Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM DAN DANA

ALOKASI KHUSUS DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH


PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAKALAR

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

OLEH:

SAVIRAISLAMIATI PATTIKALOBA

2017 30 101

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KONSENTRASI GENERAL

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR

STIEM BONGAYA

MAKASSAR

2020
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM DAN DANA


ALOKASI KHUSUS DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAKALAR

Disusun dan diajukan oleh:

SAVIRAISLAMIATI PATTIKALOBA

201730101

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

KONSENTRASI GENERAL

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Rahman Pura , S . E . , M . SI , Ak , CA sulfiati , S . E . , M . Si , Ak ,CA


NIDN .003017602 NIDN . 0030098101

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) PROPOSAL

NOMOR SK. SEMINAR :

TANGGAL SEMINAR :

NAMA MAHASISWA : SAVIRAISLAMIATI PATTIKALOBA

NO. STAMBUK : 2017 30 101

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

KONSENTRASI : GENERAL

JUDUL :

PROPOSAL INI TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM


PENGUJI/TIM PEMBIMBING DAN DIPERKENANKAN UNTUK
MELANJUTKAN PENELITIAN.

NO NAMA PENGUJI TANDA TANGAN


1
2
3
4
Makassar,2020

Pembimbing I Pembimbing II

Rahman Pura , S . E . , M . SI , Ak , CA sulfiati , S . E . , M . Si , Ak ,CA


NIDN .003017602 NIDN . 0030098101

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Rahman Pura , S . E . , M . Si , Ak , CA
NIDN .003017602

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) PROPOSAL........ iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL.............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Tinjauan Teoritis......................................................................... 7
1. Pengertian Akuntansi............................................................ 7
2. Pengertian Akuntansi Sektor Publik..................................... 7
3. Akuntansi Keuangan Daerah................................................. 8
4. Elemen-eleman Akuntansi Sektor Publik............................. 8
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah........................... 9
6. Pengertian Pendapatan Asli Daerah...................................... 10
7. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah...................................... 11
8. Pengertian Dana Alokasi Umum........................................... 11
9. Tahapan Perhitungan Dana Alokasi Umum.......................... 12
10. Pengertian Dana Alokasi Khusus.......................................... 12
11. Tahap Perhitungan Dana Alokasi Khusus............................. 13
B. Penelitian Terdahulu................................................................... 16
III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS...................... 19
A. Kerangka Konseptual.................................................................. 19
B. Hipotesis...................................................................................... 20
IV. METODE PENELITIAN............................................................... 21

iv
A. Pendekatan Penelitian................................................................. 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 21
C. Populasi dan Sampel................................................................... 21
1. Populasi................................................................................. 21
2. Sampel................................................................................... 21
D. Metode Pengumpulan Data......................................................... 22
1. Jenis Data.............................................................................. 22
2. Sumber Data.......................................................................... 22
3. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 22
E. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel......................... 22
F. Uji Asumsi Klasik....................................................................... 23
1. Uji Normalitas....................................................................... 23
2. Uji Multikolonieritas............................................................. 24
3. Uji Heterokedasitas............................................................... 24
G. Metode Analisis.......................................................................... 25
1. Analisis Deskriptif................................................................ 25
2. Analisis Statistik Inferensial................................................. 25
H. Uji Hipotesis................................................................................ 26
1. Uji Simultan.......................................................................... 26
2. Uji Parsial.............................................................................. 27
3. Uji Koefisien Determinasi Adjusted..................................... 27
I. RANCANGAN PENELITIAN................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 29

v
DAFTAR TABEL

4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 28

vi
DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Konseptual........................................................................ 19

vii
I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah otonomi daerah merupakan hal yang hidup dan
berkembang sepanjang masa sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Urusan-urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Pemerintah Daerah dapat diperluas atau
dipersempit tergantung kepada pertimbangan kepentingan Nasional
dan Kebijaksanaan Pemerintah, semuanya dilakukan menurut
prosedur ketentuan peraturan-peraturan yang berlaku.sebagai
perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkah-langkah
penting sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemerintahan
Daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita
ini terus berlanjut. Sekalipun demikian, kenyataan membuktikan
bahwa cita-cita tersebut masih jauh dalam terealisasinya.
Otonomi Daerah masuk sebagai harapan ketimbang sebagai
kenyataan yang telah terjadi. Sumber keuangan yang asli, misalnya
pajak dan retribusi daerah. Dalam UU No 32/2004 dijelaskan bahwa
untuk pelaksanaan kewenangan pemda, pempus akan mentransfer
Dana Perimbangan yang diantaranya adalah Dana Alokasi umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil.
Dana alokasi umum adalah bagian terpenting dari sebagian
besar pendapatan pemerintahan daerah di Indonesia. Dua puluh lima
persen dari pendapatan domestik bersih atau total pendapatan
domestik dikurangi bagi hasil dalam anggaran pemerintah pusat
dialokasikan untuk DAU. Dari jumlah itu, 10 persen akan
dialokasikan untuk pemerintah provinsi dan 90 persen untuk
pemerintah kabupaten/kota. Alokasi DAU untuk pemerintah daerah
didasarkan pada formula, dengan beberapa penyesuaian. Prinsip
dasar formula DAU adalah konsep kesenjangan fiskal dimana DAU
yang dialokasikan harus mengisi kesenjangan antara kebutuhan dan
kapasitas pemerintah daerah jika kebutuhan lebih dari kapasitas.

1
2

Karena kurangnya data akurat tentang kebutuhan pemerintsh daerah,


diperkirakan dengan mempertimbangakn populasi, wilayah, kondisi
geografis, dan kondisi kemiskinan. Kapasitas diperkirakan dengan
mempertimbangkan potensi sumber daya alam, potensi sumber daya
manusia, PDRB, dan kapasitas industri. DAU dapat digolonkan
sebagai hibah tujuan umum yang memberikan kebebasan penuh
kepada pemerintah daerah untuk membelanjakan dana sesuai dengan
prioritas mereka.
DAU adalah dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kapasitas keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam konteks desentralisasi. Menurut UU No 32 Tahun 2004,
alokasi DAU ditetapkan setidaknya dua puluh lima persen dari
Pendapatan Domestik Neto sebagaimana ditetapkan dalam APBN.
Proporsi distribursi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota
ditentukan sesuai dengan keseimbangan kewenangan antara provinsi
dan kabupaten/kota. DAU adalah salah satu komponen dan
penyeimbang dalam APBN yang alokasi didasarkan pada konsep
kesenjangan fiskal dengan perbedaan antara kebutuhan fiskal dan
kapasitas fiskal (Sidik, 2003:25).
Berdasarkan ketentuan pasal 162 Ayat (4) UU Nomor 32
Tahun 2004 yang mengamanatkan agar DAK ini diatur lebih lanjut
dalam PP, pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan . pelaksanaan DAK sendiri diarahkan
pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan,
dan/atau pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak termasuk
penyertaan modal. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai
administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan,
dan perjalanan dinas seperti pelaksanaan penyusunan rencana dan
program, pelaksanaan tender pangadaan kegiatan fisik, kegiatan
penelitian dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan fisik,
kegaiatan perjalanan pegawai daerah dan kegiatan umum lainnya
3

yang sejenis. Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawabnya,


daerah penerima wajib mengalokasikan dana pendamping dalam
APBD-nya sebesar minimal sepuluh persen dari jumlah DAK yang
diterimanya. Untuk daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak
diwajibkan menyediakan dana pendamping yakni daerah yang
selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya
sama dengan nol atau negatif. Namun dalam pelaksanaannya tidak
ada daerah penerima DAK yang mempunyai selisih antara
Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya samm dengan
nol atau negatif.
Disamping dana perimbangan tersebut, Pemda mempunyai sumber
pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), kbijakan
penggunaan dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah.
Dana transfer dari pempus diharapkan digunakan secara efektif dan
efisisen oelh pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada
masyrakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya
pula secara transparan dan akuntabel.
Pada praktiknya, transfer dari pempus merupakan sumber
dana utama pemda untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari
yang oleh pemda “dilaporkan” di perhitungan APBD. Tujuan dari
transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar
pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik
minimum di seluruh negeri.
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004
sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 22 dan 25
Tahun 1999 telah menyebabkan terjadi perubahan yang sangat
mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah,
khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam
hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang
dalam banyak literatur disebut intergovernment fiscal relation atau
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 disebut perimbangan
keuangan. menurut Musgrave (1991), penerimaan pemerintah
4

(termasuk pemerintah daerah) dapat bersumber dari pajak (taxes),


retribusi (user charges) dan pinjaman. Hal ini secara eksplisit diatur
pada pasal 5 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Khusus untuk
pinjaman daerah, Peraturan Pemerintah No. 107/2000 telah memuat
ketentuan-ketentuan yang terkait dengan kapasitas keuangan daerah
untuk meminjam. Semua pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah
daerah harus lewat (dan seizin) pemerintah pusat, baik itu pinjaman
dalam negeri maupun pinjaman luar negeri.
Ditinjau dari kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
sampai saat ini distribusi kewenangan perpajakan antara Daerah
dengan Pusat terjadi ketimpangan yang relatif besar. Demikian pula
halnya dengan Daerah, dimana terjadi ketimpangan yang sangat
tinggi dan bervariasi. Peranan pajak dalam membiayai Daerah yang
sangat rendah dan sangat bervariasi juiga terjadi karena adanya
perbedaan yang cukup besar dalam jumlah penduduk, keadaan
geografis (berdampak pada biaya yang relatif mahal), dan
kemampuan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang PPh yang
baru (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000), mulai Tahun
Anggaran 2001 Daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak
Penghasilan (PPh) orang pribadi (person income tax), yaitu PPh
karyawan (pasal 21) serta PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi.
Ditetapkannya PPh Perorangan sebagai objek bagi hasil
dimaksudkan sebagai kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah
yang tidak memiliki SDA, tetapi memberikan kontribusi yang besar
bagi penerimaan negara (APBN).
Ditinjau dari sisi penerimaan, kemampuan pemerintah daerah
dalam meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan
masih lemah. Masalah yang seringkali muncul adalah rendahnya
kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan prediksi
penerimaan daerah yang akurat dan jujur. Sedangkan di sisi
pengeluaran, metode penentuan prioritas dan besarnya alokasi dana
untuk setiap kegiatan pemerintah daerah masih belum baik.
5

Pemerintah daerah umumnya belum melakukan identifikasi kegiatan


yang menjadi prioritas kebutuhan daerahnya sendiri, tetapi lebih
banyak menyesuaikan dengan arahan prioritas kebijakan pemerintah
pusat. Situasi tersebut menyebabkan banyak layanan publik yang
dijalankan secara tidak efisien dan kurang sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan publik, sementara dana pada anggran daerah yang
pada dasarnya merupakan dana publik, habih dibealanjakan
seluruhnya. Pada akhirnya, kondisi seperti itu akan menurunkan
kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam mendorong
proses peningkatan taraf hidup masyarakat secara
berkesinambungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap pendapatan
asli daerah di Kabupaten Takalar?
2. Apakah pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap pendapatan
asli daerah di Kabupaten Takalar?
3. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi umum terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi khusus terhadap
pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi berpengaruh
terhadap pendapat asli daerah di Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
i. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus serta pertumbuhan ekonomi
terhadap pendapatan asli daerah.
6

ii. Dapat memberi tambahan informasi bagi para


pembaca yang ingin lebih menambah wawasan.
iii. Bagi aktivitas akademika dapat untuk menambah
informasi sumbagan pemikiran dan bahan kajian
dalam penelitian.
b. Manfaat praktis
Diharapkan bisa lebih menambah wawasan dengan adanya
penelitian ini.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Kieso et al., (2011 : 2), “Karakteristik penting
Akuntansi adalah pengidentifikasian, pengukuran, dan
pengomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi
kepada pihak yang berkepentingan”.
Menurut Weygandt et al., (2007 : 4-5), “Akuntansi
merupakan suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,
mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi
dari suatu organisasi kepada para pengguna yang
berkepentingan”.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
akuntansi merupakan proses mengidenfinisikan, mengatur,
memproses data yang kemudian akan dilaporkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan. Dimana informasi tersebut akan digunakan untuk
mengambil keputusan yang jelas, tegas dan berguna untuk
kesejahteraan perusahaan.
2. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Pengertian akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2002 : 20)
adalah sebagai berikut:
“Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan
yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggung jawaban tersebut”.
Pengertian Akuntansi Sektor Publik menurut Indra Bastian
(2010 : 6) menyebutkan bahwa:

7
8

“Mekanisme teknik dan analisa akuntansi yang diterapkan pada


pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara
dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-
proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
akuntabilitas sektor publik memiliki peranan sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan karena
penyelenggaraan akuntabilitas sektor publik bertujuan untuk
memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat karena
sumber dana yang digunakan berasal dari masyarakat.
3. Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Muindro Renyowijoyo (2008 : 211) mendefinisikan
sebagai berikut :
“Akuntansi keuangan daerah akuntansi yang dipakai oleh
pemerintah daerah, untuk melakukan manajemen dan
pengelolaan keuangan daerah. Manajemen keuangan daerah
merupakan alat untuk mengurus dan mengatur rumah tangga
pemerintah daerah. Akuntansi keuangan daerah merupakan salah
satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat
perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi”.
Menurut Indra Bastian (2010 : 57) akuntansi keuangan
daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam
manajemen keuangan daerah selain tata usaha umum atau
administrasi.
Jadi akuntansi keuangan daerah juga merupakan bagian
penting dari siklus akuntansi yang digunakan dalam
pemerintahan. Akuntansi keuangan daerah digunakan untuk
memberikan informasi yang akurat mengenai transaksi ekonomi
dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan masyarakat.
4. Elemen-elemen Akuntansi Sektor Publik
9

Indra Bastian (2010 : 7-9), elemen akuntansi sektor publik


adalah bagian-bagian yang dibutuhkan dalam pengelolaan
manajemen keuangan publik, yang terdiri dari :
1. Perencanaan Publik
2. Penganggaran Publik
3. Realisasi Anggaran Publik
4. Pengadaan Barang dan Jasa Publik
5. Pelaporan Keuangan Sektor Publik
6. Audit Sektor Publik
7. Pertanggungjawaban Publik
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Seperti halnya pemerintah pusat, pada pemerintah daerah,
pengurusan keuangan daerah juga diatur dengan membaginya
menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Dengan
demikian pada pemerintah daerah terdapat Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) dalam “pengurusan umum” nya dan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan pada pengurusan
khususnya. APBD dapat didefinisikan sebagai rencana
operasional keuangan pemerintah daerah, dimana di satu pihak
lain menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya
guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah
dalam 1 (satu) tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber
penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran
yang dimaksud (Abdul Halim, 2006 : 15).

Menurut Eeng Ahman dan Epi Indrian (2007 : 48) APBN


adalah suatu daftar yang secara sistematis memuat sumber-
sumber penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 (satu) tahun) yang
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang anggraran
pendapatan dan belanja daerah.
10

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara, pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
setiap tahun dengan peraturan daerah. APBD adalah daftar terperinci
mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam waktu 1 (satu)
tahun yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD)

6. Pengertian Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli daerah, yaitu : “Hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah
yang sah” (Bastian, 2010 : 340).
Menurut Mahmudi dkk (2010 : 181) berpendapat mengenai
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan:
“Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan
kemampuan daerah dalam mengelola PAD. Semakin tinggi
kemampuan daerah menghasilkan PAD, maka semakin besar
pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai
dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembanguan daerah.
Peningkatan PAD tidak hanya menjadi perhatian pihak eksekutif
namum legislatif pun berkepentingan sebab besar kecilnya PAD
akan mempengaruhi struktur gaji anggota”.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa PAD
adalah pendapatan asli suatu daerah yang berasal dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Pada tahun 2005 target PAD sebesar Rp 2.880.600.000,-
sedangkan realisasi penerimaan PAD sebesar Rp
2.366.730.099,-. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi PAD pada
tahun ini hanya mencapai 76,98 persen. Pada tahun 2006
realisasi penerimaan PAD hanya mencapai 71,66 persen dari
target yang telah ditentukan, dimana target sebesar Rp
11

3.540.100.000,- dan realisasinya sebesar Rp 2.537.025.644,-.


Begitu pula pada tahun 2007 realisasi hanya mencapai 91,28
persen dari target yang telah ditentukan. Pada tahun 2008
realisasi penerimaan PAD melampaui dari target sebesar 120,03
persen, dimana target Rp 4.645.446.314,,- dan realisasi Rp
5.587.619.115,-. Pada tahun 2009 target penerimaan PAD
sebesar 4.879.796.314,00 dan realisasinya Rp 7.310.988.255,34,
artinya realisasi lebih dari target sebesar 149,21 persen. Secara
rata-rata selama tahun 2005-2008 realisasi penerimaan PAD
mencapai 101,32 persen. Jika dilihat dari perubahan realisasi
penerimaan secara rata-rata mengalami peningkatan 27,16 persen
per tahun.
7. Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah
Menurut Riwu Kaho Yosef (200 :151) pendapatan asli
daerah terdiri dari:
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Perusahaan daerah
4. Pendapatan asli daerah yang sah
8. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Deddi Nordiawan (2010:51) dalam bukunya
mengemukakan bahwa “Dana alokasi umum digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintah yang bersifat umum dan sehari-
hari”.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah adalah sebagai berikut:
“Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi”.
12

Sedangkan menurut Muindro Renyowijoyo (2010 : 174)


Pengertian Dana Alokasi Umum adalah:
“Dana alokasi umum dialokasikan berdasarkan presentase
tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan
dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Dana
alokasi umum suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria
tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintah yang
formula dan perhitungan dana alokasi umum-nya ditetapkan
sesuai undang-undang (pasal 161)”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan Dana
Alokasi Umum merupakan salah satu komponen belanja pada
APBN dan menjadi salah satu komponen pendapatan APBD.
Dana alokasi umum adalah sejumlah dana yang dialokasikan
kepada setiap daerah di Indonesia sebagai dana pembangunan
untuk setiap tahunnya. Tujuan dana alokasi umum yaitu sebagai
pemerataan kemampuan keuangan tiap daerah untuk menandai
kebutuhan Daerah otonom dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
9. Tahapan Perhitungan Dana Alokasi Umum
Menurut Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (2012: 1),
ada 4 (empat) tahap dalam perhitungan dana alokasi umum, yaitu
1. Tahap Akademis

2. Tahap Administratif

3. Tahapan Teknis

4. Tahapan Politisi

10. Pengertian Dana Alokasi Khusus


Pengertian Dana Alokasi Khusus menurut Budi Purnomo
(2009:37) menyatakan bahwa :
“Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang
13

dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk membantu


mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional”.
Menurut Sonny Sumarsono (2010:90) menyatakan bahwa
Dana Alokasi Khusus adalah:
“Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan Pemerintah Daerah dan sesuai dengan prioritas
nasioanal”.
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang
menyebutkan bahwa:
“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.”
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan Dana
Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN, dialokasikan/ditransfer kepada daerah untuk membiayai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah”.
11. Tahap Perhitungan Dana Alokasi Khusus
Menurut Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan (2012 :
1), ada 2 (dua) tahap dalam perhitungan dana alokasi khusus,
yaitu
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima Dana Alokasi
Khusus, dan
2. Penentuan besaran alokasi Dana Alokasi Khusus masing-
masing daerah
14

Adapun penentuan daerah tertentu tersebut harus memenuhi


kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Sedangkan
besaran alokasi untuk masing-masing daerah ditentukan dengan
perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis. Penentuan masing-masing kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria Umum
Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan
keuangan daerah yang tercermin dari penerimaan umum APBD
setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (Pasal 55
PP No. 55/2005). Dalam bentuk formula, kriteria umum tersebut
dapat ditunjukkan pada beberapa persamaan di bawah ini,
perhitungan sebagai berikut :

Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD –


Belanja Pegawai
Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD –
Belanja Pegawai
Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD
Keterangan:
PAD = Pendapatan Asli Daerah
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
PNSD = Pegawai Negeri Sipil Daerah
Untuk menjaga peruntukan DAK agar tepat sasaran, maka
alokasi DAK ditentukan dengan melihat keberadaan dana
lainnya di daerah yang bersangkutan, seperti DBH, dan DAU.
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus dan
karakteristik daerah. Untuk perhitungan alokasi DAK, kriteria
khusus yang digunakan yaitu:
15

1) Seluruh daerah kabupaten/kota daerah tertinggal/terpencil.


2) Karakteristik daerah yang meliputi: daerah pesisir dan pulau-
pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan
banjir/longsor, daerah yang masuk dalam kategori ketahanan
pangan, dan daerah pariwisata. Dari hal ini, seluruh daerah
kabupaten/kota daerah tertinggal/terpencil diprioritaskan untuk
mendapatkan alokasi DAK.
3. Kriteria Teknis
Kriteria Teknis disusun berdasarkan indikator-indikator yang
dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, dan tingkat
kinerja pelayanan masyarakat serta pencapaian teknis
pelaksanaan kegiatan DAK di daerah. Kriteria teknis kegiatan
DAK dirumuskan oleh masing-masing Menteri teknis terkait,
yakni:
1) Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan;
2) Bidang Kesehatan dirumuskan oleh Menteri Kesehatan;
3) Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan
Infrastruktur Air Minum dan Senitasi dirumuskan oleh Menteri
Pekerjaan Umum;
4) Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh Menteri
Dalam Negeri;
5) Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan;
6) Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri Pertanian;
7)Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh Menteri
Lingkungan Hidup;
8) Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh Kepala Badan
Koordinator Keluarga Berencana Nasional;
9) Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri Kehutanan;
16

B. Penelitian Terdahulu

N Peneliti/ Variabel Sampel Alat Hasial


O Tahun/Judul Analisis Temuan
1 Sumardi  Pendapatan Teknik Teknik Pengujian
/2015/ analisis asli daerah penelitian analisis hipotesis
pendapatan  Dana sampel yang dengan
asli daerah, alokasi dilakukan digunaka menggunaka
dana alokasi umum dengan n adalah n uji F
umum,  Dana Purposive Regresi statistik
Dan dana alokasi sampling linier menyimpulk
alokasi khusus berganda an bahwa,
khusus  Pendapatan . pendapatan
terhadap perkapita asli daerah,
pendapatan dana alokasi
per kapita umum dan
pada dana alokasi
kabupaten/ko khusus
ta di provinsi secara
bali simultan
mempunyai
perngaruh
signifikan
terhadap
pendapatan
per kapita.
2 Kesit  Dana Sampel Alat Secara
17

bambang alokasi penelitian ini analisis empiris


prakoso/ umum 40 statistik penelitian ini
2016/ analisis  Pendapatan kota/kabupate yang membuktika
pengaruh asli daerah n digunaka n bahwa
dana alokasi  Prediksi Kota/Kabupat n adalah besarnya
umum (dau) belanja en yang simple Belanja
dan daerah ada di wilayah regressio Daerah
pendapatan Propinsi Jawa n dan dipengaruhi
asli daerah Tengah dan multiple oleh jumlah
(pad) DIY regressio DAU yang
Terhadap n diterima dari
prediksi (Hoover Pemerintah
belanja &Sheffri Pusat. Dari
daerah n, 1992). hasil
penelitian
tersebut,
menunjukan
bahwa DAU
dan PAD
berpengaruh
signifikan
terhadap
belanja
daerah.
3 Didi  Dana Analisa Teknik Hasil analisa
nuryadin, sri alokasi dilakukan analisi dampak
suharsih/ khusus dengan yang langsung
2017/ analisis  Kinerja menggunakan digunaka menunjukka
dan evaluasi pembangun metode n n pengaruh
dampak dana an statistik adalaha (beberapa
alokasi deskriptif dan regresi ada yang
khusus kuantitatif, cross- positif, dan
terhadap yaitu section juga negatif)
18

indikator permodelan (kerat- yang tidak


kinerja ekonometrika lintang) signifikan
pembanguna untuk menelah yang dari alokasi
n di daerah dampak DAK dilakuka dari alokasi
studi kasus secara makro. n untuk DAK di
Kabupaten- setiap masing-
kota 2003- tahun masing
2013 dan bidang
setiap terhadap
bidang. indikator
masing-
masing
bidang.
III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Dana
Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan
keuangan antar-daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi
ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah.
DAU atau Dana Alokasi Umum menurut Brojonegoro dan
C.Risyana dan Sidik, dkk (2001:155), “ Dana Alokasi Umum
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Menurut Halim (2014:16) Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Dana
Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Halim dan Kusufi
(2012) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah

19
20

dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu sebagai


berikut.
1) Pajak Daerah 2) Retribusi daerah 3) Hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan 4) Lain-lain PAD
yang sah.
Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah
adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah.
Menurut Herlina Rahman ( 2005:38) Pendapatan asli
daerah merupakan pendaptan yang bersumber dari hasil
pajak, hasil distribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daeraah sebagai perwujudan desentralisasi.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Indikator :
Dana APBN
Pemerataan kemampuan keuangan
daerah
Brojonegoro dan C.Risyana dan Sidik,
dkk (2001:155)

Dana alokasi
umum ()

Pendapatan asli
daerah (y)

Dana alokasi
khusus ()
Indikator :
Pendapatan yang bersumber dari hasil
pajak
Pendapatan yang bersumber dari hasil
Indikator : distribusi
Dana APBN Pendapatan yang bersumber dari hasil
Dialokasikan kepada daerah pengelolaan kekayaan daerah
tertentu Herlina Rahman (2005:38)
Halim (2014:16)
21

B. Hipotesis
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
penulis mengambil hipotesis sebagai dugaan/jawaban sementara,
yaitu:
H1: pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap pendapatan asli
daerah di Kabupaten Takalar.
H2: pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap pendapatan asli
daerah di Kabupaten Takalar
H3: pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah di Kabupaten Takalar
IV. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif.
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu bentuk
laporan keuangan tentang Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Kabupaten
Takalar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Takalar
melalui website https://takalarkab.bps.go.id/. waktu yang
digunakan untuk penelitian ini yaitu kurang lebih 1 bulan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti.
Populasi adalah kumpulan dari unit pengamatan
biasanya didefinisikan dengan cakupan wilayah dan
waktu serta definisi dari unit pengamatan tersebut.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang dihasilkan
dari perhitungan atau pengukuran secara kuantitatif
maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari (sunyonto 2012).
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono
(2002) dalam Ety Rochaety dkk, 2009 : 35) Teknik
penelitian sampel dilakukan dengan Purposive
sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang sesuai dengan kriteria yang di tentukan.
Populasi yang akan dijadikan sampel adalah populasi
yang memenuhu kriteria. Kriteria penentuan sampel
pada penelitian ini yaitu:

21
22

a. Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota di


Provinsi Takalar dan Badan Pusat Statistik (BPS).
b. Kabupaten/ kota di Provinsi Takalar yang
mempublikasikan laporan Realisasi APBDnya
D. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu
data yang berupa angka. Kuantitatif adalah apabila data
yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau jenis data lain
yang dapat kuantitatifkan dan diolah dengan
menggunakan teknik statistik Yusuf (2014:46). Jenis data
ini bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang
diperoleh dengan menggunakan analisis regresi berganda.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara yaitu dari situs resmi
Badan Pusat Statistik (BPS).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan
untuk memperoleh data penelitian. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
dokumentasi. Cara yang dilakukan yaitu dengan
mengumpulkan laporan keuangan tahunan yg diperoleh
melalui https://takalarkab.bps.go.id/.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus dengan pendapatan
asli daerah.
Adapun definisi operasional variable sebagai berikut:
23

1. Variable Dana Alokasi Umum(X1)


Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Penerimaan Dana Alokasi Umum dinyatakan dalam
rupiah.
Variable Dana Alokasi Umum (X1) diukur dengan
menggunakan indikator Brojonegoro dan C. Risyan dan
Sidik, (2001:155), yaitu :
a. Dana APBN
b. Pemerataan kemampuan keuangan daerah
2. Variable Dana Alokasi Khusus (X2)
Penerimaan Dana Alokasi Khusus dinyatakan dalam
rupiah. Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada
provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.
Variable Dana Alokasi Khusus (X 2) diukur dengan
menggunakan indikator Halim (2014:16) yaitu :
a. Dana APBN
b. Dialokasikan kepada daerah tertentu
3. Variable Pendapatan Asli Daerah(y)
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber
dalam wilahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Halim, 2004:96). Penerimaan
pemerintah yang dinyatakan dalam rupiah.
24

Variable Pendapatan Asli Daerah (Y) diukur dengan


menggunakan indikator Herlina Rahman (2005:38)
yaitu :
a. Pendapatan yang bersumber dari hasil pajak
b. Pendapatan yang bersumber dari hasil distribusi
c. Pendapatan yang bersumber dari hasil
pengelolaan kekayaan daerah
F. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan model analisis regresi berganda terikat
dengan sejumlah asumsi dan harus memenuhi asumsi-klasik
yang mendasari model tersebut. Pengujian 46 asumsi yang
harus dipenuhi agar persamaan regresi dapat digunakan
dengan baik (uji persyaratan analisis) meliputi:Uji
Normalitas, Uji Multikorelasi, Uji Heterokedastitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal (Purnomo, 2017:108). Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitia ini yaitu uji
one samolekolgorov-smirnov. Dasar pengambilan
keputusannya adalah jika nilai signifikansi KS> 0,05
maka data tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah adanya hubungan linear
antara perubahan bebas x dalam model Regresi Berganda
(Basuki dan Prawoto, 2019:61). Uji multikolonieritas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas (independent). Salah
satu cara mendeteksi adanya multikolonieritas adalah
dengan melihat Tolerance dan Variance Inflasio factor
25

(VIF). Tolerance mengukur variabelitas variable


independent yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independent lainnya. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Dasar pengambilan keputusan dengan berdasarkan nilai
VIF. Jika VIF < 10,00 maka tidak terjadi
multikolonieritas. Sebaliknya, jika nilai VIF > 10,00
maka terjasi multikolonieritas (Sulastri Dan Anna, 2018).
3. Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedasitas adalah adanya ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi ( Basuki dan Prawoto, 2019:63). Untuk
mendeteksi ada tidaknya heterokedasitas dilakukan
pengujian menggunakan metode Glesjer dengan
ketentuan apbila niali sig>0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastitas dan apabila sig < 0,05 maka terjadi
heteroskedastitas (Putri,2017).
G. Metode Analisis
Menjelaskan tentang tekik-teknik cara yang akan digunakan
dalam menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Sehubungan pendekatan penelitian adalah penelitian
kuantitatif maka analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendekskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(sudaryono, 2018:348). Analisis Statistik Deskriptif
dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata, maksimum
dan minimum untuk menggambarkan variabel-variabel
penelitian.
26

2. Analisis Statistik Infrensial


Statistik Inferensial (sering juga disebut statistic
induktif atau statistic probalitas) adalah teknik statistic
yang digunakan untuk menganilisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sudaryono,
2018:349). Analisis yang digunakan yakni analisis regresi
kinear berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih
dari satu variabel independent terhadap variabel
dependen. Alat bantu menggunakan SPSS 22. Persamaan
sebagai berikut:
Y =α + β 1 X 1+ β1 X 1+ e
Keterangan:
Y = pendapatan Asli Daerah
X1 = Dana Alokasi Umum
X2 = Dana Alokasi Khusus
Α = Koefisien interpect (konstanta), yaitu nilai
Y jika nilai seluruh variabel dan lain adalah
nol.

β 1−2=Koefisien Regresi

ɛ = Error term (residual) faktor- faktor yang


mempengaruhi nilai perusahaan diluar variabel
variabel yang diteliti.

H. Uji Hipotesis
1. Uji Simultan (Uji F)
Menurut Sugiyono (2014: 223) bahwa Uji F merupakan
pengujian untuk menguji pengaruh simultan antara
variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat
(dependen)”. Uji F digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian ini, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
n−k −1 R2
F= ( k )( 1−R2 )
27

dengan, R2 = Nilai determinan


n = jumlah sampel penelitian
k = jumlah variabel bebas
Nilai F dari hasil perhitungan di atas kemudian
diperbandingkan dengan F yang diperoleh atau Fhitung
dengan Ftabel dengan mempergunakan Margin of Error
atau Significance 5% dan Degree of Freedom pembilang
dan penyebut, yaitu Vl = k dan V2 = (nk-1) dimana
kriteria yang digunakan adalah:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima (tidak ada
pengaruh simultan)
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh
simultan).
”Bila terjadi penerimaan Ho, maka dapat diartikan bahwa
variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat yang artinya seluruh variabel bebas tidak ada yang
nyata pengaruhnya terhadap variabel terikat” (Ghozali,
2011: 98)
2. Uji Parsial (Uji T)
”Uji t adalah pengujian yang digunakan dalam menguji
signifikansi pengaruh sendiri-sendiri (parsial) variabel
bebas terhadap variabel terikat” (Ghozali, 2011: 105).
Digunakan untuk menguji signifikansi koefesien regresi
secara parsial. Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis
pertama, kedua dan ketiga. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan ttabel dan thitung yang dirumuskan
sebagai berikut :
r yi √ n−k−1
t= 2
√ 1−r yi
28

Masing-masing t hasil perhitungan ini kemudian


dibandingkan dengan ttabel yang diperoleh dengan
menggunakan tarif nyata 0,05. Uji hipotesis secara parsial
menggunakan uji 2 pihak, dengan kriteria :
Ho diterima bila : thitung ≤ t½≤, atau t-hitung ≤ t-tabel
Ho ditolak bila : thitung > t½≤, atau t-hitung > t-tabel
Bila terjadi penerimaan Ho, maka disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh secara parsial atau tiap-tiap
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian.
3. Uji Kofesien Determinasi Adjusted R2
“Koefisien ini disebut penentu karena varian yang terjadi
pada variabel dependen dapat dijelaskan pada varian
yang terjadi pada variabel dependen. Analisis koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat”
(Riduwan, 2009: 76).

I. Rancangan Penelitian
Tabel Rancangan Penelitian

NO URAIAN BULAN
KEGIATAN FEB MAR APR MEI JUN
PENELITIAN
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Pengambilan
Data
4 Analisis dan
Pengolahan Data
29

5 Skripsi (Ujian
Meja)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Kabupaten Takalar Dalam Angka, BPS


Kabupaten Takalar.

Abdul Halim. (2006). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta :


Salemba Empat.

Budi Purnomo. (2009), Obligasi Daerah. Bandung : Alfabeta.

Case, Karl E. dan Ray C. Fair. (2009). Prinsip-prinsip Ekonomi


Makro (Benyamin Molan, Penerjemah). Jakarta : Indeks.

Dedi Nordiawan. (2010). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta :


Salemba Empat.

Eeng Ahman dan Epi Indrian. (2007). Ekonomi dan Akuntansi :


Membina Kompentensi Ekonomi. Jakarta : Grafindo
Media Pratama

Ety Rochaety, Ratih Tresnati dan Abdul Madjid Latief. (2009).


Metode penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS Edisi
Revisi. Jakarta : Mitra Wacana Media .

Indra Bastian.(2010). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar.


Ed. 3. Jakarta : Erlangga.

Imam Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan


Progran SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro.

J. Supranto. (2000). Statistika Teori dan Aplikasi. Jakarta :


Erlangga.

Jhingan. (2010). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (D.


Guritno, Penerjemah). Jakarta : Rajawali Pers.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt., Terry D. Warfield. (2011).


Akuntansi Intermediate Edisi 12. Jakarta : Erlangga.

29
30

Lili Muhammad Sadeli. (2006). Dasar-dasar Akuntansi. Jakarta :


Bumi Aksara.

Mahmudi. (2010). Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta :


Erlangga.

Mardiasmo. (2002), Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta :


Andi.

Muindro Renyowijoyo. (2010). Akuntansi Sektor Publik Non


Laba. Jakarta : Mitra Wacana Media. Republik Indonesia.
(2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 17
Tahun 2004 tentang Keuangan Negara.

Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. (2004). Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : Rajawali Pers.

Sonny Sumarsono. (2010). Manajemen Keuangan Pemerintah.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso., Paul D. Kimmel. (2007).


Pengantar Akuntansi Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai