Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 449 /KMK.04/2002


TENTANG

PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6


Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penetapan Tarif
Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612);

2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613);

3. Keputusan Presiden Nomor 228 /M Tahun 2001;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 552/KMK.04/2000 tentang


Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/ KMK.03/ 2002 tentang


Dasar Penghitungan, Pemungutan, dan Penyetoran Pajak
pertambahan Nilai Atas Penyerahan Hasil Tembakau;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN


TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:


1. Menteri, Direktur Jenderal, Pejabat Bea dan Cukai, Pengusaha
Pabrik Sigaret, Sigaret Kretek Yang Dibuat Dengan Mesin (SKM),
Sigaret Putih Yang Dibuat Dengan Mesin (SPM), Sigaret Kretek
Yang Dibuat Dengan Cara Lain Daripada Mesin atau Sigaret
Kretek Yang Dibuat Dengan Tangan (SKT), Sigaret Putih Yang
Dibuat Dengan Cara Lain Daripada Mesin atau Sigaret Putih Yang
Dibuat Dengan Tangan (SPT), Sigaret Kelembak Kemenyan (KLM),
Cerutu (CRT), Rokok Daun atau Klobot (KLB), Tembakau Iris (TIS),
Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL), Pita Cukai,
Dokumen Cukai, Harga Dasar, clan Harga Jual Eceran (HJE) adalah
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 1995 tentang Cukai.

2. Kantor adalah Kantor Pelayanan Bea dan Cukai setempat.

3. Importir adalah orang atau badan yang memiliki izin berupa


Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dari Menteri untuk
mengimpor hasil tembakau.

4. Harga Jual Eceran (HJE) Minimum adalah nilai HJE serendah-


rendahnya yang ditetapkan Menteri atas masing-masing jenis hasil
tembakau produksi Golongan Pengusaha Pabrik tertentu.

5. Penjualan Eceran adalah kegiatan penjualan hasil tembakau secara


langsung kepada konsumen akhir, dengan tidak memperhitungkan
jumlah hasil tembakau yang diperjualbelikan.

6. Harga Transaksi Pasar adalah besaran harga transaksi penjualan


yang terjadi pada tingkat toko yang menjual eceran hasil tembakau
per kemasan penjualan eceran.

7. Produksi Pabrik adalah produksi dari masing-masing jenis hasil


tembakau yang dihitung berdasarkan dokumen pemesanan pita
cukai hasil tembakau.

8. Dokumen Cukai CK-1 adalah dokumen pemesanan pita cukai hasil


tembakau

9. Dokumen Cukai CK-8 adalah dokumen Pemberitahuan


Pengeluaran Barang Kena Cukai Yang Belum Dilunasi Cukainya
Dari Pabrik Atau Tempat Penyimpanan Untuk Tujuan Ekspor

10. Batasan Produksi Pabrik adalah batasan produksi dari masing-


masing jenis hasil tembakau yang dihitung berdasarkan dokumen
pemesanan pita cukai hasil tembakau, dalam satu tahun takwim
sebelum tahun anggaran berjalan.
BAB II
PENGGOLONGAN PENGUSAHA PABRIK
Pasal 2

(1) Pengusaha Pabrik hasil tembakau dikelompokkan ke dalam


Golongan Pengusaha berdasarkan jenis hasil tembakau yang
diproduksinya, sesuai dengan Batasan Produksi Pabrik
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Menteri
Keuangan ini.

(2) Penyesuaian kenaikan Golongan Pengusaha Pabrik wajib


dilakukan oleh Pengusaha Pabrik pada saat Produksi Pabrik dalam
tahun takwim yang sedang berjalan telah melampaui Batasan
Produksi Pabrik yang berlaku bagi Golongan Pengusaha Pabrik
yang bersangkutan.

(3) Dalam hal hasil produksi dalam satu tahun takwim kurang dari
Batasan Produksi Pabrik yang berlaku bagi Golongan Pengusaha
Pabrik, Pengusaha Pabrik dapat diizinkan melakukan penurunan
Golongan Pengusaha Pabrik dengan Keputusan Kepala Kantor
pada setiap awal tahun takwim berikutnya.

(4) Penurunan Golongan Pengusaha Pabrik sebagaimana dimaksud


dalam ayat (3) hanya diberikan untuk satu tingkat lebih rendah
dari Golongan Pengusaha Pabrik sebelumnya.

Pasal 3

(1) Kepala Kantor wajib melakukan penagihan atas kekurangan


perhitungan pembayaran cukai dan pungutan negara lainnya,
yang terjadi sebagai akibat kenaikan Golongan Pengusaha Pabrik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), yang pelaksanaan
pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.

(2) Atas penagihan kekurangan perhitungan pembayaran


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diperhitungkan sanksi
administrasi berupa denda.

BAB III
HARGA DASAR, HJE, DAN HARGA TRANSAKSI PASAR
Pasa1 4

Harga Dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas Hasil


Tembakau adalah Harga Jual Eceran (HJE).
Pasal 5

(1) Keputusan tentang Penetapan HJE Merek Baru maupun Penetapan


Kenaikan HJE, baik yang diterbitkan sebelum maupun setelah
berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini, dinyatakan batal,
apabila selama lebih dari 6 (enam) bulan berturut-turut Pengusaha
Pabrik atau Importir yang bersangkutan tidak pernah
merealisasikan pemesanan pita cukainya dengan menggunakan
Dokumen Cukai CK-1 atau tidak pernah merealisasikan ekspor
hasil tembakaunya dengan menggunakan Dokumen Cukai CK-8.

(2) Untuk dapat menggunakan kembali HJE atas merek hasil


tembakau yang dinyatakan batal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Pengusaha Pabrik atau Importir harus mengajukan
kembali Permohonan Penetapan HJE sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku.

(3) Pengusaha Pabrik atau Importir dilarang menurunkan HJE yang


masih berlaku atas merek hasil tembakau yang dimilikinya.

Pasal 6

(1) Atas HJE dari jenis SKM, SKT, dan SPM yang masih berlaku dari
masing-masing Golongan Pengusaha Pabrik sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Menteri Keuangan ini,
dinaikkan sebagai berikut :

1. SKM Golongan I, II, dan III masing-masing Rp 75,00 (tujuh


puluh lima rupiah), Rp 60,00 (enam puluh rupiah), dan Rp
50,00 (lima puluh rupiah) per batang.

2. SPM Golongan I , II, dan III masing-masing Rp 75,00 (tujuh


puluh lima rupiah), Rp 60,00 (enam puluh rupiah), dan Rp
50,00 (lima puluh rupiah) per batang.

3. SKT Golongan I, II, III/A, dan III/B masing-masing Rp 60,00


(enam puluh rupiah), Rp 50,00 (lima puluh rupiah), Rp 40,00
(empat puluh rupiah), dan Rp 25,00 (dua puluh lima rupiah)
per batang.

(2) Dalam hal pada awal tahun takwim berikutnya terjadi penurunan
Golongan Pengusaha Pabrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) dan ayat (4), kenaikan HJE sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) disesuaikan dengan penurunan Golongan Pengusaha
Pabrik.

Pasal 7
(1) Atas masing-masing jenis hasil tembakau dari masing-masing
Golongan Pengusaha Pabrik berlaku ketentuan HJE Minimum
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Menteri
Keuangan ini.

(2) HJE merek baru dari Pengusaha Pabrik atau Importir tidak boleh
lebih rendah dari HJE yang masih berlaku atas merek hasil
tembakau yang dimilikinya.

Pasal 8

(1) Dalam hal Harga Transaksi Pasar telah melampaui HJE, maka
Pengusaha Pabrik atau Importir wajib melakukan penyesuaian
dengan cara mengajukan Permohonan Penetapan Kenaikan HJE.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemantauan Pejabat Bea dan Cukai


kedapatan Harga Transaksi Pasar telah melampaui HJE, Direktur
Cukai atas nama Direktur Jenderal dapat memberitahukan hal
tersebut kepada Pengusaha Pabrik atau Importir yang
bersangkutan dengan surat pemberitahuan biasa.

(3) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
penerimaan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), Pengusaha Pabrik, Importir, atau kuasanya tidak
memberikan sanggahan atau mengajukan Permohonan Penetapan
Kenaikan HJE, Direktur Jenderal dapat melakukan Penetapan
Kenaikan HJE atas hasil tembakau yang bersangkutan yang telah
disesuaikan dengan Harga Transaksi Pasar yang terjadi.

Pasal 9

Ketentuan tentang Penetapan HJE diatur lebih lanjut dengan Keputusan


Direktur Jenderal.

BAB IV
TARIF CUKAI
Pasa1 10

Tarif cukai dalam tahun anggaran berjalan untuk masing-masing jenis


hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri adalah sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini.

Pasa1 11

(1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


10, adalah tarif cukai untuk masing-masing jenis hasil tembakau
yang dibuat di dalam negeri untuk tahun anggaran berjalan, yang
jumlah ekspornya melebihi jumlah produksi dari jenis yang sama
yang dipasarkan di dalam negeri sebelum tahun anggaran
berjalan.

(2) Tarif cukai untuk masing-masing jenis hasil tembakau


sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran III Keputusan Menteri Keuangan ini.

(3) Perhitungan jumlah hasil tembakau yang diekspor sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan realisasi ekspor
dengan menggunakan Dokumen Cukai CK-8.

(4) Perhitungan jumlah hasil tembakau yang dipasarkan di dalam


negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
berdasarkan Dokumen Cukai CK-1.

Pasal 12

Tarif cukai dan batasan HJE minimum dalam tahun anggaran berjalan
untuk masing-masing jenis hasil tembakau yang diimpor adalah
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Keputusan Menteri
Keuangan ini.

BAB V
HJE DAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU YANG DIBAGIKAN
SECARA CUMA-CUMA KEPADA KARYAWAN PABRIK
ATAU PIHAK KETIGA DAN HASIL TEMBAKAU
UNTUK TUJUAN EKSPOR

Pasal 13

(1) HJE untuk hasil tembakau yang diberikan secara cuma-cuma


kepada karyawan Pabrik ditetapkan sebesar 50% (lima puluh per
seratus) dari HJE dari jenis dan merek hasil tembakau yang sama,
yang ditujukan untuk pemasaran di dalam negeri.

(2) Jumlah hasil tembakau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dibatasi maksimal :

a. 300 (tiga ratus) batang per bulan untuk karyawan tetap atau
karyawan bulanan, atau

b. 100 (seratus) batang per bulan untuk karyawan harian atau


karyawan borongan.
(3) HJE untuk hasil tembakau yang diberikan secara cuma-cuma
kepada pihak ketiga ditetapkan sebesar 75% (tujuh puluh lima per
seratus) dari HJE dari jenis dan merek hasil tembakau yang sama,
yang ditujukan untuk pemasaran di dalam negeri.

(4) Jumlah hasil tembakau sebagaimana di maksud dalam ayat (3)


dibatasi maksimal sebesar 0,01% (satu persepuluh ribu) dari semua
Produksi Pabrik dalam satu tahun takwim sebelum tahun
anggaran yang sedang berjalan.

(5) Tarif cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (3) ditetapkan sama dengan tarif cukai dari jenis dan
merek hasil tembakau yang sama, yang ditujukan untuk
pemasaran di dalam negeri.

Pasal 14

HJE dan tarif cukai hasil tembakau untuk tujuan ekspor (pemasaran di
luar negeri) ditetapkan sama dengan HJE dan tarif cukai dari jenis dan
merek hasil tembakau yang sama, yang ditujukan untuk pemasaran di
dalam negeri.

BAB VI
HASIL AKHIR PERHITUNGAN HJE
Pasal 15

Atas hasil akhir perhitungan HJE per kemasan penjualan eceran


dilakukan pembulatan ke atas dalam kelipatan Rp 100,00 (seratus
rupiah).

BAB VII
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN HASIL
TEMBAKAU
Pasal 16

(1) Dasar penghitungan, pemungutan, dan penyetoran Pajak


Pertambahan Nilai atas penyerahan Hasil Tembakau berlaku
ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 62/KMK.03/2002 beserta perubahannya.

(2) Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau ditetapkan sebagai bukan


Pengusaha Kena Pajak apabila pengusaha tersebut memenuhi
batasan sebagai Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 552/KMK.04/2000 beserta perubahannya.

Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan


Menteri Keuangan Nomor 597/KMK.04/2001 tentang Penetapan Tarif
Cukai Dan Harga Dasar Hasil Tembakau sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 121/KM.04/2002
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal 1


Nopember 2002.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman


Keputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 oktober 2002

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BOEDIONO
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 449/KMK.04/2002
TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN
HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

GOLONGAN PENGUSAHA PABRIK HASIL TEMBAKAU

Golongan
Jenis
Pengusaha Batasan Produksi Pabrik
Hasil Tembakau
Pabrik

I Lebih dari 2 milyar batang


II Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak
a. SKM
lebih dari 2 milyar batang
III Tidak lebih dari 500 juta batang
I Lebih dari 2 milyar batang
II Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak
b. SPM
lebih dari 2 milyar batang
III Tidak lebih dari 500 juta batang
I Lebih dari 2 milyar batang
II Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak
lebih dari 2 milyar batang
c. SKT
III A. Lebih dari 6 juta batang tetapi tidak
lebih dari 500 juta batang
B. Tidak lebih dari 6 juta batang
KLM, KLB I Lebih dari 6 juta batang
d.
Atau SPT II Tidak lebih dari 6 juta batang
I Lebih dari 2 milyar gram
II Lebih dari 500 juta gram tetapi tidak lebih
dari 2 milyar gram
e. TIS
III A. Lebih dari 50 juta gram tetapi tidak
lebih dari 500 juta gram
B. Tidak lebih dari 50 juta gram
f. CRT Tanpa Tanpa Batasan Produksi
Golongan
g. HPTL Tanpa Tanpa Batasan Produksi
Golongan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BOEDIONO
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 449/KMK.04/2002 TENTANG
PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL
TEMBAKAU

TARIF CUKAI DAN BATASAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU


BUATAN DALAM NEGERI

Jenis Golongan HJE Minimum Tarif


Hasil Pengusaha Par Batang/ Cukai
Tembakau Pabrik Gram

I Rp 400,00 40%
a. SKM II Rp 330,00 36%
III Rp 320,00 26%
I Rp 270,00 40%
b. SPM II Rp 210,00 36%
III Rp 200,00 26%
I Rp 340,00 22%
II Rp 280,00 16%
c. SKT
III/A Rp 270,00 8%
III/B Rp 200,00 4%
KLM,KLB I Rp 150,00 8%
d.
Atau SPT II Rp 125,00 4%
I Rp 30,00 20%
II Rp 30,00 16%
e. TIS
III/A Rp 30,00 8%
III/B Rp 20,00 4%
f. CRT Tanpa Golongan Rp 200,00 20%
g. HPTL Tanpa Golongan Rp 200,00 20%

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BOEDIONO
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 449/KMK.04/2002 TENTANG
PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR
HASIL TEMBAKAU

TARIF CUKAI DAN BATASAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU BUATAN
DALAM NEGERI BAGI PENGUSAHA PABRIK YANG DAPAT MENGEKSPOR
PRODUKSI HASIL TEMBAKAUNYA DALAM JUMLAH MELEBIHI PRODUKSI HASIL
TEMBAKAU DARI JENIS YANG SAMA UNTUK PEMASARAN DI DALAM NEGERI
DALAM SATU TAHUN TAKWIM SEBELUM TAHUN ANGGARAN BERJALAN

Jenis Golongan HJE Minimum Tarif


Hasil Pengusaha Per Batang/ Cukai
Tembakau Pabrik Gram

I Rp 400,00 36%
a. SKM II Rp 330,00 32%
III Rp 320,00 22%
I Rp 270,00 36%
b. SPM II Rp 210,00 32%
III Rp 200,00 22%
I Rp 340,00 18%
II Rp 280,00 12%
c. SKT
III/A Rp 270,00 4%
III/B Rp 200,00 0%
KLM,KLB I Rp 150,00 4%
d.
Atau SPT II Rp 120,00 0%
I Rp 30,00 16%
II Rp 30,00 12%
e. TIS
III/A Rp 30,00 4%
III/B Rp 20,00 0%
f. CRT Tanpa Rp 200,00 16%
Golongan
g. HPTL Tanpa Rp 200,00 16%
Golongan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BOEDIONO
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR
449/KMK.04/2002 TENTANG
PENETAPAN TARIF CUKAI DAN
HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

TARIF CUKAI DAN BATASAN HARGA JUAL ECERAN


HASIL TEMBAKAU YANG DIIMPOR

Jenis HJE Minimum Tarif


Tembakau Per Batang/ Cukai
Gram

a. SKM Rp 400,00 40%


b. SPM Rp 270,00 40%
c. SKT Rp 340,00 22%
d. KLM,KLB,atau SPT Rp 150,00 8%
e. TIS Rp 30,00 20%
f. CRT Rp 200,00 20%
g. HPTL Rp 200,00 20%

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BOEDIONO

Anda mungkin juga menyukai