Anda di halaman 1dari 31

4.

POLUSI

4-1 Pendahuluan

Polusi adalah masuknya senyawa kimia atau energi (dalam bentuk suara bising, panas, dan
sinar) ke lingkungan alam oleh manusia atau sebagai akibat dari bencana alam, yang dapat
menyebabkan bahaya pada kesehatan manusia, kerusakan/kerugian pada sumber hidup dan
sistem ekologi, dan kerusakan pada struktur atau fasilitas. Unsur dari polusi disebut polutan,
yang dapat berupa senyawa/energi asing atau yang sudah ada di alam. Materi yang sudah
ada di alam disebut pencemar (kontaminan), apabila jumlahnya sudah melebihi tingkat
normal.

Memburuknya kualitas alam karena polusi sebagai akibat dari kemajuan peradaban,
peningkatan penggunaan sumber alam, pertambahan penduduk, dan perkembangan industri,
merupakan konsekuensi yang tidak diinginkan. Air dapat terpolusi oleh polutan seperti
limbah buangan, limbah padat, dan limbah cair dari industri, sedangkan udara dapat terpolusi
dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan gas-gas buangan hasil proses di
industri. Pabrik-pabrik besar juga melakukan pembuangan bahan-bahan kimia industri dalam
jumlah besar. Buangan industri ini menjadi polusi tambahan terhadap perkembangan buangan
dari manusia yang tidak diproses. Praktek pembuangan ‘sewage’ (air buangan) ke aliran
sungai terdekat sudah berlangsung sejak zaman dulu, dan keharusan untuk mengolah limbah
tersebut sebelum di buang ke sungai baru disadari pentingnya oleh manusia setelah penemuan
Louis Pasteur tentang hubungan penyakit dengan bakteri. Air dan udara merupakan unsur-
unsur sangat vital untuk eksistensi manusia, sehingga sangat mutlak diperlukan pencegahan
dan pengontrolan terhadap polusi air dan udara.

Berdasarkan tempat asalnya, polusi sering diklasifikasi sebagai point source (titik sumber)
dan nonpoint source (bukan titik sumber). Point source pollution merujuk pada kontaminan
yang memasuki air, udara, dan tanah melalui sumber polusi tunggal yang dapat diidentifikasi.
Contoh : pipa air buangan instalasi penyulingan minyak bumi (polusi air), mesin pesawat jet
(polusi suara), dan lampu jalanan yang intrusive (polusi sinar).

74
Nonpoint source pollution merujuk pada merembesnya kontaminan kedalam air, udara, dan
tanah, yang tidak berasal dari satu sumber tertentu. Nonpoint source pollution biasanya
merupakan efek kumulatif dari sejumlah kecil kontaminan yang terkumpul dari daerah yang
luas. Sebagai contoh adalah tercemarnya sungai oleh nitrogen dari pupuk karena aliran air
(runoff) dari perkebunan yang dialirkan ke sungai. Sumber polusinya adalah perkebunan,
yang lokasinya dapat jauh dari sungai itu sendiri.

The Blacksmith Institute setiap tahun menerbitkan daftar tempat-tempat di dunia yang paling
tinggi tingkat polusinya. Tahun 2007, daerah yang paling tinggi tingkat polusinya adalah
Azerbaijan, China, India, Peru, Rusia, Ukraina, dan Zambia.

Secara umum bentuk utama dari polusi dan penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Polusi udara
Masuknya zat kimia, partikel asing, atau materi biologis ke atmosfer, yang menyebabkan
bahaya dan ketidaknyamanan pada manusia dan organisme hidup lainnya, atau
menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam.
2. Polusi air
Masuknya kontaminan ke dalam badan air seperti danau, sungai, pantai, dan air tanah,
yang berakibat pada menurunnya kualitas hidup dari makhluk yang tinggal di dalamnya
atau yang mengkonsumsinya.

75
3. Polusi tanah
Meresapnya senyawa kimia xenobiotic (buatan manusia) pada lingkungan tanah alamiah
yang menyebabkan penurunan kualitas tanah sehingga tanah tidak dapat dimanfaatkan.
4. Polusi panas
Perubahan temperatur pada badan air di alam yang disebabkan oleh manusia, sebagai
contoh : perubahan temperatur badan air karena buangan air pendingin dari instalasi
pembangkit tenaga listrik dan perubahan temperatur udara karena kendaraan bermotor
dan kegiatan industri.
5. Polusi suara
Diantaranya suara bising jalan raya, pesawat terbang, dan mesin industri.
6. Polusi sinar
Dapat berasal dari sinar lampu kendaraan, penerangan yang berlebihan, dan gangguan
astronomi.
7. Polusi radioaktif
Yang dapat berasal dari pembangkit tenaga nuklir dan penelitian, pembuatan, dan
pengembangan senjata nuklir.
8. Polusi visual
Hal-hal yang merusak pemandangan seperti: pipa saluran/kabel/kawat listrik, papan iklan
(billboard), perusakan lingkungan oleh pertambangan, tempat sampah terbuka, dan
buangan padat penduduk.

4-2 Sejarah

Pada tahun 1272, Raja Edward I dari Inggris melarang pembakaran batu bara di London
karena asapnya menjadi polusi bagi udara. Kota London juga mencatat salah satu kasus
ekstrim tentang masalah kualitas air dengan peristiwa Great Stink dari sungai Thames pada
tahun 1858. Akan tetapi sebetulnya revolusi industrilah yang melahirkan polusi lingkungan
seperti yang dikenal saat ini. Pembangunan pabrik-pabrik besar dan penggunaan batu bara
dan bahan bakar fosil lainnya dalam jumlah yang sangat besar menyebabkan polusi udara
yang luar biasa. Chicago dan Cincinnati adalah dua kota pertama yang menerapkan undang-
undang untuk menjamin udara bersih pada tahun 1881. Peristiwa asap yang ekstrim dialami
oleh kota Los Angeles dan Donora (Pennsylvania) pada akhir tahun 1940. Pada masa revolusi

76
industri, kota London mengalami peristiwa Great Smoke pada tahun 1952, yang
menyebabkan meninggalnya sekitar 4000 penduduk. Peristiwa-peristiwa mengenai
lingkungan di atas menyebabkan disusunnya undang-undang pertama tentang lingkungan
modern, yaitu The Clean Air Act of 1956.

Bencana internasional seperti kecelakaan kapal tangki minyak Amoco Cadiz di pesisir pantai
Brittany pada tahun 1978 dan bencana Bhopal pada tahun 1984 menunjukkan betapa
pencemaran lingkungan perlu ditangani secara serius. Penderitaan yang disebabkan oleh
beberapa polusi lokal meningkatkan kesadaran manusia. Beberapa peristiwa yang menandai
kesadaran manusia ini diantaranya adalah :
1. Pelarangan konsumsi ikan dari sungai Hudson pada tahun 1974 oleh Environmental
Protection Agency (EPA), badan lingkungan di Amerika Serikat, sebagai akibat dari
pencemaran sungai karena pembuangan Poly Chlorinated Biphenyl (PCB) ke sungai
tersebut. PCB adalah polutan organik yang persisten yang digunakan oleh General
Electronic sebagai isolasi minyak pada transformator dan kapasitor. Diperkirakan 0,6 juta
kg PCB dibuang ke sungai Hudson pada tahun 1947 – 1977.
2. Penerapan undang-undang Superfund pada tahun 1980 berkaitan dengan pencemaran
Love Canal karena pembuangan dioxin dalam jangka panjang sejak tahun 1947. Dioxin
adalah polutan organik yang persisten yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
termasuk kanker. Sumber utamanya adalah hasil proses industri, akan tetapi dapat juga
dihasilkan melalui proses alam seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan.
Pembakaran sampah domestik, termasuk plastik, juga dapat menghasilkan dioxin.
3. Pelarangan penggunaan Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), sebagai pestisida untuk
mengendalikan hama serangga, di hampir seluruh negara maju, setelah publikasi buku
berjudul Silent Spring oleh Rachel Carson. Buku ini mendokumentasikan efek merugikan
pestisida terhadap lingkungan, terutama burung.

Pengembangan dalam ilmu nuklir memperkenalkan manusia pada kontaminasi radioaktif,


dimana radioaktif ini dapat terus bersifat mematikan selama ratusan bahkan ribuan tahun.
Polusi nuklir menjadi isu yang populer setelah Perang Dunia II karena tersebarnya radioaktif
sebagai akibat perang atom dan percobaan nuklir. Di Uni Soviet, Lake Karachay merupakan
tempat yang paling terpolusi menurut Worldwatch Institute, karena menjadi tempat
pembuangan sampah nuklir selama tahun 1950 dan 1960, tempat terpolusi kedua adalah
Chelyabinks. Senjata nuklir tetap dikembangkan selama perang dingin, kadang-kadang
77
didekat daerah yang berpenduduk. Meskipun dalam industri nuklir telah diterapkan tingkat
kehati-hatian yang tinggi, kemungkinan terjadinya malapetaka nuklir tetap ada. Sebagai
contoh adalah kebocoran reaktor nuklir di Three Mile Island (di Dauphin County,
Pennsylvania, USA), Chernobyl (di Ukraina, USSR), dan Fukushima (di Jepang). Atmosfer
dan pantai yang secara alam tidak berbatas menyebabkan tak terhindarkannya implikasi
polusi pada tingkat planet yaitu isu pemanasan global (global warming).

4-3 Polusi Air

Polusi air adalah masuknya kontaminan ke dalam badan air seperti danau, sungai, pantai, dan
air tanah (ground water), yang berakibat pada menurunnya kualitas hidup dari makhluk yang
tinggal di dalamnya atau yang mengkonsumsinya. Polusi air terjadi apabila polutan dibuang
secara langsung maupun tidak langsung ke dalam badan air tanpa dilakukan proses terlebih
dahulu untuk membuang senyawa-senyawa yang berbahaya. Polusi air mempengaruhi
tanaman dan organisme yang hidup di dalam badan air, dan pada umumnya pengaruh ini
berupa kerusakan terhadap bukan saja individu akan tetapi juga populasi dan komunitas
biologi alam di dalamnya. Polusi air merupakan masalah global utama, yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit dan kematian secara luas, sekitar 14.000 kematian per hari.

Air disebut terpolusi apabila air dirusak oleh kontaminan yang berasal dari manusia sehingga
tidak dapat mendukung keperluan manusia (misal : air minum) dan/atau mengalami
perubahan dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas biotik (misal : ikan).
Fenomena alam seperti gunung berapi, pertumbuhan ganggang, badai, dan gempa bumi juga
menyebabkan perubahan besar dari kualitas air dan status ekologinya. Beberapa sumber
polusi air diantaranya adalah pabrik, instalasi penyulingan minyak bumi, fasilitas pengolahan
limbah, tambang, pestisida/herbisida/pupuk, saluran pembuangan kotoran manusia, tumpahan
minyak, kebocoran septic tank, sabun cuci, zat pembersih pada rumah tangga, dan kotoran
hewan. Kontaminan spesifik dalam polusi air diantaranya senyawa kimia, bakteri patogen,
dan perubahan fisik seperti peningkatan temperatur dan perubahan warna. Beberapa zat kimia
secara alamiah berada dalam air (Ca, Na, Fe, Mg), oleh karena itu konsentrasi menjadi kunci
untuk menentukan kapan zat kimia tersebut disebut sebagai kontaminan. Sebagai contoh,
beberapa tanaman berada secara alamiah dalam air. Zat kimia dapat menyebabkan kekeruhan

78
dan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman dan menyumbat insang beberapa
spesies ikan. Bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit, kadar patogen yang tinggi dalam
air dapat berasal dari pembuangan dari saluran pembuangan kotoran yang tidak diolah
terlebih dahulu, atau dari instalasi saluran pembuangan kotoran yang tidak didesain dengan
baik.

Interaksi antara air bawah tanah dan air permukaan terbilang kompleks. Sebagai
konsekuensinya, polusi air bawah tanah tidak dapat diklasifikasi dengan mudah,
dibandingkan dengan polusi air permukaan. Secara alamiah, lapisan batuan atau tanah
dimana air bawah tanah mengalir, rentan terhadap kontaminasi dari sumber yang mungkin
tidak secara langsung mempengaruhi permukaan badan air. Tumpahan atau buangan
kontaminan kimia atau radionuklida ke tanah (yang terletak jauh dari air permukaan)
mungkin tidak menimbulkan polusi, akan tetapi dapat menyebabkan polusi melalui semacam
aliran racun pada lapisan batuan atau tanah di bawahnya.

4-3-1 Klasifikasi Polutan Air

Klasifikasi polutan air dapat dilihat dari sifat dan jenis polutannya.

1. Dilihat dari sifat polutannya, polutan air dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a. Polutan penyebab penyakit
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah bakteri, virus, protozoa, dan cacing parasit.
b. Polutan penyerap oksigen (oxygen demanding waste)
Disebut menyerap oksigen karena buangan ini diurai oleh bakteri yang memerlukan
oksigen. Apabila sejumlah besar bakteri penyerap oksigen ini mengurai buangan,
maka tingkat oksigen dalam air akan menurun.
c. Zat anorganik yang larut dalam air
Apabila sejumlah besar zat ini (asam, garam, dan logam beracun) berada dalam air,
maka air akan menjadi tak layak untuk diminum.
d. Nutrien
Yaitu nitrat dan fosfat yang larut dalam air, yang akan mempercepat pertumbuhan
ganggang dan tumbuhan air lainnya, dan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
dalam air.

79
e. Senyawa organik
Seperti minyak, plastik, dan pestisida yang berbahaya bagi manusia dan semua
tanaman dan binatang dalam air. Yang sangat berbahaya adalah yang berbentuk
endapan sedimen, karena akan menghalangi masuknya sinar matahari yang diperlukan
oleh kehidupan dalam air.
f. Senyawa radiokatif yang larut dalam air
Merupakan polutan air yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kanker,
cacat dalam kelahiran, dan kerusakan gen.

2. Dilihat dari jenis polutannya, polutan air dapat diklasifikasi sebagai berikut :
a. Organik
1) Deterjen.
2) Hasil penguraian desinfektan dalam air minum, contoh : CCl4 (khloroform).
3) Sampah hasil pemrosesan bahan makanan, contoh : lemak dan gemuk.
4) Insekstisida dan herbisida, contoh : organohalida dan senyawa kimia lainnya.
5) Hidrokarbon minyak bumi termasuk bahan bakar (bensin, bahan bakar disel/jet).
dan pelumas, serta hasil samping pembakaran bahan bakar.
6) Sampah dari pohon akibat dari kegiatan penebangan hutan.
7) Senyawa organik yang mudah menguap (Volatile Organic Compound/VOC)
seperti pelarut.
8) Beberapa senyawa kimia yang digunakan pada zat pembersih pada rumah tangga
dan produk kosmetik.
9) Buangan kimia sebagai hasil samping proses dalam industri seperti industri
penyamakan kulit dan pengolahan bahan makanan.

b. Anorganik
1) Keasaman sebagai akibat dari buangan industri, khususnya SO2.
2) Amonia dari buangan hasil pemrosesan bahan makanan.
3) Buangan kimia sebagai hasil samping proses dalam industri seperti industri logam
dan pertambangan.
4) Pupuk yang mengandung nitrat dan fosfat dari perkebunan atau pemukiman.
5) Logam berat dari kendaraan bermotor.

80
Selain itu ada juga polutan air yang kasat mata karena mengambang di permukaan badan air,
seperti sampah plastik, kayu, kertas, dll.

4-3-2 Ukuran Kualitas Air

Kualitas air buangan dapat dinyatakan dengan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah ukuran derajat dimana air kehilangan transparansinya,
karena adanya partikel-partikel tersuspensi dalam air tersebut. Turbidity merupakan
ukuran yang baik untuk kualitas air. Beberapa parameter yang mempengaruhi kekeruhan
air diantaranya adalah phytoplankton, sedimen (endapan) dari erosi, pertumbuhan
ganggang, pembuangan limbah, dan saluran pembuangan pemukiman (urban runoff). The
World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa turbidity untuk air minum tidak
boleh melebihi 5 NTU, idealnya harus dibawah 1 NTU (NTU = Nephelometric Turbidity
Unit). Partikel-partikel tersuspensi menyerap panas dari sinar matahari dan menyebabkan
kenaikan temperatur pada air. Hal ini akan menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen
dalam air, karena oksigen akan menguap. Selain itu, beberapa organisme air tidak dapat
bertahan hidup dalam air yang hangat. Partikel-partikel yang tersuspensi juga akan
menyebarkan sinar yang diperlukan untuk proses fotosintesa, sehingga menurunkan
aktivitas fotosintesis dari tanaman dan ganggang, yang berkontribusi pada penurunan
kadar oksigen yang lebih banyak lagi.

2. Total Solid (TS)


Total solid atau total padatan adalah ukuran jumlah padatan terlarut (dissolved solid)
dan padatan tersuspensi (suspended solid) dalam air. Total solid yang tinggi dalam air
merupakan masalah yang sangat umum. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap total
solid, erosi tanah merupakan kontributor yang besar. Batuan atau mineral alam dalam
tanah seperti halit (garam alam), NaCl, atau CaCO3 juga larut dalam air dan berkontribusi
terhadap total solid. Beberapa saluran pembuangan air (runoff) juga merupakan sumber
total solid, misal runoff dari perkebunan yang mengandung pupuk dan tanah tersuspensi.
Sumber lainnya termasuk buangan industri, cairan dari instalasi pengolahan air, dan
runoff pemukiman yang berasal dari tempat parkir, jalan, dan atap rumah. Materi organik
seperti plankton atau tanaman dan binatang mati yang tersuspensi dalam air juga

81
berkontribusi terhadap total solid. Total solid yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, akan
mempengaruhi kesehatan dari aliran air dan organisme yang hidup di dalamnya. Total
solid yang tinggi akan mengurangi kejernihan air, hal ini akan menghalangi masuknya
sinar matahari ke dalam air yang berakibat pada menurunnya kecepatan proses
fotosintesa. Selain itu, penurunan tingkat kejernihan air secara estetika kurang disukai
oleh manusia. Air yang keruh akan menyerap sinar matahari secara efisien dan
meningkatkan temperatur dari air. Pada proses pengukuran total solid, suspended solid
adalah material yang tertahan pada saringan, sedangkan dissolved solid adalah material
didalam air yang akan lolos pada saringan dengan ukuran diameter pori 2µm atau lebih
kecil. Pengukuran Total Solid dilakukan dengan cara penguapan dan pengeringan, yaitu
dengan memanaskan sampel hingga temperatur 103 – 105°C selama 1 jam. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa semua material organik telah lepas dari air. Total
Solid dihitung dari selisih berat sebelum dan sesudah dipanaskan. Akan tetapi, untuk
menghindari masih adanya material organik yang mudah menguap pada sampel, maka
sebaiknya dipanaskan dengan tungku hingga temperatur 550°C selama 1 jam.
a. Total Dissolved Solid (TDS)
TDS atau padatan terlarut total merupakan ukuran kandungan gabungan dari semua
senyawa anorganik dan organik yang ada dalam cairan. Termasuk diantaranya adalah
NaCl dan partikel padat seperti silt (partikel sedimen dengan ukuran diameter 0,004 –
0,06 mm) dan plankton. Pada umumnya ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak
dapat disaring dengan ukuran saringan dengan diameter pori 2 µm. Meskipun TDS
secara umum tidak dikategorikan sebagai polutan primer, akan tetapi digunakan
sebagai indikator karakteristik estetika air minum. Sumber primer dari TDS adalah
perkebunan dan saluran pembuangan pemukiman, serta buangan industri. Senyawa
yang umum ditemui adalah Ca, fosfat, nitrat, Na, K, dan Cl. Padatan terlarut dalam
sampel air termasuk garam yang larut yang menghasilkan ion seperti kalsium, khlor,
bikarbonat, nitrat, fosfat, dan besi. TDS dapat menyebabkan polusi dengan cara
sebagai berikut: menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak, menurunkan kadar
oksigen terlarut dalam air yang sangat penting untuk kehidupan hewan dan tumbuhan
air, menyebabkan sifat-sifat korosif, dan bersifat racun terhadap organisme hidup.
b. Total Suspended Solid (TSS)
TSS atau padatan tersuspensi total adalah materi anorganik dan organik yang
tersuspensi dalam air sebagai koloid seperti silt, plankton, dan buangan industri yang
tinggal dalam saringan. TSS ditentukan dengan menyaring volume tertentu air
82
buangan dan padatan tersuspensi yang tersaring ditimbang, dan dinyatakan dalam
mg/liter air buangan. Dampak dari tingginya TSS sama seperti pada turbidity, bahwa
senyawa tersuspensi akan menyerap panas yang mengakibatkan naiknya temperatur
air. Suspended solid juga mempengaruhi kehidupan dengan cara lain, seperti
menyumbat insang ikan, menurunkan kecepatan pertumbuhan, mengurangi ketahanan
terhadap penyakit, dan mencegah perkembangan telur dan larva. Partikel yang turun
secara gravitasi ke dasar akan mengubur telur ikan dan serangga air. Materi yang
tinggal di dasar juga akan mengisi ruang antara batu-batu yang biasa digunakan
sebagai tempat tinggal berbagai serangga air. Suspended solid dapat merupakan hasil
erosi dari runoff pemukiman dan tanah perkebunan, buangan industri, pertumbuhan
ganggang, dan air buangan. TSS dapat menyebabkan polusi dengan cara sebagai
berikut : menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air yang sangat penting untuk
kehidupan hewan dan tumbuhan air, menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam
air yang diperlukan untuk proses fotosintesa, menyebabkan bau dan rasa yang tidak
enak, dan menstimulasi pertumbuhan bakteri patogen.
c. Volatile Suspended Solid (VSS)
VSS adalah fraksi organik dari suspended solid yang dapat dioksidasi menjadi CO2
dan H2O melalui pembakaran pada temperatur 550°C.

3. Settleable Solid
Settleable Solid merujuk pada materi dengan ukuran tertentu yang tidak tersuspensi
maupun terlarut, jadi bukan Total Dissolved Solid (TDS) maupun Total Suspended Solid
(TSS). Settleable Solid merupakan padatan yang turun ke dasar cairan secara gravitasi
bahkan pada kondisi yang tenang dan membentuk sedimen lumpur. Settleable Solid
ditentukan dengan mengendapkan 1 liter air buangan pada 20°C dalam tabung Imhoff
(Imhoff cone) pada perioda waktu tertentu, dan dinyatakan dalam ml/liter.

4. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh organisme biologis aerobik
dalam badan air untuk mengurai materi organik yang ada dalam air menjadi CO2 dan
H2O, pada temperatur tertentu dan perioda waktu tertentu. Karena dalam oksidasi 1 mol C
memerlukan 2 mol O2, maka BOD berkaitan secara langsung dengan konsentrasi materi
organik. Biasanya nilai BOD dinyatakan dalam mg per liter (ppm) selama masa inkubasi

83
5 hari pada temperatur 20°C. BOD juga sering digunakan sebagai ukuran derajat polusi
pada air, makin tinggi nilai BOD makin besar tingkat polusi.

5. Dissolved Oxygen (DO)


DO atau oksigen terlarut adalah ukuran jumlah oksigen yang terlarut dalam suatu
medium, yang dinyatakan dalam mg per liter (ppm). DO merupakan faktor utama dalam
penetapan kualitas air. Pada umumnya, oksigen terlarut dalam air dalam jumlah yang
sangat kecil. Atmosfer mengandung 20% oksigen atau 200.000 ppm, meskipun demikian
yang terlarut dalam air hanya sekitar 10 ppm. DO dibawah 3 ppm akan menyebabkan
ikan mudah terkena penyakit dan dibawah 2 ppm beberapa spesies ikan akan mati.
Sumber oksigen yang larut dalam air adalah atmosfer dan tanaman yang ada dalam air.
Dengan adanya sinar matahari, melalui proses fotosintesa, tanaman dalam air akan
menghasilkan oksigen yang dilepas di air. Pada malam hari atau pada saat cuaca
mendung, tanaman dalam air akan menyerap oksigen melalui proses pernapasan. Pada
siang hari tanaman biasanya menghasilkan oksigen lebih banyak dibandingkan dengan
yang diserap melalui pernapasan pada malam hari, dengan demikian masih tersedia
oksigen untuk ikan dan organisme lainnya. Kekurangan oksigen merupakan penyebab
umum dari matinya ikan, yang pada umumnya terjadi pada musim panas karena
peningkatan temperatur air akan melepas oksigen dari air.

6. Chemical Oxygen Demand (COD)


Pada lingkungan kimia, COD adalah ukuran jumlah senyawa organik dalam air, yang
dinyatakan dalam mg/l (ppm). COD biasanya digunakan untuk menentukan jumlah
polutan organik pada permukaan danau, sungai atau air buangan, sehingga COD
merupakan ukuran yang berguna untuk menetapkan kualitas air.

4-3-3 Pengolahan Dan Pembuangan Limbah Air

Limbah air dapat berasal dari daerah yang berpenduduk (rumah tangga) atau daerah
industri.

1. Buangan Rumah Tangga (Domestic Sewage)


Sewage adalah buangan yang mengandung banyak air, dapat berbentuk larutan atau
suspensi. Buangan rumah tangga yang berasal dari limbah rumah tangga atau

84
pemukiman, terdiri atas 99,9% air murni dan 0,1% polutan (bahan buangan). Meskipun
konsentrasi polutan rendah, akan tetapi polusi ini berisiko terjadi pada skala yang luas.
Bahan buangan merupakan penyebab utama polusi yang perlu ditangani untuk tujuan
menghilangkan bau busuk, meningkatkan kesehatan umum, dan mengawetkan sumber
oksigen terlarut dalam air. Bau busuk berasal dari reaksi antara materi organik dan SO42–
menjadi H2S atau merkaptan/tiol (R – S – H, dimana R adalah benzen). Limbah air
mengandung zat tersuspensi (seperti kotoran manusia, sampah, kertas, dan pasir), zat
terlarut (seperti detergen dan senyawa anorganik yaitu natrium khlorida/NaCl, amonium
phosphat/(NH4)3PO4, dan monium sulfat/(NH4)2SO4), dan bakteri. Cara penanganannya
tergantung kepada besarnya populasi, jenis air buangan, jenis sistem pengolahan air
buangan (tercampur/terpisah dengan saluran air hujan), dan jenis kemurnian yang ingin
dicapai.

Di kota kecil dan daerah pinggiran dari suatu kota besar, digunakan septic tank yang
dikenal sebagai imhoff tank.

Vent

Air buangan RT Air resapan

Reflektor

Lumpur

Air buangan rumah tangga masuk ke bak yang dirancang sedemikian rupa sehingga
partikel-partikel yang lebih berat akan turun ke dasar sebagai lumpur. Tanpa adanya
oksigen, bakteri anaerobik akan mengurai lumpur. Selama proses anaerobik ini dihasilkan
gas-gas CH4, H2S, PH3 yang dikeluarkan melalui ventilasi. Lumpur yang tidak dapat
diurai kemungkinan akan terbawa gas dan mengambang, untuk mencegah supaya lumpur
ini tidak ikut keluar bersama air resapan, maka digunakan reflector. Air resapan dibiarkan
meresap masuk ke dalam tanah melalui pipa resapan (pipa berlobang-lobang)

Di kota-kota besar, air buangan diolah secara terpusat disuatu tempat khusus melalui
beberapa tahap. Pengolahan tahap pertama (primary treatment) terdiri atas penyaringan

85
dan pengendapan, penghilangan partikel-partikel yang lebih besar dari ukuran koloidal,
dan penurunan sekitar 40% dari BOD. Pengolahan tahap kedua (secondary treatment)
termasuk oksidasi biologis buangan oleh mikroorganisme dan penyaringan sesudahnya.
Pada tahap kedua ini, mikroorganisme mengurai materi organik secara aerobik menjadi
CO2 dan H2O serta mikroorganisme. Pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment) adalah
pemurnian lebih lanjut cairan yang berasal dari pengolahan tahap kedua, apabila air dari
cairan tersebut akan digunakan kembali. Kalau tidak digunakan kembali, cairan dibuang.
Dalam hal dibuang, cairan diberi bahan desinfektan untuk membasmi bakteri dan
dikontrol ambang batas zat-zat terlarutnya.

2. Buangan Industri
Industri yang menghasilkan limbah air dengan polutan konvensional konsentrasi tinggi
(minyak dan lemak), polutan racun (logam berat, VOC), dan polutan nonkonvensional
lainnya (amonia), memerlukan sistem pengolahan yang khusus. Cairan dari industri yang
dibuang tanpa pengolahan akan menyebabkan polusi air di sekitar industri. Beberapa
sumber buangan industri adalah : tambang batu bara/bijih logam, industri pelapisan logam
(electroplating), industri tekstil, industri kertas, industri proses bahan makanan, industri
pengolahan susu, industri kimia, industri penyamakan kulit, dan industri pengilangan
minyak.

Pada umumnya buangan industri mengandung partikel-partikel anorganik atau organik,


baik yang tersuspensi maupun yang terlarut. Cara pengolahan buangan industri
tergantung pada jenis bahan buangannya, dan pada umumnya seperti pada pengolahan air
buangan kota/pemukiman, memiliki tahapan pengolahan dengan urutan sebagai berikut :
penyaringan, pengendapan, oksidasi aerobik/anaerobik, koagulasi, penyaringan lebih
lanjut, pengontrolan ambang batas zat-zat terlarut, dan dibuang. Buangan industri yang
dapat dioksidasi dengan bantuan bakteri dapat pula dioksidasi dengan cara aerobik dalam
kolam oksidasi (cairan didiamkan beberapa lama dalam kolam) sebelum dibuang. Polutan
yang tak dapat dihancurkan oleh bakteri biasa misalnya untuk buangan industri
pengilangan minyak, industri kimia, dll., dihancurkan dengan bakteri khusus, atau dengan
cara adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif. Zat-zat anorganik terlarut dipisahkan
dengan cara pengendapan kimia , contoh : PO43– dan Mg2+ diendapkan dengan
menggunakan Ca(OH)2. Dapat juga diendapkan dengan cara penukaran ion, contoh : Cl–,
SO42– dengan penukar anion, sedangkan kation dengan penukar kation.
86
3. Deterjen
Cairan buangan rumah tangga dan industri tekstil/binatu (laundry) dapat mengandung
sabun dan deterjen. Sabun adalah biodegradable, sedangkan beberapa deterjen sintetis
seperti alkyl benzen sulfonat (ABS) tidak biodegradable, bahkan oleh bakteri aerobik.
Meskipun demikian, apabila gugus alkyl adalah rantai lurus atau sedikit bercabang, maka
deterjen tersebut biodegradable, dan biasanya disebut soft detergent. Detergen yang tak
dapat dihancurkan oleh bakteri seperti ABS disebut hard detergent. Detergen membentuk
busa yang dapat mengganggu pada proses pengolahan air buangan. Selain itu, kandungan
fosfat yang biasanya ada dalam deterjen tidak mudah dihilangkan melalui metoda
konvensional. Apabila cairan yang mengandung fosfat dibuang ke sungai, maka air
menjadi cukup subur untuk pertumbuhan ganggang. Proses penyuburan air alam seperti
ini disebut eutrophication. Cara mengontrol proses ini adalah dengan menghilangkan
sumber nutrisinya. Untuk menghilangkan amonia dan fosfat, pertama-tama cairan dibuat
alkalin dengan menaikkan pH menjadi 10,8 melalui penambahan Ca(OH)2. Endapan
fosfat disaring, sedangkan ammonia dipisahkan dengan menggunakan udara tekan dalam
packed tower dan selanjutnya dipisahkan dari udara. Cairan yang keluar dari packed
tower dinetralkan dengan gas CO2, CaCO3 akan mengendap, setelah itu dibuang.

4-3-4 Polusi Termal Pada Air

Polusi termal adalah polusi karena perubahan temperatur. Manusia dapat menyebabkan
polusi termal pada air, dalam bentuk peningkatan atau penurunan temperatur badan air.
Sebagai contoh adalah pembuangan air pendingin ke badan air dari ketel/boiler, instalasi
pembangkit tenaga listrik, alat pendingin dalam industri, dan mesin motor bakar/disel, yang
menyebabkan meningkatnya temperatur air. Bila air pendingin dibuang langsung ke
lingkungan, akan menyebabkan temperatur air naik, yang akan mengakibatkan Dissolved
Oxygen (DO) menurun sehingga bakteri berkembang biak dengan cepat. Selain akan
menghabiskan DO, bakteri juga akan menyebabkan terbentuknya gas yang berbau.
Peningkatan temperatur air akan menurunkan kadar oksigen, yang dapat membunuh ikan dan
mempengaruhi ekosistim. Saluran pembuangan kotoran dari pemukiman juga dapat
meningkatkan temperatur badan air. Air buangan panas didinginkan dalam cooling tower
sebelum di buang. Polusi termal dapat juga berupa pelepasan air yang sangat dingin dari
reservoir ke badan air yang lebih hangat, sehingga temperatur badan air menjadi lebih dingin.

87
Air juga dapat mengalami polusi radio aktif yang berasal dari tambang uranium, reaktor
atom, dan reaksi nuklir. Buangan ini dapat dipisahkan dengan reaksi kimia (pengendapan
atau penukar ion) dan “ceramic binding”, dimana zat radioaktif diserap dalam tanah liat,
dibakar (terbentuk keramik), dimasukkan dalam tempat dari beton dan dikubur di dasar laut.

4-4 Polusi Udara

Polusi udara adalah masuknya zat kimia, partikel asing, atau materi biologis ke atmosfer,
yang menyebabkan bahaya dan ketidaknyamanan pada manusia dan organisme hidup
lainnya, atau menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam. Polutan udara dapat berupa
partikel padat, tetesan cairan, atau gas, yang dapat berasal dari alam atau sumber-sumber
buatan manusia. Atmosfer merupakan sistem gas alam yang kompleks dan dinamis, yang
penting untuk mendukung kehidupan planet bumi. Rata-rata setiap orang akan menghirup
sekitar 16 kg udara per hari. Kalau udara ini terpolusi maka dapat dibayangkan efek penyakit
yang ditimbulkan pada manusia. Udara yang terpolusi juga mempengaruhi tumbuhan,
menyebabkan korosi, menghalangi sinar matahari, dan menyebabkan kerusakan pada karet
dan cat.

4-4-1 Klasifikasi Polutan Udara

Polutan udara dapat diklasifikasi sebagai primer dan sekunder. Pada umumnya, polutan
primer adalah yang langsung disebarkan melalui proses, sebagai contoh adalah letusan
gunung berapi, gas karbon monoksida (CO) dari buangan kendaraan bermotor, atau sulfur
dioksida (SO2) yang dilepas pabrik. Polutan sekunder tidak disebar secara langsung, mereka
terbentuk di udara ketika polutan primer bereaksi atau berinteraksi. Beberapa polutan dapat
dikategorikan sebagai polutan primer dan juga polutan sekunder, polutan tersebut disebarkan
secara langsung dan sekaligus terbentuk dari polutan primer lainnya.

Beberapa polutan primer sebagai hasil kegiatan manusia dapat berbentuk gas, padatan, bau,
dan radioaktif.
1. Dalam bentuk gas
a. Oksida-oksida sulfur (SOx), terutama sulfur dioksida (SO2)

88
SO2 dihasilkan oleh gunung berapi dan beberapa proses industri seperti industri
metalurgi, kertas, dan asam sulfat. Selain itu, batu bara dan minyak bumi sering
mengandung senyawa-senyawa sulfur, sehingga pembakaran kedua senyawa tersebut
akan menghasilkan SO2. Oksidasi selanjutnya dari SO2, dengan adanya katalis seperti
NO2, akan membentuk H2SO4 yang dikenal sebagai hujan asam. Beberapa akibat
yang merugikan diantaranya adalah penyakit organ pernafasan, kerusakan tumbuh-
tumbuhan, dan korosi.
b. Oksida-oksida nitrogen (NOx), terutama nitrogen dioksida (NO2)
NO2 dihasilkan oleh pembakaran pada temperatur tinggi, yang dapat dilihat sebagai
asap coklat. Gas dengan warna merah coklat ini bersifat racun yang mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan menyengat. Beberapa sumber gas NO2 adalah
industri asam HNO3, pupuk, dan bahan peledak. Beberapa akibat yang merugikan
diantaranya adalah penyakit organ pernafasan, kerusakan tumbuh-tumbuhan, dan
korosi.
c. Karbon monoksida (CO)
CO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak menyebabkan
iritasi, akan tetapi sangat beracun. CO dapat berasal dari pembakaran tidak sempurna
dari bahan bakar seperti gas alam, batu bara, atau kayu. Sumber utama CO adalah
hasil buangan pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin jet. Gas CO
dapat menyebabkan keracunan dalam darah.
d. Karbon dioksida (CO2)
CO2 merupakan gas yang tidak berwarna, dan tidak berbau, yang berasal dari sumber-
sumber seperti pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan mesin jet, produksi
semen, dan pernapasan manusia. Meskipun karbon dioksida (CO2) sangat vital bagi
proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan, akan tetapi CO2 ini kadang-kadang
dikategorikan sebagai polutan, karena peningkatan jumlah gas ini di atmosfer
mempengaruhi iklim di bumi. Dalam jumlah besar gas CO2 dapat menyebabkan
keracunan dalam darah, selain itu di udara lembab dapat menyebabkan korosi.
e. Khlor (Cl2)
Cl2 merupakan gas yang mempunyai bau menyengat dan pedas dimata sebagai hasil
elektrolisis air laut dan proses pemutihan bubur kapas. Selain beracun, gas ini dapat
menyebabkan iritasi pernapasan, keluarnya air mata, kerusakan pada tumbuhan, dan
korosi.

89
f. Hidrogen Sulfida (H2S)
H2S dapat berasal dari hasil pengilangan minyak bumi, pembakaran batu bara, dan
pengolahan limbah air. Dapat menyebabkan bau busuk, iritasi paru-paru dan hidung,
noda (bercak), dan korosi.
g. Amonia (NH3)
NH3 merupakan gas yang mempunyai bau yang menyengat, salah satu sumber utama
adalah perkebunan. Sebetulnya NH3 berkontribusi secara signifikan terhadap
kebutuhan nutrisi dari organisme melalui fungsinya sebagai pupuk. Amonia, secara
langsung atau tidak langsung, juga merupakan senyawa penting dalam dunia farmasi.
Meskipun penggunaannya sangat luas, amonia adalah senyawa yang dapat membakar
kulit dan berbahaya.
h. Senyawa-senyawa organik (hidrokarbon) yang mudah menguap (VOC)
VOC merupakan polutan udara yang esensial, yang dapat dikategorikan sebagai
metana (CH4) dan nonmetana. Beberapa sumber polutan ini adalah pengilangan
minyak bumi, proses kimia, pembuatan karet, dan buangan hasil pembakaran
kendaraan bermotor. Metana adalah gas ‘greenhouse’ yang sangat efisien yang
membentuk smog dan berkontribusi terhadap peningkatan pemanasan global (global
warming). Gas hidrokarbon lainnya juga merupakan gas ‘greenhouse’ melalui peran
mereka dalam menciptakan ozon dan memperpanjang masa keberadaan metana di
atmosfer, meskipun efeknya bervariasi tergantung pada kualitas udara setempat. Pada
kelompok nonmetana, senyawa aromatik seperti benzen, toluen, dan xylen dicurigai
bersifat karsinogen dan menyebabkan leukimia kalau terpapar dalam jangka panjang.
Pada proses industri, sering digunakan 1,3-butadiena yang tergolong senyawa
berbahaya.

2. Dalam bentuk padatan


a. Partikel padatan merupakan partikel-partikel dari padatan atau cairan yang tersuspensi
dalam gas. Partikel besar, dibawah pengaruh gaya gravitasi akan turun ke bawah,
sedangkan partikel yang lebih kecil akan tinggal sebagai suspensi. Suspensi partikel
cair/padat dalam gas ada tiga macam, yaitu aerosol, asap (smoke), dan smog (asap
campur kabut). Aerosol adalah suspensi partikel cair/padat ukuran koloidal (1-100
mm) dalam gas. Asap (smoke) adalah aerosol yang mengandung partikel padat (debu)
dan gas (SO2, H2S, CO, CO2, oksida nitrogen). Smog adalah aerosol yang terbentuk
dari reaksi antara komponen asap dengan kabut/uap air. Sumber partikel padatan
90
dapat alamiah atau buatan manusia. Partikel yang alamiah diantaranya berasal dari
gunung berapi, badai debu, kebakaran hutan dan lapangan rumput, dan tanaman
hidup. Sedangkan kegiatan manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dalam
kendaraan bermotor, instalasi pembangkit tenaga listrik, dan beberapa macam proses
industri seperti semen dan silika juga menghasilkan aerosol dalam jumlah yang
signifikan. Secara rata-rata, aerosol antropogenik sebagai hasil kegiatan manusia,
berkontribusi sekitar 10% dari total aerosol yang ada di atmosfer. Peningkatan kadar
partikel padat di udara berkaitan dengan bahaya terhadap kesehatan seperti penyakit
jantung, fungsi paru-paru, dan kanker paru-paru.
b. Radikal bebas yang menetap, dapat menyebabkan terganggunya fungsi pernapasan
dan jantung.
c. Logam-logam beracun seperti Pb, Cd, dan Cu
d. Chlorofluorocarbon (CFC), yang dihasilkan dari produk seperti aerosol dan
pendingin, menyebabkan penipisan lapisan ozon.

Pemisahan polutan padat paling efektif dilakukan sebelum menyebar ke dalam udara,
yaitu pada sumber asal polutan tersebut, dengan salah satu alat seperti berikut : saringan
fiberglass atau kantong serat tekstil silikon untuk gas panas dan kantong serat tekstil
untuk gas dingin, alat pemisah sentrifugal, scrubber untuk menghilangkan materi yang
tidak murni yang terserap, dan electrostatic precipitator.

3. Bau
Seperti yang berasal dari sampah, saluran pembuangan, dan proses industri.

4. Polutan radioaktif
Hasil dari ledakan nuklir, bahan peledak dalam perang, dan proses alamiah seperti
peluruhan radioaktif dari unsur Radon.

Beberapa polutan sekunder adalah :


1. Smog yang terbentuk dari gas polutan primer.
Hasil pembakaran batu bara (hidrokarbon) dalam jumlah besar yang bercampur dengan
sulfur dioksida (SO2), misal dari industri, dapat menghasilkan smog. Hasil pembakaran
hidrokarbon dan SO2 masing-masing adalah polutan primer, dan smog yang dihasilkan
adalah polutan sekunder. Selain itu, proses industri juga dapat menyebabkan polutan
91
sekunder melalui reaksi antara emisi dari industri dengan sinar ultraviolet (dari matahari)
di atmosfer.

2. Ozon (O3) troposferik yang terbentuk dari oksida nitrogen dengan VOC
Ozon adalah senyawa yang terdiri atas tiga molekul oksigen dan merupakan senyawa
beracun yang amat berbahaya pada kesehatan manusia. Ozon mempunyai bau yang tajam
menusuk hidung. Ozon troposferik tersebar pada ketinggian 10-18 km dari permukaan
bumi. Ozon troposferik terjadi karena adanya senyawa-senyawa polutan primer seperti
oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), dan senyawa organik yang mudah
menguap (Volatile Organic Compounds/VOC), yang bereaksi dengan bantuan cahaya
matahari. Pembentukan ozon troposferik melalui karbon monoksida dimulai dengan
reaksi CO dengan radikal hidroksil membentuk atom H dan karbon dioksida. Atom H
yang terbentuk akan bereaksi secara cepat dengan oksigen membentuk radikal peroksi
(HO2).
OH + CO → H + CO2
H + O2 → HO2

Radikal peroksi yang terbentuk kemudian bereaksi dengan NO membentuk NO2 yang
kemudian mengalami fotolisis dan salah satu atom O akan bereaksi dengan oksigen
membentuk ozon.

HO2 + NO → OH + NO2
NO2 + hν → NO + O
O + O2 → O3

92
Reaksi pembentukan ozon melalui VOC jauh lebih kompleks, namun memiliki reaksi
yang sama pada tahapan kritis dalam pembentukan ozon yaitu reaksi radikal peroksi
dengan NO.

4-4-2 Pengolahan Gas Buangan

Efek berbahaya dari gas-gas buangan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan
melakukan pengolahan terhadap gas-gas buangan tersebut.

1. Gas buangan dari industri


Beberapa polutan gas seperti NH3, H2S, dan HCN dapat dimusnahkan atau dibuat tidak
berbahaya dengan pembakaran termal dengan adanya bahan bakar dan udara, dalam bilik
pembakaran. Polutan juga dapat diserap pada permukaan zat penyerap seperti karbon
aktif. Polutan gas juga dapat dihilangkan dengan menggunakan scrubber dengan adanya
reaktan atau pelarut yang sesuai, melalui interaksi dengan gas lain membentuk padatan,
atau melalui interaksi kimia dengan padatan.
Interaksi dengan gas lain membentuk padatan : SO2 + 2H2S  3S(p) + 2H2O
Interaksi kimia dengan padatan : SO3 + CaO  CaSO4(P)

2. Gas buangan kendaraan bermotor


Komponen utama dari gas buangan kendaraan bermotor adalah CO2 dan uap air. Selain
itu juga mengandung nitrogen (N) yang berasal dari udara, CO, oksida nitrogen (NOx)
yang tidak terbakar, hidrokarbon yang teroksidasi sebagian (HK), dan SO2. Dari
kelompok ini yang paling bersifat polusi adalah CO, SO2, NOx, dan HK. Komposisi gas

93
buangan tergantung pada kondisi operasi dari mesin kendaraan bermotor, bahan bakar
yang digunakan, dan ratio antara bahan bakar dan udara. Metoda untuk mengontrol polusi
buangan pembakaran kendaraan bermotor ada dua macam, pencegahan dan konversi.
Pada metoda pencegahan, CO dan HC dikurangi dengan memperbaiki kinerja mesin dan
meningkatkan mutu bahan bakar yang digunakan. Pada metoda konversi, gas buangan
yang berbahaya dirubah menjadi gas yang tidak berbahaya melalui pengolahan sesudah
pembakaran. Pada awal tahun 1974, daur ulang gas buangan diadopsi untuk mengurangi
emisi NOx. Sejumlah gas buang dilewatkan pipa dengan banyak ujung lekuk kecil untuk
mengencerkan campuran pembakaran. Alat yang ideal untuk mengontrol emisi di ujung
pipa akan merubah NO, HK, dan CO secara sempurna menjadi produk yang tidak
berbahaya.
‫׀‬
– CH2 + 3/2 O2 
Kat
 CO2 + H2O
CO + ½ O2 
Kat
CO2
NO + H2 
Kat
 ½ N2 + H2O
NO 
Kat
 ½ N2 + ½ O2

4-4-3 Polusi Udara Dalam Ruangan (Indoor)

Selain di udara terbuka (di atmosfer), polusi udara juga dapat terjadi dalam ruangan (indoor),
yang disebabkan oleh buruknya ventilasi ruangan sehingga polusi terkonsentrasi dalam
ruangan dimana orang sering menghabiskan waktunya. Beberapa materi atau senyawa yang
dapat menjadi penyebab polusi udara dalam ruangan diantaranya :
1. Gas Radon (Rn) yang bersifat karsinogen, memancar dari bumi pada beberapa lokasi dan
terjebak dalam rumah.
2. Material bangunan seperti :
a. Karpet dan kayu lapis
Memancarkan gas formaldehida (H2CO) yang berbau menyengat dan pedas di mata.
b. Cat dan pengencer cat
Pada waktu mengering akan melepaskan VOC. Selain itu, cat Pb dapat mengalami
degenerasi menjadi debu dan terhisap melalui pernapasan.

94
c. Asbes
Dapat menyebabkan radang kronis pada jaringan pernapasan apabila terpapar dalam
jangka waktu lama. Penderita akan mengalami dyspnea (napas yang pendek-pendek)
yang parah, dan mempunyai resiko untuk terkena kanker paru-paru.
3. Penyegar ruangan dan dupa serta materi pengharum lainnya.
4. Karbon monoksida (CO) dari tungku pembakaran yang tidak dilengkapi dengan ventilasi
yang baik.
5. Pakaian yang dicuci secara ‘dry clean’ akan melepaskan tetrachloroethylene selama
beberapa hari setelah pencucian.

4-4-4 Beberapa Efek Polusi Udara

1. Efek terhadap kesehatan


The World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 2,4 juta orang
meninggal setiap tahun sebagai akibat langsung dari polusi udara, dengan catatan bahwa
1,5 juta diantaranya adalah sebagai akibat polusi udara dalam ruangan. Beberapa penyakit
yang menyebabkan kematian yang berkaitan dengan polusi udara diantaranya adalah
cardiopulmonary (penyakit yang berkaitan dengan pernapasan dan jantung), pneumonia
(radang paru-paru), asma, emphysema (kesulitan bernapas karena paru-paru
membengkak), bronchitis kronis, dan alergi saluran pernapasan, karena menghirup
partikel padat dalam polusi udara dan gas buangan pada pembakaran bahan bakar
kendaraan bermotor, kebocoran pada industri, dan kebocoran pada instalasi pembangkit
nuklir. Efek kesehatan akibat polusi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

95
2. Efek Rumah Kaca (greenhouse) dan Pemanasan Global (Global Warming)
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit, termasuk bumi, yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca dapat terjadi secara alami di bumi,
akan tetapi dapat terjadi peningkatan efek ini sebagai akibat aktivitas manusia. Sebetulnya
dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca
perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Peristiwa
alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika
tidak ada efek rumah kaca, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin.

3. Hujan Asam (acid rain)


Hujan secara alami bersifat sedikit asam karena pH nya sedikit di bawah 6, yang
disebabkan oleh karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan
memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang. Segala macam hujan dengan pH air di bawah 5,6 disebut hujan asam. Hujan
asam disebabkan oleh belerang (S) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil
serta nitrogen (N) di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen oksida (NOx). Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan
air membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3), yang mudah larut dalam air
sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar
keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan
tanaman. Saat ini banyak industri yang melepaskan gas yang bersifat asam seperti oksida
sulfur (SOx) dan CO dalam jumlah besar. Gas-gas ini juga larut dalam air hujan, dan
menyebabkan perubahan pH air hujan menjadi di bawah 4, yang bersifat asam. Semakin
rendah pH semakin asam air tersebut.

4. Lubang Ozon
Ozon di alam dihasilkan dari berbagai reaksi kimia, akan tetapi mekanisme utama
terbentuknya ozon dalam atmosfer adalah penyerapan sinar ultraviolet (UV) dari matahari
oleh oksigen (O2) yang ada di atmosfer. Keberadan ozon di atmosfer bumi tersebar di dua
lapisan terbawah atmosfer, yaitu stratosfer dan troposfer. Di lapisan stratosfer, pada
lapisan ozon utama, pada ketinggian 20 – 25 km, sinar UV dari matahari diserap oleh
lapisan ozon. sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang
96
dipancarkan oleh matahari. Pada manusia, sinar UV dapat menyebabkan kanker kulit dan
kerusakan genetik. Peningkatan kadar sinar UV juga mempunyai dampak kurang baik
terhadap sistem kekebalan hewan, organisme akuatik dalam rantai makanan, dan
tanaman. Oleh karena itu, penyerapan sinar UV oleh ozon di lapisan stratosfer (ozon
stratosferik) berperan samat penting untuk seluruh bumi. Berbeda dengan ozon
stratosferik, ozon yang berada di lapisan troposfer (ozon troposferik) justru sangat
berbahaya bagi manusia. Meskipun jumlahnya hanya sebesar 8% dari total konsentrasi
ozon di atmosfer, ozon troposferik dianggap sebagai salah polutan udara karena pada
konsentrasi yang tinggi, senyawa ini dapat mengganggu kesehatan terutama pada sistem
pernapasan. Selain itu senyawa ini juga merupakan salah satu komponen penyebab
terbentuknya kabut asap yang sangat berbahaya yang disebut dengan ‘smog’.

5. Smog fotokimia
Smog adalah gabungan dari smoke (asap) dan fog (kabut), sedangkan smog fotokimia
adalah smog yang terjadi karena reaksi dibawah pengaruh sinar matahari. Selain
mengurangi jarak pandang, smog juga berbahaya bagi manusia. Dari penelitian diketahui
bahwa smog, yang sekarang dikenal sebagai smog fotokimia, merupakan koloid (aerosol)
yang mengandung gas nitrogen dioksida (NO2) dan gas ozon (O3) yang berasal dari reaksi
gas buang kendaraan bermotor dengan sinar matahari. Gas buang kendaraan bermotor
umumnya mengandung gas NO, CO, dan hidrokarbon (HK). Gas-gas tersebut selanjutnya
akan mengalami reaksi fotokimia yaitu reaksi yang terjadi dengan adanya foton (cahaya).
Reaksi fotokimia ini menghasilkan polutan sekunder yang mengandung gas NO2 dan
ozon (O3) yang akhirnya membentuk smog.

97
4-5 Polusi Tanah

Polusi tanah dapat didefinisikan sebagai kontaminasi tanah pada daerah tertentu karena
meresapnya senyawa kimia xenobiotic (buatan manusia) pada lingkungan tanah alamiah.
Polusi ini menyebabkan penurunan kualitas tanah sehingga tanah tidak dapat dimanfaatkan.
Definisi lain tentang polusi tanah adalah meningkatnya timbunan polusi pada tanah, dimana
polusi ini merupakan material (kebanyakan senyawa kimia) yang salah tempat atau berada
pada konsentrasi lebih besar dari kondisi normal, yang dapat memberikan efek yang
berbahaya pada manusia atau organisme lain. Sebetulnya sulit mendifinisikan polusi tanah
secara tepat, karena adanya perbedaan pendapat tentang bagaimana mengkarakterisasi polusi.
Sebagai contoh, ada kelompok yang menganggap bahwa penggunaan pestisida dapat diterima
selama efek yang ditimbulkan tidak melebihi dari yang diperbolehkan. Sedangkan ada
kelompok lain yang menganggap bahwa penggunaan pestisida atau pupuk kimia harus
dilarang. Senyawa kimia yang paling sering terlibat sebagai polutan adalah hidrokarbon,
pelarut, pestisida, herbisida, PCB, dioxin, dan logam berat (Cd, Pb, Cr, Cu, Zn, Hg, As).
Tingkat pencemaran biasanya sebanding dengan peningkatan industrialisasi dan intensitas
penggunaan senyawa kimia.

Polusi tanah merupakan hasil dari beberapa kegiatan dan percobaan yang dilakukan manusia,
penyebab polusi tanah yang utama adalah senyawa kimia yang berbahaya sebagai buangan
industri, seperti pupuk/insektisida/pestisida dari perkebunan. Beberapa penyebab polusi tanah
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Diabaikannya pengelolaan tanah dan sistem yang terkait.
2. Praktek-praktek irigasi yang tidak sesuai dan berbahaya.
3. Sistem, pengelolaan, dan pemeliharaan kotoran manusia yang tidak tepat.
4. Kebocoran pada saluran pembuangan.
5. Hujan asam, yang terjadi ketika gas dari industri bercampur dengan hujan.
6. Kebocoran bahan bakar dari kendaraan bermotor, yang terbawa hujan dan meresap pada
tanah terdekat.
7. Teknik pengelolaan buangan yang tidak sehat, yang ditandai dengan pengarahan saluran
pembuangan kotoran ke tanah pembuangan terbuka yang luas dan sungai terdekat.
8. Pecahnya tangki penyimpanan bawah tanah.
9. Tersaringnya air permukaan yang tercemar ke dalam lapisan bawah permukaan tanah.

98
10. Resapan buangan dari sampah yang ditimbun.
11. Pembuangan langsung buangan industri ke tanah.

Efek dari polusi tanah cukup berbahaya dan menyebabkan gangguan besar pada
kesetimbangan ekologi dan kesehatan makhluk hidup di bumi. Beberapa efek polusi tanah,
yang paling serius adalah sebagai berikut :
1. Penurunan kesuburan tanah yang berakibat pada penurunan hasil tanaman.
2. Hilangnya nutrisi alam yang ada di tanah, yang disebut sebagai erosi tanah.
3. Gangguan kesetimbangan tumbuhan dan hewan yang hidup di tanah.
4. Peningkatan kadar garam dalam tanah, yang menyebabkan tanah tidak baik untuk
ditanami.
5. Biasanya tanaman tidak dapat tumbuh dan berbuah pada tanah yang terpolusi. Meskipun
demikian, apabila tanaman dapat tumbuh, maka tanaman tersebut akan cukup beracun
dan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius bagi manusia yang mengkonsumsinya.
6. Terciptanya debu beracun.
7. Polutan tanah dapat menyebabkan perubahan pada struktur tanah, yang berakibat pada
kematian organisme penting pada tanah tersebut. Hal ini akan menyebabkan perpindahan
predator organisme tanah karena kehilangan sumber makanan.

Tanah yang terkontaminasi atau terpolusi secara langsung akan mempengaruhi kesehatan
manusia melalui kontak langsung dengan tanah atau melalui pernapasan dari polusi tanah
yang menguap. Selain itu, yang lebih besar potensi ancamannya adalah meresapnya
pencemar tanah ke sumber air bawah tanah yang dikonsumsi oleh manusia, dimana pencemar
ini dapat berada jauh dari sumber air. Penduduk yang tinggal dekat tanah yang terpolusi akan
mengalami insiden tinggi untuk migren, mual, keguguran, dan kerusakan kulit. Efek jangka
panjang polusi diantaranya kanker, leukemia, kerusakan organ reproduksi, kerusakan ginjal
dan hati, dan kegagalan sistem saraf. Anak-anak sering menderita masalah perkembangan
dan kelemahan pada sistem ketahanan tubuh (imun).

Konsekuensi kesehatan akibat pencemaran tanah bervariasi, tergantung pada tipe polutan,
jalur penyerangan, dan kerapuhan dari populasi yang terkena polusi. Beberapa contoh adalah
sebagai berikut : paparan yang terus menerus dari Cr, Pb dan logam lainnya, bahan bakar,
pelarut, dan beberapa pestisida dan herbisida, dapat bersifat carcinogenic (cenderung
menyebabkan kanker) yang menyebabkan kelainan sejak lahir atau kondisi kesehatan kronis
99
lainnya. Senyawa nitrat dan amonia, baik yang diproduksi oleh industri maupun yang ada di
alam, yang berkaitan dengan pupuk kandang untuk perkebunan, juga merupakan ancaman
kesehatan pada tanah dan air tanah. Paparan terus menerus dari benzen pada konsentrasi yang
cukup dapat menyebabkan leukemia. Air raksa dan siklodiena menyebabkan gagal ginjal, dan
kadang-kadang berakibat fatal.

Pesatnya perkembangan industrialisasi perkebunan, perluasan industri kimia, dan kebutuhan


untuk menciptakan bentuk-bentuk energi yang murah, menyebabkan pelepasan secara terus
menerus senyawa organik buatan ke ekosistim alam. Sebagai akibatnya, atmosfer, air, dan
beberapa lingkungan tanah menjadi terpolusi oleh sejumlah besar senyawa beracun. Beberapa
senyawa ini pada tingkat konsentrasi tinggi atau pada paparan dalam jangka waktu yang
lama, memiliki potensi untuk menghasilkan efek merugikan pada manusia dan organisme
lain. Efek merugikan ini termasuk keracunan akut, mutagenesis (perubahan genetik),
carcinogenesis (cenderung menyebabkan kanker), dan teratogenesis (cacat kelahiran).
Beberapa senyawa beracun buatan manusia juga memiliki resistansi terhadap degradasi
(penguraian) fisik, kimia, dan biologi, yang akan sangat membebani lingkungan.

Polusi tanah dapat mengakibatkan polusi air apabila senyawa kimia beracun meresap ke air
bawah tanah, atau apabila runoff (tempat aliran air) yang terkontaminasi mencapai sungai,
danau, atau pantai. Tanah juga berkontribusi kepada polusi udara melalui pelepasan uap
senyawa ke atmosfer, misal : pelepasan nitrogen ke atmosfer melalui penguapan amonia.
Penguraian materi organik di tanah dapat melepaskan sulfur dioksida (SO2) dan senyawa
sulfur lainnya, dan dapat menyebabkan hujan asam.

Pada sewage (saluran pembuangan air), logam berat dan unsur-unsur beracun lainnya
merupakan polutan tanah yang paling serius. Lumpur pada sewage yang mengandung logam
berat dalam jumlah banyak, akan menyebabkan tanah tidak dapat mendukung kehidupan
tanaman. Senyawa-senyawa kimia yang tidak larut dalam air akan mencemari tanaman yang
tumbuh pada tanah yang terpolusi, senyawa kimia ini juga cenderung terakumulasi secara
meningkat pada rantai makanan teratas. Pelarangan penggunaan DDT di Amerika Serikat
disebabkan oleh kecenderungan peningkatan konsentrasinya pada proses perpindahan dari
tanah ke ulat/ikan, kemudian ke burung dan telurnya, kemudian ke manusia.

100
Setelah perang dunia kedua dan perang Vietnam, ilmuwan menemukan bahwa didaerah
dimana dijatuhkan senjata nuklir, terjadi mutasi, keguguran, cacat mental, kanker, dan
penyakit lainnya. Kekurangan pangan juga menjadi tanda bahwa ada hal yang sangat salah
dengan tanah di daerah tersebut.

Pada beberapa kasus, pertanian menyebabkan polusi tanah. Kadar tinggi dari radionuklida
seperti nitrogen dan fosfor ditemukan disekitar pusat peternakan dengan kepadatan populasi
ternak yang tinggi. Pestisida yang digunakan pada tanaman dapat masuk kedalam tanah dan
meninggalkan efek jangka panjang. Logam berat dapat masuk ke tanah melalui penggunaan
air yang terpolusi untuk menyiram tanaman dan melalui penggunaan pupuk mineral.

Industri dianggap sebagai penyebab terjadinya beberapa bencana polusi tanah terbesar.
Logam berat berasal dari pabrik besi, baja, kimia, dan instalasi pembangkit tenaga, yang
secara sembrono menggunakan tanah di bumi sebagai tempat pembuangan. Pabrik-pabrik
yang membakar bahan buangannya akan melepaskan logam berat ke atmosfer, yang
kemudian turun ke tanah dan meninggalkan efek jangka panjang. Beberapa perusahaan yang
berusaha membuang bahan buangan pabrik dengan diolah terlebih dahulu juga dapat
merupakan penyebab polusi, apabila bahan buangan yang ditimbun menyebabkan
meresapnya racun ke dalam tanah.

Beberapa studi kasus tentang polusi tanah yang cukup parah adalah sebagai berikut :
1. Love Canal
Love Canal mungkin merupakan studi kasus yang paling terkenal untuk polusi tanah.
Pada musim winter bersalju tahun 1976, buangan kimia mulai meresap keatas di lapangan
bermain sekolah dan daerah berpenduduk di Niagara Falls, New York. Daerah tersebut
mengalami insiden tinggi seperti kematian bayi pada waktu lahir, keguguran, dan cacat
kelahiran. Pemerintah daerah setempat kemudian menemukan sekitar 400 senyawa
beracun di udara, air, dan tanah daerah tersebut, beberapa diantaranya penyebab kanker.
Ternyata daerah tersebut dulu sekali digunakan sebagai tempat pembuangan senyawa
kimia untuk lebih dari 22.000 ton senyawa buangan beracun. Hal ini membuktikan bahwa
efek dari senyawa beracun tersebut masih tinggal meskipun sudah beberapa dekade
berlalu.

101
2. Chernobyl
Chernobyl adalah sebuah kota kecil di Rusia, dimana terjadi ledakan instalasi pembangkit
tenaga nuklir pada tahun 1986. Ledakan ini menyebabkan peningkatan cacat kelahiran
sebanyak 7 kali dan peningkatan luar biasa penyakit kanker, yang diturunkan ke generasi
berikutnya. Juga terjadi kematian ternak dan mutasi serta kerusakan pada perkebunan.
Diperkirakan 40% dari Chernobyl masih tidak dapat dihuni karena kontaminasi radiasi
yang sepuluh kali tingkat normal di beberapa tempat.
3. Ethiopia
Ethiopia merupakan negara yang penuh dengan polusi udara dan tanah. Daerah paling
terpolusi adalah lembah Somalia’s Ahaya dekat Hargeysa. Untuk mempercepat ekonomi,
beberapa petani mulai menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk meningkatkan
produktivitas, tanpa memahami efek negatifnya, sehingga terjadi kelaparan dan sakit.
4. China
China merupakan bangsa yang sedang berkembang dengan cepat. Diperkirakan setiap
tahun 12 juta ton padi terpolusi logam berat. Menurut statistik, sekitar 150 juta hektar
tanah yang kondisinya baik telah terpolusi.

4-6 Buangan Padat

Buangan padat juga dapat menyebabkan polusi. Di bawah ini adalah tabel dari tipe buangan
padat dan metoda pembuangannya :
No Kategori Kandungan Metoda Pembuangan
1 Daerah Kotak karton, barang dari plastik Dipadatkan kemudian
perkotaan dan karet, wadah logam, materi ditimbun atau dibakar
gelas atau kayu
2 Mesin scrap Baterei, ban, kendaraan bermotor, Didaur ulang materi yang
radiator, kerangka besi berharga atau dipadatkan
dan dibakar

3 Buangan Plastik, serbuk, drum Reklamasi untuk dipakai


industri lagi atau dibakar

102
Penanggulangan seperti diatas dapat menyebabkan polusi lebih lanjut, misal : pembakaran
akan menyebabkan polusi udara dan landfill (penimbunan) akan menyebabkan polusi air dan
udara.

Beberapa polutan buangan padat lain yang perlu memperoleh perhatian :


1. Plastik
Merupakan bahan yang makin banyak diproduksi karena penggunaannya praktis. Plastik
menimbulkan masalah polusi tersendiri karena sukar dihancurkan oleh bakteri atau
dengan kata lain tidak biodegradable. Di alam dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk
menghancurkan plastik.
2. Pembakaran bahan bakar
Menyebabkan konsentrasi CO2 dalam atmosfer meningkat dengan cepat melebihi CO2
yang diperlukan untuk proses fotosintesa tumbuhan. Diperkirakan konsentrasi CO2
meningkat dengan kecepatan 0,7 ppm per tahun. Dalam jumlah banyak CO2 bersifat
korosif dalam udara lembab.
3. Senyawa Hg dan Pb
Pada umumnya senyawa Hg larut dalam air, akan tetapi beberapa bakteri mampu
merubah senyawa Hg menjadi senyawa organik Hg. Polusi Pb berasal dari jaringan pipa
air, bahan cat dan pigmen, bahan aditif untuk bahan bakar motor Tetra Etil Lead (TEL).
Senyawa Hg juga dapat berasal dari alat-alat yang menggunakan Hg seperti lampu TL,
alat pengukur tekanan (manometer) dll. Polutan ini apabila dihirup dalam jangka panjang
oleh tanaman dan hewan, meskipun dengan dosis yang sangat kecil, akan menyebabkan
keracunan yang kumulatif, karena polutan akan tinggal dalam tumbuhan dan hewan, tidak
dikeluarkan melalui proses pembuangan. Efek keracunan polutan ini diantaranya
kerusakan otak, kehilangan penglihatan, kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
4. Dichlorodiphenyltrochloroethane (DDT)
DDT digunakan secara luas untuk membasmi serangga di perkebunan, selain itu
digunakan juga sebagai pestisida untuk mengontrol pembawa penyakit malaria (nyamuk)
dan demam tipes. DDT bersifat persisten sehingga akan tinggal dalam tanah untuk jangka
lama. Selain itu, DDT juga dapat dipindahkan ke tempat yang jauh melalui penguapan
dan pengembunan. Meskipun DDT tidak larut dalam air, akan tetapi sangat larut dalam
pelarut dengan polaritas rendah. DDT larut dalam jaringan lemak binatang yang
mengkonsumsi flora dan fauna yang terkontaminasi dengan DDT. Dalam alur rantai
makanan terjadi proses biomagnification, yaitu meningkatnya konsentrasi DDT seiring
103
dengan alur rantai makanan. Sebagai contoh, konsentrasi DDT dalam hewan akan lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi dalam tumbuhan yang dimakan hewan tersebut.
Penggunaan DDT juga mempengaruhi populasi burung-burung pemangsa, karena
pengaruh DDT telur dari burung ini sangat tipis sehingga mudah pecah.

Polusi merupakan suatu masalah yang mempengaruhi segala bidang menyangkut kelanjutan
hidup manusia, hewan/satwa, dan tumbuh-tumbuhan. Untuk mengatasinya diperlukan dana
yang besar, kesadaran manusia untuk menekan polusi, aturan-aturan/hukum yang
mengaturnya.

104

Anda mungkin juga menyukai