Anda di halaman 1dari 2

Rahasia Istiqamah Dalam Ibadah

Walau Uzur Tetap Dapat Pahala


Jika seseorang tidak mampu menghadiri shalat jama’ah padahal sebelumnya ia mampu hadir
secara rutin, ingatlah keadaan seperti ini akan dicatat seperti ia melakukannya saat sehat dan
kuat, yaitu sesuai dengan kebiasaannya ketika itu.

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ب لَهُ ِم ْث ُل َما َك‬


َ ‫ان يَ ْع َم ُل ُمقِي ًما‬
‫ص ِحيحًا‬ َ ِ‫ ُكت‬، ‫ض ْال َع ْب ُد أَ ْو َسافَ َر‬
َ ‫إِ َذا َم ِر‬
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya
pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996)

Hadits di atas menceritakan saat Yazid bin Abi Kabsyah puasa ketika safar (saat perjalanan
jauh), Abu Burdah lantas mengatakan padanya bahwa ia baru saja mendengar Abu Musa
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang disebutkan di atas.

Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam bab:

‫اإلقَا َم ِة‬ َ ‫يُ ْكتَبُ لِ ْل ُم َسافِ ِر ِم ْث ُل َما َك‬


ِ ‫ان يَ ْع َم ُل فِى‬
“Dicatat bagi musafir pahala seperti kebiasaan amalnya saat mukim.”

Dari hadits itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,

‫ت نِيَّته لَ ْواَل ْال َمانِع أَ ْن يَ ُدوم َعلَ ْيهَا‬


ْ َ‫ان يَ ْع َمل طَا َعة فَ َمنَ َع ِم ْنهَا َو َكان‬
َ ‫ق َم ْن َك‬
ّ ‫َوهُ َو فِي َح‬
“Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari
melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan
tersebut akan dijaga rutin.” (Fath Al-Bari, 6: 136)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ض قِي َل لِ ْل َملَ ِك ْال ُم َو َّك ِل بِ ِه ا ْكتُبْ لَهُ ِم ْث َل‬ َ ‫ان َعلَى طَ ِريقَ ٍة َح َسنَ ٍة ِم َن ْال ِعبَا َد ِة ثُ َّم َم ِر‬
َ ‫ْال َع ْب َد إِ َذا َك‬
‫ى‬ ْ ُ‫ان طَلِيقا ً َحتَّى أ‬
َّ َ‫طلِقَهُ أَ ْو أَ ْكفِتَهُ إِل‬ َ ‫َع َملِ ِه إِ َذا َك‬
“Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka
dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah padanya semisal yang ia
amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut
nyawanya.” (HR. Ahmad, 2: 203. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini
shahih, sedangkan sanad hadits ini hasan)

Amalan yang dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu, sebagaimana disebutkan dalam
hadits,

‫ال إِلَى هَّللا ِ تَ َعالَى أَ ْد َو ُمهَا َوإِ ْن قَ َّل‬


ِ ‫أَ َحبُّ األَ ْع َم‬
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun
jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no. 783; dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha).
Baca keterangan hadits ini di artikel: Di Balik Amalan yang Sedikit Namun Kontinu.

Inti dari pembahasan, pentingnya beramal rutin (kontinu) karena saat kita ada uzur beramal, tetap
dicatat sebagaimana kita melakukannya secara rutin. Terapkan kaedah hadits di atas untuk
masalah ibadah apa pun.

Kata Imam : M Utsaimin al Utsaimin;

Wafi hadza tanbihu ‘ala annahi lil ‘aqil, madama fi halis shihati wal fara lil ‘amal ash-shalihah.

2. Waktu lapang dimamfaatkan

Anda mungkin juga menyukai