Anda di halaman 1dari 15

.

    Konsep dasar medik

1.      Pengertian
               Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

2.      Etiologi
            Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a         Pada Ibu :
         disproporsi kepala panggul
         Disfungsi uterus
         Distosia jaringan lunak
         Plasenta previa
         His lemah / melemah
b        Pada Anak :
         Janin besar
         Gawat janin
         Letak lintang
         Hydrocephalus

3.      Jenis- jenis sectio caesarea


1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a)      Sectio Caesarea Transperitonealis
                Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
−        Mengeluarkan janin lebih cepat
−        Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
−        Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan :
−        Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi yang
baik.
−        Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
b)      Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
        Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah rahim,
kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
        Penutupan luka lebih mudah.
        Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
        Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum.
        Perdarahan kurang.
        Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil dari pada cara klasik.
Kekurangan:
        Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.
        Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
c)      Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdomen.

2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )


Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
−        Sayatan memanjang ( longitudinal )
−        Sayatan melintang ( transversal )
−        Sayatan huruf T ( T incision )

4.      Indikasi
               Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
−        Fetal distress
−        His lemah / melemah
−        Janin dalam posisi sungsang atau melintang
−        Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
−        Plasenta previa
−        Kalainan letak
−        Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
−        Rupture uteri mengancam
−        Hydrocephalus
−        Primi muda atau tua
−        Partus dengan komplikasi
−        Panggul sempit
5.      Komplikasi
    Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.Infeksi puerperal ( Nifas )
-Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
-Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
-Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.Perdarahan
-Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
-Perdarahan pada plasenta bed
3.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
6.      Pemeriksaan Diagnostik
        Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
        Pemantauan EKG
        Elektrolit
        Hemoglobin/Hematokrit
        Golongan darah
        Urinalisis
        Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
        Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
        Ultrasound sesuai pesanan

B.     Konsep dasar keperawatan


1.      Pengkajian
a        Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis
vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
b        Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti
financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan
ketegangan, stimulasi simpatis.
c         Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi
Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
d        Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e         Keamanan
        Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
        Adanya defisiensi imun
        Munculnya kanker/adanya terapi kanker
        Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi
        Riwayat penyakit hepatic
        Riwayat tranfusi darah
        Tanda munculnya proses infeksi.
2.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul\
a)      Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
b)      Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
c)      Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
d)     Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
e)      Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
f)       Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
3.      Rencana Asuhan Keperawatan
a)      DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi
Kriteria Hasil :
• Conjunctiva tidak anemis
• Acral hangat
• Hb normal
• Muka tidak pucat
• Tidak lemas
•  TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit,
Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1)     Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2)      Monitor tanda-tanda vital
      R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan
sirkulasi darah
3)      Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
      R/  Mengantisipasi terjadinya syok
4)      Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
      R/  Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
5)      Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
      R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.
b)      DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
•  Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
•   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi:
1)      Kaji kondisi status hemodinamika.
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah
2)      Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang selama masa post operasi dan harian
3)      Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4)      Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
5)      Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat  keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
c)      DX 3 :  Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria Hasil :
•  Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
•  Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
•  Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
•  Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
•  TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit,
Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1)      Pertahankan tirah baring selama masa akut
R/  Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2)      Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3)      Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4)      Kolaborasi pemberian analgetika
 R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5)      Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat
d)     DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat
mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi
3)      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.
4)      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,    istirahat mutlak sangat
diperlukan
5)      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R/  Menilai kondisi umum klien.
e)      DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan
Kriteria Hasil :
•  Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1)      Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat
rentan terhadap tekanan serta trauma.
2)      Lakukan latihan gerak secara pasif
R/ Meningkatkan mobilisasi
3)      Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit
4)      jaga kelembaban kulit
R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

f) DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi


Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\
Kriteria Hasil :
•  Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa
Intervensi :
1)      Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.
R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang
lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2)      Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
3)      Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4)      Lakukan perawatan luka
R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
5)      Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
BAB III
LAPORAN KASUS
1.      BIODATA
a.       Identitas passion
Nama                                 : Ny. T
Jenis kelaminn                   : perempuan
Umur                                 : 24 tahun
Pekerjaan                           : ibu rumah tangga
Pendidikan                        : SMU

Nama suami                      : Tn. D


Umur                                 : 28 tahun
Alamat                              : jln samanhudi komplek asim kodim no 22 binjai
Pekerjaan                           : TNI AD
Pendidikan                        : SMU
b.      Keluhan utama
Nyeri pada luka SC
c.       Riwayat kehamilan dan persalinan
1.      Gravida                                   : G 1 P 0 A 1
2.      HPHT                                      : 5-5-2012
3.      TTP                                         : 12-2-2013
4.      Umur kehamilan                      : 32 mgg
5.      Jenis persalinan                       : sectio caesaria
6.      Plasenta lahir                           : lahir
7.      Penolong                                 : dokter
d.      Riwayat menstruasi
Haid bulan sebelumnya bulan mei
Lamanya                                       : 7 hari
Siklus                                            : 30 hari

e.       Riwayat kesehatan ibu


1.      Riwayat masuk rumah sakit : Ny. T  telah dilakukan operasi sectio caesaria sito pada hari
jumat tanggal 8 januari 2013. Ny. T post operasi SC jam 13:00 WIB. Pasien terbaring,
tiduran terus dan mengalami nyeri. Nyerinya dirasakan setelah  4 jam operasi dan hilang
timbul. Ny.T merasakan nyeri pada saat bergerak dengan skala 6. Nyeri dirasakan ketika
Ny.T bergerak, Nyerinya seperti ditusuk tusuk selama 10 menitan, nyeri berada di sekitar
abdomen.
2.      Riwayat kesehatan yang lalu: klien mengatakan belum pernah hamil dan ini pertama kali
klien hamil dan melahirkan.
3.      Riwayat kesehatan keluarga: Di keluarga Ny. T dan Tn. D tidak mempunyai penyakit
menular, seperti TBC, penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.
f.       Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan belum ada rencana dalam penggunaan alat KB.
g.      Data kebiasaan sehari-hari
1.      Pola nutrisi
Sebelum masuk RS     : pasien makan 3 kali sehari, dengan lauk pauk dan sayuran, minum 4-
6 gelas/hari
 Saat dikaji                  : pasien baru makan ½ porsi dan minum 2 gelas setelah operasi pada
jam 13.00 WIB
2.      Pola eliminasi
Sebelum masuk RS     : pasien mengatakan BAB 1 x/hari dan BAK 4-6 x/hari
Saat dikaji                   : Ny. T BAK melalui selang kateter dan belum BAB
3.      Pola aktivitas
Sebelum masuk RS     : pasien mengatakan saat dirumah dia bisa mengerjakan aktivitasnya
sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan
Saat dikaji                   : pasien dapat beraktivitas dengan bantuan keluargaterbaring di tempat
tidur belum ada mobilisasi
4.      Pola istirahat
Sebelum masuk RS     : pasien biasanya tidur selama 7-8 jam/hari tanpagangguan Saat
dikaji                                     : pasien mengalami gangguan karena nyeri pada luka operasi dan
lingkungan yang ramai serta panas.
5.      Pola seksual
Sebelum sakit              : pasien mengatakan biasanya pola seksual 2 hari sekali
Saat dikaji                   : pasien mengalami gangguan seksual karena nyeri pada luka operasi.
h.      Adaptasi psikologis masa nifas
1)      Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan  teknik wawancara
2)      Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat
3)      Suasana hati klien gelisah, klien mengatakan selalu memikirkan bayinya dan selalu bertanya
tentang keadaan luka operasinya.
4)      Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali lagi  dengan bayi dan
keluarganya
i.        Riwayat social budaya
Hubungan klien :
a. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.
b. Selama di RS, interaksi klien dengan petugas kesehatan baik.
c. Yang paling berarti adalah suami, anak, dan keluarga.
j.        Data spiritual
Klien seorang muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu
k.      Pengetahuan ibu tentang masa nifas
1.perawatan masa nifas: memberikan penjelasan agar mengetahui perawatan pada saat masa
nifas dengan melakukan personal hygiene.
2.perawatan payudara
Dilakukan sambil memperagakan/memberikan penjelasan agar perawatan buah dada
dilakukan setiap hari dengan cara masase dan puting susu ditarik keluar dan berikan HE
setiap mandi harus membersihkan mamae.
3. Perawatan perineum
Setiap kali BAB / BAk perineum ibu harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya infeksi,
apabila pakaian dalam basah perlu diganti dengan pakaian dalam yang kering.
l.        Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum   : lemah
2.      Kesadaran           : Composmentis
3.      TTV                     : TD 120/80 mmHg, Nadi  89 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu  37,8 oC
4.      Pemeriksaan fisik
5.      Kepala                 : rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada luka
6.      Muka                   : simetris, tampak menahan nyeri
7.      Mata                    : bentuk simetris, sclera tidak  ikterik, konjungtiva tidakanemis, tidak ada
gangguan dan alat Penglihatan
8.      Hidung                : lubang simetris, tidak ada sekret
9.      Mulut                  : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau, bibirtidak kering,
mukosa lembab
10.  Telinga                : letak simetris, tidak ada serumen, masih berfungsi denganbaik, tidak ada
gangguan pendengaran
11.  Leher                   : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid
12.  Dada                   : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, payudara menonjol besar, terapa
hangat dan kencang, aerola hitam, putting menonjol, ASI belum keluar
13.  Abdomen            : terdapat luka jahitan SC ± 12 cm secara horizontal, masih dibalut (hari
pertama)
14.  ektremitas            : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL 20 gtt/i, bentuk
simetris, tidak ada luka
15.  kulit                     : turgor elastic
16.  genetalia              : terpasang DC 18
m.    pemeriksaan laboratorium
tanggal 07-01-2013

No Hasil Nilai normal


1 HB  =11,2 gr % Pria 14-15. Wanita 12-16 gr%
2 HT  = 34,0% 40-50%
3 Leukosit = 20.800/mm3 4000-10800/mm3
4 Trombosit= 321.000 150000-450000/ microliter
darah

n.      therapy

No Nama obat Dosis


1 IVFD RL 20 gtt/I
2 Inj ketorolac 1 amp/ 12 jam
3 Inj gentamycin 1 amp/12 jam
4 Inj ceftriaxone 1 amp/12 jam
5 Inj vit c 1 amp/12 jam
6 Inj transamin 1 amp/12 jam
7 Inj alinamin 1 amp/12 jam

DATA FOKUS

- Pasien mengatakan nyeri pada luka SC


- Skala nyeri 4-5 nyeri sedang,
- ekspresi wajah meringis
- Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm
- KU lemah
- Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawahnya
- Klien mengatakan panas pada luka post SC
- pada luka post SC tampak merah, bengkak
-T: 37,8ºC RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i
-HB  =11,2 gr %
-HT  = 34,0%
-Leukosit = 20.800/mm3
- Trombosit= 321.000
- kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS: SC Nyeri
Pasien mengatakan nyeri   
pada luka SC Insisi
DO: pada bagian
- Skala nyeri 4-5 nyeri depan dinding perut
sedang,
- Post op hari ke-1 Terputuenya kontuinitas
- ekspresi wajah meringis jaringan
- Terdapat luka insisi
operasi pada daerah Nyeri
abdomen
- KU lemah
2 DS : Klien mengatakan SC Gangguan mobilitas
susah mengangkat kedua    fisik
tungkai bawahnya Insisi pada
DO : bagian depan
- Post op hari ke-1 perut
- KU lemah   
- Nampak luka insisi Luka post
operasi pada daerah operasi SC
abdomen 12 cm.
-kekuatan otot +3 dapat Kelemahan penurunan
melawan gravitasi tetapi sirkulasi
lemah
Gangguan mobilitas fisik
3 DS : Klien mengatakan SC Resiko infeksi
panas pada luka post SC   
DO : Pembeda
 - Ku lemah han pada
- Terdapat luka insisi pada bagian depan perut
daerah abdomen 12 cm
- pada luka post SC
tampak merah, bengkak Luka post operasi SC
T: 37,8ºC RR: 24x/I TD:
120/80 mmHg HR: 89 x/i Resiko infeksi
HB  =11,2 gr %
HT  = 34,0%
Leukosit = 20.800/mm3
Trombosit= 321.000

o.      diagnosa keperawatan
1.      nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri sedang, Post op hari ke-
1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen, KU lemah.
2.      Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan  adanya luka post operasi SCditandai dengan
Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi pada daerah
abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T : 37,8ºC RR: 24x/I TD :
120/80 mmHg HR: 89 x/I, HB  =11,2 gr % HT  = 34,0%, Leukosit = 20.800/mm3,
Trombosit= 321.000
3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Klien
mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-1, KU lemah, Nampak
luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan otot +3.

p.      Intervensi keperawatan

No diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi Rasionalisasi


1 Dx 1 Tujuan : Klien - Kaji intensitas, -Pengkajian yang
dapat beradaptasi karakteristik, dan spesifik membantu
dengan nyeri yang derajat nyeri memilih intervensi
dialami yang tepat
Kriteria Hasil : - Pertahankan tirah -Meminimalkan
-Mengungkapkan baring selama masa stimulasi atau
nyeri dan tegang akut. meningkatkan
di perutnya relaksasi
berkurang -Terangkan nyeri
-Dapat melakukan yang diderita klien  -Meningkatkan
tindakan untuk dan penyebabnya. koping klien dalam
mengurangi nyeri melakukan guidance
-Kooperatif -Ajarkan teknik mengatasi nyeri
dengan tindakan distraksi - Pengurangan
yang dilakukan -Kolaborasi persepsi nyeri
-TTV dalam batas pemberian - Mengurangi onset
normal ; Suhu : analgetika terjadinya nyeri dapat
36-37 0 C, TD : dilakukan dengan
120/80 mmHg, RR pemberian analgetika
:18-20x/menit, oral maupun sistemik
Nadi : 80-100 dalam spectrum
x/menit luas/spesifik
2 Dx 2 Tujuan: Tidak -Kaji kondisi -Perubahan yang
terjadi infeksi keluaran/dischart terjadi pada dishart
selama perawatan yang keluar ; dikaji setiap saat
perdarahan dan jumlah, warna, dan dischart keluar.
luka operasi.\ bau dari luka Adanya warna yang
Kriteria Hasil : operasi. lebih gelap disertai
•         Tidak ada bau tidak enak
tanda – tanda mungkin merupakan
infeksi, seperti : tanda infeksi.
merah, panas, -Terangkan pada -Infeksi dapat timbul
bengkak, fungsio klien pentingnya akibat kurangnya
laesa perawatan luka kebersihan luka.
selama masa post
operasi.
-Lakukan -Berbagai kuman
pemeriksaan biakan dapat teridentifikasi
pada dischart. melalui dischart.
-Lakukan -Inkubasi kuman
perawatan luka pada area luka dapat
. menyebabkan infeksi.
-Terangkan pada -Berbagai
klien cara manivestasi klinik
mengidentifikasi dapat menjadi tanda
tanda inveksiobat nonspesifik infeksi;
demam dan
peningkatan rasa
nyeri mungkin
-kolaborasi dengan merupakan gejala
dokter dalam infeksi.
pemberian therapy -mengurangi resiko
infeksi pada klien
3 DX3 Tujuan : Kllien    - Kaji tingkat    - Mungkin klien tidak
dapat melakukan kemampuan klien mengalami
aktivitas tanpa untuk beraktivitas perubahan berarti,
adanya komplikasi tetapi perdarahan
Kriteria Hasil : masif perlu
klien mampu diwaspadai untuk
melakukan menccegah kondisi
aktivitasnya secara klien lebih buruk
mandiri 2)   - Kaji pengaruh 2
aktivitas terhadap Aktivitas merangsang
kondisi luka dan peningkatan
kondisi tubuh vaskularisasi dan
umum pulsasi organ
reproduksi, tetapi
dapat mempengaruhi
kondisi luka post
operasi dan
3)   - Bantu klien untuk berkurangnya energi
memenuhi 3   - Mengistiratkan
kebutuhan aktivitas klilen secara optimal.
sehari-hari.. 4)  
4)  - Bantu klien untuk
melakukan tindakan    - Mengoptimalkan
sesuai dengan kondisi klien, pada
kemampuan abortus imminens,
/kondisi klien istirahat mutlak
5)   - Evaluasi sangat diperlukan
perkembangan     - Menilai kondisi
kemampuan klien umum klien.
melakukan aktivitas

     - kolaborasidengan
dokter dalam -membantu
pemberian therapy mempercepat
obat mobilitas fisik klien

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama                                           : Ny. T                                 umur                : 24 tahun


No RM                                        : 29 24 34                            diagnosa          : post section
caesaria

No Tgl/hr/ dx Implementasi Evaluasi


1 Tgl 7 -2 -mengkaji intensitas, karakteristik, S= klien mengatakan nyeri sudah
2013 dan derajat nyeri tidak ada
08:00 wib - mempertahankan tirah baring O= klien tampak tenang
DX 1 selama masa akut. A= masalah nyeri teratasi
-menerangkan nyeri yang diderita P= intervensi dihentikan
klien dan penyebabnya.
-mengajarkan teknik distraksi
-berkolaborasi pemberian therapy
obat
H:
        Inj ketorolac 1 amp / 8 jam

Tgl 7-2- -mengkaji kondisi keluaran/dischart S= klien mengatakan masih panas


2013 yang keluar ; jumlah, warna, dan bau pada luka post SC
10:00 wib dari luka operasi. O=pada luka post SC masih tampak
DX 2 H: warna luka masih merah , merah
bengkak dan panas A=masalah resiko infeksi teratasi
-menerangkan pada klien pentingnya sebagian
perawatan luka selama masa post P=
operasi. -Kaji pengeluaran pada luka
-melakukan pemeriksaan biakan -kolaborasi dengan dokter dalam
pada dischart. pemberian therapy obat
-melakukan perawatan luka I=
H: perawatan luka dengan -mengkaji pengeluaran pada luka
mengganti perban -berkolaborasi dengan dokter dalam
-menerangkan pada klien cara pemberian therapy obat
mengidentifikasi tanda infeksi obat E=masalah resiko infeksi teratasi
H: klien mengerti tanda – tanda sebagian
infeksi dengan obat seperti merah, R= kaji kembali luka post SC
bengkak, bintik-bintik merah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
        Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

        Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

Tgl 7-2- -mengkaji tingkat kemampuan klien S= klien mengatakan sudah bisa
2013 untuk beraktivitas mengankat tungkai bawahnya
12: 00 H: klien dapat melawan garvitasi O=klien tampak tenang, tingkat
wib tetapi lemah . kekuatan otot kekuatan otot ROM : +5
DX 3 ROM +4 A=masalah gangguan mobilisasi
-mengkaji pengaruh aktivitas fisik sudah teratasi
terhadap kondisi luka dan kondisi P=intervensi dihentikan
tubuh umum
- membantu klien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari.
-membantu klien untuk melakukan
tindakan sesuai dengan
kemampuan /kondisi klien
H: klien mampu melakukan aktivitas
dengan bantuan
-mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan
aktivitas
H: tingkat kekuatan otot klien dapat
melawan gravitasi tetapi lemah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy obat
H:
        IVFD RL 20 gtt/i

Tgl 8 -2- -mengkaji kondisi keluaran/dischart S= klien mengatakan tidak panas


2013 yang keluar ; jumlah, warna, dan bau pada luka post SC
08:00 wib dari luka operasi. O=pada luka post SC sudah tidak
DX 2 H: warna luka post operasi SC tidak ada merah dan bengkak T : 36,8ºC
merah dan tidak bengkak panas TD ; 120/80 mmHg HR: 80 x/I RR:
-menerangkan pada klien pentingnya 20 x/i
perawatan luka selama masa post A=masalah resiko infeksi teratasi
operasi. P= intervensi dihentikan
H: klien mengikuti apa yang
diterangkan perawat
-melakukan pemeriksaan biakan
pada dischart.
H: hasil pemeriksaan biakan tidak
terdapat tanda adanya infeksi
-melakukan perawatan luka
H: perawatan luka dengan
mengganti perban
-menerangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda infeksi obat
H : klien mengerti tentang tanda
infeksi obat seperti merah, panas,
dah bintik-bintik merah
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
H:
        Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

        Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN              
                    Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
                 Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa,
His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan
Hydrocephalus.
      Jenis- jenis sectio caesarea
1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a.       Sectio Caesarea Transperitonealis
b.      Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
c.       Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdomen.
2.      Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
−        Sayatan memanjang ( longitudinal )
−        Sayatan melintang ( transversal )
−        Sayatan huruf T ( T incision )
             Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
−        Fetal distress
−        His lemah / melemah
−        Janin dalam posisi sungsang atau melintang
−        Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
−        Plasenta previa
−        Kalainan letak
−        Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
−        Rupture uteri mengancam
−        Hydrocephalus
−        Primi muda atau tua
−        Partus dengan komplikasi
−        Panggul sempit
           Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko
infeksi.
Posted by 

Anda mungkin juga menyukai

  • LK Isk
    LK Isk
    Dokumen14 halaman
    LK Isk
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Rvsi
    ASKEP Rvsi
    Dokumen23 halaman
    ASKEP Rvsi
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Askep KAD
    Askep KAD
    Dokumen13 halaman
    Askep KAD
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Overdosis
    Makalah Overdosis
    Dokumen12 halaman
    Makalah Overdosis
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • MPKP
    MPKP
    Dokumen20 halaman
    MPKP
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Soal Glaukoma
    Soal Glaukoma
    Dokumen11 halaman
    Soal Glaukoma
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Pathway Hidrosefalus
    Pathway Hidrosefalus
    Dokumen1 halaman
    Pathway Hidrosefalus
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Terapi Main Bola
    Terapi Main Bola
    Dokumen16 halaman
    Terapi Main Bola
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Hidrosepalus
    Askep Anak Hidrosepalus
    Dokumen21 halaman
    Askep Anak Hidrosepalus
    mukti susi okviatri
    Belum ada peringkat