 2013. “Blog Analis Mikrobiologi”, http://sulaiman-analis.blogspot.com/2013/09/,
diakses pada 18 November 2019 pukul 20.02 Wita.
Tegur, siparaya. 2013. “Alat Labor”, http://www.alatlabor.com/article/detail/235/rak-tabung-
reaksi, diakses pada 18 November 2019 pukul 13.34 Wita.
Wikipedia. 2018. “ Tabung Reaksi”, https://id.wikipedia.org/wiki/Tabung_reaksi, diakses
pada 18 November 2019 pukul 13.34 Wita.

PRAKTIKUM II

10
MEDIA KULTUR DAN CARA PEMBUATAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan makhluk hidup terkecil yang dapat
berkembangbiak secara alami atau dengan campur tangan manusia. Mikroorganisme yang
dikembangkan oleh manusia di antaranya melalui pertumbuhan menggunakan media. 
Medium pertumbuhan adalah media yang digunakan dalam pertumbuhan
mikroorganisme untuk keperluan penelitian dalam bidang ilmu mikrobiologi.
Mikroorganisme yang akan diamati akan ditumbuh kembangkan dalam media seperti nutrien
agar (NA). Dalam pembuatan medium pertumbuhan, alat maupun bahan yang akan
digunakan haruslah steril. Berhasil atau tidaknya pembuatan medium pertumbuhan
dipengruhi oleh tahap yang disebut dengan sterilisasi. Tahap sterilisasi adal tahap dimana
semua alat dan bahan yang akan digunakan melalui proses pembunuhan dan pencegahan
mikroorganisme yang tidak diharapkan tumbuh pada media yang akan digunakan.    
Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan
manusia. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Media harus mengandung semua unsur hara dan nutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba agar mikroba dapat tumbuh dan
berkembang biak. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun
komponen-komponen baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses
kehidupan sel.

1.2 Tujuan

11
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melatih keterampilan tangan mahasiswa dalam
pembuatan kultur agar lebih telaten pada saat penelitian dan juga agar mahasiswa mengetahui
langkah-langkah dalam pembuatan kultur itu sendiri.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu nantinya mahasiswa bias mengetahui pembuatan kultur
dan jenis-jenis bakteri tersebut.

BAB II

12
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut
medium. Dengan adanya medium pertumbuhsn, aktivitas mikroba dapat dipelajari dan dengan
medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikroba dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian
sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba. Keragaman yang luas dalam tipe nutrisi untuk
mikroba yaitu diimbangi dengan oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk
kultivasinya. Media-media yang digunakan seperti pepton, ekstra daging, ekstra khamir, dan
agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat medium menjadi padat dapat dipakai
agar (Sutedjo, 1991).

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat –zat hara (nutrient)
yang digunakan untk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain itu,
medium juga dipergunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis, dan
perhitungan jumlah mikroorganisme. Untuk menetapkan suatu jenis mikroba sebagai penyebab
penyakit harus terlebih dahulu mendapatkan mikroba dalam keadaan murni untuk diselidiki sifat-
sifatnya. Untuk tjuan tersebut sangat diperlukan suatu medim sebagai tempat tmbuh dan isolasi
mikroorganisme. Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat
hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme (Waluyo, 2008)

Bakteri dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang
tidak punya akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri
berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen. Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml
medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka
terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut
dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru (Volk, 1993)

Power of hydrogen (pH) merupakan factor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan
dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok
untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut.
Medium didiamkan atau disimpan selama 2 × 24 jam untuk meyakinkan bahwa medium masih

13
steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga
menentukan (Dwidjoseputro, 1994)

Bahan-bahan untuk pertumbuhan medium dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu


bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak diuraikan oleh mikroba, gelatine yang
merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikroba, dan silica gel yaitu bahan yang
mengandung natrium silikat khususuntuk menumbuhkan mikroba yang bersifat obligat
autotrof,unsure-unsur nutrient yang dapat diambil dari bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak
dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan protein garam-garam kimia
(K, Na, Fe, dan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan
tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan kedalam medium dengan tujuan tertentu seperti
indikator maupun antibiotik (Hadioetomo, 1993)

14
BAB III

MATERI DAN METODA

3.1 Materi
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum :

Hari/tanggal : Jumat / 11 Oktober 2019

Tempat : Lab. THT Fakultas Peternakan Kampus Sudirman

Dalam praktikum kali ini kami menggunakan media telur segar 5 gram dengan metoda
tuang

3.2 Metoda
Alat : Bahan :
1. Tabung Reaksi 1. Telur Segar (5 gram)
2. Pipet Tetes 2. EMBA
3. Beaker Glass 3. Na
4. Tabung Elenmeyer 4.Aquades
5. Timbangan Digital
6. Aluminium Foil
7. Bola Hisap
8. Cawan Petri
9. Inkubator

Cara Kerja :

1. Pertama sterilkan alat menggunakan api spritus yang telah dinyalakan


2. Pecahkan telur dan kocok lalu timbang seberat 5 gram
3. Ambil sampel telur sebanyak 1 ml dan tuangkan ke tabung reaksi yang telah berisi
aquades 9 ml (pengenceran 10x)
4. Ambil larutan pada tabung reaksi dan encerkan 10x
5. Lakukan pengenceran sampai pengenceran ke-enam (10-6)

15
6. Ambil 1 ml sampel yang telah diencerkan sebanyak 2 kali, 3 kali, 4 kali dan yang ke
5 kali (Tabung 10-2, 10-3, 10-4, 10-5)
7. Masukkan 1 ml sampel yang telah diencerkan tadi pada cawan petri dan berikan lebel
sesuai pengencerannya dan diratakan pula dengan gerakan memutar angka delapan
8. Pada cawan petri dengan sampel pengenceran 10-2 dan 10-3 ditambahkan dengan
media EMBA dan ratakan
9. Pada cawan petri dengan sampel pengenceran 10-4dan 10-5 ditambahkan fengan media
Na dan ratakan
10. Taruh semua cawan petri pada inkubasi (37C) dalam keadaan terbalik dan diamkan
selama semalam
11. Setelah semalam bakteri akan tumbuh pada cawan petri yang telah diberi media dan
sampel
12. Hitung jumlah koloni pada cawan petri

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
1. Media EMBA
 Berubah menjadi padat ketika suhu media turun atau dingin
 Tidak terlihat adanya pertumbuhan koloni bakteri pada kedua sampel yang
diberi media EMBA
2. Media NA
 Berubah menjadi padat ketika suhu menjadi turun atau menjadi lebih
dingin
 Terlihat adanya pertumbuhan koloni bakteri pada kedua sampel yang
diberi media NA

Dari hasil percobaan yang kami lakukan, kami memperoleh hasil bahwa kedua
media langsung dengan cepat berubah kondisi dari yang tadinya berbentuk cair menjadi
bertekstur agar-agar atau kenyal. Selain itu cawan petri yang diberikan media Emba
memperlihatkan larutan agaryangberwarna gelap dengan kilap logam sedangkan untuk
media NA larutan agar tampak bening agak keemasan. Untuk media Emba juga tidak
menunjukan adanya pertumbuhan koloni bakteri sedangkan pada media NA menunjukan
adanya pertumbuhan koloni bakteri berdasarkan sampel yang kami pakai.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang kami peroleh, menunjukan adanya data yang cukup kontras dari
segi penampakan media setelah dituang maupun fungsi media sebagai penumbuhan koloni
bakteri. Kedua media sama-sama memiliki karakteristik menjadi padat apabila suhu media
tersebut turun menjadi lebih dingin karena mengandung kandungan agar di dalamnya.Setiap
media pertumbuhan bakteri memiliki kesesuaiannya masing-masing terhadap bakteri yang
tumbuh. Selain perubahan kondisi media akibat kandungan agar di dalamnya, media Emba

17
dan NA yang digunakan saat percobaan juga menampilkan kesesuaiannya sebagai
lingkungan pertumbuhan koloni bakteri.
Nutrient  Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran
ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar
digunakan sebagai pemadat, karenasifatnya yang mudah membeku dan mengandung
karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Media EMBA ( Eosin Methylen Blue Agar ) mempunyai keistimewaan mengandung
laktosa dan berfungsi untuk memilih mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti
staphylococcus aureus, P. aerugenosa dan salmonella. Mikroba yang memfermentasikan
laktosa akan menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.
Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninyan tidak berwarna. Adanya eosin dan
methylen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal Karena kuman lainnya juga tumbuh terutama P. aerugenosa dan
salmonella sp. Dan dapat menimbulkan keraguan. Emba yang menggunakan eosin dan
methylen blue sebagai indicator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang
meragikan laktosa dan tidak meragikan laktosa.
Tidak seperti NA pada sampel yang kami pakai yaitu telur, koloni bakteri tumbuh dengan
baik bahkan cukup banyak. Hal ini karena media Emba mengandung laktosa. Faktor
penyebabnya hal ini juga dapat terjadi akibat sterilisasi yang kurang merata ataupun
penghomogenan media yang dilakukan juga tidak merata.

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Mikroba memerlukan lingkungan yang cocok untuk dapat hidup dan berkembang.
Serilisasi pun dilakukan sebagai salah satu cara dalam memenuhi keperluan mikroba untuk
hidup tersebut. Sterilisasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan cara pembakaran,
cairan kimia maupun dengan filtrasi. Setelah lingkungan hidupnya steril, mikroba juga
membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya yaitu dengan menggunakan media. Pada
praktikum dilakukan, media yang digunakan adalah EMBA dan NA. Kedua media memiliki
karakteristik masing-masing sesuai dengan sampel yang digunakan.

5.2 Saran

Mengenai praktikum kali ini, diharapkan kedepannya untuk lebih berhati-hati dalam
menstrilisasikan alat-alat yanga ada pada laboratorium karena data yang diperoleh
menunjukkan adanya koloni bakteri yang tidak tumbuh. Selain itu diharapkan kedepannya
agar lebih serius menjalani praktikum karena dalam pendokumentasian praktikum berupa
foto kali ini sangatlah sedikit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Haryani,dwi.2017. ”LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI STERILITASI DAN


PEMBUATAN MEDIA”.dititip dari

https://dwihryni.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-mikrobiologi.html
diakses pada tanggal 19 november pada pukul 16.44 wita.

ANDRES,ONGEN.2016 “ LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA DAN STRERILISASI”di tutup


dari

https://sedihdanlucu.blogspot.com/2016/05/laporan-praktikum-pembuatan-media-
dan_11.html. diakses pada tanggal 19 november 2019 pukul 17.00 wita

20
PRAKTIKUM III

PENGHITUNGAN KOLONI BAKTERI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penghitungan bakteri adalah suatu cara atau suatu metoda yang bisa digunakan untuk
dapat menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh di media pembiakkan bakteri. Untuk
dapat mempermudah penghitungan koloni suatu bakteri juga diperlukan pengetahuan serta
wawasan tentang morfologi bakteri tersebut sehingga suatu media pertumbuhan yang akan
digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut

Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni yang tumbuh berasal dari satu sel,
maka dengan menghitung jumlah koloni bakteri, maka dapat diketahui penyebaran koloni
bakteri yang ada pada media pembiakan bakteri. Jumlah bakteri pada suatu media dapat juga
dihitung dengan menggunakan berbagai cara, tergantung pada jenis media dan juga jenis
bakteri. Ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri secara
kuantitatif dari suatu populasi koloni bakteri.

Proses penghitungan sel bakteri juga dapat dilakukan dengan beberapa metoda baik
secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah metoda hitung pada cawan petri
atau biasa disebut (standard plate count), metoda pengamatan langsung dengan menggunakan
kaca objek atau juga metoda hitung dengan menggunakan haemocytometer, serta metode
ukur kekeruhan atau biasa disebut dengan (turbidimetri), khusus pada metode ini yaitu
menggunakan suatu alat yang disebut spektrofotometer dan juga dengan menggunakan
metode tentang beberapa jumlah perkiraan terdekat (Brady, 1999)

21
Metoda perhitungan bakteri dengan perhitungan menggunakan suatu alat
spektrofotometer,didasarkan pada mikroba yang terdapat dalam suatu bahan cair dan juga
dapat dideteksi dengan berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel-sel bakteri didalam
medium berbentuk cair maka akan meningkatkan kekeruhannya pada media yang juga akan
bisa mempengaruhi beberapa jumlah sinar yang dapat ditransmisikan untukbisa menembus
medium.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikumpenghitungan koloni bakteri ini yaitu agar mahasiswa dapat
memahami cara atau metode-metode dalam penghitungan setiap koloni bakteri yang akan
digunakan pada saat penelitian

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat ilmu baru tentang cara-
cara menghitung koloni bakteri dan juga bisa mengetahui bentuk-bentuk dari koloni tersebut
yang dapat dilihat melalui mikroskop

22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penghitungan bakteri merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah koloni sel bakteri yang tumbuh pada media pembiakkan. Terdapat dua cara
yang biasa digunakan dalam penghitungan bakteri, yaitu penghitungan bakteri secara langsung
dan penghitungan bakteri secara tidak langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat
dari suatu bahan (preparat sederhana yang kemudian diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung atau disebut dengan sebutan sebagai (caunting chamber). Sedangkan
perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan
yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu
perhitungan pada cawan petri disebut (Viable Plate Count Method), serta perhitungan jumlah
terkecil atau jumlah yang terdekat (MPN Methode), dan cara kekeruhan atau turbidimetri yaitu
yang dengan menggunakan alat spektrofotometer (wheeler, 1993).

Penghitungan bakteri adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahuiberapa banyak
sebaran bakteri yang tumbuh pada suatu media. Secara kuantitatif koloni sel bakteri dapat
dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum atau juga dengan kata lain
menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk juga sel yang mati, dan
menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan suatu teori pendekatan (Stainer, 1986).

Perhitungan bakteri merupakan salah satu cara yang juga dilakukan dengan tujuan untuk
bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baikitu koloni sel
bakteri yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati. Ada dua cara perhitungan bakteri,
secara langsung dan perhitungan bakteri secara tidak langsung. Perhitungan jumlah suatu bakteri
secara langsung, biasa dipakai untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati
maupun yang hidup. Sedangkan perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung biasa dipakai
untuk bisa menentukan jumlah bakteri yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah bakteri yang

23
hidup dapat dilakukan setelah suspense bahan atau biakan bakteri diencerkan dengan beberapa
kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan suatu cara tertentu tergantung dari macam bahan
dan sifat bakterinya. (Bibiana, 1994)

Viable Count Method adalah cara penghitungan bakteri secara tidak langsung yang
dilakukan dengan menghitung koloni sel bakteri yang terdapat di media secara langsung. Tidak
semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada juga beberapa syarat perhitungan yang harus untuk
bisa dipenuhi seperti jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada
yang memenuhi syarat, maka dipilih yang jumlahnya mendekati 300. Tidak ada koloni bakteri
yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang
lebih besar dengan suatu pengenceran yang sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2
hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikroba dari hasil
pengenceran yang sebelumnya. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat maka hasilnya
juga dirata-rata (Schlegel, 1994)

Penghitungan jumlah bakteri hidup (secara tidak langsung) yaitu dengan menggunakan
suatu metoda Plate Count (hitungan pada cawan). Plate count/viable count merupakan suatu
metoda yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel-sel mikroorganisme hidup dalam suspensi
akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri setelah ditumbuhkan dalam suatu media pertumbuhan
dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang bisa tumbuh tersebut
dihitung dan merupakan perkiraan atau juga dugaan dari suatu jumlah mikroorganisme yang ada
didalam suspense. Koloni-koloni bakteri yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel
mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau
berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan, maka biasa disebut dengan istilah Coloni Forming
Units (CUF’s) per ml (Fardiaz, 1993)

Prinsip dari metode hitungan cawan (viable plate count method) adalah menumbuhkan
sel-sel bakteri yang masih hidup dan tumbuh pada media agar, sehingga sel bakteri tersebut akan
bisa untuk tumbuh dan juga berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan menggunakan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan
(viable count method) ini dapat dibedakan atas dua cara yaitu : cara pertama yaitu metode tuang
(pour plate) dan cara kedua yaitu dengan menggunakan metoda permukaan/sebar atau biasa

24
disebut (surface/spread plate) (Volk, 1989). Metoda analisa spektrofotometer ini didasarkan
kepada kekeruhan yang ditimbulkan oleh koloni bakteri yang tumbuh dan berkembang di suatu
media. Prinsip kerja yang terdapat pada alat spektrofotometer ini adalah apabila ada cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium yang homogen, dan sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi tentang spektrofotometri biasa dianggap juga
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbs energy (Gibsen,
1996)

Bakteri yang berada didalam suatu bahan cair (media) dapat dihitung dan diketahui
kepadatannya berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel-sel bakteri didalam suatu media,
maka akan meningkatkan kekeruhan suatu media, hal itu akan mempengaruhi jumlah sinar-sinar
yang juga dapat ditransmisikan untuk juga menembus medium, untuk menghitung koloni bakteri
tersebut, digunakan alat yang bernama “spektrofotometer”. Fungsi dari alat spektrofotometer ini
adalah untuk mengukur transmitans atau ansorbans dari suatu contoh yang dinyatakan dalam
fungsi panjang gelombang (Brady, 1999)

Pengenceran merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengurangi kepadatan atau
sebaran bakteri yang terdapat disuatu media. Pada metode perhitungan cawan (plate method)
dilakukan suatu pengenceran yang juga bertingkat yang ditujukan untuk membentuk konsentrasi
dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah diencerkan ini dihitung kedalam cawan baru dan
kemudian dituang kedalam mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama
waktu 24-48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 25-250 koloni (Pelczar, J, 1986)

Prinsip pengenceran bakteri adalah untuk menurunkan jumlah bakteri, sehingga semakin
banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit jumlah bakteri, dimana suatu saat
didapat hanya satu bakteri pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam, karena
jumlah bakteri maksimal yang dapat dihitung. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Dwidjoseputro, 1978)

25
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi

1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu :

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Oktober 2019

Pukul : 11.15-14.15

Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Gedung Agrokompleks, Kampus


Sudirman, Denpasar

2. Alat

Pada praktikum kali ini, memerlukan beberapa alat seperti :

1. Cawan Petri
2. Jarum Ose
3. Spidol
4. Tissu

1. Bahan
Beberapa bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :
1. Media kultur koloni bakteri yang telah dibuat 24 jam sebelumnya.
2. Alkohol 70 % untuk mensterilkan tangan.
3. Air untuk mencuci alat-alat.

26
3.2 Metode
Pada praktikum kali ini memerlukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1. Ambilah Media kultur bakteri yang telah dibuat sehari sebelum praktikum dari
inkubator
2. Baliklah cawan petri dengan media kulturberada diatas.
3. Berilah garis menggunakan spidol pada cawan petri menjadi empat bagian yang
sama
4. Kemudian, hitunglah jumlah koloni bakteri
5. Jika terdapat koloni besar yang menyatu maka koloni bakteri tersebut dihitung
sebagai satu koloni.

27
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, kami memperoleh hasil sebagai berikut :

DATA HASIL PERHITUNGAN KOLONI BAKTERI


No Media Pengenceran Jumlah Koloni Jumlah Koloni
CFU/g
1. Emba 10-2 0 0
2. Emba 10-3 0 0
3. Na 10-4 49 4,9 ×105
4. Na 10-5 80 8,0×106

4.2 Pembahasan
Bersarkan hasil percobaan yang diperolah, dapat terlihat bahwa pada media emba tidak
terjadi pertumbuhan koloni bakteri sama sekali sehingga menghasilkan data berjumlah 0.
Pada media NA dengan pengenceran 10-4 kali terjadi pertumbuhan bakteri dengan koloni
berjumlah 4,9×105 CFU/g. Serta pada media NA dengan pengenceran 10-5 kali terjadi
pertumbuhan bakteri dengan koloni berjumlah 8,0×106. Terlihat terdapat penambahan jumlah
koloni yang signifikan seiring dengan bertambahnya pengenceran. Hal ini dapat dikaitkan
dengan konsentrasi bakteri di dalam sampel yang membuat bakteri berkoloni secara masif.
Pada NA dengan pengenceran 10-4memiliki kuantitas bakteri yang sebenarnya lebih
banyak daripada kuantita bakteri pada pengenceran 10-5. Akan tetapi, akibat dari jumlahnya
yang banyak menyebabkan bakteri berkoloni secara besar-besaran sehingga koloni tersebut
dihitung sebagai satu koloni.
Ketimpangan data ini juga dapat terjadi akibat dari ketidaksesuaian lingkungan hidup
mikroba pada sampel dengan sampel itu sendiri (media dengan sampel). Mengingat terdapat

28
media yang hanya dapat ditumbuhi oleh beberapa jenis bakteri saja. Selebihnya data hasil
praktikum yang diperoleh ini telah menunjukan adanya signifikasi dengan percobaan-
percobaan yang dilakukan oleh praktikan lain. Dimana jumlah koloni secara umum berkisar
diantara 30-300 koloni (Penuntun Praktikum Mikrobiologi, 2019)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


29
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dengan melakukannya praktikum ini adalah


bakteri hanya dapat tumbuh dalam media dan lingkungan yang sesuai. Kegagalan dalam
pertumbuhan bakteri dapat terjadi akibat ketidaksesuaian lingkungan hidup bakteri
dengan bakteri itu sendiri. Pada percobaan penumbuhan bakteri dengan medium NA
menunjukan data yang dimana semakin besar tingkat pengenceran maka semakin banyak
koloni bakteri yang tumbuh. Selebihnya koloni bakteri yang didapat berada pada kondisi
wajar sesuai dengan pedoman praktikum.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan untuk praktikum ini adalah diharapkan agar lebih
berhati-hati dalam penghitungan koloni bakteri karena sewaktu penghitungan koloni
terdapat kesalahan prosedur kerja berupa perusakan koloni akibat adanya sentuhan
langsung. Penghitungan koloni yang dilakukan pada praktikum ini juga cukup tidak
akurat karena penghitungan dilakukan manual sehingga rentan terjadinya kesalaha.

DAFTAR PUSTAKA

PRATIWI,KARTIKA GEMA.2015. “MIKROBOILOGI UMUM PERHITUNHAN


JUMLAH KOLONI MIKROBA”.di kutip dari

30
https://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/mikrobiologi-umum-perhitungan-
jumlah.html. diakses pad atanggal 19 november 2019 pada pulum 19.46 wita.
Ardiansyah.2013 “Laporan penghitungan koloni bakteri” di kutip dari.
https://addhy-ardhy.blogspot.com/2013/07/laporan-perhitungan-koloni-bakteri.html

diakses pada tanggal 19 november 2019 pada pukul 20.00 wita

31
PRAKTIKUM IV

PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGECATAN GRAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang
berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil
pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi
menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya
dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).

Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling
utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan
bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994). Oleh karena itu yang melatar
belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga
mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri.

32
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu membedakan gram positif dan gram negatif dengan melihat
dinding sel maupun warna yang dihasilkandan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pewarnaan bakteri tersebut

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh yaitu mahasiswa mampu melakukan praktikum dengan baik yang
akan dimanfaatkan atau dipraktikan pada saat penelitian

33
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui
sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
(Waluyo, 2008)

Bakteri merupakan mikroba uniseluler yang termasuk schizomycetes. Pada umumnya


bakteri tidak memiliki klorofil, ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi seksualnya secara
pembelahan transversal atau biner. (Jutono, 1980)

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengabsorbsi


maupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyababkan zat warna digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zat warna mengabsorbsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya ditingkatkan. Pewarnaan yang
digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan pewarnaan
yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial. (Lay, 1994)

Pengecatan negative merupakan cara pengecatan yang tidak langsung. Pengecatan ini
hanyalah mengecat latar belakang dimana bakteri berada pada pengecatan negative ini, sel
mikroba dan nampak transparan sedangkan latar belakangnya nampak jelas. (Pelczar, 1986)

Zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zat warna
yang mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan
sekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel
seperti spora, flagella dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granua fospat. Pewarnaan
yang digunaakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan
pewarnaan yang digunakan untuk memilah organisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan
gram merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilah bakteri menjadi dua yaitu
kelompok gram positif dan kelompok gram negative (Lay, 1994)

Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang
dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah organism yang telah diwarnai dengan zat pewarna

34
kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya olesan bakteri terwarnai
mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran.
Zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat baik kapsul atau flagella, maupun hal-hal terinci
tertentu dalam sel. Zat pewarna yang mengungkapkan perbedaan kimia pada struktur bakteri
dapat dipakai juga. Zat ini dinamakan zat pewarna diferensial (Volk, 1993)

Untuk menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai, sedikit biakan disebarkan dalam setetes
air pada gelas preparat. Inilah yang dinamakan olesan. Olesan ini dikeringkan pada suhu kamar
dan bakteri dapat dilekatkan erat (difiksasi) dengan jalan melewatkan gelas preparat (oleskan
dipermukaan atas) 2 atau 3 kali dengan cepat pada nyala api pembakar bunsen. Jika sudah
dingin, olesan sudah siap untuk diwarnai. Secara alternative, banyak laboratorium memakai
methanol untuk melekatkan bakteri pada gelas preparat sebab panas mungkin dapat
menyebabkan distorsi pada penampilan bakteri yang terwarnai. Cara ini dilakukan dengan
meletakkan beberapa tetes methanol pada olesan kering udara dan membiarkan olesan itu kering
kembali di udara. (Volk, 1993)

Pewarna yang digunakan pada ummnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan
memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarna tersebut berbentuk ion
yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negative kalau
dalamm keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan warna yang bermuatan
positif, misalnya metilen biru hasil pewarna akan nampak jelas (Unus, 1985)

Dinding sel organism gram positif adalah cukup tebal (20-80 nm) dan terdiri atas 60-
100% peptidoglikan. Semua sel positif memiliki polimer lurus asam N-asetilmuramat dan N-
asetilglukosamin, namun ada variasi dalam panjang dan komposisi jembatan peptide yang
mengaitkan silang tetra peptide dari satu asam N-asetilmuramat dengan polimer disampingnya
(Pelczar, 1986).

35
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu :

Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2019

Pukul : 11.15-14.15

Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Gedung Agrokompleks, Kampus


Sudirman, Denpasar

2. Alat

Pada praktikum kali ini, memerlukan beberapa alat seperti :

1. Kaca Preparat
2. Lampu bunsen
3. Jarum Ose
4. Cawan Petri
5. Tissu
6. Mikroskop
7. Pipet tetes
8. Korek api

3.Bahan

Beberapa bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :


1. Kultur bakteri yang telah dibuat seminggu sebelumnya.
2. Aquades
3. Cairan Crystal Violet
4. Cairan Lugol
5. Air Mengalir
6. Alkohol
36
7. Safranin
8. Spritus

3.2 Metode
Pada praktikum kali ini memerlukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1. Laplah preparat dengan tissu supaya bersih. Kemudian nyalakan lampu bunsen
dengan korek api.
2. Pijarkan atau fiksasikan kaca preparat diatas lampu bunsen.
3. Teteskan aquades sebanyak satu tetes emnggunakan pipet tetes.
4. Pijarkan (Fiksasikan) jarum ose dan ambil sedikit koloni dari cawan petri pada
permukaannya.
5. Ratakan sampel koloni pada kaca preparat yang telah berisi aquades.
6. Lakukan pengecatan pada sampel dengan cairan Crystal Violet dan diamkan
selama satu menit. Lalu cuci pada air mengalir.
7. Lakukan pengecatan dengan cairan lugol dan diamkan selama satu menit lalu cuci
pada air mengalir.
8. Lakukan pengecatan kembali dengan alkohol selama 30 detik. Lalu cuci kembali.
9. Setelah itu, lakukan pengecatan dengan safranin selama satu menit. Lalu cuci dan
keringkan di atas lampu bunsen serta menggunakan tissu.
10. Setelah dikeringkan dengan tissu dan lampu bunsen, letakkan kaca preparat pada
mikroskop dan amatilah bakteri tersebut.

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dengan melakukan percobaan ini dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan koloni berwarna gelap dan sedikit berwarna merah yang
seharusnya berwarna biru gelap atau ungu karena pencucian yang kurang
bersih.
2. Bentuk pengamatan sel berbentuk bulat walaupun sulit utuk diamati karena sel
berkoloni secara berdempetan. Tetapi secara dominan, bakteri
3. Kemungkinan bentuk koloni bakteri yang ada yaitu bakteri berbentuk cocus,
diplococus dan streptococus.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada saat praktikum ini. Dapat dilihat
bahwa setelah pengecatan gram, koloni bakteri yang diamati berwarna gelap dan sedikit
berwarna merah. Dari segi bentuk bakteri yang diamati menunjukan 2 bentuk yang beragam
yaitu berbentuk bulat dan berbentuk lonjong. Walaupun secara dominan bakteri yang diamati
kebanyakan berbentuk bulat berkolonimemanjang menyerupai bentuk lonjong.
Selain dari segi bentuk, bakteri juga terlihat berkoloni. Terdapat koloni bakteri yang
hanya terdiri dua bakteri maupun bakteri yang memiliki koloni lebih dari dua bakteri. Pada
bakteri yang berdiri hanya berdiri sendiri disebut. Pada bakteri yang terdiri dari dua koloni
bakteri disebut sebagai bakteri diplococus. Sedangkan koloni yang terdiri lebih dari dua sel
bakteri secara memanjang berbentuk rantai disebut streptococus. Akibat banyaknya bakteri
yang berbentuk diplococus maka sempat terjadi miskonsepsi terhadap hasil sel bakteri yang
dianggap berbentuk lonjong.
Menurut penuturan ibu Dosen Sri Anggreni, bahwa bakteri yang diamati oleh kelompok
dua merupakan jenis bakteri gram positif yang seharusnya berwarna biru. Akan tetapi dalam
pengamatannya, koloni bakteri menunjukan warna yang berbanding terbalik dengan teori
pengamatan gram negatif dan gram positif. Koloni bakteri yang diamati menunjukan warna
merah. Kemungkinan terbesar mengapa hal ini dapat terjadi yaitu karena pencucian yang

38
kurang bersih sebelumnya. Sehingga warna yang seharusnya terlihat berwarna biru gelap
justru terlihat berwarna merah. Hal ini menyebabkan hampir terjadinya asumsi yang salah
mengenai hasil percobaan yang dilakukan dalam praktikum.
Selebihnya, hasil percobaan yang didapatkan menunjukan bentuk bakteri dan bentuk
yang sangat sesuai dengan tinjauan pustaka yang ada. Walaupun terdapat beberapa
ketidaksesuaian terutama pada warna pengecatan gram.

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan kali ini kami
mendapatkan hasil pengecatan gram bakteri dengan warna merah. Walaupun bakteri yang
digunakan merupakan bakteri berjenis gram positif yang berwarna biru gelap. Hal ini terjadi
kemungkinan akbibat pencucian yang tidak bersih. Bentuk koloni yang didapatkan adalah
berbentuk sel tunggal (cocus) dua sel bakteri dalam satu koloni (Diplococus) serta koloni
yang tersusun seperti rantai (Streptococus). Bentuk bakteri yang didapatkan memiliki bentuk
yang beragam seperti bulat dan lonjong.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya lebih berhati-hati dalam menjalankan prosedur


praktikum. Seperti yang terjadi

40
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, silvi risky.2015. “Laporan praktikum “mikrobiologi pewarnaan gram dan pengamatan
morfologi bakteri”..dikutip

https://dietistasilvi.blogspot.com/2015/01/laporan-praktikum-mikrobiologi.html diakses pada


tanggal pada tanggal 20 november2019 pada pukul 15.23 WITA.

UNKNWON.2013 “laporan paraktikum gram”. Dikutip


darihttps://bhajaboounu.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-pewarnaan-gram.html .
diakses pada tanggal 20 november 2019 pada pukul 16.57 wita.

UNKNWON.2012 “PENYIMPANAN PREPARAT MIKRORGANISME HIDUP UNTUK PENGAMATAN


MIKROSKOPIS” dikutip dari https://kuplukluntur.blogspot.com/2012/12/jurnal-mikrobiologi-
penyiapan-preparat.html . diakses pada tanggal 20 november 2019 pada jam 17,44 wita.

PRAKTIKUM V

41
PENGHITUNGAN PROTOZOA PADA CAIRAN RUMEN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak ruminansia memiliki kata dasar yaitu ruminae yang memiliki arti mengunyah


kembali, sehingga ruminansia juga sering disebut hewan memamahbiak atau mengunyah
kembali. Hal yang membedakan ternak ruminansia dengan ternak lainnya adalah karena
ternak ini mempunyai lambung jamak sedangkan ternak lain hanya mempunyai lambung
tunggal. Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Pada ternak ruminansia juga terdapat mikroorganisme di dalam rumen yang
dapat membantu pencernaan dari ternak ruminansia ini dan dengan ini ternak ruminansia
dapat mencerna makanan dengan serat kasar karena adanya simbiosis antara inang
(ruminansia) dengan mikroorganisme rumen.

Jenis mikroorganisme dalam rumen terdiri atas tiga macam yakni bakteri, protozoa dan
fungi. Ketiga mikroba tersebut memiliki peranan tersendiri dalam rumen. Ketiga
mikroorganisme tersebut dapat hidup di rumen karena adanya nutrien jadi jika ternak diberi
pakan dengan nutrient yang tinggi maka kehidupan mikroba akan terjaga dengan baik, yang
akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak.

Protozoa pada rumen lebih besar jika dibandingkan dengan yang lainnya dan
mikroorganisme ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa. didalam rumen
adapun beberapa jenis dari protozoa yaitu rhizopoda, flagelata, sprozoa, cilliata.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiwa dapat mengetahui jenis protozoa yang terdapat
dalam rumen sapi bali dan dapat mengetahui cara penghitungan protozoa tersebut

1.3 Manfaat

42
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu mahasiswa mampu mengenali jenis
protozoa tersebut dan langkah-langkah dalam penghitungan protozoa yang terdapat
didalamrumen sapi bali yang kemudian langkah-langkah tersebut bias digunakan pada saat
melakukan penelitian.

BAB II

43
TINJAUAN PUSTAKA

Rumen adalah kantung penampungan pertama bahan pakan setelah dikunyah dan ditelan.
Cairan rumen merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri dan protozoa
secara anaerobic. Salah satu bakteri yang penting di dalam rumen adalah bakteri selulotik yang
menyebabkan ternak ruminansia hidup dengan hijauan berkualitas rendah (Kamal, 1999)

Protein pakan yang tidak terdegradasi dalam rumen sangat diperlukan oleh ruminansia
terutama yang berproduksi tinggi. Sistem evaluasi pakan ruminansia yang optimal selalu
memperhitungkan kebutuhan mikroba rumen dan kebutuhan inangnya, sehingga Rumen
Degradable Protein(RDP) dan UDP perlu diperhatikan dalam ransum (Widyobroto et al.,
1995).

Pakan konsentrat yang mempunyai degradasi lambat cenderung memberikan pH cairan


rumen tinggi disbanding konsentrat dengan degradasi cepat. Degradasi protein berperan untuk
menghasilkan VFA, methan, dan ammonia (Chiou et al., 1995)

Ammonia adalah sumber nitrogen yang utama dan sangat penting untuk sintesis protein
mikroba rumen. Konsentrasi ammonia di dalam rumen merupakan suatu besaran yang sangat
penting untuk dikendalikan, karena sangat menentukan optimasi pertumbuhan biomassa mikroba
rumen. Sekitar 80% mikroba rumen dapat menggunakan ammonia sebagai sumber nitrogen
untuk pertumbuhannya (Arora, 1995).

Mikroorganisme dalam rumen memecah karbohidrat kompleks seperti selulosa,


hemiselulosa, dengan proses fermentasi menjadi asam-asam lemak rantai pendek melalui
aktivitas enzimnya. Hal yang samma, protein dalam pakan dipecah menjadi peptide, asam-asam
amino, ammonia, dan amine. Mikroorganismme menggunakan substansi ini kebutuhan
perkembangan selnya sendiri. Protein pakan akan diubah menjadi protein bacterial dan protozoal
sebelum benar-benar digunakan oleh sapi. Ini juga merupakan alasan bahwa urea (NPN)dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein oleh ruminansia, yang pada ternak monogastrik tidak
bermanfaat karena tidak mempunyai cukup banyak mikroba yang mampu mensintesis protein
(Prihadi, 1997)

BAB III

44
MATERI DAN METODE

3.1 Materi

1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu :

Hari/Tanggal : Jumat, 08 November 2019

Pukul : 11.15-14.15

Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Gedung Agrokompleks, Kampus


Sudirman, Denpasar

2. Alat

Pada praktikum kali ini, memerlukan beberapa alat seperti :

1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Masker
4. Sarung tangan lateks
5. Mikroskop
6. Hemasitometer
7. Deck glass
8. Counting Chamber

3.Bahan

Beberapa bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :


1. Rumen sapi bali yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan Pesanggaran oleh
beberapa perwakilan.
2. Aquades.
3. Air keran untuk mencuci alat.

3.2 Metode

45
Pada praktikum kali ini memerlukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siapkanlah rumen sapi bali yang baru dipotong di rumah pemotongan hewan.
Pada praktikum ini sampel rumen sapi bali diperoleh dari rumah potong hewan
pesanggaran oleh beberapa perwakilan kelas.
2. Ambilah cairan rumen yang sudah diperas sebelumnya.
3. Masukan ke dalam tabung reaksi lalu tutup.
4. Ambilah protozoa dan cairan rumen menggunakan pipet tetes.
5. Teteskan rumen sebanyak satu tetes pada deck glass yang berada di atas
hemasitometer.
6. Letakkan deckglass pada lensa objektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali
7. Kemudian, amatilah protozoa yang ada lalu perhatikan bentuk, ukuran dan
pergerakannya.
8. Selanjutnya lakukanlah praktikum kedua yaitu perhitungan populasi protozoa
dengan menggunakan alat bernama hemasitometer.
9. Ambil 1 ml sampel cairan rumen
10. Encerkan cairan tersebut dengan MFS (3 sampai 5 kali pengenceran)
11. Ambil pipet sampel CR dan MFS
12. Lalu teteskan pada hemasitometer.
13. Kemudian amatilah dan hitung populasi protozoa pada pembesaran 10 kali pada
empat ruang counting chamber.
14. Gunakan rumus sebagai berikut untuk menghitung populasi protozoa yaitu :
1
¿ . ×1000 × P × Jumlah protozoa Counting Chamber
0,1× 0,0025× 10 ×10

46
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1) Pengamatan Protozoa Hidup
 Pergerakan protozoa
Pada pengamatan pertama, kami mendapatkan protozoa yang bergerak secara
beragam yaitu secara lurus, bergerak tidak beraturan dan bergerak secara zig-zag.

 Ukuran protozoa
Protozoa yang kami amati memiliki ukuran yang beragam. Namun secara
dominan, protozoa yang kami amati berukuran besar meskipun jumlahnya
tidak terlalu banyak.

 Bentuk Protozoa
Bentuk dari protozoa pada rumen sapi yang kami amati berbentuk bulat walaupun
terdapat sebagian kecil yang berbentuk lonjong.

2) Penghitungan Populasi Protozoa


Dari hasil pengamatan kami, kami memperoleh jumlah protozoa sebagai berikut :

Kamar Hitung Ke- Jumlah Protozoa


Kamar Hitung 1 3
Kamar Hitung 2 5
Kamar Hitung 3 4
Kamar Hitung 4 5
Kamar Hitung 5 5
Kamar Hitung 6 8
Kamar Hitung 7 2
Kamar Hitung 8 7

Berdasarkan data tersebut, kami mengelompokan kamar hitung satu sampai empat
sebagai wilayah atas dan kamr hitung lima sampai delapan sebagai wilayah bawah.
47
4.2 Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh, data tersebut dapat diolah untuk menghitung populasi
dari protozoa. Penghitungan populasi protozoa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Penghitungan Populasi Protozoa :

1
. ×1000 × P × Jumlah rataan protozoa Counting Chamber
0,1× 0,0025 ×10 ×10

Ket: P merupakan jumlah pengenceran

Sehingga jika data diatas dimasukan ke dalam rumus dapat dinotasikan seperti :
1
Populasi Wilayah atas= .× 1000× 3 ×4,25
0,1 ×0,0025 ×10 ×10

= 199.218,75
= 199.218 (dibulatkan karena makhluk hidup tidak dapat
dinyatakan dalam satuan desimal)

1
Populasi Wilayah Bawah= .× 1000× 3× 5,5
0,1× 0,0025 ×10 ×10

= 257.812,5
= 257.813 (dibulatkan karena makhluk hidup tidak dapat
dinyatakan dalam satuan desimal)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

48
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa di dalam rumen sapi terdapat
banyak protozoa yang hidup di dalamnya. Protozoa tersebut dicirikan hidup karena terlihat
bergerak baik secara zigzag maupun lurus serta bergerak tak beraturan. Karena adanya
protozoa tersebut menjadi bahan yang menarik untuk dilakukan praktikum. Hasil perhitungan
praktikum yang kami dapat yaitu untuk wilayah atas berjumlah 199.218 individu. Serta
perhitungan pada wilayah bawah menunjukan hasil 257.813 indiviidu.

5.2 Saran
Pada praktikum ini sebaiknya para praktikan lebih tertib dalam menjalani praktikum
karena pada saat prakikum sewaktu itu cukup bising. Sebaiknya pula para praktikan
membaca materi terlebih dahulu karena waktu pengerjaan praktikum saat itu cukup memakan
banyak waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2019 “protozoa”di kutip dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa.tanggal 20 november 2019 pada pukul 21.55 wita.

49
TERNAK, ILMU,2015 “ JENIS DAN PERAN MIKROBA RUMEN”.DIKUTIP DARI.

https://www.ilmuternak.com/2015/02/jenis-dan-peran-mikroba-rumen.html, DIAKSES PADA


TANGGAL 20 NOVEMBER 2019 PADA PUKUL 22.24 WITA.

KHARISMA,VIOL DHEA,2015 “LAPORAN PRAKTIKUM MIKRIBIOLOGI UMUM PENGAMATAN PROTOZOA


DAN ALGA DI KOLOM TAMAN SARI DAN JURUSAN BIOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA. DIKUTIP DARI

http://biologi-i.blogspot.com/2015/07/laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_79.html
diakses pada tanggal 20 november 2019pada jam 23,48 wita.

Devista,sri,2017 “laporan praktikum protozoa” dikutip dari.


http://sridevistapersonal.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-protozoa.html.diakses
pada tanggal 21 november 2019 pada pukul 00,27 wita.

Ternak, ilmu,2015 “jenis dan peran mikroba rumen” dikutip dari.

https://www.ilmuternak.com/2015/02/jenis-dan-peran-mikroba-rumen.html. diakses pada


tanggal 21 november 2019 pada pukul 01.23 wita.

PRAKTIKUM VI

PENGHITUNGAN SEL BAKTERI

50
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah telaah mengenai organism hidup yang berukuran mikrokopis. Dunia
mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok organism: bakteri, virus, protozoa, algae dan
cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita,
beberapa diantaranya ada yang bermanfaat dan ada pula yang merugikan. Beberapa
mikroorganisme menyebabkan penyakit dan ada pula yang terlibat dalam kegiatan manusia
sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi pinisilin, serta proses-
proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah.

Hasil yang diperoleh dari usaha peternakan seperti daging dan susu merupakan produk
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Daging dan susu merupakan bahan pangan yang cocok bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Hal ini dikarenakan kandungan nutrient yang tinggi merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroba. Apabila tidak dilakukan secara tepat dan benar serta
penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan mikroba tumbuh banyak. Oleh karena itu
diperlukan teknik khusus dengan menggunakan teknologi modern,

Mikroorganisme memang banyak merugikan bagi manusia, akan tetapi ada beberapa
jenis mikroorganisme yang bersifat menguntungkan yaitu bakteri Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri ini dapat membantu dalam pembuatan
yogurt.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara penghitungan sel bakteri dalam panganan yogurt dengan
menggunakan teknik hemasitometer.
2. Untuk mengetahui jumlah sel bakteri pada panganan yogurt yang dapat dijadikan acuan
aman atau tidaknya panganan tersebut berdasarkan kuantitas bakteri.
3. Untuk memperlancar penggunaan alat yang ada pada laboratorium mikrobiologi.

51
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan praktikum ini adalah:
1. Praktikan (Mahasiswa kelas A fakultas peternakan 2019) dapat memahami dan
mempraktikan cara perhitungan sel bakteri dalam panganan yogurt dengan menggunakan
teknik hemasitometer.
2. Mahasiswa dapat mengetahui acuan keamanan suatu pangan dari kuantitas bakteri yang
dihitung.
3. Mahasiswa menjadi lebih terampil dalam menggunakan alat-alat di laboratorium
mikrobiologi.

BAB II

52
TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa diantaranya hanya memiliki
diameter 0,4 mm. sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia tidak memiliki inti sel
yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini
dikelilingi oleh lapisan lender atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan
polisakarida (Gaman dan Sherrington, 1992)

Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian besar
berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1 µm dan panjang 5 µm. DNA diselubungi oleh satu
membran inti, terdapat organela, mitokondia dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang
halus yang langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom. Bakteri berkembang biak
dengan membelah diri (Schlegel, 1994)

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri itu dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu
golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil (bacillus) berbentuk serupa dengan
tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari bakteri itu merupakan basil. Basil dapat
bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang
bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-
ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih
bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.
Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang
serupa tali leher, ini disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut
tetrakokus, kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang
kokus yang mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilium) ialah bakteri yang
bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak.
Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus
maupun golongan basil. (Dwijosaputro, 1978).

Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan
bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu kesehatan yang baik akan memungkinkan
memberikan rasa asam yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan
spesies-spesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi laktosa
menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan suhu pertumbuhan dan

53
ketahanannya terhadappanas. Pertimbangan ini amat praktis karena suhu rendah digunakan untuk
mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroba yang merusak susu dan suhu tinggi
(pasteurisasi) untuk mengurangi populasi mikroba, memusnahkan pathogen dan secara umum
memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri bakteri yang dijumpai
dalam susu ialah psikofilik, mesofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu
tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu
65C (Pelczar dan Schan, 1986).

BAB III

54
MATERI DAN METODE

3.1 Materi

1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu :

Hari/Tanggal : Jumat, 15 November 2019

Pukul : 11.15-14.15

Tempat : Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Gedung Agrokompleks, Kampus


Unud Sudirman, Denpasar

2. Alat

Pada praktikum kali ini, memerlukan beberapa alat seperti :

1. Mikroskop
2. Hemasitometer
3. Counting Chamber
4. Gelas Ukur atau beaker
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Sendok

3.Bahan

Beberapa bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :


1. Aquades
2. Yogurt
3. Air keran untuk mencuci alat

3.2 Metode

55
Pada praktikum kali ini memerlukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapkan alat-alat dan bahan sesuai dengan ketentuan dan sterilisasikan sebelum
digunakan.
2. Ambilah 1 ml yogurt menggunakan sendok sebagai sampel
3. Encerkan yogurt dengan aquades sebanyak 3 sampai 5 kali pengenceran
4. Ambil sampel yang telah diencerkan dan teteskan pada hemasitometer
5. Amati dan hitung populasi bakteri pada pembesaran 10 kali pada ruang counting
chamber.
6. Catat hasil pengamatan, bila perlu di dokumentasikan agar lebih mudah untuk
menghitung.
7. Lakukan penghitungan sel bakteri dengan rumus : 103

1
¿ ∑ Sel per kotak besar × 25 jumlah kotak keseluruhan × ×103
0,01

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah kami menjalankan prosedur praktikum kali ini. Pada hasil pengamatan, kami
memperoleh data hasil jumlah bakteri pada mikroskop berjumlah 288 sel bakteri. Data
tersebut kami peroleh dengan cara mengalikan 16 (jumlah kamar counting chamber) dengan
hasil pengamatan di salah satu counting chamber. Hal ini dilakukan atas saran petugas
laboratorium akibat keterbatasannya waktu.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang kami peroleh, data tersebut dapat diolah menjadi perhitungan untuk
mencari jumlah populasi di setiap mili liternya. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan
rumus sebagai berikut :

1
Jumlah populasi = Sel per kotak besar × 25 jumlah kotak keseluruhan × × 103
0,01

Sehingga jika data dimasukkan ke dalam rumus, maka akan menunjukan perhitungan sebagai
berikut :

1
Jumlah populasi bakteri = 288 × 25 × × 103
0.01

Jumlah populasi bakteri= 7200 × 105

= 720.000.000

= 7,2 × 108 sel/ml

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa sampel dalam bahan
yogurt terdapat banyak sekali bakteri atau mikroba. Bakteri yang kami peroleh pada salah
satu counting chamber adalah 18 sel bakteri. Dengan menghitung populasi bakteri
menggunakan rumus yang ada, maka diperoleh bahwa dalam yogurt sampel yang kami pakai
memiliki populasi bakteri sebesar 7,2 × 108 sel/ml. Pada praktikum ini tidak memakai satuan
CFU/ml karena yang dihitung pada praktikum ini bukanlah koloni bakteri tetapi sel bakteri.

5.2 Saran

Pada praktikum ini karena memang waktu yang mendesak sewaktu praktikum mengenai
materi ini, cara-cara cepat dalam perhitungan bakteri dapat dilakukan walaupun tidak akurat.
Sehingga sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur kerja.

58
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2019 “yogurt”.dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Yoghurt. diakses pad


tanggal 20 november 2019 pada pukul 15.31 wita.

Rofiia ida 2011, “kontribusi penting peran lactobacilus bulgaricus


padahttps://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/kontribusi-penting-bakteri-
lactobaccilus-bulgaricus-pada-yogurt-untuk-kesejahteraan-manusia/ diakses pada
tanggal 21 november 06.38 wita

Aprilliwan bayu 2014 “laporan tetap mikrobiologiumum teknik perhitungan mikroba”dikutip dari

http://bayuapriliawan22.blogspot.com/2015/09/laporan-mikrobiologi-umum-
teknik.html diakses pada tanggal 21 november 2019 pada pukul 07.03 wita.
Chan,maxes.2015 “perhitungan jumlah mikroba”dikutip
darihttps://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
https://maxeschan.wordpress.com/2015/04/19/perhitungan-jumlah-mikroba/.diakses
pada tanggal 21november 2019 pada pukul 16.48 wita

59

Anda mungkin juga menyukai