Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PENANGANAN PASIEN FRAKTUR


(BIDAI DAN SKIN TRAKSI)

Dosen Pembimbing :
Edi Purwanto SST.,M.Kes

Disusun oleh:
Andi Tandri NIM: P07220217004
Andri Yudha Pratama NIM: P07220217005
Ayu Kartika NIM: P07220217008
Zindya Dwi Indah Mekarsari NIM: P07220217040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PENANGANAN PASIEN FRAKTUR
(BIDAI DAN SKIN TRAKSI)

Dosen Pembimbing :
Edi Purwanto SST.,M.Kes

Disusun oleh:
Andi Tandri NIM: P07220217004
Andri Yudha Pratama NIM: P07220217005
Ayu Kartika NIM: P07220217008
Zindya Dwi Indah Mekarsari NIM: P07220217040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal
hingga tersusunnya makalah dengan judul “Penanganan Pasien Fraktur (Bidai dan
Traksi)” untuk memenuhi penugasan yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata
kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
karena adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama terutama dari teman-
teman, dosen pembimbing, dan berbagai pihak. Untuk itulah, penulis dengan segala
kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pembimbing dalam
bimbingan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan
dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas.

Samarinda, 20 September 2019

Penulis,

Daftar Isi

ii
Halaman Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Penjelasan Balut Bidai........................................................................................3
B. Penjelasan Skin Traksi........................................................................................6
C. SOP Balut Bidai..................................................................................................9
D. SOP Skin Traksi................................................................................................13
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia
sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan
mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya
sebagian saja.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita
seberapa berat cedera yang kita hadapi.
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan
pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk
mengistirahatkan bagian yang patah.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi
skeletaldan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.Prinsip
traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai,pelvis
atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah
yangberlawanan yang disebut dengan countertraksi. Traksi dapat dicapai melalui
tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada
traksi kulitserta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai
traksi skeletal. Menurut secara umum, pesawat traksi merupakan alat kesehatan yang
digunakan untuk memberi terapi khusus kepada pasien yang mengalami gangguan
pada otot maupun tulang seperti patah tulang, terapi perut, dan leher pada pasien
yang mengalami kecelakaan, yang berfungsi untuk mereggangkan otot lemah pada
bagian yang mengalami gangguan, sehingga tidak kejang otot. Alat ini diletakkan di

1
ruang fisioterapi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu balut bidai ?
2. Apa itu skin traksi ?
3. Bagaimana SOP balut bidai ?
4. Bagaimana SOP skin traksi ?

C. Tujuan
Untuk memberikan informasi dan menjelaskan tentang pembalutan dan
pembidaian, bagaimana langkah-langkah skin traksi dalam membalut/membidai serta
langkah-langkah skin traksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BALUT BIDAI
1. Pengertian
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau  imobilisasi
dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk).
Balut bidai adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai
penutup pintu, belat, dsb) atau jalinan bilah bambu (kulit kayu randu dsb) untuk
membalut tangan patah dsb.
2. Tujuan Balut Bidai
a. Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak
b. Memberikan tekanan
c. Melindungi bagian tubuh yang cedera
d. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
e. Mencegah terjadinya pembengkakan
f. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
g. Memudahkan dalam transportasi penderita.
3. Indikasi Pembidaian
a. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
b. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
c. Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan :
a. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
b. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami
angulasi abnormal
c. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
d. Posisi ekstremitas yang abnormal
e. Memar

3
f. Bengkak 
g. Perubahan bentuk 
h. Nyeri gerak aktif dan pasif 
i. Nyeri sumbu
j. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas
yang mengalami cedera (Krepitasi)
k. Perdarahan bisa ada atau tidak 
l. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
m. Kram otot di sekitar lokasi cedera

4. Kontra Indikasi Pembidaian


Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas,
pernapasandan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan
sirkulasidan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur,
jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya
pembidaian tidak perlu dilakukan.
  
5. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal
berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
a) Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung
fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada
bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
b) Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat. 
c) Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu
terlalu lama selama proses pembidaian.

6. Jenis Pembidaian
a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.
Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya. Bertujuan untuk

4
mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa
dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik
dasar pembidaian.
b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif 
Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit).
Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur / dislokasi.
Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll) .
Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

7. Prinsip Pemasangan Balut Badai


a. Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah atau tidak terlalu
lentur
b. Panjang bidai mencakup dua sendi
c. Ikatan pada bidai paling sedikit dua sendi terikat, bila bisa lebih dari dua
ikatan lebih baik.
d. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.
e. Prinsip pertolongan pertama pada patah tulang
f. Pertahankan posisi
g. Cegah infeksi
h. Atasi syok dan perdarahan
i. Imobilisasi (fiksasi dengan pembidaian)
j. Pengobatan :
1. Antibiotika
2. ATS (Anti Tetanus Serum)
3. Anti inflamasi (anti radang)
4. Analgetik/ pengurang rasa sakit

8. Syarat - Syarat Balut Bidai


a) Cukup kuat untuk menyokong
b) Cukup panjan

5
C.    PERHATIAN
1. Pemasangan hati-hati
2. Ingat nyeri dan kemungkinan syok

B. SKIN TRAKSI
1. Pengertian
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagia tubuh. Traksi digunakan
untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan,
mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan
diantara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk
reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.
Skin traksi adalah traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan alat yang
dilekatkan dengan membalutkan kepermukaan tubuh.  Beratnya badan yang
dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit. Tidak lebih
dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang boleh dipasang pada kulit, tetapi pada
traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg bergantung pada berat badan paisen.
2. Tujuan Pemasangan
1. Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit,
2. Memberikan imobilisasi.
3. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh
4. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang

3. Keuntungan dan Kekurangan Pemasangan Dalam Traksi


Keuntungan pemakaian traksi:
a. Menurunkan nyeri spasme
b. Mengoreksi dan mencegah deformitas
c. Mengimobilisasi sendi yang sakit
Kerugian pemakaian traksi
a. Perawatan RS lebih lama
b. Mobilisasi terbatas
c. Penggunaan alat-alat lebih banyak.

6
4. Cara Menghitung Beban Traksi :
Beban Traksi
1.      Dewasa = 5 – 7 Kg.
2.      Anak = 1/13 x BB

5. Jenis - Jenis Traksi Kulit


a. Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat secara
sederhana dengan memakai katrol.

b. Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-


anak.

c. Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur


femur anak-anak usia di bawah 2 tahun .

d. Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2
tahun.

7
6. Indikasi dan Komplikasi
 Indikasi
a. Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa
fraktur suprakondiler humeri anak-anak.
b. Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat
dilakukan.
c. Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi
definitif.
d. Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak.
e. Untuk traksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya
sendi lutut dari panggul.
f. Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia
nukleus pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
 Komplikasi :
a. Penyakit trombo emboli.
b. Abersi, infeksi serta alergi pada kulit. 

8
POLITEKNIK Standar Operasional Prosedur (SOP)
KESEHATAN Balut Bidai
Definisi :
KEMENKES
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas
KALTIM
atau  imobilisasi dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga
misalnya splinting (spalk).

Tujuan :
Jl. Wolter 1. Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak
Monginsidi No. bergerak
38 Samarinda 2. Memberikan tekanan
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera
4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5. Mencegah terjadinya pembengkakan
6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
7. Memudahkan dalam transportasi penderita.
Persiapan Alat :
1) Mitela yaitu pembalut berbentuk segitiga
2) Dasi yaitu mitela yang telipat-lipat sehingga berbentuk dasi
3) Pita yaitu penbalut berperekat
4) Pembalut yang spesifik
5) Kassa steril
6) Sarung tangan steril bila perlu.

Persiapan Pasien
1) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2) Menjelaskan lama tindakan yang akan dilakukan.
3) Meminta persetujuan klien.
4) Mengatur posisi pasien dengan posisi supinasi.

Persiapan Lingkungan
1. Menutup sketsel.
2. Memberikan penerangan yang cukup.
3. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman.
4. Menjaga privasi klien
Prosedur
1.Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
2. Cuci tangan dan gunakan handscoen steril
9
3. Jaga privasi klien
4. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
POLITEKNIK Standar Operasional Prosedur (SOP)
KESEHATAN Skin Traksi
Definisi :
KEMENKES
Skin traksi adalah traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan alat
KALTIM
yang dilekatkan dengan membalutkan kepermukaan tubuh. 
Tujuan :
1. Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit,
2. Memberikan imobilisasi.
Jl. Wolter
3. Untuk mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuh
Monginsidi No.
4. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan
38 Samarinda
tulang

Persiapan Alat :
1. Handscoon
2. Kom berisi air
3. Waslap
4. Alat rawat luka (K/P)
5. Kassa (K/P)
6. Alat cukur rambut (K/P)
7. Skin traksi kit
8. Plester / Perekat
9. Gunting plester
10. Pelapis gips ( cotton wool, padding ) (K/P)
11. Tensoplast
12. Katrol/ Pulley
13. Tali

Persiapan Pasien
5) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
6) Menjelaskan lama tindakan yang akan dilakukan.
7) Meminta persetujuan klien.
8) Mengatur posisi pasien dengan posisi supinasi.

Persiapan Lingkungan
5. Menutup sketsel.
6. Memberikan penerangan yang cukup.
7. 10 nyaman.
Menyiapkan lingkungan yang aman dan
8. Menjaga privasi klien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi.
Pembidaian harus memfiksasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan
dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfiksasi
sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya. Digunakan untuk
imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari
kerusakan yang lebih lanjut.
Traksi merupakan aplikasi dari kekuatanyang cukup untuk menstabilkan patah
tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkanatau menggerakkan tulang yang patah
sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu. Bidai atau spalk adalah alat dari kayu,
anyaman kawat atau bahan lain yang kuattetapi ringan yang digunakan untuk menahan
atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan
istirahat dan mengurangi rasa sakit.

11
B. Saran
Dalam melakukan penanganan korban trauma di usahakan kita harus bertindak
hati-hati dalam melakukan tindakan agar kondisi pasien tetap terjaga atau tidak jatuh
lebih buruk lagi. Upayakan dalam mengevakuasi korban, posisi di pertahankan datar.

DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai