Andrea Hirata lahir di Gantong, Belitung Timur pada 24 Oktober 1967.
Saat masih kecil, orang tuanya menggubah namanya 7 kali. Mereka akihrnya memberi nama Andrea Hirata yang diberikan oleh ibunya. Andrea Hirata tumbuh di keluarga miskin yang letaknya tak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah. Tinggal di desa dengan segala keterbatasan cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil.
Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lain dengan segala
keterbatasan. Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Ia juga kerap memiliki impian di masa depannya. Andrea bersekolah do sekolah hampir roboh yang bernama SD Muhammadiyah. Ia terpaksa sekolah di tempat yag lebih mirip kandang ternak itu karena ketiadaan biaya. Walau demikian, Andrea tetap memiliki motivasi yang besar untuk belajar. Di sekolah itu ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya dan juga seorang guru bernama Nyi Ayu Muslimah atau sering dipanggil Bu Mus. Kegigihan Bu Mus mengajar siswa yang hanya berjumlah 11 orang ternyata sangat berarti bagi Andrea. Sebenarnya di Belitung ada sekolah yang dikelola oleh PN Timah, namun, Andrea tak berhak bersekolah disana karena ayahnya masih berstatus pegawai rendahan. Berkat Bu Mus, Andrea bersemangat ke sekolah untuk menimba ilmu meski jaraknya 30 kilometer dari rumah ke sekolah. Sejak kelas 3 SD, Andrea bertekad untuk menjadi penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Mus sebagai seorang guru. Sejak saat itu, Andrea tak pernah berhenti mencorat- coret kertas untuk belajar menulis cerita. Setelah lulus SD, SMP, dan SMA, Andrea mengenyam pendidikan tinggi di bidang ekonomi di Universitas Indonesia. Ia juga menerima beasiswa dari Uni Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Hallam di Inggris dan lulus cum laude. Akhirnya ia pun dapat melaksanakan mimpinya untuk menulis cerita tentang masa kecilnya bersama teman-temannnya yang diajarkan oleh Bu Mus dengan judul “Laskar Pelangi” yang menjadi karya pertamanya yang ditulis selama bulan. Kisahnya yang dituls dalam novel Laskar Pelangi menjadi kisah yang sangat menginspiratif banyak orang dan telah terjual sebanyak 5 juta eksemplar dengan edisi bajakan sebanyak 15 juta lebih eksemplar. Novel ini juga sudah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa dan menghasilkan trilogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.