Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

PTERIGIUM

Oleh
Hamidatun Anisa’ (P17211173015)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
Februari 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PTERIGIUM


1. Pengertian
Pterygium yaitu pteron yang artinya wing atau sayap. Pterygium merupakan
suatu pertumbuhan fibrovaskular kongjungtiva yang bersifat degenartif dan
invasive. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. (Vaughan dkk,
2000)
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput konjungtiva yang
bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Timbunan atau
benjolan ini membuat penderita agak kurang nyaman karena biasanya akan
berkembang dan semakin membesar yang akan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menutup kornea, jika sampai menutup pupil maka akan
mengganggu penglihatan.

2. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan
suatu neoplasma radang dan degenerasi yang disebabkan oleh iritasi kronis akibat
debu, pasir, cahaya matahari, lingkungan dengan angina yang banyak dan udara
panas, selain itu factor genetic dicurigai sebagai factor predisposisi (Ilyas, 2003).
Factor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi
ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara, dan factor
herediter.
1. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet diabsorbsi oleh kornea dan konjungtiva menghasilkan
kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang, waktu di luar rumah,
penggunaan kacamata, dan topi juga merupakan factor penting.
2. Factor genetic
Riwayat keluarga dengan pterygium kemungkinan diturunkan autosom
dominan.

2
3. Factor lain
Iritasi kronik ata inflamasi oada area limbus atau perifer kornea merupaan
pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal.

3. Pathway

Sinar ultraviolet angin asap debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

Terjadi iritasi

Pertumbuhan dan penebalan konjungtiva bulbi

Menjalar ke kornea
Perubahan rasa nyaman
(nyeri akut) adanya benda
asing Menutupi kornea

Pandangan kabur Perubahan


persepsi sensori

Dilakukan tindakan operatif


Risiko cedera ansietas

Terjadi trauma jaringan (luka)

Keterbatasan Nyeri Risiko infeksi


penglihatan

Risiko cedera 3
4. Manifestasi Klinis
Gejala pterygium pada tahapawal biasanya ringan bahkan sering tanpa
keluhana sama sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan yang sering dialami
pasien Antara lain mata sering berair, dan tampak merah, merasa seperti ada
benda asing, tajam penglihatan menurun .
Dari pemeriksaan didapatkan adanya penonjolan daging, berwarna putih,
tampak jaringan fibrovaskular yang berbentuk segitiga yang terbentang dari
konjungtiva interpalpebra sampai kornea, tepi jaringan berbatas tegas sebagai
suatu garis yang berwarna coklat kemerahan, umunya tumbuh didaerah nasal.
Dibagian depann terdapat infiltrate kecil yang disebut “islet of fuch”. Pterygium
yang mengalami iritasi akan berwarna merah dan menebal yang kadang-kadang
dikeluhkan kemeng oleh penderita (Vaughan, 2000).

5. Klasifikasi dan Grade


1. Klasifikasi Pterygium:
a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.
2. Grade pada Pterygium (Lestari dkk, 20017):
a. Grade 1: Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan
konjungtiva sklera masih dapat dibedakan), pterigium hanya terbatas
pada limbus kornea.

b. Grade 2: pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil,


tidak lebih dari 2mm melewati kornea.

4
c. Grade 3: pterigium sudah melewati derajat II tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal

d. Grade 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga


mengganggu penglihatan.

5
6. Pemeriksaan dan Penegakan Diagnostik
1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor
risiko seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa
visus pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut.
Anamnesa positif terhadap faktor risiko dan paparan serta
pemeriksaan fisik yang menunjang.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan pemeriksaan slit lamp untuk
memastikan bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya
dari diagnosa banding lainnya. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan
menggunakan alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu sehingga
pemeriksa dapat melihat bagian luar bola mata dengan magnifikasi dan
pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar untuk terlihat dengan
jelas.

7. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Pasien disarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran,
memakai kacamata pelindung dari vahaya matahari. Tindakan pencegahan
ini sangat penting untuk pasien yang tinggal didaerah subtropics atau
tropis, atau pada pasiien yang memiliki aktifitas di luar dengan risiko
tinggi terhadap sinar ultraviolet.
2. Farmakologi
Pada pterygium yang ringan tidak perlu diobati. Untuk pterygium derajat
-2 yang mengalami inflamasi diberikan obat tetes mata kombinasi
antibiotic dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Penggunaan
kortikosteroid dihindari pada penderita dengan TIO tinggi atau mengalami
kelainan pada korna.

6
3. Bedah
Pada pterygium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi
pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi pterigium maka bagian
konjungtiva beas pterigium ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang
diambil dari konjungtiva superior untuk menurunkan angka kekambuhan

8. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Gangguan penglihatan
2. Mata kemerahan
3. Iritasi
4. Gangguan pergerakan bola mata
5. Timbul jaringan parut kronis dari konjugtiva dan kornea
Komplikasi postoperasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Ulkus kornea
3. Graft konjungtiva terbuka
4. Diplopia
5. Adanya jaringa parut di kornea
6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata
perdarahan vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada
pterygium adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea.

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah:
a. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan, Status perkawinan,
Alamat, Pendidikan.
b. Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya,
penglihatan kabur.
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak
kapan dirasakan, sudah berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa
yang memperburuk atau memperingan, apa yang dilakukan untuk
menyembuhkan gejala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolik lainnya yang memicu resiko pterygium.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
seperti pasien.
f. Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual
1) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas yang
biasa dilakukan atau hobi yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
2) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/
tidak jelas.
3) Nyeri / kenyamanan

8
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah
sekali, pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
4) Rasa Aman
Mengkaji kecemasan pasien akan penyakitnya maupun tindakan operatif
yang akan dijalaninya.
g. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
2. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh
abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.
II. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penebalan konjungtiva
bulbi yang menjalar ke kornea).
2. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat
diskontinuitas jaringan.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
III. Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut setelah diberikan 1) Monitor TTV pasien
berhubungan asuhan 2) Kaji tingkat nyeri yang dialami
dengan agen keperawatan oleh klien.
cedera biologis diharapkan pasien 3) Berikan posisi yang nyaman.
(penebalan tidak mengalami 4) Ajarkan kepada klien
konjungtiva nyeri, tekhnik distraksi / relaksasi.
bulbi yang dengan kriteria 5) Anjurkan pasien untuk

9
menjalar ke hasil : tidak melakukan aktifitas yang
kornea). - Pasien merasa dapat meningkatkan
nyaman vasokontraksi, seperti mengedan
- Pasien merasa dan batuk beruntun.
rileks. 6) Ciptakan tempat tidur yang
nyaman
7) Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian analgetik
2. Resiko terjadi Setelah diberikan 1) Orientasikan pasien dengan
cedera asuhan lingkungannya.
berhubungan keperawatan 2) Awasi pasien selama proses
dengan diharapkan pasien pemeriksaan berlangsung.
keterbatasan tidak mengalami 3) Bimbing pasien berjalan
pengelihatan. cedera, dengan selama pemeriksaan bila
kriteria hasil : pengelihatannya sangat kabur.
Pasien melaporkan 4) Bersihkan jalan yang
tidak mengalami dilewati pasien dan yakinkan
cidera. ruangan dalam keadaan terang.
5) Libatkan keluarga dalam
pengawasan pasien sehari-hari.
6) Anjurkan untuk menjauhkan
benda-benda yang berbahaya
disekitar lingkungan pasien.
7) Anjurkan untuk menghindari
pasien melintasi lantai licin

3. Ansietas Setelah diberikan 1) Kaji tingkat ansietas,


berhubungan askep diharapkan derajat pengalaman nyeri/
dengan kecemasan pasien timbulnya gejala tiba-tiba dan
tindakan Berkurang, dengan pengetahuan kondisi saat ini.
operatif yang kriteria hasil: 2) Berikan informasi yang akurat
akan dijalani. -pasien tidak cemas dan jujur. Diskusikan
- pasien tampak kemungkinan bahwa pengawasan

10
rileks dan pengobatan dapat mencegah
kehilangan penglihatan tambahan.
3) Dorong pasien untuk
mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
4) Jelaskan dengan jujur
mengenai prosedur tindakan
operatif yang akan dijalaninya.
5) Identifikasi sumber/ orang
yang menolong.

Post operasi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut setelah diberikan 1) Monitor TTV pasien
berhubungan askep diharapkan 2) Kaji tingkat nyeri yang
dengan agen nyeri pasien dialami
cedera biologis berkurang atau oleh klien.
(diskontinuitas terkontrol, dengan 3) Berikan posisi yang nyaman.
jaringan akibat kriteria hasil : 4) Ajarkan kepada klien
pembedahan). - Pasien mengeluh tekhnik
tidak nyeri distraksi / relaksasi.
- Skala nyeri 5) Anjurkan pasien untuk
berkurang tidak melakukan aktifitas yang
dapat meningkatkan
vasokontraksi, seperti
mengedan dan batuk
beruntun.
6) Ciptakan tempat tidur yang
nyaman
7) Kolaborasi dengan tim
medis
untuk pemberian analgetik

11
2. Risiko infeksi Setelah diberikan 1) Kaji karakteristik luka,
berhubungan askep diharapkan pantau adanya tanda infeksi
dengan port de tidak terjadi infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor,
entry sebagai pada pasien, dan fungsiolaesa).
akibat dengan kriteria 2) Gunakan tehnik aseptik
diskontinuitas hasil : tidak ada dalam perawatan post operatif.
jaringan. tanda-tanda infeksi 3) Beri tahu klien tentang
pentingnya kebersihan dan cara
mencuci tangan yang baik.
Yaitu cuci tangan dibawah air
mengalir dan gunakan 6 langkah
cuci tangan yang baik dan benar.
Informasikan untuk melakukan
cuci tangan yg benar
sebalum dan sesudah
menyentuh daerah mata.
4) Ajarkan untuk membersihkan
mata dengan kapas yang
dibasahi dengan air hangat-
hangat kuku bila mata tersa
gatal.
5) Kolaborasi dalam
pemberian antibiotika.
3. Risiko terjadi Setelah diberikan 1) Orientasikan pasien dengan
cedera asuhan lingkungannya.
berhubungan keperawatan 2) Bimbing pasien berjalan
dengan diharapkan pasien selama pemeriksaan bila
keterbatasan tidak pengelihatannya sangat kabur.
pengelihatan. mengalami cedera, 3) Bersihkan jalan yang dilewati
dengan kriteria pasien dan yakinkan ruangan
hasil: pasien tidak dalam keadaan terang.
mengalami cedera 4) Anjurkan pasien tidak
(jatuh, tertusuk, melakukan aktifitas yang dapat

12
tergores, dll) meningkatkan tekanan pada
bola mata seperti menunduk,
mengedan, dan batuk
beruntun.
5) Anjurkan pasien agar tidak
miring kearah mata yang sakit/
luka pada saat tidur.
6) Anjurkan pasien untuk
makan makanan tinggi serat
(sayur-sayuran dan buah-
buahan) agar pencernaan
menjadi lancar.
7) Libatkan keluarga dalam
pengawasan pasien dan
membantu pasien memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
8) Anjurkan keluarga untuk
menciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien misalnya
menjauhkan benda-benda yang
berbahaya di sekitar
lingkungan pasien dan
gunakan tempat tidur yang
rendah dengan pagar
pengaman di tepi tempat tidur
untuk pasien.
9) Anjurkan pasien untuk
menghindari lantai licin
5. kurang setelah diberikan 1) Berikan penjelasan
pengetahuan askep diharapkan mengenai kondisi penyakit,
berhubungan pasien mengetahui proses sebelumnya dan sesudah
dengan tentang dilakukan pembedahan.
kurangnya penyakitnya, 2) Jelaskan dan ajarkan

13
informasi dengan kriteria perawatan secara teratur di
mengenai hasil: pasien dan pelayanan kesehatan terdekat.
perawatan diri keluarga 3) Libatkan orang terdekat klien
dan mengetahui tentang dalam melaksanakan aktivitas
penatalaksanaan penyakitnya dan kehidupan sehari-hari.
di rumah cara merawat.

IV. Impelementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan
respon klien

V. Evaluasi
Evaluasi sesuai dengan masing masing diagnosa.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke III. FK UI. 2010:118.


Vaughan, dkk. 2000. Konjungtiva dalam Opthalmologi Umum. Ed 13. Jakarta:
Wisya Medika

14
KASUS PTERYGIUM

Tn. A berusia 45, datang ke poli klinik dengan keluhan mata kiri terasa nyeri
terutama saat terkena sinar matahari. Keluhan ini dialami sejak 2 minggu yang
lalu, penglihatan agak buram, terlihat kemerahan dan sedikit gatal. Saat dilakukan
pengkajian mata kiri tampak merah dan terdapat benjolan pada selaput lendir
konjungtiva yang sudah melewati limbus, TTV : RR : 20x/menit, HR : 90x/menit,
TD : 130/80, Suhu : 36,5oC, SpO2 : 99%. Dokter menyarankan Tn.A untuk
dilakukan tindakan pembedahan.

15
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Tn. A
2) Jenis kelamin : laki-laki
3) Umur : 45 tahun
4) Status perkawinan : kawin
5) Pekerjaan : wiraswasta
6) Agama : islam
7) Pendidikan terakhir : SMP
8) Alamat : Kauman
9) Tanggal MRS : 03 Februari 2021
b. Diagnosa Medis
Pterygium grade IV

c. Keluhan Utama (Saat Pengkajian)


Nyeri

d. Riwayat Penyakit Sekarang


Tn A mengatakan mata kiri terasa nyeri jika terkena sinar matahari,
keluhan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, penglihatan agak
buram, terlihat kemerahan, dan sedikit gatal. Lalu Tn.A memutuskan
untuk mengecek matanya di Poli Klinik dan disarankan untuk dilakukan
pembedahan.

e. Riwayat Kesehatan/Penyakit Yang Lalu


Tn. A sebelumnya tidak pernah menjalani operasi apapun, termasuk
operasi pada mata. HT -, DM -, Hepatitis -

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.

g. Pola Aktivitas Sehari-Hari

16
1) Makan dan minum
Tidak ada alergi dan pantangan, makan dan minum secara teratur,
makan 3x/ hari dengan porsi penuh dan minum ± 2 L/ hari.

2) Pola Eliminasi
BAK +, BAB+. Tidak ada hambatan eliminasi.

3) Pola Istirahat dan tidur


Tidur 6-7 jam/hari, pasien mengatakan tidur kurang nyenyak, dan
sedikit cemas terkait akan dilakukannya operasi.

4) Kebersihan diri
Tn. A mandi 2x/hari.

h. Riwayat Psikososial
Tn. A berkomunikasi dengan baik dan ramah dengan orang-orang
disekitarnya. Menjelang dilakukkannya operasi klien terlihat cemas dan
sering bertanya mengenai tindakan operasi yang akan dilakukkan karena
ini pertama kalinya bagi pasien.

i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
k/u baik, GCS 456, kesadaran compos mentis, mata kiri berwara
merah.

2) Tanda Vital:
RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 130/80, Suhu : 36,5oC, SpO2 :
99%.

3) Pemeriksaan kepala leher:


Rambut bersih, tidak ada lesi, wajah simetris, mata kiri tampak
berwarna merah, ada benjolan pada selaput lender konjungtiva,
kadang nterasa nyeri pada mata seelah kiri P : Mata terdapat
benjolan, Q : cenut-cenut, R : mata kiri, S : 4/ 10, T : saat terkena
sinar matahari

17
4) Pemeriksaan integument
Kulit lembab, bersih, tidak ada lesi.

5) Dada dan thorax


Tidak ada luka pada dada dan thorax.

6) Payudara
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan

7) Abdomen
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, BU +.

8) Genetalia
Tidak terkaji.

9) Ekstrimitas
5 5
5 5
Tidak ada lesi, tidak ada nyeri, kekuatan otot

j. Pemeriksaan Neurologis
GCS 456

k. Pemeriksaan Penunjang
-

l. Terapi/Pengobatan/Penatalaksanaan
Eksterspasi pterygium

Malang, 2 Februari 2020

Mahasiswa

2. ANALISA DATA

ANALISA DATA

18
Nama Pasien : Tn. A

Umur : 45 tahun

No. Register : 145xxx

KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
DS: klien mengatakan Nyeri akut Sinar uv
mata kiri terlihat
merah dan terasa
nyeri Terjadi iritasi pada mata
DO : - RR : 20x/menit
- HR : Pertumbuhan dan penebalan
90x/menit kongjungtiva bulbi
- TD : 130/80,
Suhu : 36,5oC
- Klien tampak Nyeri akut
sedikit
meringis
-P : Mata
terdapat
benjolan
- Q : cenut-cenut
- R : mata kiri
- S : 4/ 10
- T : saat terkena
sinar matahari

Sinar uv
Ansietas
DS : klien
mengatakan tidur Terjadi iritasi pada mata
kurang nyenyak
dan merasa
Pertumbuhan dan penebalan

19
cemas karena kongjungtiva bulbi
takut dilakukan
operasi.
Menjalar ke kornea
DO: - RR : 20x/menit
- HR :
Menutuopi kornea
90x/menit
- TD : 130/80,
Suhu : 36,5oC Pandangan kabur
- Klien sering
bertanya
mengenai Dilakukan tindakan operatif
prosedur
operasi.
Ansietas

Sinar uv

Risiko cedera
Terjadi iritasi pada mata
DS : -
DO : - Saat melihat
Pertumbuhan dan penebalan
sesuatu klien kongjungtiva bulbi
terlihat
mengernyitkan
matanya Menjalar ke kornea
terlebih
dahulu.
Menutuopi kornea
- Terlihat
terdapat
benjolan pada Pandangan kabur
mata sebelah
kiri dan
berwarna Risiko cedera
kemerahan.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Kenanga

Nama Pasien : Tn. A

20
No. Register : 145xxx

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d klien mengatakan mata kiri terlihat
merah dan terasa nyeri RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 130/80,
Suhu : 36,5oC, klien tampak sedikit meringis.
2. Ansietas b.d tindakan operatif d.d klien mengatakan tidur kurang nyenyak
dan merasa cemas karena takut dilakukan operasi.
3. Risiko cedera b.d pandangan kabur

B. PERENCANAAN
1. PRIORITAS MASALAH

DAFTAR MASALAH

21
Ruang : Kenanga

Nama Pasien : Tn. A

No. Register : 145xxx

No TANGGAL TANGGAL TANDA


DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX MUNCUL TERATASI TANGAN

1. 02 Februari Nyeri akut b.d agen cedera


2021 biologis d.d klien mengatakan
mata kiri terlihat merah dan terasa
nyeri RR : 20x/menit, HR :
90x/menit, TD : 130/80, Suhu :
36,5oC, klien tampak sedikit
meringis.

Ansietas b.d tindakan operatif d.d


2. 02 Februari
klien mengatakan tidur kurang
2021
nyenyak dan merasa cemas
karena takut dilakukan operasi.

3. 02 Februari Risiko cedera b.d pandangan


2021 kabur

22
2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

TUJUAN
Dx.
NO. KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEP.
STANDART
1. Nyeri Setelah dilakukan 1) Monitor TTV pasien 1) Ttv dikaji sebagai acuan uuntuk intervensi
akut b.d tindakan keperawatan selanjutnya.
2) Kaji ulang tingkat nyeri yang
agen selama 2 x 24 jam
dialami oleh pasien. 2) Data nyeri yang dirasakan digunakan untuk
cedera diharapkan klien tidak
penatalksanaan selanjutnya
biologis mengeluh nyeri dengan 3) Ajarkan kepada klien tekhnik
KH: distraksi / relaksasi. 3) Dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien
- klien mengatakan 4) Anjurkan pasien untuk tidak
nyeri berkurang melakukan aktifitas yang dapat 4) Peningkatan vasokontriksi dapat meningktkan
meningkatkan vasokontraksi, seperti TIO yang akan menyebabkan nyeri semakin
- klien merasa rileks.
mengedan dan batuk beruntun. bertambah.
- TTV dalam rentang
normal 5) Kolaborasi dengan tim medis 5) Obat anlgesik akan menstimulasi hipotalamus
- Skala nyeri untuk pemberian analgetik sehingga kan menurunkan skala nyeri.
Ansietas berkurang.
2. b.d Setelah dilakukan 1) Monitor TTV pasien 1) Ttv dikaji sebagai acuan uuntuk intervensi
tindakan tindakan keperawatan selanjutnya.
2) Kaji tingkat ansietas atau
operatif selama 2x 24 jam
perasaan cemas dengan BHSP 2) dengan BHSP klien dapat mengungkapkan
diharpakan klien tidak
kecemasannya dengan nyaman.
merasa cemas, dengan 3) Jelaskan kepada pasien tentang
KH: penyakit yang dialami dan prosedur 3) bertambahnya informasi dapat meningkatkan
pembedahan yang akan dilakukan. pengetahuan pasien
- TTV dalam rentang
normal 4) ajarkan teknik relaksasi napas 4) relaksasi dapat mengurangi ansietas
- Klien mampu dalam untuk mengurangi kecemasan
mengungkapkan
gejala cemas yang
dialami
- Ekspresi wajah klien
rileks.

Risiko
Setelah dilakukan 1) Orientasikan pasien dengan 1) Jika pasien mengenal lingkungan sekitar
3. cedera
tindakan keperawatan lingkungannya maka dapat memudahkan pasien dalam
b.d
selama 2x24 jam, beraktivitas
pandang 2) Bantu pasien berjalan selama
diharpakn pasien tidak 2) menghindari pasien cedera
an kabur. pemeriksaan bila pengelihatannya
terjadi cedera, dengan 3) jalan yang licin dapat mencederai pasien
sangat kabur.
KH: Pasien 4) setiap hari pasien lebih banyak bersama
melaporkan tidak 3)Bersikan jalan yang dilewati keluarga dan keluarga dapat membantu
terjadi cedera. pasien, pastikan aman dan tidak licin pasiaen dalam beraktiviras.
serta pasien dalam ruangan yang 5) Benda-benda yang berbahaya dapat
tenang. mencederai pasien.
4) Libatkan keluarga dalam
pengawasan pasien sehari-hari dengan
memita keluarga untuk membantu
pasien selama pasien melakukan
aktivitas.
5) Jauhkan benda-benda yang
berbahaya disekitar lingkungan
pasien.

3. IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP
03/02/ 10.00 I 1) Mengukur TTV pasien
2021 HR:85x/mnt,RR:20x/mnt
TD : 140/60 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji ulang tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.
P: benjolan pada mata
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S:3
T : saat terkena sinat matahari
3) Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam dengan menarik napas
melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.
4) Mengajurkan pasien untuk tidak batuk secara terus menerus dan
mengedan dengan menganjurkan makan makanan yang tinggi serat dan
menghindari gorengan.
5) Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.

03/02/ 09.00 II 1) Mengukur TTV pasien


2021 HR:85x/mnt,RR:20x/mnt
TD : 140/60 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji tingkat ansietas atau perasaan cemas secara BHSP dengan
menanyakan penyebab pasien ansietas dan mendengarkan semua yang
diutakan pasien.
3) Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit pterigium dan bagaimana
prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
4) Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam dengan menarik napas
melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.

03/02/ 09.00 III 1) Mengorientasikan pasien dengan lingkungannya dengan cara mengenalkan
2021 lingkungan sekitar pasien secara detail. .
2) membantu pasien berjalan selama pemeriksaan bila pengelihatannya
sangat kabur.
3) Membersikan jalan yang dilewati pasien , memastikan keamanan dan
tidak licin serta pasien berada dalam ruangan yang tenang.
4) melibatkan keluarga dalam pengawasan pasien sehari-hari dengan memita
keluarga untuk membantu pasien selama pasien melakukan aktivitas.
5) Menjauhkan benda-benda yang berbahaya disekitar lingkungan pasien.

04/02/ 08.00 I 1) Mengukur TTV pasien


2021 HR:84x/mnt,RR:20x/mnt
TD : 130/70 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji ulang tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.
P: benjolan pada mata
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S:3
T : saat terkena sinat matahari
3) Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam jik
nyeri masih timbul
4) Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.

04/02/ 08.00 II 1) Mengukur TTV pasien


2021 HR:84x/mnt,RR:20x/mnt
TD : 130/70 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
2) Tetap mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam dengan menarik
napas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.

04/02/ 08.00 III 1) Membersikan jalan yang dilewati pasien , memastikan keamanan dan
2021 tidak licin serta pasien berada dalam ruangan yang tenang.
2) Menjauhkan benda-benda yang berbahaya disekitar lingkungan pasien.
4. EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

TANGGAL/
Dx. KEP DATA (soapier)
PUKUL
03/02/2020 I S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : HR:85x/mnt,RR:20x/mnt, TD : 140/60 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
P: benjolan pada mata
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S:3
T : saat terkena sinat matahari
Klien melakukan teknik relaksasi dengan baik
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 1,2,3,dan 5

S : pasien mengatakan sedikit tidak cemas dan memahami infromasi yang diberikan
03/02/2020 II
O : HR:85x/mnt,RR:20x/mnt, TD : 140/60 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
Klien terlihat memperhatikan saat diberikan infromasi dan mempraktekkan teknik
napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 1 dan 4

S:-
O : klien memahami mengenai pencegahan terhadap cedera dan keluarga kooperatif
03/02/2020 III
untuk membantu pasien dalam beraktifitas sehari-hari.
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 3 dan 5

04/02/2020 I S : pasien mengatakan nyeri masih tetap sama seperti kemarin.


O : HR:84x/mnt,RR:20x/mnt, TD : 130/70 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
P: benjolan pada mata
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S:3
T : saat terkena sinat matahari
Klien melakukan teknik relaksasi dengan baik
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 1,2,3,dan 5

04/02/2020 II
S : pasien mengatakan sedikit tidak cemas dan memahami infromasi yang diberikan
O : HR:85x/mnt,RR:20x/mnt, TD : 140/60 mmHg, T : 36.6OC, SPO2 : 99%
Klien melakukan teknik napas dalam jika rasa cemasnya kembali muncul.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

04/02/2020 III S:-


O : klien memahami mengenai pencegahan terhadap cedera dan keluarga selalu
membantu pasien dalam beraktifitas sehari-hari.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi.
3. ANALISA DATA POST OPERASI

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. A

Umur : 45 tahun

No. Register : 145xxx

KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
DS: klien mengatakan Nyeri akut Dilakukan tindakan operatif
mata kiri terasa
cenut cenut dan
agak berat Terjadi trauma jaringan
(luka)
DO : - RR : 20x/menit
- HR :
90x/menit Nyeri akut
- TD : 140/70,
Suhu : 36,7oC
- Klien tampak
sedikit
meringis
-P : luka
operasi
- Q : cenut-cenut
- R : mata kiri
- S : 4/ 10
- T : saat untuk
beraktivitas
Risiko Infeksi Dilakukan tindakan operatif
DS : -
DO: - Terdapat
Terjadi trauma jaringan
balutan pada
(luka)
mata kiri klien
- Balutan
tampak kering
Risiko infeksi
- Tidak ada

32
darah pada
balutan
- Balutan
tampak bersih
dan terpasang
rapi
Risiko cedera Dilakukan tindakan operatif
DS : -
DO : - Mata sebelah
kiri klien Terjadi trauma jaringan
diperban (luka)
- Saat
beraktivitas
klien dibantu Keterbatasan penglihatan
oleh keluarga
- Saat berjalan
klien sangat Resiko cedera
berhati-hati

33
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Kenanga

Nama Pasien : Tn. A

No. Register : 145xxx

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d klien mengatakan mata kiri terasa
cenut cenut dan agak berat, RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 140/70,
Suhu : 36,7oC.
2. Risiko cedera b.d keterbatasan pengelihatan
3. Risiko infeksi b.d luka pembedahan

34
B. PERENCANAAN PRIORITAS MASALAH

DAFTAR MASALAH

Ruang : Kenanga

Nama Pasien : Tn. A

No. Register : 145xxx

No TANGGAL TANGGAL TANDA


DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX MUNCUL TERATASI TANGAN

1. 05 Februari Nyeri akut b.d agen cedera


2021 biologis d.d klien mengatakan
mata kiri terasa cenut cenut dan
agak berat, RR : 20x/menit, HR :
90x/menit, TD : 140/70, Suhu :
36,7oC.

2. 05 Februari Risiko cedera b.d keterbatasan


pengelihatan
2021

3. 05 Februari Risiko infeksi b.d luka


pembedahan
2021

35
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

TUJUAN
Dx.
NO. KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEP.
STANDART
1. Nyeri Setelah dilakukan 1) Monitor TTV pasien 1) Ttv dikaji sebagai acuan uuntuk intervensi
akut b.d tindakan keperawatan selanjutnya.
2) Kaji ulang tingkat nyeri yang
agen selama 2 x 24 jam
dialami oleh pasien. 2) Data nyeri yang dirasakan digunakan untuk
cedera diharapkan klien tidak
penatalksanaan selanjutnya
biologis mengeluh nyeri dengan 3) Ajarkan kepada klien teknik
KH: distraksi / relaksasi. 3) Dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien
- klien mengatakan 4) Anjurkan pasien untuk tidak
nyeri berkurang melakukan aktifitas yang dapat 4) Peningkatan vasokontriksi dapat meningktkan
meningkatkan vasokontraksi, seperti TIO yang akan menyebabkan nyeri semakin
- klien merasa rileks.
mengedan dan batuk beruntun. bertambah.
- TTV dalam rentang
normal 5) Kolaborasi dengan tim medis 5) Obat anlgesik akan menstimulasi hipotalamus
- Skala nyeri untuk pemberian analgetik sehingga kan menurunkan skala nyeri.
Risiko berkurang.
2. cedera Setelah diberikan 1) Orientasikan pasien dengan 1) Jika pasien mengenal lingkungan sekitar
b.d asuhan keperawatan maka dapat memudahkan pasien dalam
lingkungannya.
keterbata beraktivitas
san selama 2x 24 jam,
2) Bersihkan jalan yang dilewati 2) Jalan yang licin dapat mencederai pasien
pengelih diharapkan pasien tidak pasien dan yakinkan ruangan dalam 3) Peningkatan dari TIO akan membuat psien
atan keadaan terang. menjadi tidak nyaman dan luka menjadi
mengalami cedera,
terlambat dalam penyembuhannya.
dengan kriteria hasil: 3) Anjurkan pasien tidak melakukan
4) Miring kea rah mata yang sakit dapat
pasien tidak mengalami aktifitas yang dapat meningkatkan
meningkatkan TIO.
tekanan pada bola mata seperti
cedera (jatuh, tertusuk, 5) Setiap hari pasien lebih banyak bersama
menunduk, mengedan, dan batuk
keluarga dan keluarga dapat membantu
tergores, dll) beruntun.
pasiaen dalam beraktiviras.
4) Anjurkan pasien agar tidak 6) Benda-benda yang berbahaya dapat
miring kearah mata yang sakit/ luka mencederai pasien.
pada saat tidur.
5) Libatkan keluarga dalam
pengawasan pasien dan membantu
pasien memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
6) Anjurkan keluarga untuk
menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien misalnya menjauhkan
benda-benda yang berbahaya di
sekitar lingkungan pasien dan
gunakan tempat tidur yang
rendah dengan pagar pengaman di
tepi tempat tidur untuk pasien.

3. Risiko Setelah dilakukan 1) Kaji tanda-tanda vital 1) TTV digunakan untuk menentukan intervensi
infeksi tindakan keperawatan selanjutnya
b.d luka selama 2x24 jam, 2) Kaji karakteristik luka, pantau
adanya tanda infeksi (rubor, 2) adanya tanda-tanda infeksi menunjukkan
pembeda diharapakn pasien tidak
kalor, dolor, tumor, dan adanya infeksi
han terjadi infeksi, dengan
KH: fungsiolaesa). 3) Diharapkan agar luka tetap steril sehingga
3) Gunakan tehnik aseptik dalam bakteri penyebab infeksi tidak melekat pada
- Ttv dalam batas
perawatan post operatif. daerah sekitar luka operasi.
normal
- Pasien melaporkan 4) Beri tahu klien tentang 4) Tangan biasa digunakan untuk mngusap
tidak ada tanda- pentingnya kebersihan dan cara wajah, tangan yang bersih akan meminimalisir
tanda terjadinya mencuci tangan yang baik. bakteri penyebab infeksi.
infeksi.
5) Kolaborasi dalam pemberian 5) Antibiotic berfungsi meningkatka daya tahan
antibiotika. tubuh untuk melawan infeksi.
6. IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP
05/02/ 09.00 I 1) Mengukur TTV pasien
2021 RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 140/70, Suhu : 36,7oC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji ulang tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.
P : luka operasi
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S : 4/ 10
T : saat untuk beraktivitas
3) Mengajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam dengan menarik napas
melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.
4) Mengajurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi serat dan
menghindari gorengan agar pasien tidak batuk secara terus menerus dan saat
BAB tidak mengejan terlalu kuat.
5) Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
05/02/ 09.00 II 1) Membersihkan jalan yang dilewati pasien dan menyalakan lampu saat
2021 malam serta membuka jendela saat pagi agar lingkungan tetap terang.
2) Menganjurkan pasien untuk tidak menunduk, mengedan, dan batuk
beruntun.
3) Menganjurkan pasien agar saat tidur tidak miring kearah mata yang sakit/
luka.
4) Memberitahu keluarga pasien untuk mengawasi dan membantu pasien
memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membantu pasiaen berjalan, ke
kamar mandi, dll.
6) Memberitahu keluarga untuk menjauhkan benda-benda yang berbahaya di
sekitar lingkungan pasien dan menganjurkan untuk selalu menggunakan pagar
pengaman tempat tidur.

05/02/ 09.00 III


1) Mengukur TTV pasien
2021
RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 140/70, Suhu : 36,7oC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, dan
fungsiolaesa) pada daerah luka operasi.
3) Mengganti perban atau plester yang lepas menggunakan handsoon.
4) Memberitahu pasien mengenai pentingnya mencuci tangan 6 langkah,
sebelum menyentuh daerha wajah khususny pada luka operasi.
5) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.
06/02/ 08.00 I 1) Mengukur TTV pasien
2021 HR: 86x/mnt, RR:20x/mnt, TD : 130/70 mmHg, T : 36.5OC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji ulang tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.
P : luka operasi
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S : 3/ 10
T : saat untuk beraktivitas
3) Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam jika
nyeri masih timbul
4) Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.

06/02/ 08.00 II 1) Membersihkan jalan yang dilewati pasien dan menyalakan lampu saat
2021 malam serta membuka jendela saat pagi agar lingkungan tetap terang.
2) Tetap menganjurkan pasien untuk tidak menunduk, mengedan, dan batuk
beruntun.
3) Selalu menganjurkan pasien agar saat tidur tidak miring kearah mata yang
sakit/ luka.
06/02/ 08.00 III 1) Mengukur TTV
2021 HR: 86x/mnt, RR:20x/mnt, TD : 130/70 mmHg, T : 36.5OC, SPO2 : 99%
2) Mengkaji tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, dan
fungsiolaesa) pada daerah luka operasi.
3) Mengganti perban atau plester yang lepas menggunakan handsoon.
4) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.
7. EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. A

No. Reg : 145xxx

TANGGAL/
Dx. KEP DATA (soapier)
PUKUL
05/02/2020 I S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 140/70, Suhu : 36,7oC, SPO2 : 99%
P : luka operasi
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S : 4/ 10
T : saat untuk beraktivitas
A : masalah belum teratasi
P : melanjutkan intervensi no 1,2,3,dan 5

S:-
05/02/2020 II O : pasien memahami dan mendengarkan informasi dengan baik, keluara pasien juga
memahami apa yang harus mereka lakukan terhadap keselamatan pasien.
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 2, 3, dan 4

S:-
O : - RR : 20x/menit, HR : 90x/menit, TD : 140/70, Suhu : 36,7oC, SPO2 : 99%
05/02/2020 III - Balutan kering, bersih, dan rapi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, dan 5.
06/02/2020 I S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
O : HR: 86x/mnt, RR:20x/mnt, TD : 130/70 mmHg, T : 36.5OC, SPO2 : 99%
P : luka operasi
Q : cenut-cenut
R : mata kiri
S : 3/ 10
T : saat untuk beraktivitas
Klien melakukan teknik relaksasi dengan baik
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi no 1,2,3,dan 5

06/02/2020 II
S:-
O : klien memathui apa yang sudah diinformasikan untuk mengurangi cedera dan
keluarga selalu membantu klien untuk mencegah cedera.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi.

06/02/2020 III
S:-
O : - HR: 86x/mnt, RR:20x/mnt, TD : 130/70 mmHg, T : 36.5OC, SPO2 : 99%
- Balutan bersih, tidak ada bekas darah, dan rapi.
- Tidak ditemukan adanya tanda infeksi pada daerah luka
A : masalah terasi
P : hentikan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai