Anda di halaman 1dari 20

Inspeksi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat membantu perusahaan dalam mencegah

kecelakaan, cedera dan penyakit akibat kerja (PAK). Melalui pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, inspeksi K3 bisa membantu mengidentifikasi dan mencatat berbagai potensi
bahaya guna tindakan perbaikan di tempat kerja.

Dalam hal ini, baik departemen K3, supervisor atau manajer berwenang merencanakan,
melaksanakan, melaporkan dan memantau inspeksi K3. Inspeksi K3 berkala di tempat kerja
menjadi bagian penting dari keseluruhan program K3 dan sistem manajemen K3 di perusahaan.

Apa itu inspeksi K3?

Inspeksi K3 adalah suatu upaya untuk memeriksa atau mendeteksi semua faktor (peralatan,
proses kerja, material, area kerja, prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK,
sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat dicegah atau diminimalkan. Inspeksi K3
diperlukan untuk menemukan sumber-sumber bahaya yang mengakibatkan kerugian dan segera
menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya tersebut.

Apa tujuan dilaksanakannya inspeksi K3?

Adapun tujuan dilaksanakannya inspeksi K3 di tempat kerja antara lain:

 Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3 sudah berjalan efektif atau
belum
 Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan dan tugas
 Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya tersembunyi
 Menemukan penyebab bahaya
 Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya
 Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk menghilangkan bahaya atau
mengendalikan risiko (misalnya, memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur, peralatan
kerja, alat pelindung diri dll.)
 Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan inspeksi, pekerja merasa
bahwa keselamatannya diperhatikan
 Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3
 Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor terhadap K3.

Siapa yang berwenang melaksanakan inspeksi K3?


Tim inspeksi K3 adalah mereka yang sudah familier dengan area kerja, tugas, pekerjaan atau
mereka yang telah menerima pelatihan atau sertifikasi. Kriteria lain untuk memilih tim inspeksi
K3 di antaranya:

 Pengetahuan tentang peraturan dan prosedur K3, termasuk menguasai undang-undang


dan berbagai peraturan K3 yang dikeluarkan pemerintah maupun standar internasional
 Pengetahuan tentang potensi bahaya
 Pengalaman dengan prosedur kerja.

Inspeksi K3 biasanya dilakukan oleh supervisor, manajer, perwakilan departemen K3, pekerja
yang kompeten, dan/ atau pihak ketiga dari luar perusahaan. Tim inspeksi K3 dibedakan menjadi
dua, yaitu:

a. Eksternal perusahaan

Inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga.

b. Internal perusahaan

Inspeksi K3 dilakukan oleh orang yang kompeten di dalam perusahaan seperti supervisor atau
manajer dan juga yang memiliki spesialisasi di bidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau
pekerja yang kompeten dari level terendah sampai level tertinggi (top management).

Bila perusahaan memiliki area kerja yang luas, memiliki lebih dari satu tim inspeksi sangat
disarankan. Tim-tim inspeksi tersebut akan ditempatkan di area terpisah yang akan
dilakukan pemeriksaan.
Catatan:

Bila supervisor tidak dilibatkan dalam inspeksi, sebelum memeriksa area, tim harus
menghubungi supervisor yang bertanggung jawab di area tersebut. Jika supervisor tidak
mengikuti  selama pelaksanaan inspeksi, berkonsultasilah dengan supervisor tersebut sebelum
meninggalkan area inspeksi.

Diskusikan setiap rekomendasi dengan supervisor. Laporkan hal-hal yang dapat segera
diperbaiki oleh supervisor. Dokumentasikan dan catat temuan di lapangan secara jelas dan
terperinci karena dokumentasi ini penting sebagai pengingat untuk pemeriksaan selanjutnya.

Meskipun seorang supervisor akan menafsirkan pelaporan sebagai kritik, tim inspeksi harus tetap
melaporkan setiap bahaya yang ditemukan selama inspeksi agar supervisor segera melakukan
tindakan perbaikan untuk meminimalkan bahaya tersebut.

Seberapa sering inspeksi K3 sebaiknya dilaksanakan?


Waktu pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan tipe-tipe inspeksi K3, di antaranya:

1. Inspeksi tidak terencana

Waktu pelaksanaan inspeksi ini tidak menentu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak
sistematis. Inspeksi tidak terencana mencakup beberapa hal berikut ini:

 Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman (kondisi tidak aman yang memerlukan
perhatian besar yang sering terlewati)
 Fokus lebih besar pada kepentingan produksi
 Tidak tercatat atau tidak didokumentasikan
 Tindakan perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendetail.

2. Inspeksi terencana, dibagi menjadi dua, yakni:

a. Inspeksi rutin atau umum

Inspeksi rutin biasanya dilakukan minimal satu bulan sekali, tetapi ada juga yang melakukannya
setiap enam bulan sekali hingga setahun sekali, tergantung kebijakan perusahaan. Inspeksi harus
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan manajemen K3.

Inspeksi rutin biasanya dilakukan untuk memeriksa sumber-sumber bahaya di tempat kerja atau
kegiatan identifikasi terhadap bahaya, tugas-tugas, proses operasional, peralatan, mesin-mesin
yang memiliki risiko tinggi dan alat pelindung diri.

b. Inspeksi khusus

Inspeksi khusus biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya
terhadap objek-objek kerja tertentu yang memiliki risiko tinggi atau setiap kali ada proses atau
mesin baru yang diperkenalkan di tempat kerja, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
pencegahan dan pengendalian risiko di tempat kerja.

Perbedaan antara inspeksi umum dan khusus adalah inspeksi umum direncanakan dengan
cara walk-through survey ke seluruh area kerja dan bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi
khusus direncanakan untuk fokus kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin, peralatan, atau
area kerja yang memiliki risiko tinggi.

Objek- objek apa saja yang harus diinspeksi?

Untuk membantu menentukan aspek-aspek di tempat kerja apa saja yang sebaiknya diinspeksi,
ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan di antaranya:
- Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK di tempat kerja, meliputi:

 Bahaya biologis, yang disebabkan oleh organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan
parasit.
 Bahaya kimiawi, disebabkan oleh uap, cairan, gas, debu, kabut atau asap.
 Bahaya ergonomis, disebabkan gerakan berulang, postur yang salah saat bekerja, metode
bekerja tidak tepat, serta desain posisi kerja dan peralatan tidak dirancang dengan benar.
 Bahaya fisik, disebabkan kebisingan, getaran, suhu ekstrem, pencahayaan, dll.
 Bahaya psikososial, dapat memengaruhi kesehatan mental seperti kerja berlebihan,
stres, bullying atau kekerasan.
 Bahaya keselamatan, disebabkan kondisi dan tindakan tidak aman.

- Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar yang berkaitan dengan bahaya, tugas-
tugas, proses produksi tertentu, alat pelindung diri, dll.

- Permasalahan K3 yang terjadi sebelumnya meskipun risikonya kecil juga perlu


dipertimbangkan.

Bagaimana langkah-langkah melaksanakan inspeksi K3?

Inspeksi K3 dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada sejauh mana persiapan yang
telah Anda lakukan terkait informasi yang diperlukan sebelum melakukan inspeksi K3. Agar
pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif, ada beberapa hal yang harus Anda
persiapkan, di antaranya:

 Jadwal inspeksi dan tim inspeksi


 Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja
 Jalur-jalur inspeksi K3
 Potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material dan proses kerja
 Standar, peraturan atau prosedur kerja yang berlaku
 Laporan inspeksi sebelumnya
 Data kecelakaan kerja
 Laporan pemeliharaan
 Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi
 Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi.

2. Tahap pelaksanaan
Bila persiapan Anda sudah matang dan terencana, saatnya Anda melaksanakan inspeksi K3.
Berikut langkah-langkahnya:

 Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk menginformasikan


bahwa akan diadakan inspeksi K3
 Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah direncanakan
 Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau tidaknya pelanggaran
terhadap peraturan atau prosedur K3
 Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah memenuhi
persyaratan K3
 Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar inspeksi yang telah
dibuat. Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak boleh ada hal yang dipertimbangkan kembali
selama pelaksanaan inspeksi berlangsung. Daftar inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan atau
direvisi seperlunya, misalnya perubahan prosedur kerja atau perubahan proses kerja
menggunakan peralatan tertentu.
 Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat pelaksanaan inspeksi
ditemukan tindakan atau kondisi berbahaya.

3. Pencatatan hasil pengamatan

Buat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan kondisi
terhadap standar, kemudian lakukan identifikasi bahaya. Pencatatan hasil pengamatan diperlukan
untuk meninjau semua informasi yang dikumpulkan dan memudahkan tim inspeksi untuk
membuat klasifikasi bahaya dalam laporan.

Terdapat dua kategori dalam membuat kelas bahaya, yakni:

 Menentukan perkiraan besarnya konsekuensi yang diakibatkan oleh bahaya apabila


terjadi kecelakaan.

Kategori Konsekuensi
Jenis Bahaya Keterangan
Bahaya

Dapat mengakibatkan
I Katastropik kematian atau kehilangan
kemampuan

Dapat mengakibatkan cedera


II Kritis serius atau kerusakan berat
pada aset perusahaan
Dapat mengakibatkan cedera
ringan atau PAK ringan yang
III Kecil/ ringan mengakibatkan kehilangan
waktu kerja atau kerusakan
ringan pada aset perusahaan

Kemungkinan tidak
memengaruhi keselamatan dan
kesehatan pekerja jadi tidak
IV Dapat diabaikan mengakibatkan kehilangan
waktu kerja, tetapi merupakan
pelanggaran dalam kriteria
tertentu.

 Perkiraan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat dipergunakan untuk


pengambilan keputusan atau perencanaan tindakan perbaikan dan/ atau pencegahan.

Kategori Probabilitas Kecelakaan Keterangan

Cenderung dapat segera terjadi atau terjadi


A dalam waktu dekat bila terdapat paparan
bahaya

B Kemungkinan akan terjadi pada waktu tertentu

Kemungkinan terjadi pada waktu tertentu lebih


C
kecil (dibanding kategori B)

D Cenderung tidak akan terjadi

4. Tahap pelaporan

Setiap inspeksi K3 harus ditindak lanjuti dengan membuat laporan tertulis. Berikut tiga tipe
laporan inspeksi K3, antara lain:

 Laporan keadaan darurat − Mencakup kategori bahaya katastropik atau kritis, laporan
harus segera dibuat sebelum kecelakaan kerja terjadi atau sesaat setelah inspeksi K3
dilaksanakan.
 Laporan berkala − Mencakup keadaan bahaya yang tidak masuk kategori darurat.
Laporan bisa dibuat dalam 24 jam setelah inspeksi.
 Laporan ringkas − Mencakup kesimpulan dari semua item laporan terdahulu.

Laporan inspeksi K3 harus berisi nama departemen dan area yang diinspeksi, nama dan jabatan
yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat. Adapun
persyaratan dalam membuat laporan inspeksi agar mudah dipahami dan ditindak lanjuti,
meliputi:

 Mencatat dan memberi tanda pada item temuan yang belum ditindak lanjuti
 Setiap item harus diberi nomor urut
 Setiap item harus diberi kategori bahaya
 Menentukan siapa yang akan menindaklanjuti setiap item pada hasil inspeksi
 Laporan inspeksi ditujukan kepada departemen yang diinspeksi dengan tembusan kepada
atasan
 Menentukan tindakan perbaikan sebagai tindak lanjut
 Melakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi K3 untuk menentukan tindak lanjut yang
dilakukan guna pengembangan berkelanjutan.

Hasil inspeksi K3 adalah indikator keberhasilan atau kegagalan mengenai kebijakan dan
prosedur yang telah diterapkan di perusahaan. Bahaya yang teridentifikasi pada akhirnya harus
dihilangkan atau diminimalkan, supervisor atau manajer yang bertanggung jawab atas hal ini.

Hasil inspeksi juga akan menunjukkan kategori bahaya mana yang memerlukan tindakan
perbaikan cepat dan tidak. Informasi yang diperoleh dari inspeksi K3 rutin sebaiknya ditinjau
ulang untuk:

 Mengidentifikasi bahaya
 Membantu memantau efektivitas program K3
 Menentukan kebutuhan pelatihan untuk pekerjaan tertentu
 Memberikan pengetahuan mengapa kecelakaan terjadi di area kerja tertentu
 Menentukan tindakan perbaikan
 Menetapkan atau memperbaiki prosedur bekerja aman
 Memberi tanda area, peralatan, dll. yang mungkin memerlukan analisis bahaya lebih
dalam.

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya

kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum
kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan (Sucofindo, 1998).

b. Maksud dan Tujuan

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan dengan

jalan mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan

pembetulan sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus

mampu mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak

aman (PT. Freeport Indonesia, 1995).

Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe condition dan

unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya yang terselebung

dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan diungkapkan (Alkon, 1998).

Maksud dan tujuan dari inspeksi keselamatan kerja yaitu :

1) Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang bebas dari

bahaya.

2) Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja selamat.

3) Memelihara kualitas produksi dan operasional yang menguntungkan.

4) Mengamati penerapan atau pelaksanaan norma-norma keselamatan kerja.

5) Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.

c. Manfaat Inspeksi

1) Untuk mengecek apakah sesuatu bertentangan atau menyimpang dari

program sebelumnya.

2) Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan dilingkungan

karyawan karena dengan inspeksi, karyawan merasa bahwa

keselamatannya diperhatikan.

3) Mengetahui semua standart keselamatan kerja yang telah ditentukan.

4) Sebagai bahan utama pengumpulan data guna mengadakan pertemuan


keselamatan kerja atau sidang P2K3.

5) Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja dilingkungan karyawan

perusahaan.

6) Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor

terhadap keselamatan kerja (Alkon,1998).

d. Macam Inspeksi

Jenis-jenis inspeksi pada umumnya meliputi :

1) Inspeksi Tidak Terencana

Inspeksi yang dilakukan hanya sambil lalu, sehingga umumnya bersifat

dangkal dan tidak sistematis, diantaranya sebagai berikut :

a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman.

b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.

c. Perhatian cenderung lebih besar pada kepentingan produksi.

d. Tidak tercatat.

e. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak sampai mendasar.

2) Inspeksi yang Terencana

Inspeksi yang terencana terbagi menjadi 2, yaitu :

a) Inspeksi rutin atau umum

Inspeksi rutin terhadap sumber-sumber bahaya ditempat kerja atau

kegiatan identifikasi terhadap tugas-tugas, proses operasional, perlatan dan

mesin-mesin yang mempunyai resiko tinggi.

Beberapa keuntungan dari dilaksanakannya inspeksi rutin atau umum

yaitu :

1. Inspektor dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk melakukan

inspeksi.
2. Inspektor dapat melakukan observasi menyeluruh tentang keselamatan

dan kesehatan kerja di tempat kerja.

3. Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah dipersiapkan

dengan baik.

4. Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat dibuat untuk

meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di tempat kerja.

b) Inspeksi Khusus

Inspeksi khusus merupakan kegiatan inspeksi yang dilakukan untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi hazard terhadap obyek-obyek kerja

tertentu yang mempunyai resiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk

pencegahan dan pengendalian resiko di tempat kerja.

Perbadaan antara inspeksi umum dan khusus adalah bahwa inspeksi

umum direncankana dengan cara walk-through survey keseluruh area kerja dan

bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi khusus direncanakan untuk diarahkan

kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin-mesin, alat kerja, dan tempat

tempat khusus yang telah diketahui mempunyai resiko tinggi (tarwaka, 2008).

e. Obyek yang Harus di Inspeksi

Untuk membantu menentukan aspek-aspek apa saja yang ada di tempat

kerja yang akan diinspeksi, perlu dipertimbangkan dan di pahami hal-hal sebagai

berikut :

1) Hazard yang berpotensi menyebabkan cidera atau sakit dan masalah-masalah

K3 yang ada ditempat kerja.

2) Peraturan perundang-undangan bidang K3 dan standart yang berkaitan dengan

hazard, tugas-tugas, proses produksi tertentu yang diterapkan di masing

masing perusahaan.
3) Masalah-masalah K3 yang terjadi sebelumnya meskipun resikonya kecil perlu

dipertimbangkan (Tarwaka, 2008).

f. Langkah-langkah Pelaksanaan Inspeksi

Inspektor (pelaksana inspeksi) harus memahami kebijaksanaan

kebijaksanaan dan norma-norma keselamatan kerja, selain itu juga harus

menguasai undang-undang dan peraturan-peraturan keselamatan kerja yang

dikeluarkan oleh pemerintah maupun standart-standart lainnya (Alkon, 1998).

Inspektor atau pelaksana inspeksi keselamatan kerja dibedakan menjadi

2, yaitu :

1) Ekstern Perusahaan

Inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi

pemerintah atau pihak ketiga.

2) Intern Perusahaan

Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti supervisor

dan manager lini dan juga mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety

advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik setiap unsur karyawan dari level

terendah sampai tingkat tinggi (top management).

Inspeksi keselamatan kerja dilakukan melalui :

a. Tahap Persiapan Inspeksi

1) Periksa jadwal dan tim kerja

2) Analisa kecelakaan yang ada

3) Analisa laporan inspeksi yang lalu

4) Buat checklist (daftar periksa)

5) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi

6) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja


7) Rencanakan jalur-jalur inspeksi

8) Anggaran waktu yang cukup

9) Siapkan alat pelindung diri

b. Pelaksanaan inspeksi

1) Pendahuluan

Yaitu menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi

untuk menjelaskan bahwa akan diadakan inspeksi diarea kerja.

2) Peta Inspeksi

Usahakan mengikuti peta inspeksi seperti yang telah direncanakan

3) Pengamatan

Mengamati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada atau

tidaknya pelanggaran terhadap peraturan keselamatan kerja.

4) Observasi

Observasi tindakan-tindakan perorangan untuk mencocokan dengan

syarat-syarat keselamatan kerja.

5) Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan atau juga cross-check data.

6) Koreksi

Koreksi sementara dengan segera apabila dalam melaksanakan inspeksi

atau tindakan berbahaya atau membahayakan.

7) Catat

Buat catatan ringkas tentang ketidak sesuaian dan kesesuaian peralatan,

tindakan dan kondisi terhadap standart kemudian periksa pedoman

identifikasi bahaya

Seorang inspektor harus menunjukan tempat dan penjelasan setiap bahaya


yang ditemukan dalam pemeriksaan, dan juga harus membuat catatan yang

mendetail untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan pertanyaan yang akan

timbul. Potensi kerugiannya supaya diperkirakan agar dapat membuat klasifikasi

dalam laporan.

Dalam membuat rating bahaya menggunakan 2 kategori, yaitu :

a). Menentukan besar konsekuensi yang diperkirakan akan diakibatkan oleh

bahaya apabila terjadi kecelakaan

b). Perkiraan probabilitas kejadian kecelakaan

c. Tahap Pelaporan

Setiap inspeksi harus ditindak lanjuti dengan laporan tertulis tanpa laporan

tertulis inspeksi tidak mempunyai arti dan hanya seperti single seeing tour

saja. Tipe laporan inspeksi ada 3 yaitu :

1) Laporan Keadaan Darurat

Segera dibuat tanpa menunggu untuk keadaan berbahaya, kritis atau

katastropik, yaitu termasuk kategori bahaya IA, IIB.

2) Laporan Berkala (periodik)

Mencakup keadaan bahaya yang tidak tergolong emergency yang

ditemukan dalam inspeksi berkala. Laporan supaya dibuat dalam 24 jam

setelah inspeksi.

3) Laporan Ringkas (summary)

Mencakup semua item dari laporan berkala terdahulu untuk jangka waktu

tertentu.

Laporan harus menyebutkan nama departemen dan area yang di inspeksi,

nama serta jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama

untuk siapa laporan dibuat.


Adapun statistik membuat laporan yang ada dianjurkan agar mudah

dipahami dan ditindak lanjuti yaitu :

1). Catat item temuan yang belum ditindak lanjuti dan beri tanda pengukang

kembali.

2). Tiap item harus diberi nomor urut.

3). Tiap item supaya diberi klasifikasi bahaya.

4). Sedapat mungkin sebutkan akan tindak lanjuti dan oleh siapa dari item yang

ditulis ulang.

5). Laporan inspeksi supaya dialamatkan kepada departemen yang diinspeksi

dengan tembusan kepada atasan.

6). Usaha perbaikan sebagai tindak lanjut.

7). Untuk mengetahui kondisi dari setiap keadaandan upaya yang dilakukan

dalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka sangat perlu

adanya langkah evaluasi tersebut maka kita dapat menentukan tindak lanjut

yang akan dilakukan untuk pengembangan.

Inspeksi adalah tindakan preventif dari adanya potensi bahaya sebelum

potensi bahaya tersebut menjadikan kecelakaan. Rekomendasi dari laporan dapat

dijadikan dasar untuk membuat rencana kerja yang menyusun prioritas dalam

rencana kerja.

Untuk penindak lanjutan, rekomendasi dapat dikelompokan menurut :

1). Daerah bahaya ditemukan.

2). Penanggung jawab perbaikan.

Kemudian rekomendasi tersebut perlu dikirim kepada yang berwenang

untuk persetujuan pelaksanaan perbaikan. untuk pelaksanaannya dibuat form,

penerima form rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya


dalam waktu yang ditentukan dalam prosedur, apabila menyetujui rekomendasi

diminta memberi kepastiannya kapan tindak lanjutnya telah dilaksanakan, apabila

menolaknya supaya menjelaskan apa alasannya. Untuk memudahkan administrasi

dan penindaklanjutan, form dibuat dalam beberapa salinan.

Ada 4 tahap yang perlu diikuti oleh inspektor dalam membuat

rekomendasi yaitu :

1. Sedapat mungkin seorang inspektor memperbaiki sebab dari deviasi

(penyimpangan) yang ditemukan. Jangan hanya memperbaiki hasil terakhir

dan membiarkan permasalahannya.

2. Perbaiki apa saja yang mungkin diperbaiki secara langsung.

3. Laporkan kondisi yang ada dikuar wewenang anda dan usulkan solusinya.

4. Ambil tindakan sementara bila perlu.

Pada waktu tertentu supervisor harus melaporkan perkembangan dari

pelaksanaan rekomendasi kepada P2K3 pusat. Sebaliknya P2K3 pusat harus

memeriksa secara berkala perkembangan pelaksanaannya sudah memenuhi syarat

yang dimaksut. Keadaan berbahaya yang tidak diperbaiki memberi indikasi

adanya komunikasi yang tidak baik antara departemen dalam pelaksanaan

program.

SAFETY AUDIT
- Pengamatan kritis dan sistematis terhadap penerapan yang menyangkut aspek Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mencari Kelemahan Sistem dan langkah perbaikannya
sebelum timbul kecelakaan/kerugian

PERBEDAAN AUDIT & INSPEKSI


- Audit: Upaya mengatur efektivitas dari pelaksanaan suatu Sistem, Difokuskan terhadap proses
suatu Sistem, Penekanan terhadap Proses, Metode Pelaksanaan : tinjauan ulang, verifikasi dan
observasi, Jangka Panjang
- Inspeksi: Upaya menemukan kesesuaian dari suatu Obyek, Difokuskan terhadap suatu Obyek,
Penekanan terhadap hasil akhir, Metode Pelaksanaan : dengan pengujian secara teknis dan
mendetil, Jangka Pendek

MENGAPA AUDIT DIPERLUKAN?


- Melakukan evaluasi terhadap efektifitas program
- Sebagai motivator terhadap usaha perbaikan
- Membandingkan antara pelaksanaan dan program
- Melakukan identifikasi terhadap ketidak sesuaian
- Agen dari kegiatan Manajemen

TUJUAN AUDIT
- untuk menentukan efektifitas program K3 perusahaan, dan mengukur upaya pencegahan
kerugian

RUANG LINGKUP AUDIT


- Audit K3 dilaksanakan pada semua kegiatan perusahaan
- Pelaksanaan audit K3 harus mencakup semua tujuan dan program serta sistem manajemen K3
yang yang telah ditetapkan
- Melibatkan semua unsur untuk melaksanakan perbaikan sebagai perwujudan komitmen
manajemen

JENIS AUDIT
- INTERNAL & EKSTERNAL

AUDIT INTERNAL
- Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan obyektifitas
- Pelaksanaan tidak terlalu formal
- Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap program
- Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka mengembangkan sistem manajemen K3
- Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang akan dilaksanankan oleh konsultan
pihak luar
CONTOH: Process Safety Management Audit (PSM Audit Team), Environmental, Health and
Safety Management System Audit (SMLK3 Audit Team)

AUDIT EKSTERNAL
- Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
- Pemeriksaan dilakukan secara formal
- Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem manajemen K3
- Penilaian oleh badan independen akan memperoleh pengakuan baik secara nasional maupun
internasional
CONTOH: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001
KEUNTUNGAN AUDIT
- Memperkuat program dan standar organisasi
- Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong perbaikan kinerja
- Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian terhadap kondisi substandard
- Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian yang merugikan terjadi, sehingga
dapat melakukan kontrol utk perbaikan pada tingkat awal
- Identifikasi terhadap kelemahan program
- Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk saling mengenal dan saling
memperkuat
- Memperkuat kemampuan manajemen
- Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan program
- Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen
- Memberi kesempatan pada upaya dan kontribusi setiap pekerja dalam melaksanakan prinsip
sistem manajemen K3

LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN AUDIT


- Persiapan pre-audit
- Pertemuan pendahuluan
- Tour keliling tempat kerja
- Melaksanakan wawancara
- Verifikasi terhadap informasi yang didapat
- Pertemuan penutup
- Evaluasi dan Laporan audit

TYPICAL PERSONAL INTERVIEWED


- Safety/ Loss Control Manager
- Industrial Hygienist
- Occupational Health Nurse or Physician
- Fire Specialist
- Maintenance Manager
- Employee Training Coordinator
- Human Resources/ Personal Manager
- Senior Operating Manager
- Engineering Manager
- Purchasing/ Procurement Manager
- Environmental Protection Engineer
- Emergency Response Coordinator
- Program or Element Leaders

LAPORAN AUDIT BERISIKAN


- Ringkasan Pelaksanaan audit K3 (Executive Summary)
- Nama lokasi yang diaudit, nama auditor termasuk semua anggota tim audit K3, tanggal
pelaksanaan audit K3, distribusi laporan, dan  tanggal rencana jawaban
- Kata pengantar dan ucapan terima kasih kepada Tim Manajemen dan semua pihak terkait,
sehingga audit K3 dapat terlaksana dengan baik
- Tujuan dan ruang lingkup audit K3
- Laporan utama yang berisikan
- Kesimpulan

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN AUDIT K3


1. PRINSIP DASAR AUDIT
- Audit harus berdasarkan fakta-fakta obyektif
- Kriteria keputusan harus berdasarkan kepada syarat-syarat standar dan peraturan-perundangan
yang ada

2. POKOK PENTING DAN SARAN DALAM PENERAPAN AUDIT


- Pisahkan antara audit dokumen dan audit lapangan
- Gunakan daftar periksa; Namun demikian audit tidak terbatas pada daftar periksa, oleh sebab
itu temuan di lapangan dapat diangkat menjadi permasalahan
- Ujilah bukti yang didapat di lapangan dengan standar, prosedur dan peraturan yang berlaku
- Kesesuaian dan ketidak sesuaian, serta tingkatannya perlu dievaluasi
- Rincian temuan harus sesuai dengan pokok kriteria audit

3. KETIDAK SESUAIAN
A. Jenis Ketidak Sesuaian:
- Ketidak Sesuaian dengan standar prosedur
- Ketidak Sesuaian dengan peraturan pemerintah
- Ketidak Sesuaian dengan SMK3
B. Tingkat Ketidak Sesuaian
- Ketidak Sesuaian Utama – SMK3 tidak berfungsi
- Ketidak Sesuaian dengan persyaratan – sistem     berfungsi
- Ketidak sesuaian Minor – dapat diperbaiki dengan bimbingan

4. PENULISAN LAPORAN HARUS


- Menggambarkan fakta dengan jelas
- Menghindari kata-kata abstrak
- Data obyektif, tidak boleh subyektif
- Menggambarkan alasan dengan jelas, sehingga mudah dimengerti
- Menghindari inkonsistensi

5. PELAPORAN TINDAK LANJUT


- Pelaporan tindak lanjut hendaknya disusun sebagai berikut:
A. Laporan Audit
B. Tindakan koreksi
C. Menerima jawaban laporan
D. Tindak lanjut
- Dalam laporan ini agar diindikasikan hal-hal yang direkomendasikan, anggota yang akan
menerima laporan, batas waktu jawaban terhadap ketidak pastian hasil audit, status auditee,
evaluasi terhadap tindakan koreksi, dan gambaran untuk audit berikutnya

DEFINISI
- Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap penerapan Manajemen K3
diseluruh kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk meminimisasi kerugian
- Inspeksi (K3) adalah pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap suatu Obyek Kegiatan atau
Departemen biasanya dilakukan oleh petugas setempat
DAFTAR PUSTAKA

https://www.safetysign.co.id/news/310/6-Poin-Penting-Tentang-Inspeksi-K3-yang-Harus-
Diketahui-Supervisor

http://firdyhs.blogspot.com/2013/04/safety-audit-concepts.html

Alkon, 1998. Manajemen Keselamatan kerja bagi pengawas. Surabaya : Lembaga Pembinaan
Ketrampilan dan Manajemen.

Freeport Indonesia, 1995. Pelatihan Enam Hari untuk Leadhand dan Foreman. Tembaga pura :
PT. Freeport Indonesia.

Sucofindo, 1998. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bahan peserta pelatihan K3.
Jakarta : PT. Sucofindo.

Sugeng Budiono, AM, Jusuf, RMS, Adriana Pusparini, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Suma’mur, PK, 1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PPM.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja). Surakarta : Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai