Anda di halaman 1dari 6

Ayat Tentang Dakwah َ‫صالِحًا َوقَا َل إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫ َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ اًل ِم َّم

َ ‫ َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ اًل ِم َّم ْن َدعَا إِلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬Arab-Latin: wa


man aḥsanu qaulam mim man da'ā ilallāhi wa 'amila ṣāliḥaw wa qāla innanī minal-muslimīn
Terjemah Arti: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?" — Surat Fussilat Ayat 33 Terjemahan Tafsir Bahasa Indonesia (Isi
Kandungan) Tidak ada yang lebih bagus perkataannya daripada seseorang yang mengajak
kepada tauhid Allah dan penyembahan kepadaNya semata, lalu dia melakukan amal shalih
dan dia berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim yang tunduk kepada
perintah dan syariat Allah.” Ayat ini mengandung dorongan untuk berdakwah kepada Allah,
menjelaskan keutamaan para ulama yang mengajak kepada Allah berdasarkan ilmu yang
mantap (bashirah) sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad. (Tafsir al-
Muyassar) 33. Tidak ada seorangpun yang lebih bagus perkataannya dibandingkan orang
yang mengajak untuk mentauhidkan Allah dan mengamalkan syariat-Nya, mengerjakan amal
saleh yang diridai oleh Rabbnya, dan dia berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri lagi tunduk kepada Allah.” Barangsiapa melakukan hal itu seluruhnya,
maka dia adalah manusia yang paling bagus perkataannya. (Tafsir al-Mukhtashar) 33. Tidak
ada orang yang lebih baik ucapannya daripada orang yang mengajak agar hanya menyembah
Allah dan mengerjakan amal shalih yang diperintahkan olehNya. Dia berkata dengan lantang:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang tunduk kepada perintah Allah” Ini
merupukan penggabungan antara akidah dan amal. {Man} adalah istifham yang mengandung
makna nafi. Maknanya adalah tidak ada satupun yang ucapannya lebih baik. Ayat ini
diturunkan untuk Rasulallah SAW dan para sahabatnya (Tafsir al-Wajiz) 33. ‫َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّمن‬
ِ‫( َدعَآ إِلَى هللا‬Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah) Yakni kepada keesaan dan ketaatan kepada Allah. Inilah perkataan terbaik yang
diucapkan seseorang kepada orang lain. َ‫صلِحًا َوقَا َل إِنَّنِى ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ ٰ ‫( َو َع ِم َل‬mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”) Yakni
berserah diri kepada Tuhan-Ku. Setiap orang yang menjalankan dakwah kepada syariat Allah
dan melakukan amal baik dengan mengerjakan kewajiban yang diperintahkan Allah dan
menjauhi larangan-Nya serta termasuk orang yang beragama Islam, maka tidak ada yang
lebih baik perkataannya darinya dan tidak ada yang lebih terang jalannya serta tidak ada yang
lebih besar balasan amalnya. (Zubdatut Tafsir) ‫ص َل لَ ُك ْم َما‬ َّ َ‫َو َما لَ ُك ْم أَاَّل تَأْ ُكلُوا ِم َّما ُذ ِك َر ا ْس ُم هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َوقَ ْد ف‬
َ‫ضلُّونَ بِأ َ ْه َوائِ ِه ْم بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم ۗ إِ َّن َربَّكَ هُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْعتَ ِدين‬
ِ ُ‫ َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم إِاَّل َما اضْ طُ ِررْ تُ ْم إِلَ ْي ِه ۗ َوإِ َّن َكثِيرًا لَي‬wa mā lakum
allā ta`kulụ mimmā żukirasmullāhi 'alaihi wa qad faṣṣala lakum mā ḥarrama 'alaikum illā
maḍṭurirtum ilaīh, wa inna kaṡīral layuḍillụna bi`ahwā`ihim bigairi 'ilm, inna rabbaka huwa
a'lamu bil-mu'tadīn Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan
kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak
menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. — Surat Al-
An’am Ayat 119 Dan apa saja yang menghalangi kalian (wahai kaum muslimin), untuk
memakan sembelihan yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal
sesungguhnya Allah telah menerangkan kepada kalian seluruh makanan yang diharamkannya
atas kalian? Akan tetapi, dalam kondisi darurat yang disebabkan oleh kelaparan, dari barang-
barang yang diharamkan atas kalian seperti bangkai, sesungguhnya menjadi boleh dimakan
bagi kalian. Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang sesat pasti akan menyesatkan para
pengikut mereka dari jalan Allah dalam urusan penghalalan barang-barang yang diharamkan
dan pengharaman barang-barang halal dengan dorongan hawa nafsu mereka lantaran
kebodohan mereka. Sesungguhnya tuhanmu (wahai rasul), lebih mengetahui orang yang
melampaui batas dalam perkara tersebut. Dan Dia lah yang akan menangani perhitungan
perbuatan orang itu dan balasan baginya. (Tafsir al-Muyassar) 119. Apa yang mencegah
kalian -wahai orang-orang mukmin- untuk memakan binatang yang disembelih dengan
menyebut nama Allah? Padahal Allah telah menjelaskan kepada kalian apa-apa yang
diharamkan bagi kalian sehingga harus kalian tinggalkan, kecuali dalam kondisi darurat.
Karena kondisi darurat membuat yang terlarang menjadi boleh. Dan banyak orang-orang
musyrik yang tersesat berusaha menyesatkan para pengikut mereka dengan pendapat-
pendapat mereka yang salah lantaran kebodohan mereka. Mereka menghalalkan apa-apa yang
telah Allah haramkan bagi mereka, seperti bangkai dan lain-lain, dan mengharamkan apa-apa
yang Allah halalkan bagi mereka, seperti binatang-binatang baḥīrah, waṣīlah, ḥāmī dan lain-
lain. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- lebih tahu tentang orang-orang yang melampaui
batas-batas Allah. Dan Dia akan memberi mereka balasan yang setimpal atas perbuatan
mereka yang melampaui batas-batas-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar) 119 Mengapa kamu tidak
mau memakan binatang-binatang yang halal dan yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya? Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya kepadamu dengan penjelasan yang jelas pada surat Al maidah ayat ketiga,
kecuali sesuatu yang haram dan kamu terpaksa memakannya. Sebab keadaan mendesak bisa
jadi sebab halalnya sesuatu yang diharamkan. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia yaitu
orang-orang kafir benar benar hendak menyesatkan orang lain dengan hawa nafsu mereka
tanpa pengetahuan dan dasar. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih Mengetahui orang-
orang yang melampaui batas. sehingga mereka menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal. Seperti orang Jahiliyyah yang menghalalkan bangkai. dan
mengharamkan unta bakhirah dan sahibah (Tafsir al-Wajiz) 119. ِ‫وا ِم َّما ُذ ِك َر ا ْس ُم هللا‬ ۟ ُ‫َوما لَ ُك ْم أَاَّل تَأْ ُكل‬
َ
‫( َعلَ ْي ِه‬Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama
Allah ketika menyembelihnya) Yakni apa yang menghalangi kalian dari memakan
sembelihan yang telah kalian sebut nama Allah ketika menyembelihnya padahal Allah telah
mengizinkan kalian memakannya? ‫ص َل لَ ُكم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم‬ َّ َ‫( َوقَ ْد ف‬padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu) Yakni Allah telah menjelaskan
bagi kalian makanan-makanan yang diharamkan dengan penjelasan yang terperinci tanpa ada
keraguan didalamnya dan yang menjauhkan syubhat dengan firman-Nya: ( ‫إنما حرم عليكم‬
‫الميتة‬....) “sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kalian bangkai…..—sampai akhir
ayat –“. ‫( ۗ إِاَّل َما اضْ طُ ِررْ تُ ْم إِلَ ْي ِه‬kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya) Yakni dari segala
yang diharamkan atas kalian, karena keadaan darurat dapat menjadikan hukum yang haram
menjadi boleh. ‫ضلُّونَ بِأ َ ْه َوآئِ ِهم بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم‬ ِ ُ‫( َوإِ َّن َكثِيرًا لَّي‬Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan)
Mereka adalah pemuka-pemuka orang kafir yang mengharamkan bahiirah, saa’ibah, dan yang
lainnya; mereka berusaha menyesatkan manusia, namun manusia mengikuti mereka dan dan
tidak tahu bahwa itu merupakan kebodohan dan kesesatan; begitu pula yang terjadi pada
bangsa-bangsa lain yang mengharamkan sesuatu karena hawa nafsu dan kebodohan.
(Zubdatut Tafsir) َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ِ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوأُو ٰلَئ‬
ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-ma'rụfi wa yan-hauna
'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. — Surat Ali ‘Imran Ayat 104 Dan
hendaklah di antara kalian (wahai kaum Mukminin), ada segolongan orang yang mengajak
kepada kebaikan dan memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu sesuatu yang telah diketahui
kebaikannya menurut syariat dan akal, dan melarang dari kemungkaran, yaitu apa-apa yang
diketahui keburukannya dari segi syariat maupun akal. Mereka itu adalah orang-orang yang
beruntung menggapai surga yang penuh kenikmatan. (Tafsir al-Muyassar) 104. Dan
hendaklah ada di antara kalian -wahai orang-orang mukmin- satu kelompok yang mengajak
kepada setiap kebajikan yang dicintai Allah, menyuruh berbuat baik yang ditunjukkan oleh
syarak dan dinilai baik oleh akal sehat, dan mencegah perbuatan mungkar yang dilarang oleh
syarak dan dinilai buruk oleh akal sehat. Orang-orang semacam itulah yang akan
mendapatkan kemenangan yang sempurna di dunia dan akhirat. (Tafsir al-Mukhtashar) 104
Dan hendaklah ada di antara kalian wahai orang-orang mukmin, segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan dengan mengajarkan kebaikan dan menyuruh kepada kebaikan.
Kebaikan adalah segala yang berkaitan dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Serta menyeru
untuk berbuat ma’ruf: kebaikan yang sesuai dengan syariat dan akal sehat. Serta mencegah
perbuatan munkar: yaitu segala yang dianggap tidak baik oleh syariat dan akal sehat. Mereka
yang menyeru kepada kebaikan itu samua merekalah orang-orang yang beruntung yang akan
mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya (Tafsir al-Wajiz) 104. ٌ‫( َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمة‬Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat) Yakni hendaklah segolongan diantara kalian yang
senantiasa mendirikan kewajiban berdakwah, memerintah kebajikan, dan melarang
keburukan. Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah hendaklah kalian semua
menjalankan kewajiban dakwah, memerintah kebajikan, dan melarang keburukan. Namun
pendapat pertama lebih dekat kepada kebenaran. ‫( يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر‬yang menyeru kepada
kebajikan) Yakni dengan mengajarkannya, memberi nasehat dan petunjuk. ‫ُوف‬ ِ ‫َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
‫ۚ ويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر‬
َ (menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar) Yakni
dengan tangan atau lisan. Dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada yang
mungkar adalah bagian dari fardhu kifayah, yang dikhususkan bagi pemilik ilmu yang
mengetahui perihal apa yang diajarkannya dan apa yang dilarangnya. Dan kewajiban
menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada yang mungkar ini berdasarkan apa yang
termaktub dalam al-qur’an dan as-sunnah, dan ia merupakan salah satu kewajiban yang
paling mulia yang ada dalam syariat yang suci ini dan juga merupakan asas penting dari asas-
asas syariat, karena dengannya sempurnalah aturan-aturannya, karena pemeluk setiap agama
telah melenceng sebagian mereka dari agamanya disebabkan kebodohan mereka tentang
agama atau karena mengikuti hawa nafsu mereka. Atau mungkin karena lalai dalam
menjalankan kewajiban mereka, atau mungkin saling menzalimi diantara mereka, maka
apabila tidak ada orang yang membenarkan jalan mereka, menunjukkan petunjuk kepada
yang tersesat, menasehati yang lalai, dan menghentikan tangan zalim, maka kesesatan akan
semakin banyak dan semakin besar hingga agama akan dilupakan dan akan berubah Batasan-
batasannya. Dan Allah telah mempringati kita agar tidak seperti apa yang terjadi pada Bani
Israil. Yang Allah telah melaknat mereka karena meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar
lewat firman-Nya: َ‫وا يَ ْف َعلُون‬ ۟ ُ‫س ما َكان‬ ۟ ۟ ۟ َ ‫ ٰذلِكَ بما ع‬Yang
َ َ ‫ َكانُوا اَل يَتَنَاهَوْ نَ عَن ُّمن َك ٍر فَ َعلُوهُ ۚ لَبِ ْئ‬. َ‫َصوا َّو َكانُوا يَ ْعتَ ُدون‬ َِ
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu. (al-Maidah: 78-79) َ‫( َوأُ ۟و ٰلٓئِك‬Mereka itulah) Yakni golongan
yang menjalankan apa yang disebutkan. َ‫(هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬orang-orang yang beruntung) Yakni
orang-orang yang mendapat kekhususan dengan keberuntungan. (Zubdatut Tafsir) ‫فَلَ ْم يَ ِز ْدهُ ْم‬
‫ ُدعَائِي إِاَّل فِ َرارًا‬fa lam yazid-hum du'ā`ī illā firārā maka seruanku itu hanyalah menambah
mereka lari (dari kebenaran). — Surat Nuh Ayat 6 5-10. Nuh berkata, “wahai Tuhanku,
sesungguhnya aku telah mengajak kaumku untuk beriman kepadaMu malam dan siang, tetapi
ajakanku kepada mereka agar beriman tidak membuat mereka kecuali berlari dan berpaling.
Setiap kali aku mengajak mereka agar beriman kepadaMu, agar dosa-dosa mereka diampuni,
mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga-telinga mereka, agar mereka tidak mendengar
dakwah kebenaran, mereka menutup wajah mereka dengan kain agar tidak melihatku, mereka
tetap bersikukuh di atas kekafiran mereka, menyombongkan diri dan menolak iman dengan
kesombongan yang besar. Kemudia aku mengajak mereka agar beriman secara terang-
terangan, tidak bersembunyi. Kemudian aku mengumumkan dakwah dengan suara tinggi
dalam satu kondisi dan memelankannya dalam kondisi lainnya. Aku berkata kepada kaumku,
‘Mintalah ampunan dari dosa-dosa kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi siapa
yang bertaubat dari hamba-hambaNya dan kembali kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar) 6.
Seruanku kepada mereka itu tidak menambah mereka melainkan semakin lari dan menjauh
dari apa yang aku serukan kepada mereka. (Tafsir al-Mukhtashar) 6. Namun ajakanku tidak
mendorong mereka untuk beriman dan bertauhid kecuali mereka lari dan menjauh dari
keimanan dan ketaatan (Tafsir al-Wajiz) 6. ‫ى إِاَّل فِ َرارًا‬ ٓ ‫( فَلَ ْم يَ ِز ْدهُ ْم ُدعَآ ِء‬maka seruanku itu hanyalah
menambah mereka lari (dari kebenaran)) Yakni lari menjauh dari apa yang aku sampaikan
kepada mereka. (Zubdatut Tafsir) ‫َاب َو ْال ُح ْك َم َوالنُّبُ َّوةَ ۚ فَإ ِ ْن يَ ْكفُرْ بِهَا ٰهَؤُاَل ِء فَقَ ْد َو َّك ْلنَا بِهَا‬ َ ِ‫أُو ٰلَئ‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت‬
َ‫ قَوْ ًما لَ ْيسُوا بِهَا بِ َكافِ ِرين‬ulā`ikallażīna ātaināhumul-kitāba wal-ḥukma wan-nubuwwah, fa iy yakfur
bihā hā`ulā`i fa qad wakkalnā bihā qaumal laisụ bihā bikāfirīn Mereka itulah orang-orang
yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian Jika orang-orang (Quraisy) itu
mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-
kali tidak akan mengingkarinya. — Surat Al-An’am Ayat 89 Para nabi telah kami beri
karunia kepada mereka dengan hidayah dan kenabian itu, mereka itulah orang-orang yang
telah kami berikan kepada mereka kitab suci, seperti shuhuf (lembaran kitab suci) Ibrahim,
taurat musa, zabur dawud, injil isa, dan kami telah anugerahkan kepada mereka pemahan
kitab-kitab tersebut dan kami pilih mereka untuk menyampaikan wahyu kami. Wahi rasul,
siapa saja yang mengingkari ayat-ayat al-qur’an ini dari orang-orang kafir dari kaummu,
maka sesungguhnya kami akan menyerahkannya kepada kaum yang lain, yaitu kaum
muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat, yang
sekali-kali tidak akan mengingkarinya. Sebaliknya, mereka betul-betul mengimaninya dan
mengamalkan ajaran yang dikandungnya. (Tafsir al-Muyassar) 89. Para nabi tersebut
merupakan orang-orang yang Kami beri kitab suci, hikmah, dan status sebagai nabi. Jika
kaummu mengingkari ketiga pemberian itu, niscaya Kami akan menyiapkan kaum-kaum lain
yang tidak mengingkarinya, tetapi mengimaninya dan berpegang teguh kepadanya. Yaitu
kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang mengikuti mereka dengan baik sampai hari
Kiamat. (Tafsir al-Mukhtashar) 89 Mereka itulah delapan belas Nabi dan para pengikutnya
yang telah Kami berikan jenis kitab yang sama yaitu kitab samawi, ilmu, dan risalah. Jika
orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang musyrik itu mengingkarinya, maka sesungguhnya
Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.
Mereka adalah kaum Muhajirin dan Anshor. Telah Kami pilih mereka untuk membawa
risalah iman seakan mereka adalah wakil atas risalah itu (Tafsir al-Wajiz) 89. ‫ك‬ َ ِ‫( أُ ۟و ٰلٓئ‬Mereka
itulah) Yakni para nabi yang telah Kami sebutkan sebelumnya itu telah Kami berikan kepada
mereka kitab-kitab Kami. ‫( َو ْال ُح ْك َم‬dan al-hikmah) Yakni ilmu. َ‫( َوالنُّبُ َّوة‬dan kenabian) Yakni
risalah. ‫( فَإِن يَ ْكفُرْ بِهَا ٰهٓؤُآَل ِء‬Jika orang-orang itu mengingkarinya) Yakni orang-orang kafir
quraisy yang durhaka kepada Rasulullah. ‫(فَقَ ْد َو َّك ْلنَا بِهَا قَوْ ًما‬maka sesungguhnya Kami akan
menyerahkannya kepada kaum) Yakni Kami berikan taufik kepada seuatu kaum untuk
beriman. َ‫ُوا بِهَا بِ ٰكفِ ِرين‬ ۟ ‫(لَّ ْيس‬yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya) Sebuah pendapat
mengatakan mereka adalah kaum Muhajirin dan Anshar, Kami beri mereka taufik untuk
mengemban risalah ini hingga seakan-akan merekalah yang telah diserahi dengan risalah
tersebut. (Zubdatut Tafsir) َ‫ك الَّ ِذينَ هَدَى هَّللا ُ ۖ فَبِهُدَاهُ ُم ا ْقتَ ِد ْه ۗ قُلْ اَل أَسْأَلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه أَجْ رًا ۖ إِ ْن هُ َو إِاَّل ِذ ْك َر ٰى لِ ْل َعالَ ِمين‬َ ِ‫أُو ٰلَئ‬
ulā`ikallażīna hadallāhu fa bihudāhumuqtadih, qul lā as`alukum 'alaihi ajrā, in huwa illā żikrā
lil-'ālamīn Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah
petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan
(Al-Quran)". Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat. — Surat Al-
An’am Ayat 90 Para nabi yang telah disebutkan nama-namanya tersebut, itulah orang-orang
yang telah diberikan taufik oleh Allah , untuk memegangi agama yang benar, maka
hendaknya engkau (wahai rasul) mengikuti petunjuk mereka dan menapaki jalan mereka. Dan
katakanlah kepada kaum musyrikin , ”Aku tidak meminta upah duniawi dari kalian dalam
menyampaikan dakwah islam ini. Sesungguhnya balasanku hanyalah menjadi tanggungan
Allah. Dan tidaklah islam itu, kecuali ajakan kepada semua manusia menuju jalan yang lurus
dalam peringatan bagi kalian dan orang-orang yang serupa dengan kalian yang berdiri di atas
kebatilan. Semoga kalian dapat mengambil pelajaran darinya hal-hal yang bermanfaat bagi
kalian. ” (Tafsir al-Muyassar) 90. Para nabi beserta para orangtua, anak-anak, dan saudara-
saudaranya tersebut adalah orang-orang yang benar-benar mendapatkan hidayah (petunjuk
dari Allah). Maka ikutilah jejak mereka dan contohlah perilaku mereka. Dan katakanlah
-wahai Rasul- kepada kaummu, “Aku tidak minta imbalan apa pun dari kalian atas jasaku
menyampaikan Al-Qur`ān ini kepada kalian. Karena Al-Qur`ān itu tidak lain adalah
peringatan bagi alam semesta dari golongan jin dan manusia agar mereka jadikan sebagai
petunjuk ke jalan yang lurus dan jalur yang benar. (Tafsir al-Mukhtashar) 90 Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka wahai
Rasul. Ikutilah jalan mereka dalam menyeru kepada pengesaan allah dan budi pekerti yang
luhur. Katakanlah kepada kaummu wahai Rasul: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan Al-Quran atau dalam menyampaikan risalah”. Al-Quran itu tidak lain
hanyalah peringatan untuk seluruh umat dari manusia maupun jin. (Tafsir al-Wajiz) 90. َ‫أُ ۟و ٰلٓئِك‬
‫( ۗ الَّ ِذينَ هَدَى هللاُ ۖ فَبِهُد َٰىهُ ُم ا ْقتَ ِد ْه‬Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,
maka ikutilah petunjuk mereka) Rasulullah diperintahkan untuk mengikuti jejak para rasul
sebelumnya dalam hal yang belum terdapat wahyu tentangnya. ‫ (ۖ قُل آَّل أَسْـَٔلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه أَجْ رًا‬.
Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan”) Yakni Allah
memerintahkan Rasulullah agar memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak meminta
imbalan atas dakwah yang disampaikan kepada mereka menuju hidayah. ‫(إِ ْن ه َُو إِاَّل ِذ ْك َر ٰى‬Al-
Quran itu tidak lain hanyalah peringatan) Yakni al-qur’an itu. َ‫(لِ ْل ٰعلَ ِمين‬untuk seluruh ummat)
Yakni pembelajaran dan peringatan bagi seluruh makhluk yang ada saat al-qur’an diturunkan
dan setelahnya. (Zubdatut Tafsir) ‫ ثُ َّم إِنِّي َدعَوْ تُهُ ْم ِجهَارًا‬ṡumma innī da'autuhum jihārā Kemudian
sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, —
Surat Nuh Ayat 8 5-10. Nuh berkata, “wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah mengajak
kaumku untuk beriman kepadaMu malam dan siang, tetapi ajakanku kepada mereka agar
beriman tidak membuat mereka kecuali berlari dan berpaling. Setiap kali aku mengajak
mereka agar beriman kepadaMu, agar dosa-dosa mereka diampuni, mereka meletakkan jari-
jari mereka di telinga-telinga mereka, agar mereka tidak mendengar dakwah kebenaran,
mereka menutup wajah mereka dengan kain agar tidak melihatku, mereka tetap bersikukuh di
atas kekafiran mereka, menyombongkan diri dan menolak iman dengan kesombongan yang
besar. Kemudia aku mengajak mereka agar beriman secara terang-terangan, tidak
bersembunyi. Kemudian aku mengumumkan dakwah dengan suara tinggi dalam satu kondisi
dan memelankannya dalam kondisi lainnya. Aku berkata kepada kaumku, ‘Mintalah
ampunan dari dosa-dosa kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi siapa yang
bertaubat dari hamba-hambaNya dan kembali kepadaNya. (Tafsir al-Muyassar) 8. Kemudian
aku -wahai Rabbku- menyeru mereka secara terang-terangan. (Tafsir al-Mukhtashar) 8.
Kemudian aku mengajak mereka secara terang-terangan dengan suara yang tinggi untuk
beriman kepadaMu ya Allah (Tafsir al-Wajiz) 8. ‫( ثُ َّم إِنِّى َدعَوْ تُهُ ْم ِجهَارًا‬Kemudian sesungguhnya
aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan) Yakni menampakkan
dakwah dan menyampaikannya kepada mereka secara terang-terangan. (Zubdatut Tafsir)
‫َت هَبَا ًء ُم ْنبَثًّا‬ ْ ‫ فَ َكان‬fa kānat habā`am mumbaṡṡā maka jadilah ia debu yang beterbangan, — Surat
Al-Waqi’ah Ayat 6 4-6. apabila bumi diguncang dengan kuat sekali, gunung-gunung
dihancurkan berkeping-keping, sehingga ia menjadi debu yang beterbangan di udara disapu
angin. (Tafsir al-Muyassar) 6. Dari penghancuran ini menjadikannya debu yang bertebaran,
tidak menetap. (Tafsir al-Mukhtashar) 6-7. Dan menjadi debu yang bertebaran kemana-mana.
Kalian akan dikategorikan menjadi tiga golongan (Tafsir al-Wajiz) ‫اب َعلَ ٰى‬ َ ‫إِنَّا قَ ْد أُو ِح َي إِلَ ْينَا أَ َّن ْال َع َذ‬
‫ب َوت ََولَّ ٰى‬ َ ‫ َم ْن َك َّذ‬innā qad ụḥiya ilainā annal-'ażāba 'alā mang każżaba wa tawallā Sesungguhnya
telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang
mendustakan dan berpaling. — Surat Thaha Ayat 48 46-48. Allah berfirman kepada Musa
dan Harun, “Janganlah kalian berdua takut kepada Fir’aun. Sesungguhnya Aku bersama
kalian berdua, mendengar ucapan kalian berdua dan melihat tindakan-tindakan kalian berdua.
Maka tetaplah pergi kepadanya dan katakanlah kepadanya, ‘Sesungguhnya kami berdua
adalah utusan kepadamu dari Tuhanmu, agar kamu membebaskan orang-orang Bani Israil,
dan janganlah membebani mereka pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat mereka pikul.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti mukjizat yang amat luar
biasa dari Tuhanmu yang menunjukkan kebenaran kami dalam dakwah kami ini. Dan
keselamatan dari siksaan Allah tercurah bagi orang yang mengikuti petunjukNya.’
Sesungguhnya Tuhanmu telah mewahyukan kepada kami bahwa siksaanNYa itu ditimpakan
atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling dari dakwah dan ajaran syariatNya. (Tafsir
al-Muyassar) 48. Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab yang ada
di dunia dan di akhirat itu ditimpakan kepada siapapun yang mendustakan ayat-ayat Allah,
dan berpaling dari risalah yang dibawa oleh para rasul. (Tafsir al-Mukhtashar) 48. Sungguh
Allah memberi wahyu kepada kami bahwa kehancuran itu ada di dunia dan keabadian itu ada
di neraka akibat pendustaan terhadap ayat-ayat Allah dan rasul-rasulNya, dan menolak untuk
beriman dan berikrar mengesakan Allah SWT. Perlu diperhatikan bahwa Allah SWT itu
memberikan kabar gembira tentang kesejahteraan untuk menyenangkan, lalu mengumumkan
hukuman untuk memberikan ancaman. (Tafsir al-Wajiz) 48. ‫( إِنَّا قَ ْد أُو ِح َى إِلَ ْينَآ‬Sesungguhnya
telah diwahyukan kepada kami) Yakni wahyu dari Allah. ‫ب َوتَ َولَّ ٰى‬ َ ‫ (أَ َّن ْال َع َذ‬bahwa
َ ‫اب َعلَ ٰى َمن َك َّذ‬
siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling) Yakni kehancuran
dan kebinasaan di dunia dan siksa yang kekal di neraka sebagai balasan atas pendustaan
mereka terhadap ayat-ayat Allah dan rasul-Nya. (Zubdatut Tafsir) َّ‫ب َوتَب‬ ٍ َ‫َّت يَدَا أَبِي لَه‬ ْ ‫ تَب‬tabbat
yadā abī lahabiw wa tabb Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. — Surat Al-Lahab Ayat 1 Merugilah kedua tangan Abu Lahab dan sengsara, karena
dia telah menyakiti Rasulullah sholallohu alaihi wasallam. Sungguh kerugian Abu Lahab
telah terwujud. (Tafsir al-Muyassar) 1. Telah merugi kedua tangan paman Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- Abu Lahab bin Abdul Muṭṭalib karena perbuatannya, karena ia telah
menyakiti Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan gagallah usahanya. (Tafsir al-Mukhtashar)
1. Hancur dan merugilah Abu Lahab (yaitu Abu Al-Uzza bin Abdul Muthallib, paman Nabi
SAW, namun dia adalah orang yang paling memusuhinya), maka sungguh merugilah dia. Ini
adalah berita untuknya. Abu Lahab adalah julukan baginya karena saking merahnya
wajahnya, julukan ini disebutkan untuk mengolok-olok dia. Kalimat pertama adalah doa yang
abadi untuk Abu Lahab sampai hari kiamat. Ditetapkan dalam dua hadits shahih dan lainnya
bahwa sesungguhnya Nabi SAW saat mengajak kaumnya di bukit Shafa untuk masuk Islam,
Abu Lahab berkata:”Cih, apakah kamu mengumpulkan kami kecuali hanya untuk ini?”
ٍ َ‫( تب َّۡت يَد َۤا اَبِ ۡى لَه‬Binasalah kedua tangan Abu
kemuidian turunlah surah ini. (Tafsir al-Wajiz) 1. ‫ب‬
Lahab) Yakni binasa dan merugilah kedua tangannya. ؕ َّ‫ ( َّوتَب‬dan sesungguhnya dia akan
binasa) Dan dia juga akan binasa. Dan kebinasaan ini telah menimpanya, dia adalah Abu
Lahab, paman Rasulullah, dan namanya adalah Abdul ‘Uzza. (Zubdatut Tafsir)

Referensi: https://tafsirweb.com/38736-ayat-tentang-dakwah.html

Anda mungkin juga menyukai